Anda di halaman 1dari 30

ASMA BRONKIAL

Ibtisam
N 111 19 058
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp. A
DEFINISI
Asma bronkial merupakan penyakit respiratorik yang
ditandai oleh peradangan saluran nafas, obstruksi jalan
napas reversible, hipersekresi lendir, dan hipersensitivitas
saluran napas

ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum
diketahui. Berbagai teori sudah diajukan, akan tetapi yang
paling disepakati adalah adanya gangguan parasimpatis
(hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan Simpatis (blok
pada reseptor beta adrenergik dan hiperaktifitas reseptor
alfa adrenergik)
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, asma bronkial termasuk ke dalam sepuluh besar penyebab

kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Pernyataan tersebut

didukung oleh data studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di

berbagai propinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga tahun 1986

menyatakan bahwa asma bronkial menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab

kesakitan, bersama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Kemudian pada

tahun 2013, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka

kejadian asma pada anak usia 0 – 14 tahun adalah 9,2%.


Klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala
Parameter klinis, fs. Paru, Ringan Sedang Berat Berat (Ancaman
Laboratorium henti napas)
Aktivitas - Berjalan - Berbicara Istirahat  

-Bayi : menangis keras - Bayi: Bayi: berhenti makan

-tangis pendek & lemah

-kesulitan makan

Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata  


Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang  
lengan
Kesadaran Mungkin teragitasi Biasanya teragitasi Kebingungan

Sianosis Tidak ada Ada Nyata


Mengi Sedang, sering hanya pada Nyaring, sepanjang Sangat nyaring, Sulit / tidak
akhir ekspirasi ekspirasi- inspirasi terdengar tanpa terdengar
stetoskop

Sesak napas minimal Sedang berat  


Otot bantu napas Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradok
torako- abdominal

Retraksi Dangkal, retraksi interkostal Sedang, ditambah retraksi Dalam, ditambah Dangkal / hilang
suprasternal napas cuping hidung

Klasifikasi berdasarkan keadaan sekarang


Menurun
Laju napas Meningkat
Pedoman nilai baku laju napas pada anak sadar:

Usia Laju napas normal

< 2 bulan < 60 / menit

2-12 bln. < 50 / menit

1-5 tahun. < 40 / menit

6-8 tahun < 30 / menit


Bradikardi
Laju nadi Normal Takikardi
Pedoman nilai baku laju nadi pada anak:

Usia Laju nadi normal

2-12 bulan < 160 / mnt

1-2 tahun < 120 / mnt

3-8 tahun < 110 / mnt


 
PEFR atau FEV-1      

- Pra bronkodilator > 60% 40-60% < 40%

- pasca > 80% 60-80% < 60%


bronkodilator
Cont…
SaO2 > 95% 91-95% < 90%  

PaO2 Normal > 60 mmHg < 60 mmHg  

(biasanya tidak perlu


diperiksa)

PaCO2 < 45 mmHg > 45 mmHg  


Patogenesis
Mekanisme Imunologis inflamasi saluran respiratori
Remodelling saluran respiratori
Patofisiologi
1. kontraksi otot polos saluran berhubungan dengan perubahan
napas otot polos saluran napas
2. edema pada saluran napas (hiperplasi dan hipertrofi) yang
3. penebalan dinding saluran terjadi secara sekunder →
napas perubahan kontraktilitas

Penyempitan Hiperreaktif
Saluran Saluran
Napas Napas

Gejala/Eksaserbasi
Anamnesis

• Terdapat wheezing dan batuk episodik/berulang

• Terdapat sesak napas, ‘rasa dada tertekan’, dan memproduksi dahak/sputum.

• Terdapat faktor pencetus, seperti: iritan (asap rokok, makanan & minuman yang

memicu reaksi alergi, suhu dingin, dll), alergen (tungau debu rumah, serbuk sari

tanaman, bulu dari rontokan hewan), infeksi repiratori akut karena virus, common

cold, rinofaringitis & selesma (Pilek), dan aktivitas fisik (lari, berteriak, menangis, dll).

• Riwayat alergi pasein/ keluarganya.

• Variabilitas/ perbedaan gejala secara intensive dalam 24 jam (gejela lebih berat pada

malam hari)

• Reversibel/ gejala membaik dengan pemberian respons terhadap bronkodilator


Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
• Uji fungsi paru dengan spirometri
• wheezing pada saat ekspirasi
(Gambaran obstruksi saluran napas
• hipersonor pada perkusi dengan udara hembusan dalam 1 detik /
• hiperinflasi dada FEV-1 presiksi <80%/ rendah) dan (Uji
• crackles/ronki pada auskultasi. reversibilitas bila telah diberikan
bronkodilator, FEV-1 naik 12%).
• Terdapat gejala alergi lain
• Uji skin prick test (dengan pengambilan
seperti: allergic shiners atau
IgE spesifik dan Eosinofil darah).
geographictongue.
• Uji inflamasi saluran respiratori : FeNO
(freactional ehaled nitric oxide), eosinofil
sputum.
• Uji provokasi bronkus dengan
exercise/aktivitas fisik intensitas tinggi,
metakolin atau larutan salin hipertonik
(penurunan FEV-1 >20%).
• CT-scan dan foto thorax.
Alur diagnosis
bayi > 5 tahun
Alur diagnosis bayi < 5 tahun
Mungkin bukan asma Mungkin asma Sangat Mungkin asma

Gejala (Batuk, wheezing, Gejala (Batuk, wheezing, sulit bernapas) untuk >10 hari
napas serasa berat) untuk selama infeksi saluran pernapasan bagian atas
<10 hari selama infeksi  
saluran pernapasan
bagian atas

2-3 episode/tahun >3 episode/ tahun atau episode berat dan/atau


memperburuk pada malam hari

Tidak ada gejala di antara Diantara episode mungkin adanya batuk, wheezing atau
episode sulit bernapas

Alergi/atopi pada pasien, Alergi/atopi pada pasien, riwayat asma pada keluarga (+)
riwayat asma pada
keluarga (-)
Diagnosis Banding

• Bronkiolitis

• Wheezing berkaitan dengan batuk atau pilek

• Sumbatan oleh benda asing pada saluran respiratori

• pneumonia
Tatalaksana sesuai keluhan
Semua tahapan : ditambahkan agonis β2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak > 3-4x/hari
 
Semua tahapan : bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian
diturunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap
terkontrol
 
Berat Asma Medikasi Pengontrol Alternatif/Pilihan lain Alternatif Lain
Harian

Asma Tidak Perlu --- ---


Intermitten

Asma Persisten Glukokortikosteroid   ---


Ringan inhalasi (200-400ug/hari  Teofilin lepas lambat
atau equivalennya)  Kromolin
   Leukotrien modifiers
 
Asma Persisten Kombinasi inhalasi  Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid  
Sedang glukokortikosteroid (400-800 (400-800ug /hari atau equivalennya)  Ditambah agonis β2
ug/hari atau equivalennya) dan ditambah teofilin lepas lambat, atau kerja lama oral, atau
agonis β2 kerja lama  Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid  Ditambahkan teofilin
  (400-800ug /hari atau equivalennya) lepas lambat
ditambah agonis β2 kerja lama oral,  
atau
 Glukokortikosteroid inhalasi dosis
tinggi (>800ug atau equivalennya)
atau
 Glukokortikosteroid inhalasi (400-
800ug atau equivalennya) ditambah
leukotriene modifiers
 

Asma Persisten Kombinasi inhalasi Prednisolon/ metil prednisolon oral selang  


Berat glukokortikosteroid (>800ug /hari sehari 10 mg ditambah agonis β2 kerja
atau equivalennya) dan agonis β2 lama oral, ditambah teofilin lepas lambat
kerja lama, ditambah ≥1 dibawah  
ini:
- teofilin lepas lambat
- leukotriene modifiers
- glukokortikosteroid oral
Pilihan Terapi Medikamentosa
SABA (Short Acting Beta Agonis)
A. Salbutamol
- Nebule : 2,5mg/2,5ml (4x/Hari)
- Oral : 0,05 - 0,1 mg/KgBB (3-4x/hari)
- salbutamol 2,5 mg + ipratorium bromida : 2,5mg (4x/hari)
B. Fenoterol (Nebulisasi)
- < 6 th : 50mcg/KgBB/Dosis (3x/hari)
- 6-12 th : 0,25 - 1,5 ml (4x/hari)
- >12 th : 0,5 - 2 ml (4x/hari)
C. Terbutaline
- Nebule : BB >25 kg (5mg, 2-4x/hari)
OBAT
- Oral : 0,05 - 0,1 mg/KgBB
LABA (Long Acting Beta Agonis)
PENGONTROL
A. Formoterol
- 5 - 12 tahun : 12 mcg, 2x/hari (Max : 24 mcg/ hirup)
B. Salmetrol
- 5- 12 tahun : 50mcg, 2x/hari
LTRA (Leukotrine reseptor antagonis)
A. Montelukast
- >12 th : 10 mg oral 1x/hari; 6 - 14 th : 5mg oral 1x/hari; 2-5 th : 4mg oral 1x/hari
B. Zafirlukast
- ≥ 12 th : 20 mg oral 2x/hari
- 5 - 11 tahun : 10 mg oral 2x/hari
OBAT PENGENDALI

ICS (Inhaled corticosteroid)


 Fluticasone
• Nebule : >16th : 500 - 2000mcg, 2x/hari
: 4-16 th : 1000 mcg, 2x/hari

 Budesonide (awal)
• Nebule : >12 th : 1-2 mg, 2x/hari
: 3 bln - 12th : 0,5-1mg, 2x/hari

• DPI : 200 - 1200mcg/hari (dibagi 2-4 dosis) (Rumatan/pertahan)


• Nebule : >12 th : 0,5-1 mg, 2x/hari
: 3 bln - 12th : 0,25-0,5mg, 2x/hari

• DPI : 200 - 400mcg/hari, 2x/hari


Tatalaksana
bayi < 5 tahun
Tatalaksana
bayi > 5 tahun
Keterangan:
- jenjang dinaikan bila asma tidak terkendali penuh selama 6-8 minggu dan bila
dalam 8-12 minggu asma sudah terkendali, maka jenjang dapat diturunkan
perlahan
- bila pada jenjang 4 tidak bekerja maksimal, maka dapat diberikan omalizumab.
Non Medikamentosa

Program komunikasi, Rencana Aksi Asma (RAA)


edukasi, dan informasi (KIE) - Asthma Action Plan (AAP)
Komplikasi
Komplikasi akut asma bila tidak ditangani dapat menyebaban asisdosis
respiratorik yang mengancam nyawa, dan asma berat bisa menjadi
pneumothoraks dan emfisema subkutan. Serta asma yang tidak terkontrol
dengan baik, dan terjadi terus menerus dan berulang akan menyebabkan
PPOK/ Penyakit paru obstruksif kronis. Dan secara tidak langsung akan
memperngaruhi sistem kardiovaskular, pencernaan dan skeletal (penurunan
masa tulang).

Prognosis
Dubia ad bonam bila dilakukan terapi non-medika mentosa dan
medikamentosa.
Dubia ad malam atau kematian akan terjadi pada usia dibawah
5 tahun/ balita dan Pasien anak dengan asma yang masuk
rumah sakit empat kali atau lebih dalam tahun pertama sejak
terdiagnosis (cenderung mengalami asthma persisten)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai