Anda di halaman 1dari 49

PENENTUAN NILAI TUKAR

Pengertian
Kurs mata uang adalah perbandingan nilai
antar mata uang.
Kurs menunjukan harga suatu mata uang
jika dipertukarkan dengan mata uang lain.
Contoh nilai kurs rupiah per US$ sebesar
Rp 10.000,-/US . Berarti bahwa untuk
membeli US$ 1 diperllukan Rp 10.000,-
Defenisi nilai tukar (Exchange Rate)
nilai tukar adalah harga dari suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu
mata uang terhadap nilai mata uang lainnya.
Nilai tukar ditentukan oleh bermacam-macam
aturan, baik nilai tukar maupun aturan itu sendiri
dapat berubah. Perubahan nilai tukar atau nilai
kurs antar mata uang dapat berpengaruh besar
terhadap penjualan, biaya, laba dan
kesejahteraan individu. kenaikkan nilai tukar
mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas
mata uang asing,penurunan nilai tukar dalam
negeri atas uang asing disebut depresiasi atas
mata uang asing.
Penentuan Nilai Tukar (Exchange Rate
Determinant)

Faktor Penentuan Nilai Tukar


Menurut Salvatore penentuan nilai tukar atau kurs yang
diterjemahkan oleh Drs.HarisMunandar, ada dua pendekatan
yang digunakan dalam penentuan nilai tukar mata uang asing
yaitu :
1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan berdasarkan pada arus perdagangan dan paritas
daya beli yang kedudukannya sangat penting untuk
menjelaskan pergerakan kurs jangka panjang.
2. Pendekatan Keuangan
Pendekatan yang memusatkan perhatiannya pada pasar
modal dan arus permodalan internasional dan berusaha
menjelaskan gejolak kurs jangka pendek yang
kecenderungannya mengalami lonjakan-lonjakan tak terduga.
Pengertian Valuta Asing
Kurs valuta asing adalah perbandingan nilai mata uang
asing yang dinyatakan dengan nilai mata uang dalam
negeri. Valuta asing atau yang biasa disebut dengan
valas, atau yang dalam bahasa asing dikenal
dengan foreign exchange (Forex) merupakan mata uang
yang di keluarkan sebagai alat pembayaran yang sah di
negara lain. Valuta asing akan mempunyai suatu nilai
apabila valuta tersebut dapat ditukarkan dengan valuta
lainnya tanpa pembatasan. Dan tempat bertemunya
penawaran dan permintaan valuta asing disebut dengan
Bursa Valuta Asing atau Foreign Exchange Market.
Contoh Soal
Suatu hari Dona memperoleh tugas meliput berita ke
Amerika Serikat. Ia mendapatkan uang saku dinas
perjalanan sebesar Rp.38.000.000,00. Saat itu, kurs yang
berlaku adalah kurs jual Rp.9.500 per US$ 1 kurs beli
Rp.9.200 per US$ 1. Berapa jumlah uang saku dalam dolar
yang diterima Dona?
Di Amerika Dona menggunakan uangnya sebesar
US$3,000. Setelah kembali dari Amerika, Dona
menukarkan sisa uangnya dengan rupiah. Kurs yang
berlaku adalah kurs jual Rp.9.750 per US$ 1 dan kurs beli
Rp.9.425 per US$ 1. Berapa jumlah rupiah yang diterima
Dona?
jawaban
Jawab:
Jika Dona ingin menukarkan uang rupiah ke
dolar, ia akan menggunakan perhitungan kurs
jual. Jadi, uang Dona dalam bentuk dolar
sebesar Rp.38.000.000 : Rp 9.500 = US$ 4,000.
Sisa uang Dona yang ada sebesar US$4,000 –
US$ 3,000 = US$ 1,000. Jika Dona ingin
menukarkan uang dolar ke rupiah, berarti
menggunakan perhitungan kurs beli. Jadi, sisa
uang Dona dalam rupiah sebesar US$1,000 x
Rp.9.425 = Rp.9.425.000,00.
Mengukur Pergerakan Nilai Tukar
(Exchange Rate Movement)

Pergerakan nilai tukar mata uang dalam suatu


negara sebenarnya relatif dan dinyatakan
dalam perbandingan dengan mata uang negara
lain. Tentu saja perubahan nilai tukar mata
uang akan membawa pengaruh bagi aktivitas
perdagangan kedua negara tersebut. Nilai tukar
yang menguat akan menyebabkan nilai ekspor
negara tersebut lebih tinggi, dan impor dari
negara lain lebih rendah, demikian sebaliknya.
Keseimbangan dalam Penentuan Kurs

Depresiasi/Apresiasi -
Devaluasi/Revaluasi
Permintaan dan penawaran terhadap
sebuah mata uang sebagai mekanisme
penentuan harga kurs
Dalam sistem mata uang mengambang bebas (free float)
apabila harga suatu mata uang menjadi semakin mahal
terhadap mata uang lain, maka mata uang itu dikatakan
berapresiasi.
Sebaliknya jika harga suatu mata uang turun terhaadap mata
uang lain, mata uang tersebut di.katakan terdepresiasi.

Dalam sistem mata uang tertambat (Pegged), kenaikan nilai


suatu mata uang terhadap mata uang lain disebut Revaluasi.
Sedangkan penurunan nilai suatu mata uang disebut
devaluasi.
Contoh kurs rupiah terhadap dolar pada tahun 1985 dan 1986.
1985, Rp/US $ = Rp 1125
1986 , Rp/US $ = Rp 1642, terjadi devaluasi
Maka persentase perubahan mata uang :
((S86/S85)-1)x 100
((1642/1125)-1)) x100 =45,87 %
Artinya Rupiah terdepresiasi 45,87 %
Permintaan dan
Penawaran
Misal Kurs Langsung di Indonesia:
Rp9.000/$ -> fokus pada dolar AS
Jika kita membeli (menjual) satu dolar
AS, maka kita akan menyerahkan
(menerima) sembilan ribu rupiah
Permintaan dan penawaran terhadap
dolar AS dari mana?
Permintaan dan Penawaran
Terhadap US$
Model dua negara: Indonesia dan AS
(Rupiah-$)
Permintaan terhadap $ datang dari
(diturunkan, derived from) dari permintaan
terhadap produk-produk AS, sekuritas
dengan denominasi $
Penawaran $ datang dari $ yang akan
ditukarkan ke Rupiah (untuk membeli barang
Indonesia)
KURS KESEIMBANGAN
Rp/$

9.000

Kuantitas $
Ekuilibrium Nilai Tukar
(Exchange Rate Equilibrium)
Ekuilibrium adalah keadaan yang
menunjukkan baik Konsumen maupun
Produsen telah menyetujui harga suatu
barang, yaitu harga yang Konsumen 
bersedia membeli untuk sejumlah
barang sama dengan harga yang
Produsen bersedia menjual untuk
sejumlah barang tersebut.
Perubahan Nilai Tukar Dan
Pengaruhnya Terhadap Nilai MNC
Sistem kurs valuta asing ditentukan oleh
mekanisme pasar yaitu kekuatan permintaan
dan penawaran pasar serta berbagai
pengaturan dan campur tangan pemerintah di
bidang ini. Pergerakan kurs mata uang akan
mempengaruhi nilai MNC karena kurs dapat
memengaruhi arah arus masuk kas yang
diterima dari ekspor atau dari anak perusahaan
dan memengaruhi arah arus keluar kas yang
digunakan untuk membayar impor.
Sejarah Perkembangan Kebijakan
Nilai Tukar Di Indonesia
Sistem kurs tetap (1970 - 1978)
Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut
sistem nilai tukar kurs resmi Rp. 250/dolar Amerika sementara kurs uang
lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Untuk
menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia
melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.
Sistem mengambang terkendali (1978 - Juli 1997)
Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada system sekeranjang mata
uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan
dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, bank
Indonesia menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak
di pasar dengan spread tertentu. Bank Indonesia hanya melakukan intervensi
bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.
lanjutan
Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997 - sekarang)
Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US
dolar semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan
dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus
berkurang maka bank Indonesia memutuskan untuk
menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang
terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang
bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus
1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga dimaksudkan
untuk mengurangi kegiatan intervensi bank Indonesia terhadap
rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter
dalam negeri.
Keseimbangan kurs tanpa
intervensi pemerintah
Secara teoriitis dalam kondisi tanpa intervensi
pemerintah, harga suatu mata uang ditentukan
oleh permintaan dan penawaran terhadap mata
uang tersebut.
Permintaan terhadap suatu mata uang
berbanding terbalik dengan harganya.
Semakin tinggi nilai $ (misalnya dibanding Rp)
maka keinginan untuk menukar rupiah dengan
dolar semakin berkurang.
Keseimbangan Berubah
Misal ada harga barang di Indonesia meningkat lebih
cepat dibandingkan dengan harga barang di AS, apa
yang akan terjadi?
Demand terhadap $ naik, karena banyak penduduk
Indonesia ingin membeli produk AS yang relatif lebih
murah  Kurva Demand bergeser ke kanan
Supply $ turun karena minat penduduk AS terhadap
produk Indonesia berkurang, $ yang akan ditukarkan
Rp berkurang  kurva Supply bergeser ke kiri.
Keseimbangan baru : Rp10.000/$
Keseimbangan Baru
Rp/$ S’

S
10.000

9.000

D’

Kuantitas $
Kasus Rupiah dan Dolar AS

Apresiasi/Depresiasi Dolar AS
= Rp/US$ baru – Rp/US$ lama
Rp/US$ lama
= (10.000 – 9.000)/9.000 = +11,11 atau $
mengalami apresiasi 11,11% terhadap Rp

Apresiasi/Depresiasi Rupiah
= US$/Rp baru – US$/Rp lama
US$/Rp lama
Kasus Rupiah dan Dolar AS (Perhitungan
Tingkat Apresiasi dan Depresiasi)

Apresiasi/Depresiasi Rupiah
= $e1/Rp (baru) – $0/Rp (lama)
$e0/Rp (lama)
Apresiasi Rupiah
= e1 – e0
e0
Kasus Rupiah dan Dolar AS (Perhitungan
Tingkat Apresiasi dan Depresiasi)

Apresiasi/Depresiasi Dolar
= Rp/$ (baru) – Rp/$ (lama)
Rp/$ (lama)
Depresiasi Dolar
= (1/e1) – (1/e0) = e0 – e1 = (e0/e1) – 1
(1/e0) e1
Hasil : tanda minus berarti depresiasi
tanda plus berarti apresiasi
Kasus Rupiah dan Dolar AS (Kaitan
antara Depresiasi dan Apresiasi)

Apresiasi Rupiah = $e1/Rp - $e0/Rp = x%


$e0/Rp
Atau, = (e1/e0) – (e0/e0) = x%
= (e1/e0) – 1 = x%
= e1/eo = 1 + x%
Kasus Rupiah dan Dolar AS (Kaitan
antara Depresiasi dan Apresiasi)
Karena Rp/$ adalah kebalikan $/Rp, maka
Depresiasi Dolar = Rp(1/e1)$ - Rp(1/e0)/$
Rp(1/e0)/$
Atau, = (1/e1) – (1/e0)
(1/e0)
= (e0/e1) – (e0/e0)
= e0/e1 – 1 = 1/(e1/e0) – 1
= 1/(1 + x%) – 1
= 1 - (1+x%) = -x%/(1+x%)
(1 + x%) (1+x%)
Faktor yang Mempengaruhi Kurs

Faktor Pengaruh
Inflasi Negatif
Pertumbuhan ekonomi Positif
Perbedaan tingkat bunga riil Positif
Tingkatan Pendapatan Positif
Independensi bank sentral Positif
Daya saing negara Positif
Kebijakan moneter longgar Negatif
Pengharapan Pasar Positif/Negatif
Laju Inflasi Relatif
jika Amerika sebagai mitra dagang
Indonesia mengalami tingkat inflasi yang
cukup tinggi maka harga barang Amerika
juga menjadi lebih tinggi, sehingga
otomatis permintaan terhadap produk
relatif mengalami penurunan.
Tingkat Bunga Relatif
Jika tingkat bunga suatu negara lebih tinggi
dari tingkat bunga di negara lain maka ada
kecenderungan dana dari negara yang tingkat
bunganya lebih rendah akan masuk ke
negara tersebut. Hal ini menyebabkan
bertambahnya permintaan akan mata uang
yang tingkat bunganya lebih tinggi sehingga
nilai mata uang negara tersebut menjadi
menguat.
Tingkat Pendapatan
Relatif
Jika pertumbuhan pendapatan di suatu negara
meningkat maka akan menyebabkan meningkatnya
konsumsi atas berbagai macam barang dan jasa. Jika
tidak terjadi peningkatan penawaran barang/jasa maka
akan memicu impor barang/jasa dari negara lain.
Dengan meningkatnya impor barang/jasa maka terjadi
kenaikan permintaan mata uang negara eksportir.
Peningkatan permintaan mata uang negara eksportir
pada akhirnya akan menaikan nilai tukar mata uang
negara eksportir tersebut.
Kontrol Pemerintah
Pengawasan pemerintah biasanya dilakukan
melalui berbagai bentuk kebijakan moneter, fiskal,
dan perdagangan luar negeri. Misalnya
pengawasan lalu lintas devisa, peningkatan trade,
pengetatan jumlah uang beredar (tight money
policy), perubahan tingkat bunga, dll. Kebijakan-
kebijakan tersebut diharapkan akan mempengaruhi
permintaan atau penawaran valuta asing yang pada
akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang.
Pengharapan Pasar
Adanya ekspektasi (harapan) untuk
berubahnya sesuatu indikator ekonomi
akan mempengaruhi nilai mata uang.
Demikian pula halnya dengan isu/rumor
politik dan ekonomi yang berkembang
dimasyarakat dapat mempengaruhi nilai
mata uang
Independensi Bank Sentral

Tugas bank sentral:


1. Menjaga stabilitas harga
2. Menjaga tingkat bunga yang cukup
rendah
3. Menjaga nilai mata uang agar berada
dalam zona target tertentu
Kebijakan moneter vs kebijakan populis
pemerintah
Intervensi Bank Sentral

Pengaruh jangka panjang tidak


didapatkan dari intervensi, tetapi
dengan merubah variabel ekonomi
Penentuan nilai tukar:
Theoritical thread.
Teori Purchasing Power Parity
Teori Interest Rate Parity
Balance of Payments Approach
Asset Market Approach
A. Teori Purchasing Power Parity
1. Absolute Purchasing Power Parity.
Mengenal Hukum satu harga (the law of
one price) yaitu “Barang yang sejenis
seharusnya memiliki harga yang sama
antar negara”. Absolute purchasing power
parity berarti Keseimbangan nilai tukar
antara 2 negara merupakan rasio dari
tingkat harga di kedua negara. Adapun
rumusnya:
2. Relative Purchasing Power Parity berarti
Perubahan nilai tukar adalah proporsional terhadap
perubahan harga relatif di kedua negara pada periode
tertentu.

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diprediksi


perubahan nilai tukar jika tingkat inflasinya
diketahui.
B. Teori Interest Rate Parity

kondisi ekuilibrium dimana selisih suku bunga antara dua valuta


diimbangi oleh selisih kurs forward dengan kurs spot.

Rumus:
1+r = f/e∙(1+r*)

f  e
(  )
e
rasio premium atau discount dari kurs forward adalah sama dengan perbedaan
tingkat bunga di kedua negara.
-Jika tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri,
maka terjadi premium dari kurs forward.
-Jika tingkat bunga dalam negeri lebih rendah dari tingkat bunga luar negeri,
maka terjadi discount dari kurs forward.

Ekspektasi perubahan nilai tukar yang akan datang adalah sama dengan
perbedaan tingkat bunga di kedua negara.
-jika tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dibandingkan di luar negeri,
maka pasar akan berekspektasi terjadi depresiasi mata uang domestik

Kesimpulannya, teori interest rate parity terjadi pada jangka pendek. Teori ini
menjelaskan hubungan antara nilai tukar dan tingkat bunga dari perspektif
mobilitas capital.
C. Balance of Payments Approach.

BP terdiri atas neraca berjalan dan neraca modal yang nilainya adalah nol.

Neraca berjalan ditentukan oleh ekspor dan impor.

Neraca modal ditentukan oleh tingkat bunga luar negeri r, tingkat bunga luar negeri r*
dan ekspektasi nilai tukar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi BP ditunjukkan ole persamaan berikut:

Keseimbangan nilai tukar dapat ditunjukkan dengan:


- Kenaikan Y akan menyebabkan impor
bertambah, meningkatkan permintaan valas
dan memperburuk BP, mendorong
terdepresiasinya mata uang domestik.
 -
Naiknya P akan menyebabkan terapresiasinya
nilai tukar riil, mengurangi daya saing produk
DN, menurunkan ekspor dan penawaran valas,
dan memperburuk BP sehingga menghasilkan
terdepresiasinya mata uang domestik.
- Meningkatnya r akan menarik capital inflow,
meningkatkan penawaran valas, mengurangi
keinginan berinvestasi pada aset finansial dan
permintaan valas, dan menyebabkan surplus BP
sehingga mendorong terapresiasinya mata uang
domestik.

- Jika mata uang domestik diperkirakan terdepresiasi, maka


masyarakat akan membeli valas dan menjual mata uang
domestik, menyebabkan semakin banyak permintaan valas dan
semakin sedikitnya penawaran valas sehingga mendorong
D. Asset Market Approach
a. Monetary Approach
- Flexible-Price Monetary
Approach
Fungsi permintaan uang DN

Fungsi permintaan uang LN

Keseimbangan permintaan dan


penawaran

Sehingga
Purchasing power parity:

P
e 
P *

ln e  ln P  ln P *
Sehingga diperoleh:

ln e  (ln M s  ln M s *)   (ln Y *  ln Y )   ( r  r*)


Penawaran uang, pendapatan nasional dan tingkat bunga DN dan LN
mempengaruhi nilai tukar melalui tingkat harga di amsing-masing negara .

Kesimpulannya, flexible-price monetary approach didasarkan pada purchasing


power parity dan harga yang fleksibel dan ini sangat membantu menganalisis
tren nilai tukar dalam jangka panjang
- Sticky-Price Monetary Approach
Absolute purchasing power parity lebih menekankan pada jangka panjang
daripada jangka pendek. Dalam jangka pendek, tingkat harga adalah sticky dan Ms dapat
dipengaruhi oleh pendapatan nasional dan tingkat bunga.
 
b.  Portfolio Approach
Aset dilebarkan menjadi obligasi lokal dan asing serta uang lokal dan asing. Ketika
investor memerlukan premium risiko ditambah dengan tingkat pengembalian yang
diharapkan untuk menciptakan ketidakyakinan antara memegang obligasi lokal dan
asing, kedua obligasi tersebut adalah subsitusi tidak sempurna. Dalam konteks ini, yang
mempengaruhi kurs valuta asing adalah dalam aspek ekonomi fundamental seperti
persediaan obligasi negara dan current account
Pendekatan aset pasar
untuk peramalan nilai tukar.
Monetary Approach:
nilai tukar didefinisikan sebagai harga dimana mata uang asing (foreign
currency/ foreign money) di jual belikan terhadap mata uang domestic
(domestic currency/domestic money) dan harga tersebut berhubungan
dengan penawaran dan permintaan uang.
Kontribusi perubahan nilai tukar terhadap keseimbangan penawaran dan
permintaan uang digunakan hubungan absolute purchasing parity (PPP)
yang merupakan keseimbangan antara harga domestic (P) dan konversi
kurs valuta asing ke dalam mata uang domestic (eP*) dengan rumus:
P = eP* atau e = P/P*

a. Flexible-Price Monetary Approach


b. Sticky-Price Monetary Approach
Portfolio Approach

Pada pendekatan portopolio (Portfolio Approach), aset dilebarkan


menjadi obligasi lokal dan asing serta uang lokal dan asing. Ketika
investor memerlukan premium risiko ditambah dengan tingkat
pengembalian yang diharapkan untuk menciptakan ketidakyakinan
antara memegang obligasi lokal dan asing, kedua obligasi tersebut
adalah subsitusi tidak sempurna. Dalam konteks ini, yang
mempengaruhi kurs valuta asing adalah dalam aspek ekonomi
fundamental seperti persediaan obligasi negara dan current account.
Ketidakseimbangan: nilai tukar
di negara berkembang.

Nilai tukar mata uang pada suatu negara bersifat

fluktuatif .Jika nilai mata uang menguat maka nilai ekspor

produk dari negara tersebut akan menjadi lebih tinggi dan

sebaliknya. Kenaikan nilai tukar uang dalam negeri disebut

apresiasi atas mata uang asing, sedangkan depresiasi adalah

penurunan nilai tukar uang domestik atas mata uang asing. 


Ada beberapa faktor yang menyebabkan fluktuasi
nilai mata uang. Berikut adalah beberapa di
antaranya:

a.Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat inflasi.


b.Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat Suku Bunga
c.Nilai Tukar Mata Uang dan Neraca perdagangan
d.Nilai Tukar Mata Uang dan Hutang public
e. Nilai Tukar Mata Uang dan Ekspor-Impor
f. Nilai Tukar Mata Uang dan Kondisi Ekonomi dan Politik
g. Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat pendapatan
h. Nilai Tukar Mata Uang dan Kontrol Pemerintah
i. Nilai Tukar Mata Uang dan Ekspektasi

Anda mungkin juga menyukai