Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI MULTINASIONAL

Penyebab adanya Transaksi Mata Uang Asing :

1. Ketergantungan pada pasar internasional dalam kegiatan jual beli produk dan jasa.
2. Dampak kegiatan ekspor impor pada perekonomian Indonesia serta pengaruh aliran
modal antarnegara besar di dunia.

Nilai Tukar Mata Uang pada Bisnis Internasional.

Perusahaan-perusahaan multinasional (multinational enterprises – MNEs) yang terlibat


dalam transaksi usaha internasional harus menyetujui mata uang yang digunakan dalam
kegiatan tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan penggunaan mata uang ini mencakup :
1. Tingkat familier mata uang asing
2. Potensi keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan oleh kurs, nasionalisme dan
kepraktisan.
Permasalahan Akuntansi :
1. Akuntan harus dapat mencatat dan melaporkan transaksi yang melibatkan pertukaran mata
uang asing.
2. Transaksi mata uang asing (foreign currency transactions) perusahaan Indonesia meliputi :
penjualan, pembelian dan transaksi lain yang menimbulkan mata uang asing atau piutang
atau utang yang didenominasikan – yaitu yang nilainya akan dilunasi – dalam suatu mata
uang asing.

→ Laporan keuangan menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan, maka transaksi
dalam mata uang lain harus disajikan kembali dalam bentuk rupiah sebelum dicatat di
pembukuan dan dimasukkan dalam laporan keuangan perusahaan.
→ Proses penyajian kembali transaksi mata uang asing dalam nilai rupiah disebut sebagai
penjabaran atau translasi (translation).

Kurs : nilai suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.


Kurs Langsung dan Tidak Langsung
Nilai relatif suatu mata uang terhadap mata uang yang lain dapat dinyatakan dalam dua cara
yang berbeda :

1. Kurs Langsung (direct exchange rate – DER) adalah :


Banyaknya unit mata uang lokal (Local Currency Units – LCUs) yang diperlukan
untuk memperoleh satu unit mata uang asing (Foreign Currency Unit – FCU).

➢ Kurs langsung dapat dipandang sebagai besarnya rupiah untuk memperoleh satu unit mata
uang asing.
➢ Rasio dari kurs langsung dinyatakan sebagai berikut, dengan LCU, yaitu rupiah sebagai
pembilang :
nilai setara Rupiah
DER =
1 FCU

→ jika Rp. 9.200,- dapat diperoleh US $ 1, maka kurs rupiah terhadap dolar AS adalah sebesar
Rp. 9.200,-
= Rp. 9.200,-
$ 1
2. Kurs Tidak Langsung

Kurs tidak Langsung (Indirect Exchange Rate – IER) adalah : kebalikan dari Kurs
Langsung.
1 FCU 1
IER = → = $ 0.0001087
nilai setara Rupiah Rp. 9.200

Cara lain : Jumlah unit mata uang asing $ 0.0001087


IER = =
Rp. 1,- Rp. 1,-

artinya : banyak unit mata uang asing yang dapat diperoleh dengan Rp. 1,-.
Perubahan Kurs
Perubahan kurs mengacu pada semakin menguat atau melemahnya suatu mata uang
dibandingkan dengan mata uang yang lain.

Contoh kurs rupiah terhadap dolar AS berubah sebagai beikut :

1 Jan 2005 1 Juli 2005 1 Jan 2006 1 Juli 2006

Kurs Langsung (setara rupiah dari 1 FCU) Rp. 9.350 Rp. 9.200 Rp. 9.150 Rp. 9.280
Kurs Tidak Langsung (FCU per Rp. 1,-) $ 0,0001070 $ 0,0001087 $ 0,0001089 $ 0,0001078

Menguatnya uang rupiah pada tanggal 1 Juli 2005 dibandingkan 1 Januari 2005.
▪ Lebih sedikit mata uang rupiah yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata
uang asing.
▪ Satu rupiah memperoleh lebih banyak unit mata uang asing
Contoh :
Perusahaan di Amerika menjual mobil seharga $ 25,000 pada tanggal 1 Januari 2005, maka nilai
setara rupiah adalah : Rp. 233.750.000,- ($ 25.000 x Rp. 9.350,-)

Antara 1 Januari dan 1 Juli 2005, kurs turun saat dollar menguat relatif , maka nilai rupiah setara
$ 25,000 adalah Rp. 230.000.000,- ( $ 25,000 x Rp. 9.200,-)

Perusahaan di Indonesia menjual mesin buatan Indonesia seharga Rp. 100.000.000,- pada
tanggal 1 Januari 2005, maka nilai dolar relatif = $ 10.700 (Rp. 100.000.000,- x S 0.0001070)

Pada tanggal 1 Juli 2005, setelah terjadi penguatan dolar, mesin akan membebankan pelanggan
di Amerika sebesar $ 10,870 ( Rp. 100.000.000,- x $ 0.0001087)

→ Penjualan internasional perusahaan Indonesia dapat sangat dipengaruhi oleh perubahan


kurs mata uang asing.
Melemahnya Rupiah – Peningkatan Kurs Langsung

Antara tanggal 1 Juli 2005 dan 1 Juli 2006, kurs langsung meningkat .
Tanggal 1 Juli 2005 → $ 1 = Rp. 9.200,-
Kurs Langsung
Tanggal 1 Juli 2006 → $ 1 = Rp. 9.280,-
atau :
Tanggal 1 Juli 2005 → Rp. 1,- = $ 0.0001087
Kurs Tidak Langsung
Tanggal 1 Juli 2006 → Rp. 1,- = $ 0. 0001078

Pada 1 Juli 2006, terjadi peningkatan nilai dolar AS dibandingkan 1 Juli 2005, berarti nilai rupiah
melemah :
▪ Lebih banyak mata uang Indonesia yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata uang
asing.
▪ Satu rupiah memperoleh lebih sedikit unit mata uang asing.
Hubungan antara Mata Uang dan Kurs

1 Jan 2005 1 Juli 2005 1 Jan 2006

Kurs Langsung (Rp. / $) Rp. 9.350,- Rp. 9.200,- Rp. 9.280,-


Kurs Tidak Langsung ($ / Rp.) $ 0, 0001070 $ 0,0001087 $ 0,0001078
Antara 1 Januari 2005 dan 1 Juli 2005 → menguatnya rupiah :
Kurs Langsung turun :
rupiah menguat (perlu lebih sedikit mata uang rupiah untuk memperoleh $1)
Kurs Tidak Langsung meningkat :
Dolar melemah (perlu lebih banyak dolar AS untuk memperoleh Rp. 1,-)
Impor ke Indonesia umumnya meningkat secara kuantitas (barang yang di impor ke Indonesia
lebih murah)
Ekspor dari Indonesia umumnya turun secara kuantitas (barang ekspor dari Indonesia lebih
mahal)
Antara 1 Juli 2005 dan 1 Januari 2006 → melemahnya rupiah :
Kurs Langsung meningkat :
Rupiah melemah (perlu lebih banyak mata uang rupiah untuk memperoleh $ 1 )
Kurs Tidak Langsung turun :
Dolar menguat (perlu lebih sedikit dolar AS untuk memperoleh Rp. 1,-)
Impor ke Indonesia umumnya turun secara kuantitas
Barang luar negeri yang diimpor ke Indonesia lebih mahal dalam rupiah
Ekspor dari Indonesia umumnya naik secara kuantitas
Barang ekspor Indonesia lebih murah dalam rupiah.
Kurs Spot (Spot Rate) dan Kurs Kini (Current Rate)
PSAK 10 mengacu pada penggunaan kurs spot maupun kurs kini untuk mengukur operasi luar
negeri.
Kurs Spot (spot rate) adalah :
kurs yang digunakan dalam penyerahan segera suatu mata uang .
Kurs Kini (current rate) adalah :
kurs spot pada tanggal Laporan Posisi Keuangan suatu entitas.

Kurs Masa Depan (Forward Exchange Rate) :


adalah : Kurs untuk pertukaran mata uang di masa mendatang.
→ Terdapat pasar pedagang kontrak kurs masa depan yang aktif untuk perusahaan yang
menerima atau mengeluarkan mata uang utama internasional.

• Kurs masa depan pada tanggal tertentu tidak sama dengan kurs spot pada tanggal yang
sama. Selisihnya dinamakan spread.
• Ekspektasi yang berbeda terhadap nilai kurs di masa depan menentukan tingkat kurs
tersebut, sehingga spread memberikan informasi tentang kemungkinan penguatan atau
pelemahan dari suatu mata uang.
TRANSAKSI MATA UANG ASING
Transaski mata uang asing ( foreign currency transactions) adalah :
aktivitas ekonomi yang dinyatakan dalam mata uang selain dari mata uang
pencatatan suatu entitas.
Transaksi tersebut meliputi :
1. Pembelian atau penjualan barang/ jasa (impor/ekspor), dimana harganya dinyatakan dalam
mata uang asing.
2. Utang atau piutang pinjaman dalam mata uang asing
3. Pembelian atau penjualan kontrak kurs masa depan
4. Pembelian atau penjualan unit mata uang asing

➢ Salah satu pihak dalam transaksi mata uang asing harus menukarkan mata uangnya sendiri
dengan mata uang negara lain.
➢ Untuk tujuan laporan keuangan , transaksi dalam mata uang asing harus ditransalasikan ke
dalam mata uang pelaporan yang digunakan perusahaan.
➢ Pada setiap tanggal neraca – interim – tahunan , saldo akun yang dinyatakan dalam mata
uang selain mata uang pelaporan dari suatu entitas harus disesuaikan untuk mencerminkan
perubahan kurs selama periode tersebut, sejak tanggal neraca terakhir atau sejak tanggal
transaksi mata uang asing, jika transaksi tersebut terjadi pada periode yang bersangkutan.
➢ Penyesuaian dalam nilai setara rupiah ini merupakan keuntungan atau kerugian transaksi
mata uang asing (foreign currency transactions gain or loss) untuk entitas tersebut pada saat
kurs berubah.
Contoh :
Suatu perusahaan di Indonesia memperoleh € 5.000 dari bank pada tanggal 1 Januari 20X1,
untuk digunakan dalam pembelian barang di masa depan suatu perusahaan di Jerman. Kurs
langsung sebesar Rp. 14.200,- = € 1, sehingga perusahaan akan membayar bank sebesar Rp.
71.000.000,- → (€ 5.000 x Rp. 14.200,.-)

Jurnal 1 Januari 20X1 :


(1) dr. Unit mata uang asing (€) 71.000.000
cr. Kas 71.000.000
(mencatat pertukaran mata uang euro Eropa)
→ Translasi dalam nilai setara rupiah diperlukan untuk menambahkan nilai unit mata uang
asing tersebut ke akun lain yang dilaporkan dalam Rupiah.
Pada tanggal 1 Juli 20X1, kurs sebesar Rp. 14.100,- menjadi setara € 1 (Kurs langsung mengalami
penurunan, yang mencerminkan bahwa Rupiah menguat)
→ Jika Rupiah menguat, maka euro melemah.
→ Dengan memiliki euro selama euro tersebut melemah terhadap Rupiah, maka perusahaan
mengalami kerugian transaksi mata uang asing sebagai berikut :
Nilai setara euro dari € 5.000 pada tanggal 1 Januari :
€ 5.000 x Rp. 14.200,- = Rp. 71.000.000,-
Nilai setara euro dari € 5.000 pada tanggal 1 Juli :
€ 5.000 x Rp. 14.100,- = Rp. 70.500.000,-
Kerugian transaksi mata uang asing = Rp. 500.000,-

Ayat jurnal penyesuaian untuk menyiapkan laporan keuangan pada tanggal 1 Juli 20X1 :
(2) dr. Kerugian Transaksi Mata Uang Asing 500.000
cr. Unit Mata Uang Asing (€) 500.000
(mencatat keugian transaksi mata uang asing).
→ Kerugian transaksi mata uang asing tersebut (Rugi Kurs), dicantumkan dalam laporan laba
rugi periode berjalan dan disajikan terpisah dalam Keuntungan dan Kerugian Lain-lain pada
tanggal neraca, setara dengan rupiah pada tanggal tersebut.

→ Perusahaan Indonesia , menggunakan rupiah sebagai mata uang utama dalam melakukan fungsi keuangan
dan operasi utama, yaitu sebagai mata uang fungsional (functional currency).
→ Perusahaan Indonesia menyiapkan laporan keuangannya dalam rupiah, sebagai mata uang pelaporan
(reporting currency).
→ Setiap transaksi yang dinyatakan dalam mata uang selain rupiah, memerlukan translasi menjadi nilai
setara rupiah.
Transaksi Ekspor Impor dalam Mata Uang Asing
➢ Utang piutang yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dengan entitas luar negeri
harus diukur dan dicatat dalam mata uang yang digunakan untuk pencatatan akuntansinya –
yaitu rupiah.
➢ Kurs yang relevan bagi penyelesaian transaksi dalam suatu mata uang asing adalah kurs spot
(spot rate) pada tanggal penyelesaian.
➢ Pada saat transaksi diselesaikan, utang piutang dalam unit mata uang asing harus
disesuaikan dengan nilai setara rupiah saat itu.
➢ Jika laporan keuangan disusun sebelum utang atau piutang dalam mata uang asing
tersebut dilunasi, maka saldo akun utang piutang tersebut harus disesuaikan pada tanggal
laporan posisi keuangan dalam rupiah menggunakan kurs kini (current rate) pada tanggal
posisi keuangan.
Gambaran umum atas akuntansi yang diharuskan untuk transaksi impor atau ekspor dalam mata
uang asing secara kredit adalah :
1. Tanggal transaksi.
mencatat transaksi pembelian atau penjualan pada nilai setara dolar AS
menggunakan kurs langsung tunai pada tanggal tersebut.
2. Tanggal laporan posisi keuangan.
menyesuaikan utang atau piutang menjadi nilai setara rupiah pada akhir periode
menggunakan kurs langsung sekarang. Mengakui keuntungan atau kerugian sebagai
akibat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal laporan posisi keuangan..
3. Tanggal penyelesaian.
menyesuaikan utang atau piutang untuk setiap perubahan mata uang asing antara
tanggal neraca (atau tanggal transaksi, jika transaksi tersebut terjadi setelah tanggal
neraca) dengan tanggal pelunasan, mencatat keuntungan atau kerugian selisih kurs
yang terjadi, kemudian mencatat pelunasan utang atau piutang dalam mata uang
asing tersebut.

Contoh Transaksi Pembelian dari Luar Negeri

Figur 11-3 mengilustrasikan ayat jurnal yang digunakan untuk mengukur dan mencatat
pembelian barang dari pemasok luar negeri, baik dalam mata uang lokal maupun dalam mata
uang asing.
Perusahaan Indonesia akan mengalami keuntungan atau kerugian mata uang asing hanya jika
transaksi tersebut dinyatakan dalam mata uang asing.
Jika transaksi menggunakan rupiah, tidak ada perlakuan akuntansi khusus ataupun penyesuaian
kurs yang diperlukan.
Informasi berikut ini menggambarkan kasus tersebut :
1. Pada tanggal 1 Oktober 20X1, PT. Induk sebuah perusahaan Indonesia memperoleh barang
secara kredit dari Tokyo Industries, perusahaan Jepang sebesar Rp. 160.000.000,- atas
2.000.000 yen.
2. PT. Induk menyusun laporan keuangan pada akhir tahun 31 Desember 20X1 .
3. Pelunasan utang dilakukan pada tanggal 1 April 20X2.
Kurs tunai langsung untuk nilai setara nilai rupiah dari 1 yen adalah sebagai berikut :

Tanggal Kurs
1 Oktober 20X1 (tanggal transaksi) Rp. 80,-
31 Desember 20X1 (tanggal neraca) 90,-
1 April 20X2 (tanggal pelunasan) 86,-

1/10/20X1 31/12/20X1 1/4/20X2

Tanggal Transaksi Tanggal Neraca Tanggal Pelunasan


Pembahasan :
→ Jika kontrak pembelian dinyatakan dalam rupiah, maka entitas asing Tokyo Industries akan
menanggung risiko kurs mata uang asing.
→ Jika transaksi dinyatakan dalam yen, maka perusahaan Indonesia (PT. Induk) akan terbuka
terhadap kemungkinan keuntungan atau kerugian kurs.
→ Akun-akun yang berkaitan dengan kewajiban dalam unit mata uang asing, harus dinilai
dengan kurs spot.
→ Keuntungan atau kerugian transaksi mata uang asing yang timbul diakui pada periode
berjalan.
→ Kontrak pembelian memuat spesifikasi dari mata uang yang digunakan seperti yang disetujui
oleh kedua belah pihak.

Tanggal 1 Oktober 20X1 :


pembelian dicatat di pembukuan PT. Induk pada tanggal tersebut sebesar Rp.
160.000.000,- (nilai setara rupiah dari 2.000.000 yen x Rp. 80,-).
Tanggal 31 Desember 20X1 :
a. utang dalam mata uang asing harus disesuaikan menjadi setara Rupiah.
b. Kurs langsung meningkat sejak tanggal pembelian → rupiah melemah terhadap ¥.
c. peningkatan kurs ini, menyebabkan pengakuan kerugian transaksi mata uang
asing sebesar Rp. 20.000.000,- → (¥ 2.000.000 x Rp. 90,-) – (¥ 2.000.000 x Rp. 80) ;
jika transaksi tersebut dinyatakan dalam unit mata uang asing yen.
Tanggal 1 April 20X2 :
a. aset dan kewajiban yang dinyatakan dalam unit mata uang asing harus disesuaikan
lagi pada nilai rupiah yang berlaku.
b. Terjadi penurunan kurs langsung → lebih sedikit rupiah yang diperlukan untuk
memperoleh 2.000.000 yen dibandingkan pada tanggal 31 Desember 20X1.
c. Utang usaha disesuaikan menjadi nilai rupiah sekarang dan keuntungan transaksi
mata uang asing sebesar Rp. 8.000.000,- ( ¥ 2.000.000 x (Rp. 90 – Rp. 86,-) diakui
untuk perubahan kurs sejak tanggal laporan posisi keuangan.
d. PT. Induk membeli ¥ 2.000.000 dengan membayar pedagang mata uang asing pada
kurs spot sebesar Rp. 172.000.000,- (¥ 2.000.000 x Rp. 86,-)
e. Pada akhirnya, PT. Induk dapat melunasi utangnya (dalam yen) kepada Tokyo
Industries sebesar ¥ 2.000.000.
1 April 20X2 :
(3) dr. Unit Mata Uang Asing (¥) 172.000.000
cr. Kas 172.000.000
(memperoleh mata uang asing)

(4) dr. Utang Usaha (¥) 180.000.000


cr. Keuntungan Transaksi Mata Uang Asing 8.000.000
Unit Mata Uang Asing (¥) 172.000.000
(menyelesaikan utang dalam mata uang asing dan
mengakui keuntungan dari perubahan kurs
sejak tanggal 31 Desember 20X1)
Pemahaman revaluasi dari perspektif akun T (T account).

Utang Usaha ( ¥ )
20X1
1 Okt. 160 juta ( 2 juta yen x Rp. 80)
20X2 31 Des. 20 juta ( 2 juta yen x Rp.[(80 –Rp.90,-)]
1 Apr. [2 juta yen x (Rp. 90 – Rp. 86)] = Rp. 8 juta 31 Des. 180 juta Saldo ( 2 juta yen x Rp. 90,-)

1 Apr. pelunasan
( 2 juta yen x Rp. 86,-) = Rp. 172 juta
2 Apr. 0 Saldo.

Anda mungkin juga menyukai