Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS/PENILAIAN SAHAM

Bertujuan untuk menentukan perusahaan atau


saham mana saja yang menguntungkan.
Variabel/faktor fundamental yang mempengaruhi nilai
intrinsik (intrinsic value) saham:

Variabel-variabel/faktor fundamental:
 tingkat penjualan,
 pertumbuhan penjualan,
 biaya operasional,
 kebijakan dividen,
 dan lain-lain.
Memperkirakan harga saham:

1. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental

2. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut


untuk menaksir harga saham (Share price
forcasting model), yaitu present value dividen yang
akan diterima.
Masalah yang timbul:

- Berapa tingkat pendapatan yang diminta (r)?


Tergantung tingkat risiko. Semakin tinggi risiko, akan
meningkatkan r, dan harga saham akan turun.

- Berapa dividen?
Tergantung tingkat profitabilitas. Semakin tinggi profitabilitas,
kemampuan perusahaan membayar dividen meningkat, dan
harga saham akan meningkat.
Menaksir nilai intrinsik (intrinsic value):

1. Dividend discount model


2. Multiplier laba (PER)
3. Menggunakan faktor-faktor yang relevan.

Setelah nilai intrinsik (intrinsic value / IV ) saham diestimasi,


kemudian bandingkan dengan harga pasarnya (MP).
Pedoman yang digunakan:

1. Apabila IV > MP: undervalued (harganya terlalu rendah),


dan karenanya layak dibeli / ditahan.

2. Apabila IV < MP: overvalued (harganya terlalu mahal), dan


karenanya layak dijual / tidak membeli

3. Apabila IV = MP: harganya dinilai wajar dan berada dalam


kondidi keseimbangan.
1. Dengan menggunakan Dividend
Discount Model:

D1
P0  (r  g(constant
) growth model)

Bagaimana menentukan tingkat pendapatan yang diharapkan, r ?

◙ Model pendapatan: D P  Pt
r 1 t 1
Pt
◙ CAPM : r  RF  Premi Risiko

Dan Tingkat Pertumbuhan (g) : g  b x ROE


Contoh 1:
Harga perdana yang ditawarkan oleh Bank BNI sewaktu
melakukan initial public offering (IPO), atau penawaran
pertama kepada masyarakat adalah sebesar Rp.850,- per
lembar saham. Pada waktu itu, otoritas moneter
mengharapkan agar pertumbuhan kredit perbankan tidak
melebihi 17% per tahun.
Diharapkan perusahaan akan memperoleh laba persaham
(EPS) tahun depan sebesar Rp.160,- dan 30% dibagikan
sebagai dividen. Karena pertumbuhan kredit diharapkan
hanya 17% per tahun, maka cukup wajar jika EPS juga
diharapkan meningkat 17% per tahun (g=17%).
Karena risiko investasi pada usaha bank cukup tinggi, maka
dipergunakan r sebesar 22%.
D1 ( 160 x 0 ,30 )
P0 
• Nilai intrinsik adalah: (r  =
g) ( 0 ,22  0,17 )

= Rp. 960,-

Dengan nilai intrinsik sebesar Rp. 960,- dan saham hanya


ditawarkan seharga Rp.850,-, maka tawaran tersebut cukup
menarik untuk dibeli.
Contoh 2:
Perusahaan ABC membayar dividen tahun ini Rp. 100,- dan
berencana melanjutkan pemberian 40% dari labanya sebagai
dividen. Jika perusahaan akan menghasilkan return on equity
sebesar 10% dan jika anda membutuhkan 12% return dari
saham, berapa nilai saham tersebut?

g = bR = (0,60)(0,10) = 0,06
D1 = D0 (1+g) = 100 (1+0,06) = 106
D1 106
P0   
( r  g ) 0 ,12  0Rp.
,06 1.767,-
2. Dengan menggunakan Multiplier Laba
(PER model):

P0 = Taksiran EPS x PER yang ditaksir

Pendekatan ini memusatkan perhatian pada laba (EPS)


dan PER, karena:

1. Laba (EPS) merupakan sumber pembayaran dividen

2. Terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba


dengan pertumbuhan harga saham
Faktor-faktor yang mempengaruhi laba (EPS):

EPS  ROE x BV  NI x Equity  NI


Equity Saham Saham

ROE  ROA x Leverage  NI x TA


TA Equity

ROA  NIM x TATO  NI x NS


NS TA

NIM  NI x NOI  Income Ratio xOperating Efficiency


NOI NS
 Income ratio menunjukkan dampak pembayaran
bunga dan pajak pada laba bersih,

 Operating efficiency menunjukkan kemampuan


menghasilkan laba operasi dari setiap rupiah
penjualan (profit margin).
Estimasi EPS ( E1):

E1  E0 (1  g)

Bagaimana memperkirakan pertumbuhan EPS (g)?

g  b x ROE
• Dengan estimasi EPS dimasa yang akan datang, maka
dapat diperkirakan dividen yang akan diterima:

D1  E1 (1  b)
 (1-b) = rasio pembayaran dividen
Setelah nilai-nilai faktor fundamental di estimasi, maka:

P0
Maka PER  E1
D1 D1
P0  PER  E1
karena (r  ,gsehingga
) r  g 

E11  b
D1  E11  b PER  E1
karena , maka r  g 

PER 
1  b
r  g 
sehingga :
Faktor-faktor yang mempengaruhi PER:

1. Rasio laba yang dibayarkan sebagai dividen atau pay-out


ratio (1-b)

2. Tingkat keuntungan yang diharapkan pemodal, r.

3. Pertumbuhan dividen (g).


Jika faktor-faktor lainnya konstan, maka:

1. Semakin tinggi pay-out ratio (1-b), semakin tinggi PER

2. Semakin tinggi keuntungan yang disyaratkan (r), semakin


rendah PER.

3. Semakin tinggi pertumbuhan dividen (g), semakin tinggi


PER.
Berdasarkan PER, maka nilai intrinsik saham:

P0  E1 x PER
Contoh Soal:
1. Dengan menggunakan constant growth model, hitunglah nilai suatu saham
jika dividen tahun depan Rp. 300,- Pertumbuhan dividen jangka panjang
adalah 12% dan laba yang diharapkan adalah 15%.

Nilai saham adalah: D1/(r-g) = 300/(15%-12%) = 10.000,-

2. Saham diperjual belikan seharga Rp. 4.000,- dengan perkiraan dividen Rp.
250,- Menurut konsensus para analis, saham ini memiliki pertumbuhan
dividen sebesar 10% per tahun untuk jangka panjang. Jika pasar modal dalam
kondisi ekuilibrium, berapa “market discount rate” untuk saham tersebut?

P = D/(r-g)  D/P = r-g  r = (D/P) + g

r = (250/4000) + 10% = 16,25%


3. Suatu perusahaan memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 147
milyar dan mengeluarkan dividen kepada pemegang saham sebesar Rp.
63 milyar. Jika saat ini saham perusahaan diperdagangkan pada harga
Rp. 1.075 per saham, berapa rasio pembayaran dividennya:

DPR = Dividen/Laba Bersih  DPR = 63 m /147 m = 42,86%

4. Laba bersih per saham suatu perusahaan sebesar Rp. 340,- serta rasio
pembayaran dividen 22%. Jika anda memiliki sejumlah 20.000 lembar
saham yang Anda beli seharga Rp. 1.400,- per saham. Berapakah
dividen yield nya?

Dividen Yield = DPS/Market Price


= (340 x 22%)/1.400 = 5,34%
5. Laba bersih per saham suatu perusahaan sebesar Rp. 375,- dan saham
tersebut diperdagangkan di bursa efek seharga Rp. 1.100,- per saham.
Dividen per saham yang dibayarkan adalah sebesar Rp. 225,-.
Berapakah rasio harga terhadap laba bersih (PER)

PER = Market Price/EPS =1.100/375 = 2,93 x

6. Laba bersih per saham biasa tahun lalu Rp. 480,- dan mengeluarkan
20% sebagai dividen. Tahun ini laba perusahaan meningkat sebesar
30%, namun kebijaka rasio pembayaran dividennya tidak berubah yakni
tetap 20%. Berapakah besarnya dividen per saham yang dapat anda
harapkan atas laba tahun ini?

EPSo = 480  g = 30%  EPS1 = (EPS0 x (1+g) = 624


Do = EPSo x DPRo  D1 = EPS1 x DPR1 = 624 x 20% = 124,8
7. Saat ini Anda memiliki 9.000 saham ANTM. Selain kebijakan dividen
tunai, ANTM juga mengeluarkan saham bonus dengan rasio 35 saham
untuk setiap 100 saham. Dengan demikian, berapa jumlah saham Anda
setelah aksi tersebut?

Rasio 35 saham untuk setiap 100 saham = 35%


Jumlah saham setelah aksi saham bonus = 135% x 9.000 = 12.150
saham.

8. Jika Anda memiliki sebanyak 900 saham PT. X. Kemudian emiten


melakukan aksi stock split dengan rasio 5 untuk 3 saham yang Anda
miliki. Berapakah jumlah saham Anda setelah stock split?

Jumlah saham = 900 x (5/3) = 1.500 saham.


9. PT. X menahan laba bersihnya 60% dan tingkat pertumbuhan laba bersihnya
secara konsisten sebesar 9% per tahun. Berapakah ROE perusahaan
tersebut?

g = b x ROE  ROE = g/b  ROE = 9%/60% = 15%.

10. Saham PT. X memiliki PER = 7 x dan laba ditahan 40%. Jika Anda
mengharapkan keuntungan sebesar 20%, berapakah perkiraan
pertumbuhan laba?

PER = (1-b)/(k-g)  (k-g) = (1-b)/PER  g = k - {(1-b)/PER)}


g = 20% - {(1-40%)/7)} = 11,43%

11. Jika sebuah perusahaan membagikan semua laba bersih persahamnya


dalam bentuk dividen, maka rasio harga-laba perusahaan tersebut adalah?

PER = (1-b)/(k-g) jika semua laba dibagi  b = 0, dan g = 0


PER = 1/k.
3. Dengan menggunakan Faktor-faktor
yang dipandang relevan:

Penerapan analisis fundamental biasanya dengan menganalisis


langsung terhadap faktor-faktor yang dipandang akan
mempengaruhi harga saham:

1. Pertumbuhan penjualan
2. Nilai penjualan
3. Penghasilan diluar operasi
4. Net profit margin
5. Price earnings ratio
Contoh:

Analisis dilakukan per triwulanan, berdasarkan data-data


sbb:

Laba bersih persaham triwulan terakhir


( Q 0) = Rp. 306.
Sedangkan ( Q -1), ( Q -2) dan ( Q -3) berturut-turut adalah
Rp. 290, Rp. 280, dan Rp. 260.
Informasi yang harus dikumpulkan:

1. Perkiraan pertumbuhan penjualan per triwulan 5%


2. Penjualan bersih triwulan terakhir Rp. 100 Milyar
3. Penghasilan diluar operasi Rp. 2 milyar
4. Net profit margin sebesar 9% (diperkirakan tidak
akan berubah)
5. Jumlah lembar saham yang beredar 30 juta lembar
6. Dividend pay-out ratio sebesar 40%.
    Trw

Ramalan
No. Variabel saat ini

    (Q0) Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4


(Q1) (Q2) (Q3) (Q4)
   

1 Pertumbuhan penjualan (%) 5% 5% 5% 5% 5%

2 Penjualan bersih (milyar) 100.00 105.00 110.25 115.76 121.55

3 Other income 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00

4 Total penghasilan 102.00 107.00 112.25 117.76 123.55

5 Net profit margin (%) 9 9 9 9 9

6 Laba setelah pajak (milyar) 9.18 9.63 10.10 10.60 11.12

7 Jumlah saham (juta lembar) 30 30 30 30 30

8 Q = EPS trw 306 321 337 353 371

9 DPS (DPO ratio = 40%) 122.40 128.40 134.70 141.32 148.26

10 A = EPS tahunan 1,136 1,197 1,253.75 1,317.04 1,381.69


11 Perkiraan Harga Saham (PER = 12 x) 13,632 14,364 15,045 15,804 16,580
Tingkat keuntungan yang diharapkan dalam satu tahun adalah:

D  (P  Pt )
r 1 t 1
Pt

552,68  ( 16.580  13.632)


 25,68%
13.632
PENILAIAN OBLIGASI

1. Obligasi (fixed rate) tanpa batas waktu

Nilai sekarang dari obligasi tanpa jangka waktu sama dengan


nilai kapitalisasi dari aliran kas tanpa batas pembayaran bunga.

Nilai intrinsik dihitung sbb:


I I I
V      
(1  k d )1 (1  k d ) 2 (1  k d ) 

I
 t
 I( PVIFA kd, ) V
I
t 1 (1  k ) kd
d
sehingga:
Contoh:

Misalkan anda membeli obligasi yang memberikan $50,- pertahun


selamanya. Diasumsikan tingkat pengembalian yang diinginkan
untuk obligasi ini adalah 12%, maka nilai sekarang (intrinsik)
adalah:

$ 50
V   $ 416,67
0,12

Angka tersebut menunjukkan jumlah (maksimum) yang anda mau


bayarkan untuk obligasi tersebut.
2. Obligasi (fixed rate) maturitas terbatas: kupon
bukan nol.
Obligasi ini ada jangka waktunya, dan memberikan kupon berkala,
dengan tingkat bunga tetap.

Nilai intrinsik obligasi tersebut sbb:


I I I MV
V       
(1  k d )1 (1  k d ) 2 (1  k d ) n (1  k d ) n

n
I MV
  (1  k
t 1 )t

(1  k d ) n
 I( PVIFA kd, n )  MV( PVIFkd, n )
d

Dimana: n = jangka waktu obligasi


MV = nilai jatuh tempo (maturitas)
Contoh:
Misalkan anda ingin menentukan nilai obligasi $ 1.000,- dengan kupon
10% dan jangka waktu maturitas 9 tahun. Tingkat kupon
berhubungan dengan pembayaran bunga $ 100,- per tahun. Jika
tingkat pengembalian yang diinginkan untuk obligasi ini sebesar 12%,
maka:
V  $100(PVIFA12%,9 )  $1.000(PVIF12%,9 )  $893,435

Disini, nilai sekarang obligasi lebih kecil dari nilai pari sebesar
$ 1.000,- karena tingkat pengembalian yang diinginkan lebih besar
dari tingkat kupon. Investor hanya mau membeli obligasi jika dijual
dengan tingkat potongan harga pada nilai pari.
Jika tingkat diskonto yang dianggap sesuai adalah 8% (bukan 12%),
maka:

V  $100(PVIFA8%,9 )  $1.000(PVIF8%,9 )  $1.124,94

Dalam hal ini, nilai sekarang obligasi lebih besar dari nilai pari,
karena tingkat pengembalian yang diinginkan lebih kecil dari tingkat
kupon. Untuk membeli obligasi tersebut investor harus membayar
premi.

Jika tingkat pengembalian sama dengan tingkat kupon, maka nilai


sekarang obligasi sama dengan nilai parinya.
Contoh soal:

Obligasi membayar bunga Rp. 160.000,- per tahun dengan jangka


waktu 5 tahun. Apabila obligasi tersebut mempunyai nilai pelunasan
(nominal) Rp. 1.000.000,- dan saat ini mempunyai harga pasar
sebesar Rp. 937.000,- maka hitunglah tingkat pengembalian internal
(IRR) yang diperoleh pemodal jika obligasi ditahan sampai jatuh
tempo?
Jawabannya: k = 18,02%.
3. Obligasi maturitas terbatas: kupon nol
(zero-coupon/pure discount bonds)

Pada obligasi ini tidak ada pembayaran bunga secara berkala, namun
obligasi di jual dengan diskon yang besar. Nilai obligasi ini adalah
nilai sekarang dari pembayaran pokok pada maturitas.
MV
V   MV ( PVIFkd ,n )
( 1  kd )n
Contoh:
Misalkan ada obligasi dengan kupon nol dengan maturitas 10 tahun
dan nilai nominal $ 1.000,-. Jika tingkat pengembalian yang
diinginkan adalah 12%, maka:
$ 1000
.
V  10
 $ 1000
. ( PVIF12%,10 )  $ 322.
( 1  0.12 )

Jika anda dapat membeli obligasi ini dengan harga $ 322, dan
ditebus 10 tahun kemudian seharga $ 1.000, berarti investasi awal
anda memberikan tingkat pengembalian tahunan (spot rate)
majemuk sebesar 12%.
Contoh soal:
Misalkan pemodal membayar suatu obligasi dengan harga
Rp. 743.000,- saat ini dan akan menerima pelunasan nilai nominal
obligasi tersebut sebesar Rp. 1.000.000,- dua tahun yang akan
datang. Tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pembeli obligasi
tersebut adalah spot rate dua tahun (i02) yang dinyatakan dalam
bentuk tahunan.

Hitunglah besarnya spot rate dua tahun (i02):


Rp .1000
. .000
Rp .743 .000 
( 1  i 02 ) 2

maka i02 = 16%.

Anda mungkin juga menyukai