Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

PENENTUAN KURS MATA UANG ASING

KELOMPOK 3:

1. A1B016063 INA SARAH MIA


2. A1B015088 MUHAMAD ANDRIAN INSAN SEJATI
3. A1B016109 YUMNA MEDILA SUMANTRI
4. A1B016103 MULYA FLOWERISTA
5. A1B016057 HARDIYANTI FATMA HANDAYANI
6. A1B016 NAYAKA REZA PRATAMA
7. A1B016109 NAWAL ISKANDAR

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM

2019
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Nilai tukar (atau dikenal sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai
tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang
masing-masing negara atau wilayah.

Dalam sistem pertukaran dinyatakan oleh yang pernyataan besaran jumlah unit yaitu "mata
uang" (atau "harga mata uang" atau "sarian mata uang") yang dapat dibeli dari 1 penggalan
"unit mata uang" (disebut pula sebagai "dasar mata uang").

Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah disetiap kali nilai-nilai
salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Sebuah mata uang akan cenderung
menjadi lebih berharga bila permintaan menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia. nilai
akan menjadi berkurang bila permintaan kurang dari suplai yang tersedia.

Peningkatan permintaan terhadap mata uang adalah yang terbaik karena


denganmeningkatnya permintaan untuk transaksi uang, atau mungkin adanya peningkatan
permintaan uang yang spekulatif. Transaksi permintaan uang akan sangat berhubungan
dengan tingkat aktivitas bisnis negara berkaitan, produk domestik bruto (PDB) (gross
domestic product (GDP) atau gross domestic income (GDI)) , dan tingkat permintaan
pekerja. Semakin tinggi tingkat menganggur pada suatu negara akan semakin sedikit
masyarakatnya yang secara keseluruhan akan dapat menghabiskan uang pada belanja
pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa dan Bank Sentral, di Indonesia dalam hal ini
dilakukan oleh Bank Indonesia biasanya akan sedikit kesulitan dalam melakukan
penyesuaian pasokan uang yang dalam persediaan untuk mengakomodasi perubahan dalam
permintaan uang berkaitan dengan transaksi bisnis.

Dalam mengatasi permintaan uang dengan tujuan untuk spekulatif, Bank Sentral akan sangat
sulit untuk mengakomodasinya akan tetapi akan selalu mencoba untuk melakukan dengan
melakukan penyesuaian tingkat suku bunga agar seseorang Investor dapat memilih untuk
membeli kembali mata uangnya bila (yaitu suku bunga) cukup tinggi, akan tetapi, dengan
semakin tinggi sebuah negara menaikan suku bunganya maka kebutuhan untuk mata uangnya
akan semakin besar pula. Dalam hal perlakuan tindakan spekulasi terhadap realitas mata
uang akan berkaitan dan dapat menghambat pada pertumbuhan perekonomian negara serta
para pelaku spekulasi akan terus, terutama sejak mata uang secara sengaja dibuat agar bisa
dalam bawah tekanan terhadap mata uang dalam rangka untuk memaksa agar Bank Sentral
dapat menjual mata uangnya untuk tetap membuat stabilitas (bila hal ini terjadi maka para
spekulan akan berusaha dapat membeli kembali mata uang tersebut dari bank dan pada harga
yang lebih rendah atau selalu akan dekat dengan posisi harapan dengan demikian
pengambilan keuntungan terjadi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana keseimbangan dalam penentuan kurs?

b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kurs?

c. Bagaimana peranan bank sentral dalam penentuan kurs?

1.3 TUJUAN PENULISAN

a. Untuk mengetahui bagaimana keseimbangan dalam penentuan kurs.

b. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kurs.

c. Untuk mengetahui bagaimana peranan bank sentral dalam penentuan kurs.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 KESEIMBANGAN DALAM PENENTUAN KURS

 Apresiasi berarti meningkatnya nilai mata uang suatu Negara relative terhadap mata uang
lainnya.

 Depresiasi berarti sebaliknya, yaitu menurunnya nilai mata uang suatu Negara relative
terhadap mata uang lainnya.
 Devaluasi berarti menurunkan nilai atau kurs mata uang terhadap mata uang lainnya
secara resmi. Situasi semacam ini biasanya terjadi di Negara yang menetapkan kurs mata
uangnya secara resmi, atau menggunakan kurs tetap.
 Revaluasi berarti sebaliknya, yaitu meningkatkan nilai atau kurs mata uang terhadap mata
uang lainnya secara resmi. Harga suatu mata uang asing relative terhadap mata uang
lainnya (kurs) sangat tergantung dari kekuatan penawaran (supply) dan permintaan
(demand) mata uang tersebut.
Jika kita menggunakan kaca mata Indonesia, maka kita akan membicarakan dollar.
Kurs rupiah/dollar akan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dollar di pasar valuta
asing. Misalkan sekarang barang Indonesia menjadi lebih murah relative dibandingkan
barang di Amerika, yang berarti nilai dollar dari rupiah turun, maka akan lebih banyak
orang Amerika Serikat menginginkan barang Indonesia, karena lebih murah. Situasi ini
akan menyebabkan permintaan terhadap rupiah naik, atau dollar yang disediakan untuk
ditukar menjadi rupiah akan semakin banyak. Kemudian karena barang di Indonesia lebih
murah, relative terhadap barang di Amerika Serikat, orang Indonesia akan lebih suka
membeli barang Indonesia. Permintaan terhadap barang Amerika Serikat menjadi
semakin berkurang. Akibatnya, dengan mengasumsikan permintaan tetap, kurva
permintaan terhadap dollar AS bergeser ke sebelah kiri. Seperti terlihat dalam bagan 4.1
(dengan menganggap penawaran konstan). Pada kenyataannya, perubahan dua kekuatan
tersebut akan terjadi bersama, sehingga keduanya akan Nampak seperti dalam bagan 4.2.
memperlihatkan hasil akhir yaitu mata uang rupiah mengalami apresiasi terhadap mata
uang dollar. Jumlah mata uang rupiah yang diperlukan untuk membeli satu dolarnya
sesudah terjadi penurunan harga barang Indonesia menjadi lebih sedikit dibandingkan
sebelumnya (Rp2.500,00 , Rp3.000,00). Dengan kata lain rupiah mengalami depresiasi
terhadap rupiah.
Bagan 4.1
Kurva permintaan dolar bergeser ke sebelah kiri

Harga $ dalam Rupiah (Rp/$)

S$

e1

3000

D$
D$

Q0 Q1 Kuantitas

Bagan 4.2
Kurva permintaan dan penawaran dolar bergeser
Harga $ dalam Rupiah (Rp/$)

S$

10.000 S$1

9000
D$

D$1

Q0 Q3 Kuantitas

Besarnya apresiasi atau depresiasi bisa dihitung sebagai berikut ini, misal dua mata uang
yang terlibat adalah Rupiah dengan Dolar AS.
Apresiasi / depresiasi Dolar AS =

Apresiasi / depresiasi Rupiah =

Dalam contoh di atas,

Apresiasi (depresiasi) Dolar AS =

Yang berarti dolar mengalami depresiasi sebesar 16,67% terhadap Rupiah, atau
menggunakan rumus yang kedua sebagai berikut ini

Apresiasi (Depresiasi) Rupiah =

Yang berarti rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar sebesar 20%. Perhatikan bahwa
e1 = Rp2.500/$ > e0 = Rp3000/$, menandakan bahwa rupiah mengalami apresiasi
terhadap dolar. Perhatikan bahwa apresiasi Rupiah terhadap dolar tidak sama dengan
depresiasi dolar terhadap Rupiah. Hal ini terjadi karena pembagi dan perbedaan kurs
antara kedua mata uang tersebut berbeda.

Ilustrasi : Perhitungan Tingkat Apresiasi dan Depresiasi


Dalam contoh di atas, jika kita mengetahui Rupiah mengalami apresiasi 20% terhadap
dolar, berapa depresiasi dolar terhadap Rupiah? Pertama, kita tahu apresiasi Rupiah
dihitung sebagai berikut ini.

Apresiasi (depresiasi) rupiah =


Atau disederhanakan penulisannya menjadi
Apresiasi Rupiah =
Sementara depresiasi dolar terhadap rupiah adalah

(depresiasi) dolar =
Kita tahu bahwa Rp/$ merupakan kebalikan dari $/Rp , berarti kita bisa menuliskan
persamaan diatas menjadi
Depresiasi Dolar =

=(e0/e1)-(e0/e0)
=(e0/e1)-1
=(e0/e1)-(e1/e1)
Atau
Depresiasi Dolar = =(e0/e1)-1
Dalam contoh diatas, apresiasi Rupiah terhadap dolar adalah 20%, atau apresiasi (e1-
e0)/e0 = 20%, (e1-e0)-1= 0,2, atau (e1-e0) = 1,2. Dengan demikian e1-e0 = 1/1,2 = 0,833.
Depresiasi dolar terhadap Rupiah adalah (e0-e1)/e1.
Depresiasi dolar AS = (e0/e1)-1= (1/1,2) – 1 = 0,833 - 1 = - 0,167. Tanda minus
menunjukkan depresiasi.

Ilustrasi : Kaitan Antara Depresiasi dan Apresiasi


Jika Rupiah apresiasi x% terhadap dolar, berpaa persen depresiasi Doalr terhadap
Rupiah?

Apresiasi rupiah = = x%
=(e1/e0) – (e0/e0) = (e1/e0)-1 = x% atau e1/e0 = 1+ x%
Karena kurs Rupiah/Dolar merupakan kebalikan kurs Dolar/Rupiah, maka formula diatas
bisa ditulis sebagai berikut, untuk menghitung depresiasi rupiah terhadap dolar.

Depresiasi dolar = atau

Depresiasi dolar = = (e0/e1)-(e0/e0)

=e0/e1-1
=1/(e1/e0)-1
=1/(1+x%)-1

= – = - x% / (1+x%)
Dalam contoh diatas, Rupiah apresiasi sebesar 20%(Rp.3.000/$ menjadi Rp.2.500/$).
Dolar mengalami depresiasi sebesar –x% / (1+x%) = -0,20 / (1+0,20) = -0,167 atau
16,7%.
Dengan cara yang sama, jika kita mengetahui depresiasi suatu mata uang. Kita bisa
menghitung apresiasi mata uang lainnya sebagai berikut.
Apresiasi = + x%/(1-x%).
Dalam contoh diatas, kita tahu bahwa Rupiah mengalami depresiasi sebesar 16,7%. Dolar
dengan demikian mengalami apresiasi tehadap Rupiah sebesar +0,167/(1-0,167) = +0,20
atau +20%.
Tanda positif menunjukkan bahwa dolar mengalami apresiasi.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS

Nilai tukar mata uang suatu negara adalah relatif, dan dinyatakan dalam

perbandingan dengan mata uang negara lain. Tentu saja perubahan nilai tukar mata uang

akan mempengaruhi aktivitas perdagangan kedua negara tersebut. Nilai tukar yang menguat

akan menyebabkan nilai ekspor negara tersebut lebih mahal, dan impor dari negara lain lebih

murah, dan sebaliknya.

Berikut adalah faktor-faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata

uang antara dua negara:

a. Inflasi

Suatu negara dengan tingkat inflasi konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar

mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing

power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu,

negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara

Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara

yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner

dagangnya.

Contoh: Jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang

cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis

permintaan terhadap produk relatif mengalami penurunan.Rasio uang dalam daya beli

(paritas daya beli) berfungsi sebagai titik nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai.

Itulah mengapa tingkat inflasi berdampak pada nilai tukar. Peningkatan inflasi di suatu

negara mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya. Penyusutan inflasi

uang di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan
nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang negara-negara di mana tingkat inflasi

yang lebih rendah.

b. Tingkat Suku Bunga

Suku bunga, inflasi, dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah

tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar

mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang

negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return

yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank

sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku

bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.

Suku bunga mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika

melakukan transaksi, bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di pasar

modal nasional dan global dengan pandangan yang berasal dari laba. Mereka lebih

memilih untuk mendapatkan pinjaman lebih murah di pasar uang asing, dimana tingkat

lebih rendah, dan tempat mata uang asing di pasar kredit domestik, jika tingkat bunga

yang lebih tinggi. Di sisi lain, kenaikan nominal suku bunga di suatu negara menurunkan

permintaan untuk mata uang domestik sebagai tanda terima kredit yang mahal untuk

bisnis. Dalam hal mengambil pinjaman, pengusaha meningkatkan biaya produk mereka

yang, pada gilirannya, menyebabkan tingginya harga barang dalam negeri. Hal ini relatif

mengurangi nilai mata uang nasional terhadap satu negara

c. Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan antara dua negara berisi semua pembayaran dari hasil jual

beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut
membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran

yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan

lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang

negara tersebut terhadap negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut

surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner

dagang.

d. Hutang Publik (Public Debt)

Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-

proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public

debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit

anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan

bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal

bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung

memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.

e. Ratio Harga Ekspor Dan Harga Impor

Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata

uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara

tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya

untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.

f. Kestabilan Politik Dan Ekonomi

Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan

kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung

beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada
kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai

tukar mata uang negara tersebut.

g. Ekspektasi

Faktor terakhir yang mempengaruhi kurs adalah ekspektasi nilai tukar di masa

depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap

berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal

melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual Dollar,

karena memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan

menekan nilai tukar Dollar dalam pasar.

2.3 PERANAN BANK SENTRAL DALAM PENENTUAN KURS

A. Independensi Bank Sentral

Independensi bank sentral adalah kebebasan bank sentral untuk dapat melaksanakan
kebijakan moneternya yang bebas dari pertimbangan-pertimbangan politik (Fraser 1994).

Bank sentral merupakan otoritas moneter tertinggi suatu Negara, yang mempunyai
tugas antara lain:

- Menjaga stabilitas harga,

- Menjaga tingkat bunga yang cukup rendah,

- Menjaga nilai mata uang agar berada dalam zona target tertentu.

Stabilitas harga berarti tingkat inflasi yang relatif rendah, sedangkan tingkat bunga

yang cukup rendah diharapkan bisa mendorong iklim investasi. Apabila tingkat bunga

rendah, pertumbuhan ekonomi bisa meningkat, tetapi inflasi cenderung meningkat juga.

Dengan demikian, tingkat bunga dijaga sedemikian rupa sehingga pertumbuhan ekonomi

tidak mengakibatkan inflasi yang tidak terkendalikan.


Stabilitas kurs mata uang juga harus diperhatikan. Untuk menjaga stabilitas kurs mata

uang, bank sentral bisa melakukan intervensi di pasar keuangan. Misalkan kurs mata uang

dolar melemah terhadap yen, dan Bank Sentral Amerika Serikat merasa bahwa kurs

tersebut terlalu rendah dibandingkan kurs ideal, Bank Sentral Amerika Serikat bisa

membeli dolar dengan menjual yen di pasar terbuka (pasar keuangan). Campur tangan

semacam itu bisa juga dilakukan oleh Bank Sentral Jepang atau kerja sama antara kedua

bank sentral tersebut (Amerika Serikat dan Jepang). Dengan cara semacam itu permintaan

terhadap dolar menjadi meningkat dan ini akan mendorong nilai dolar terhadap yen naik.

Tugas Bank Sentral akan sangat menentukan nilai mata uang suatu Negara. Dengan

uang fiat (fiat money), tidak ada standar tertentu yang bisa dijadikan pegangan untuk

menentukan nilai mata uang dimasa mendatang. Jika Bank Sentral mencetak uang terlalu

banyak, inflasi akan terjadi, dan nilai mata uang akan menurun. Nilai suatu mata uang

akan turun apabila pasar memperkirakan Bank Sentral akan melonggarkan kebijakan

moneternya (menambah jumlah uang) dimasa mendatang.

Mata uang kualitas tinggi sering disebut hard currency atau devisa adalah mata uang

yang mempunyai daya beli yang stabil, sebab mata uang tersebut didukung oleh Bank

Sentral yang mempunyai komitmen untuk menjaga daya beli mata uang tersebut. Mata

uang dengan kualitas “rendah” yang berharga “murah” adalah mata uang suatu Negara

yang menerbitkan uang terlalu banyak sehingga mendorong inflasi dan menurunkan nilai

mata uang Negara tersebut.

Suatu Bank Sentral tergoda untuk “memproduksi” uang yang berlebihan dikarenakan

Bank Sentral seringkali memperoleh tekanan dari pihak pemerintah untuk mengikuti
kebijaksanaan moneter yang lebih longgar. Kebijaksanaan moneter longgar tersebut

berarti mendorong suplai uang yang lebih banyak untuk menurunkan tingkat bunga.

Dalam jangka pendek kebijaksanaan longgar di atas bisa mendorong pertumbuhan

ekonomi. Namun Dalam jangka panjang, kebijaksanaan tersebut dapat mengacaukan

perekonomian. Kadang-kadang Bank Sentral tidak bisa melepaskan diri dari tekanan

pemerintah untuk mengikuti kemauan pemerintah. Bank Sentral tidak lagi independen

dalam hal ini. Beberapa Negara mempunyai desain Bank Sentral yang sedemikian rupa

sehingga independensi Bank Sentral bisa terjaga.

Bukti empiris menunjukkan bahwa Negara yang mempunyai Bank sentral yang

independen akan mempunyai tingkat inflasi yang lebih rendah, dan kebalikannya.

Tercatat Bank Sentral Jerman, Swis, dan Amerika Serikat mempunyai tingkat inflasi yang

rendah. Negara yang mempunyai Bank Sentral yang relative kurang independen adalah

Selandia Baru, Italia, dan Spanyol. Mempunyai tingkat inflasi yang cukup tinggi selama

tahun 1951-1988.

B. Intervensi bank sentral

Intervensi di pasar valuta asing biasanya mengacu pada kejadian di mana transaksi

penjualan atau pembelian mata uang suatu negara dilakukan secara resmi oleh Bank

Sentral negara tersebut untuk mempengaruhi nilai atau kurs mata uang tersebut relatif

terhadap mata uang lainnya. Seperti yang diketahui Bank Sentral biasanya mempunyai

target kurs yang diinginkan, apabila kurs mata uang berada di luar harapan bank sentral

maka Bank Sentral bisa melakukan campur tangan atau intervensi di pasar keuangan atau

valuta asing. Intervensi yang dilakukan Bank Sentral hanya memiliki efek jangka pendek,

apabila intervensi tersebut menimbulkan efek. Seringkali intervensi Bank sentral dapat
bekerja jikan beberapa Bank Sentral melakukan intervensi bersama. Tetapi biasanya

pengaruh tersebut akan berlangsung dalam jangka pendek. Apabila kondisi makro atau

variabel-variabel ekonomi tidak berubah , kurs akan kembali lagi ke nilai yang

mencerminkan kondisi fundamental negara. Intervensi bisa dilakukan secara tidak

langsung yaitu dengan mengubah variabel ekonomi suatu negara. Sebagai contoh, inflasi

suatu negara dinaikkan sedangkan inflasi di negara lainnya diturunkan(deflasi). Dengan

contoh negara Jerman dan Amerika Serikat, Bank Sentral Jerman bisa menerapkan

kebjiksanaan moneter longgar sehingga inflasi di Jerman naik, sedangkan Amerika

Serikat bisa menerapkan kebijaksanaan moneter ketat sehingga inflasi turun. Kesulitan

yang bisa terjadi dengan cara semacam itu adalah sulitnya mengkoordinasi kebijakan

moneter antarnegara. Dalam contoh tersebut Bank Sentral Jerman barabgkali tidak

menurunkan tingkat bunga karena Bank Sentral Jerman sangat anti terhadap inflasi.

Perubahan atau perbaikan variabel ekonomi akan membawa dampak yang lebih

kuat dan lama dibandingkan dengan intervensi Bank Sentral. Pasar valuta asing tidak

akan percaya hanya dengan tindakan jangka pendek. Perbaikan yang bersifat janga

panjang, yaitu mengubah variabel ekonomi seperti tingkat bunga, jumlah uang yang

beredar atau inflasi, akan menentukan pengharapan nilai mata uang di masa mendatang,

yang berarti kurs mata uang tersebut. Alternatif lain adalah dengan menggunakan

pengendalian mata uang, tetapi alternatif ini tidak mencerminkan kekuatan pasar yang

sebenarnya. Sebagai akibatnya ketidakseimbangan akan terjadi, dan hal ini tidak akan

memperbaikisituasi. Pasar gelap akan munculsebagai alternatif pasar resmi yang tidak

mencerminkan kondisi pasar.


BAB III
KESIMPULAN

Nilai tukar mata uang terhadap dolar atau yang dikenal dengan kurs mata uang, tentu bisa
berubah kapan pun mengikuti perubahan faktor penentunya. Apabila faktor penentunya berubah,
maka kurs mata uang atau nilai tukar mata uang juga ikut berubah.

Permintaan dan penawaran dalam kegiatan ekspor-impor menjadi penentu utama perolehan
valuta asing. Jika laju permintaan dan penawaran valas terjamin dengan baik, nilai tukar rupiah
terhadap dolar juga akan stabil.

Posisi Balance of Payment (BOP) atau neraca pembayaran internasional juga berpengaruh.
Catatan keseimbangan transaksi ekonomi internasional yang stabil diperlukan guna
menghasilkan posisi saldo negara yang surplus atau ekuilibrium. Dengan demikian, nilai tukar
rupiah akan stabil dan cenderung menguat.

Tingkat inflasi merupakan faktor utama dalam naik turunnya kurs mata uang. Apabila terjadi
inflasi, maka nilai tukar rupiah menurun. Inflasi dapat terjadi jika permintaan menurun dan
penawaran meningkat yang pada akhirnya barang tidak laku terjual, sehingga tidak ada
pemasukan pendapatan, bahkan mengalami kerugian.

Tingkat suku bunga juga dapat mempengaruhi kurs mata uang karena berpengaruh terlebih
dahulu pada pendapatan nasional. Intervensi pemerintah dalam sistem perekonomian juga
berpengaruh karena peran kontrol yang dilakukan dalam berbagai keputusan ekonomi kurang
dicermati dengan baik, sehingga bisa menurunkan kurs mata uang.
Bank Sentral mempunyai peranan yang penting dalam penentuan kurs mata uang suatu negara.
Bank Sentral bisa melakukan intervensi di pasar uang untuk menstabilkan kurs mata uang.
Intervensi tersebut bisa dilakukan bersama Bank Sentral negara lain yang terkait. Bank Sentral
yang independen harus cenderung mempertimbangkan berbagai faktor penentu dan keadaan
perekonomian suatu negara.Hal tersebut sangat penting dilakukan secara cermat demi mampu
menghasilkan kondisi perekonomian yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, M, Mamduh. 2016. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta.


Universitas Gajah Mada.

Anda mungkin juga menyukai