KELOMPOK 3:
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Nilai tukar (atau dikenal sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai
tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang
masing-masing negara atau wilayah.
Dalam sistem pertukaran dinyatakan oleh yang pernyataan besaran jumlah unit yaitu "mata
uang" (atau "harga mata uang" atau "sarian mata uang") yang dapat dibeli dari 1 penggalan
"unit mata uang" (disebut pula sebagai "dasar mata uang").
Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah disetiap kali nilai-nilai
salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Sebuah mata uang akan cenderung
menjadi lebih berharga bila permintaan menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia. nilai
akan menjadi berkurang bila permintaan kurang dari suplai yang tersedia.
Dalam mengatasi permintaan uang dengan tujuan untuk spekulatif, Bank Sentral akan sangat
sulit untuk mengakomodasinya akan tetapi akan selalu mencoba untuk melakukan dengan
melakukan penyesuaian tingkat suku bunga agar seseorang Investor dapat memilih untuk
membeli kembali mata uangnya bila (yaitu suku bunga) cukup tinggi, akan tetapi, dengan
semakin tinggi sebuah negara menaikan suku bunganya maka kebutuhan untuk mata uangnya
akan semakin besar pula. Dalam hal perlakuan tindakan spekulasi terhadap realitas mata
uang akan berkaitan dan dapat menghambat pada pertumbuhan perekonomian negara serta
para pelaku spekulasi akan terus, terutama sejak mata uang secara sengaja dibuat agar bisa
dalam bawah tekanan terhadap mata uang dalam rangka untuk memaksa agar Bank Sentral
dapat menjual mata uangnya untuk tetap membuat stabilitas (bila hal ini terjadi maka para
spekulan akan berusaha dapat membeli kembali mata uang tersebut dari bank dan pada harga
yang lebih rendah atau selalu akan dekat dengan posisi harapan dengan demikian
pengambilan keuntungan terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KESEIMBANGAN DALAM PENENTUAN KURS
Apresiasi berarti meningkatnya nilai mata uang suatu Negara relative terhadap mata uang
lainnya.
Depresiasi berarti sebaliknya, yaitu menurunnya nilai mata uang suatu Negara relative
terhadap mata uang lainnya.
Devaluasi berarti menurunkan nilai atau kurs mata uang terhadap mata uang lainnya
secara resmi. Situasi semacam ini biasanya terjadi di Negara yang menetapkan kurs mata
uangnya secara resmi, atau menggunakan kurs tetap.
Revaluasi berarti sebaliknya, yaitu meningkatkan nilai atau kurs mata uang terhadap mata
uang lainnya secara resmi. Harga suatu mata uang asing relative terhadap mata uang
lainnya (kurs) sangat tergantung dari kekuatan penawaran (supply) dan permintaan
(demand) mata uang tersebut.
Jika kita menggunakan kaca mata Indonesia, maka kita akan membicarakan dollar.
Kurs rupiah/dollar akan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dollar di pasar valuta
asing. Misalkan sekarang barang Indonesia menjadi lebih murah relative dibandingkan
barang di Amerika, yang berarti nilai dollar dari rupiah turun, maka akan lebih banyak
orang Amerika Serikat menginginkan barang Indonesia, karena lebih murah. Situasi ini
akan menyebabkan permintaan terhadap rupiah naik, atau dollar yang disediakan untuk
ditukar menjadi rupiah akan semakin banyak. Kemudian karena barang di Indonesia lebih
murah, relative terhadap barang di Amerika Serikat, orang Indonesia akan lebih suka
membeli barang Indonesia. Permintaan terhadap barang Amerika Serikat menjadi
semakin berkurang. Akibatnya, dengan mengasumsikan permintaan tetap, kurva
permintaan terhadap dollar AS bergeser ke sebelah kiri. Seperti terlihat dalam bagan 4.1
(dengan menganggap penawaran konstan). Pada kenyataannya, perubahan dua kekuatan
tersebut akan terjadi bersama, sehingga keduanya akan Nampak seperti dalam bagan 4.2.
memperlihatkan hasil akhir yaitu mata uang rupiah mengalami apresiasi terhadap mata
uang dollar. Jumlah mata uang rupiah yang diperlukan untuk membeli satu dolarnya
sesudah terjadi penurunan harga barang Indonesia menjadi lebih sedikit dibandingkan
sebelumnya (Rp2.500,00 , Rp3.000,00). Dengan kata lain rupiah mengalami depresiasi
terhadap rupiah.
Bagan 4.1
Kurva permintaan dolar bergeser ke sebelah kiri
S$
e1
3000
D$
D$
Q0 Q1 Kuantitas
Bagan 4.2
Kurva permintaan dan penawaran dolar bergeser
Harga $ dalam Rupiah (Rp/$)
S$
10.000 S$1
9000
D$
D$1
Q0 Q3 Kuantitas
Besarnya apresiasi atau depresiasi bisa dihitung sebagai berikut ini, misal dua mata uang
yang terlibat adalah Rupiah dengan Dolar AS.
Apresiasi / depresiasi Dolar AS =
Yang berarti dolar mengalami depresiasi sebesar 16,67% terhadap Rupiah, atau
menggunakan rumus yang kedua sebagai berikut ini
Yang berarti rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar sebesar 20%. Perhatikan bahwa
e1 = Rp2.500/$ > e0 = Rp3000/$, menandakan bahwa rupiah mengalami apresiasi
terhadap dolar. Perhatikan bahwa apresiasi Rupiah terhadap dolar tidak sama dengan
depresiasi dolar terhadap Rupiah. Hal ini terjadi karena pembagi dan perbedaan kurs
antara kedua mata uang tersebut berbeda.
(depresiasi) dolar =
Kita tahu bahwa Rp/$ merupakan kebalikan dari $/Rp , berarti kita bisa menuliskan
persamaan diatas menjadi
Depresiasi Dolar =
=(e0/e1)-(e0/e0)
=(e0/e1)-1
=(e0/e1)-(e1/e1)
Atau
Depresiasi Dolar = =(e0/e1)-1
Dalam contoh diatas, apresiasi Rupiah terhadap dolar adalah 20%, atau apresiasi (e1-
e0)/e0 = 20%, (e1-e0)-1= 0,2, atau (e1-e0) = 1,2. Dengan demikian e1-e0 = 1/1,2 = 0,833.
Depresiasi dolar terhadap Rupiah adalah (e0-e1)/e1.
Depresiasi dolar AS = (e0/e1)-1= (1/1,2) – 1 = 0,833 - 1 = - 0,167. Tanda minus
menunjukkan depresiasi.
Apresiasi rupiah = = x%
=(e1/e0) – (e0/e0) = (e1/e0)-1 = x% atau e1/e0 = 1+ x%
Karena kurs Rupiah/Dolar merupakan kebalikan kurs Dolar/Rupiah, maka formula diatas
bisa ditulis sebagai berikut, untuk menghitung depresiasi rupiah terhadap dolar.
=e0/e1-1
=1/(e1/e0)-1
=1/(1+x%)-1
= – = - x% / (1+x%)
Dalam contoh diatas, Rupiah apresiasi sebesar 20%(Rp.3.000/$ menjadi Rp.2.500/$).
Dolar mengalami depresiasi sebesar –x% / (1+x%) = -0,20 / (1+0,20) = -0,167 atau
16,7%.
Dengan cara yang sama, jika kita mengetahui depresiasi suatu mata uang. Kita bisa
menghitung apresiasi mata uang lainnya sebagai berikut.
Apresiasi = + x%/(1-x%).
Dalam contoh diatas, kita tahu bahwa Rupiah mengalami depresiasi sebesar 16,7%. Dolar
dengan demikian mengalami apresiasi tehadap Rupiah sebesar +0,167/(1-0,167) = +0,20
atau +20%.
Tanda positif menunjukkan bahwa dolar mengalami apresiasi.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS
Nilai tukar mata uang suatu negara adalah relatif, dan dinyatakan dalam
perbandingan dengan mata uang negara lain. Tentu saja perubahan nilai tukar mata uang
akan mempengaruhi aktivitas perdagangan kedua negara tersebut. Nilai tukar yang menguat
akan menyebabkan nilai ekspor negara tersebut lebih mahal, dan impor dari negara lain lebih
Berikut adalah faktor-faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata
a. Inflasi
Suatu negara dengan tingkat inflasi konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar
mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing
power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu,
negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara
Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara
yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner
dagangnya.
Contoh: Jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang
cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis
permintaan terhadap produk relatif mengalami penurunan.Rasio uang dalam daya beli
(paritas daya beli) berfungsi sebagai titik nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai.
Itulah mengapa tingkat inflasi berdampak pada nilai tukar. Peningkatan inflasi di suatu
negara mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya. Penyusutan inflasi
uang di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan
nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang negara-negara di mana tingkat inflasi
Suku bunga, inflasi, dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah
tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar
mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang
negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return
yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank
sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku
bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
Suku bunga mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika
modal nasional dan global dengan pandangan yang berasal dari laba. Mereka lebih
memilih untuk mendapatkan pinjaman lebih murah di pasar uang asing, dimana tingkat
lebih rendah, dan tempat mata uang asing di pasar kredit domestik, jika tingkat bunga
yang lebih tinggi. Di sisi lain, kenaikan nominal suku bunga di suatu negara menurunkan
permintaan untuk mata uang domestik sebagai tanda terima kredit yang mahal untuk
bisnis. Dalam hal mengambil pinjaman, pengusaha meningkatkan biaya produk mereka
yang, pada gilirannya, menyebabkan tingginya harga barang dalam negeri. Hal ini relatif
c. Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan antara dua negara berisi semua pembayaran dari hasil jual
beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut
membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran
yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan
lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang
surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner
dagang.
Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-
proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public
debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit
anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan
bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal
bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung
Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata
uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara
tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya
untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.
Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan
kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung
beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada
kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai
g. Ekspektasi
Faktor terakhir yang mempengaruhi kurs adalah ekspektasi nilai tukar di masa
depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap
berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal
karena memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan
Independensi bank sentral adalah kebebasan bank sentral untuk dapat melaksanakan
kebijakan moneternya yang bebas dari pertimbangan-pertimbangan politik (Fraser 1994).
Bank sentral merupakan otoritas moneter tertinggi suatu Negara, yang mempunyai
tugas antara lain:
- Menjaga nilai mata uang agar berada dalam zona target tertentu.
Stabilitas harga berarti tingkat inflasi yang relatif rendah, sedangkan tingkat bunga
yang cukup rendah diharapkan bisa mendorong iklim investasi. Apabila tingkat bunga
rendah, pertumbuhan ekonomi bisa meningkat, tetapi inflasi cenderung meningkat juga.
Dengan demikian, tingkat bunga dijaga sedemikian rupa sehingga pertumbuhan ekonomi
uang, bank sentral bisa melakukan intervensi di pasar keuangan. Misalkan kurs mata uang
dolar melemah terhadap yen, dan Bank Sentral Amerika Serikat merasa bahwa kurs
tersebut terlalu rendah dibandingkan kurs ideal, Bank Sentral Amerika Serikat bisa
membeli dolar dengan menjual yen di pasar terbuka (pasar keuangan). Campur tangan
semacam itu bisa juga dilakukan oleh Bank Sentral Jepang atau kerja sama antara kedua
bank sentral tersebut (Amerika Serikat dan Jepang). Dengan cara semacam itu permintaan
terhadap dolar menjadi meningkat dan ini akan mendorong nilai dolar terhadap yen naik.
Tugas Bank Sentral akan sangat menentukan nilai mata uang suatu Negara. Dengan
uang fiat (fiat money), tidak ada standar tertentu yang bisa dijadikan pegangan untuk
menentukan nilai mata uang dimasa mendatang. Jika Bank Sentral mencetak uang terlalu
banyak, inflasi akan terjadi, dan nilai mata uang akan menurun. Nilai suatu mata uang
akan turun apabila pasar memperkirakan Bank Sentral akan melonggarkan kebijakan
Mata uang kualitas tinggi sering disebut hard currency atau devisa adalah mata uang
yang mempunyai daya beli yang stabil, sebab mata uang tersebut didukung oleh Bank
Sentral yang mempunyai komitmen untuk menjaga daya beli mata uang tersebut. Mata
uang dengan kualitas “rendah” yang berharga “murah” adalah mata uang suatu Negara
yang menerbitkan uang terlalu banyak sehingga mendorong inflasi dan menurunkan nilai
Suatu Bank Sentral tergoda untuk “memproduksi” uang yang berlebihan dikarenakan
Bank Sentral seringkali memperoleh tekanan dari pihak pemerintah untuk mengikuti
kebijaksanaan moneter yang lebih longgar. Kebijaksanaan moneter longgar tersebut
berarti mendorong suplai uang yang lebih banyak untuk menurunkan tingkat bunga.
perekonomian. Kadang-kadang Bank Sentral tidak bisa melepaskan diri dari tekanan
pemerintah untuk mengikuti kemauan pemerintah. Bank Sentral tidak lagi independen
dalam hal ini. Beberapa Negara mempunyai desain Bank Sentral yang sedemikian rupa
Bukti empiris menunjukkan bahwa Negara yang mempunyai Bank sentral yang
independen akan mempunyai tingkat inflasi yang lebih rendah, dan kebalikannya.
Tercatat Bank Sentral Jerman, Swis, dan Amerika Serikat mempunyai tingkat inflasi yang
rendah. Negara yang mempunyai Bank Sentral yang relative kurang independen adalah
Selandia Baru, Italia, dan Spanyol. Mempunyai tingkat inflasi yang cukup tinggi selama
tahun 1951-1988.
Intervensi di pasar valuta asing biasanya mengacu pada kejadian di mana transaksi
penjualan atau pembelian mata uang suatu negara dilakukan secara resmi oleh Bank
Sentral negara tersebut untuk mempengaruhi nilai atau kurs mata uang tersebut relatif
terhadap mata uang lainnya. Seperti yang diketahui Bank Sentral biasanya mempunyai
target kurs yang diinginkan, apabila kurs mata uang berada di luar harapan bank sentral
maka Bank Sentral bisa melakukan campur tangan atau intervensi di pasar keuangan atau
valuta asing. Intervensi yang dilakukan Bank Sentral hanya memiliki efek jangka pendek,
apabila intervensi tersebut menimbulkan efek. Seringkali intervensi Bank sentral dapat
bekerja jikan beberapa Bank Sentral melakukan intervensi bersama. Tetapi biasanya
pengaruh tersebut akan berlangsung dalam jangka pendek. Apabila kondisi makro atau
variabel-variabel ekonomi tidak berubah , kurs akan kembali lagi ke nilai yang
langsung yaitu dengan mengubah variabel ekonomi suatu negara. Sebagai contoh, inflasi
contoh negara Jerman dan Amerika Serikat, Bank Sentral Jerman bisa menerapkan
Serikat bisa menerapkan kebijaksanaan moneter ketat sehingga inflasi turun. Kesulitan
yang bisa terjadi dengan cara semacam itu adalah sulitnya mengkoordinasi kebijakan
moneter antarnegara. Dalam contoh tersebut Bank Sentral Jerman barabgkali tidak
menurunkan tingkat bunga karena Bank Sentral Jerman sangat anti terhadap inflasi.
Perubahan atau perbaikan variabel ekonomi akan membawa dampak yang lebih
kuat dan lama dibandingkan dengan intervensi Bank Sentral. Pasar valuta asing tidak
akan percaya hanya dengan tindakan jangka pendek. Perbaikan yang bersifat janga
panjang, yaitu mengubah variabel ekonomi seperti tingkat bunga, jumlah uang yang
beredar atau inflasi, akan menentukan pengharapan nilai mata uang di masa mendatang,
yang berarti kurs mata uang tersebut. Alternatif lain adalah dengan menggunakan
pengendalian mata uang, tetapi alternatif ini tidak mencerminkan kekuatan pasar yang
sebenarnya. Sebagai akibatnya ketidakseimbangan akan terjadi, dan hal ini tidak akan
memperbaikisituasi. Pasar gelap akan munculsebagai alternatif pasar resmi yang tidak
Nilai tukar mata uang terhadap dolar atau yang dikenal dengan kurs mata uang, tentu bisa
berubah kapan pun mengikuti perubahan faktor penentunya. Apabila faktor penentunya berubah,
maka kurs mata uang atau nilai tukar mata uang juga ikut berubah.
Permintaan dan penawaran dalam kegiatan ekspor-impor menjadi penentu utama perolehan
valuta asing. Jika laju permintaan dan penawaran valas terjamin dengan baik, nilai tukar rupiah
terhadap dolar juga akan stabil.
Posisi Balance of Payment (BOP) atau neraca pembayaran internasional juga berpengaruh.
Catatan keseimbangan transaksi ekonomi internasional yang stabil diperlukan guna
menghasilkan posisi saldo negara yang surplus atau ekuilibrium. Dengan demikian, nilai tukar
rupiah akan stabil dan cenderung menguat.
Tingkat inflasi merupakan faktor utama dalam naik turunnya kurs mata uang. Apabila terjadi
inflasi, maka nilai tukar rupiah menurun. Inflasi dapat terjadi jika permintaan menurun dan
penawaran meningkat yang pada akhirnya barang tidak laku terjual, sehingga tidak ada
pemasukan pendapatan, bahkan mengalami kerugian.
Tingkat suku bunga juga dapat mempengaruhi kurs mata uang karena berpengaruh terlebih
dahulu pada pendapatan nasional. Intervensi pemerintah dalam sistem perekonomian juga
berpengaruh karena peran kontrol yang dilakukan dalam berbagai keputusan ekonomi kurang
dicermati dengan baik, sehingga bisa menurunkan kurs mata uang.
Bank Sentral mempunyai peranan yang penting dalam penentuan kurs mata uang suatu negara.
Bank Sentral bisa melakukan intervensi di pasar uang untuk menstabilkan kurs mata uang.
Intervensi tersebut bisa dilakukan bersama Bank Sentral negara lain yang terkait. Bank Sentral
yang independen harus cenderung mempertimbangkan berbagai faktor penentu dan keadaan
perekonomian suatu negara.Hal tersebut sangat penting dilakukan secara cermat demi mampu
menghasilkan kondisi perekonomian yang baik.
DAFTAR PUSTAKA