Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

Desy Arisandy, M.Si.,Psikolog


HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

 Manusia adalah makhluk yang kompleks dan disinilah kompleksitas masalah berpotensi muncul dalam
praktik professional seorang psikolog ataupun ilmuwan tentang psikologi. Sebagai manusia, saat kita
bertemu dengan sesama, sering kali muncul sikap dan preferensi subjektif yang membuat kita sulit
memperlakukan setiap orang dengan sama persis
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi subjektivitas seorang
psikolog saat berhadapan dengan klien ialah sebagai berikut :

 Faktor-faktor demografis, seperti : jenis kelamin, ras, usia, agama, tempat asal, tahun lahir, dan sebagainya.
 Memori tentang wajah atau kepribadian klien yang mirip dengan yang pernah ditemui sebelumnya.
 Bidang usaha atau pekerjaan klien yang berhubungan dengan persoalan yang sedang psikolog hadapi.
 Penampilan fisik yang menarik dari klien.
 Pembawaan psikologis klien yang hangat dan bersahabat.
 Kesamaan atau perbedaan nilai-nilai, filosofi, dan pandangan hidup.
JENIS – JENIS HUBUNGAN ANTARA
PSIKOLOG DAN KLIEN

 HUBUNGAN MAJEMUK (MULTIPLE RELATIONSHIP)


 Hubungan majemuk (multiple relationship) berpotensi mengacaukan tujuan terapi karena adanya konflik
kepentingan dan ekspektasi psikolog yang lebih daripada sekadar klien. Sonne (2006) mendefinisikan
hubungan majemuk sebagai hubungan dimana psikolog memiliki lebih dari satu fungsi dan peran terhadap
klien. Artinya, jika dalam hubungan terapeutik lebih bersifat satu arah (psikolog membantu klien), dalam
hubungan majemuk, berbagai emosi serta pengalaman pada situasi diluar sesi terapi dapat memengaruhi
sehingga hubungannya menjadi resiprokal.
 Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI) : Pasal 16-18
HUBUNGAN YANG MELIBATKAN
KEDEKATAN SOSIAL DAN ATAU
PELECEHAN

 Kedekatan emosional dengan klien sangat berpotensi membangkitkan perasaan dan emosi di dalam diri
psikolog sehingga akhirnya menimbulkan keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih daripada sekedar
hubungan psikolog-klien. Jika sudah sampai pada tahap pelecehan, tentu batasan etikanya sudah menjadi
jelas. Namun, ketika hubungan itu tidak melibatkan pelecehan, muncul interpretasi yang bervariasi tentang
apakah boleh atau tidak boleh menjalin hubungan romantis dengan klien.
HUBUNGAN DENGAN KLIEN YANG
PERNAH DITANGANI

 Dalam kondisi tertentu, bisa saja seorang klien meminta bantuan psikolog yang sama untuk mengatasi
masalah yang berbeda. Sementara hubungan dengan klien dan psikolog pada rangkaian sesi pertama sudah
selesai, mungkin aka nada perbedaan relasi dan batasan yang terjadi di mana hubungan psikolog-klien
beralih menjadi hubungan pertemanan.
Dalam hal ini, psikolog perlu tetap menerima klien, namun dengan beberapa
kondisi yang perlu disesuaikan kembali, di antaranya sebagai berikut :
Sebelum memulai sesi terapi, psikolog perlu mengkomunikasikan
kemungkinan akan adanya penegakan batasan-batasan kembali guna
menghindari transference.
Persahabatan yang semula cukup erat perlu “dibekukan” untuk sementara
waktu, hubungan perlu dibuat lebih formal, sopan, dengan hanya
berkomunikasi sepenuhnya layaknya seorang psikolog dank lien.
Meminta bantuan pihak ketiga yang netral untuk mengevaluasi atau
mengambil peran-peran guna menghindari konflik kepentingan.
CARA-CARA MENJAGA BATASAN UNTUK MEMELIHARA HUBUNGAN
PROFESIONAL DENGAN KLIEN

 Gutheil dan Gabbard (2006) memaparkan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan batasan
professional antara psikolog dengan klien, yaitu :
1. Sikap profesional
2. Peran
3. Waktu
4. Tempat dan Ruang
5. Uang
6. Hadiah
7. Batasan Lainnya
PENGALIHAN DAN
PENGHENTIAN JASA  Beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan dalam
melakukan pengalihan jasa ialah sebagai berikut :
 Psikolog harus memastikan bahwa psikolog lain yang akan
menangani klien memiliki kompetensi untuk mengatasi
Pengalihan jasa dimungkinkan dalam kondisi
ketika psikolog merasa tidak mampu masalah klien serta tidak berpotensi membahayakan klien.
mengatasi kasus klien (baik karena
 Psikolog perlu memberitahukan kemungkinan adanya adanya
keterbatasan fisik, kompetensi, maupun
emosional), psikolog atau klien pindah kota, penyesuaian dalam hal biaya jasa.
atau keterbatasan pemberian imbalan dari
klien (HIMPSI, 2010). Sementara itu,
 Psikolog perlu memberitahukan dan meminta persetujuan
penghentian jasa dapat dilakukan jika (1) klien klien tentang dibukanya rahasia dan data klien kepada
tidak memerlukan jasa kembali, (2) psikolog rujukan guna melanjutkan sesi.
kebergantungan antara psikolog-klien yang
menimbulkan perasaan tidak nyaman atau
tidak sehat pada salah satu atau kedua belah
pihak (HIMPSI, 2010).
 Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai