Anda di halaman 1dari 76

PERHITUNGAN IMPAIRMENT UNTUK

TREASURY
• PP5.5.17. Berikut adalah daftar informasi yang tidak komprehensif
yang mungkin relevan dalam menilai perubahan pada risiko kredit:

(e) turunnya peringkat kredit internal untuk peminjam baik secara


aktual atau yang diperkirakan, atau penurunan pada pemeringkatan
perilaku yang digunakan untuk menilai risiko kredit secara internal.
Peringkat kredit internal dan pemeringkatan perilaku internal lebih
dapat diandalkan ketika keduanya dapat dipetakan pada peringkat
ekternal atau didukung oleh studi tertentu.
Penentuan penggunaan peringkat
Peringkat issuer menggunakan aturan dari Laporan Bank Umum
(LBU)
Penentuan penggunaan peringkat
Apabila issuer/instrumen memiliki 2 peringkat rating, maka akan
diambil yang terburuk dari 2 peringkat,
memiliki 3 peringkat maka diambil urutan kedua terburuk
(SE OJK No.42/SEOJK.03/2016 tentang Pedoman Perhitungan
Aset Tertimbang Menurut Risiko Untuk Risiko Kredit Dengan
Menggunakan Pendekatan Standar III Penggunaan Peringkat B.
Tata Cara Penggunaan Peringkat poin.4 Peringkat Tunggal dan
Multi Peringkat Hal.20).
Loss Given Default (LGD)
Penentuan LGD menggunakan Basel
• Penentuan LGD untuk obligasi/penempatan antar Bank, dilihat
dari underlying:
• apabila government bond dan IDR maka LGD =0%
• apabila LGD government bond dengan valuta USD atau
corporate baik IDR ataupun USD yg senior maka LGD = 50%
untuk subordinated LGD=75%.
• Sumber : Basel II (Basel Committee on Banking Supervision -
The internal Rating Based Approach (Consultative Document) hal
19) :
Loss Given Default (LGD)
INDIVIDUAL IMPAIRMENT
Impairment provision

Possible Outstanding Recoverable Duration DCF Provision Weight Weighted PSAK 55 PSAK 71 Increase

scenarios balance amount provison

(before

discounting)

Normal 3,000,000 2,500,000 2 years 1,992,985 1,007,015 60% 604,209 1,007,015 1,183,740 176,725

Good 3,000,000 3,000,000 2 years 2,391,582 608,418 10% 60,842

Bad 3,000,000 2,000,000 4 years 1,271,036 1,728,964 30% 518,689

1,183,740

Beberapa analisa yang dibutuhkan:

- nilai pemulihan (recovery) masa yang akan datang dari setiap skenario

- potensi "hair cut" /"pemotongan" dari setiap skenario

- potensi nilai recovery dari setiap skenario

- kemungkinan % bobot dari setiap skenario


PENGARUH ASPEK POSITIF DAN
NEGATIF INDIKATOR EKONOMI
TERHADAP PROBABILITY OF
DEFAULT
Pernyataan Ekonomi Positif & Normatif

• Pernyataan Ekonomi positif bersifat obyektif dan berbasis fakta,


sedangkan pernyataan ekonomi normatif bersifat subyektif dan
berbasis nilai.
• Pernyataan ekonomi positif tidak harus benar, tapi harus diuji dan
dibuktikan atau dibantah. Pernyataan ekonomi normatif berdasarkan
pendapat, sehingga tidak dapat dibuktikan atau dibantah.
Pernyataan Ekonomi Positif & Normatif
• Meskipun perbedaan ini tampak sederhana, tidak selalu mudah untuk membedakan
antara yang positif dan yang normatif.
• Banyak pernyataan yang diterima secara luas yang dipegang orang sebagai fakta
sebenarnya berbasis nilai.
Pernyataan Ekonomi Positif & Normatif
• Misalnya, pernyataan, "pemerintah harus memberikan perawatan
kesehatan dasar untuk semua warga negara" adalah pernyataan
ekonomi normatif.
• Tidak ada cara untuk membuktikan apakah pemerintah "seharusnya"
menyediakan layanan kesehatan; Pernyataan ini didasarkan pada
pendapat tentang peran pemerintah dalam kehidupan individu,
pentingnya perawatan kesehatan, dan siapa yang harus membayarnya.
• Pernyataan tersebut, "layanan kesehatan yang disediakan pemerintah
meningkatkan pengeluaran publik" adalah pernyataan ekonomi yang
positif, karena dapat dibuktikan atau dibantah dengan memeriksa data
pengeluaran kesehatan di negara-negara seperti Kanada dan Inggris, di
mana pemerintah menyediakan layanan kesehatan.
• Pemahaman yang jelas tentang perbedaan antara ekonomi positif dan
normatif harus mengarah pada pembuatan kebijakan yang lebih baik
jika kebijakan dibuat berdasarkan fakta (ekonomi positif), bukan opini
(ekonomi normatif).
BI rate
• BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
• Salah satu fungsi BI rate juga adalah untuk menjaga inflasi tetap
stabil .Umumnya BI akan menaikkan BI rate jika inflasi ke depan
diperkirakan melampaui sasaran yang ditetapkan BI, begitu juga
kebalikannya BI rate akan diturunkan jika inflasi diperkirakan di bawah
sasaran yang telah ditetapkan.
• Penetapan BI rate oleh BI bertujuan untuk memberi rangsangan pada
perbankan agar mengikuti skenario moneter (keuangan) yang disasar
oleh BI. Harapannya, pergerakan BI rate akan diikuti oleh pergerakan
dua suku bunga bank yakni suku bunga deposito dan suku bunga
kredit.
• Sederhananya, dengan menurunkan inflasi, BI berharap agar
perbankan juga menurunkan suku bunga deposito dan menurunkan
suku bunga kredit. Begitu juga kebalikannya, dengan menaikkan BI
rate, Bank Indonesia berharap agar perbankan mengikutinya.
BI Rate dan PD
Ekonomi Normatif
• Kenaikan BI Rate berkontribusi pada meningkatnya beban bayar dari
sisi pengusaha, menggerus keuntungan usaha, meningkatkan PD

Ekonomi Positif
• Kenaikan BI Rate dianggap sebagai konsekuensi usaha, tidak masalah
sepanjang perusahaan masih berkesempatan menghasilkan
keuntungan yang dapat menutup margin biaya akibat kenaikan BI rate,
dampaknya kepada PD bisa tidak signifikan (0) bisa pula negatif (-)
Consumer Price Index
Consumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen (IHK) menggambarkan perubahan harga dari satu
periode ke periode lainnya untuk "sekelompok" barang dan jasa.
Consumer Price Index menunjukkan perbandingan harga sejumlah barang dan jasa yang sama pada tahun
tertentu terhadap suatu tahun dasar.
Consumer Price Index juga menunjukkan perubahan biaya hidup seseorang atau masyarakat ditinjau dari
perubahan harga barang dan/atau jasa yang dikonsumsi.
Consumer Price Index seringkali digunakan untuk menghitung pendapatan riil (real income) dan daya beli
(purchasing power) dan untuk menyesuaikan tunjangan pensiun dan perhitungan pajak (tax brackets).
CONTOH

• Seseorang membeli lima buah pepaya dan dua buah jeruk pada tahun
2010. Jika yang bersangkutan ingin mengetahui berapa besar perubahan
biaya hidupnya sekarang pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2010,
maka dapat dihitung Consumer Price Index sebagai berikut:
•  Dalam hal ini CPI seseorang tersebut menggunakan tahun 2010 sebagai
tahun dasar. CPI tersebut menunjukkan berapa kenaikan biaya untuk
membeli lima buah pepaya dan dua buah jeruk pada tahun 2018
dibandingkan dengan tahun 2010. Dalam kenyataannya CPI yang
dikeluarkan oleh BPS yang dijadikan dasar untuk menghitung inflasi tidak
hanya mencakup dua jenis barang tersebut saja, melainkan meliputi
beratus jenis barang dan jasa yang berbeda, namun menggunakan
prinsip perhitungan yang sama.
CPI dan PD
Ekonomi Normatif
• Kenaikan CPI mengakibatkan kesejahteraan riil masyarakat turun, daya beli
turun, daya bayar turun maka peluang default akan meningkat (+)
Ekonomi Positif
• Kenaikan CPI mengakibatkan kesejahteraan riil masyarakat turun, daya beli
turun, daya bayar turun maka peluang default akan meningkat (+)
• Penurunan daya bayar diantisipasi dengan menyisihkan dana untuk
mengamankan kemampuan membayar kewajiban sehingga dampak inflasi
kepada PD tidak signifikan (0) atau bahkan negatif (-) bila debitur mengalihkan
pengeluaran terhadap konsumsi barang jasa lain untuk membayar kewajiban
(pada kondisi perkiraan inflasi akan berjangka panjang dan debitur berniat
lebih cepat melunasi kewajiban pinjamannya)
Inflasi & Deflasi
• Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang dan jasa secara
umum mengalami kenaikan atau terjadi penurunan nilai uang dalam
negeri
• Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu
meluas.
• Deflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang dan jasa secara
umum mengalami penurunan atau terjadi peningkatan nilai uang
dalam negeri
INFLASI 
• Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang.
• Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan
harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.
• Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan 
GDP Deflator.
• Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan
terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat
antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun.
Tingkat Inflasi
• Data yang sangat erat hubungannya dengan inflasi adalah indeks
harga konsumen (IHK). Perhitungan inflasi membutuhkan data indeks
harga konsumen pada dua periode waktu yang menjadi perhatian.
• Inflasi dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Inflasi dan PD
Ekonomi Normatif
• Inflasi mengakibatkan kesejahteraan riil masyarakat turun, daya beli turun, daya
bayar turun maka peluang default akan meningkat (+)
Ekonomi Positif
• Inflasi mengakibatkan kesejahteraan riil masyarakat turun, daya beli turun, daya
bayar turun maka peluang default akan meningkat (+)
• Penurunan daya bayar diantisipasi dengan menyisihkan dana untuk mengamankan
kemampuan membayar kewajiban sehingga dampak inflasi kepada PD tidak
signifikan (0) atau bila debitur mengalihkan pengeluaran terhadap konsumsi barang
jasa lain untuk membayar kewajiban (pada kondisi perkiraan inflasi akan berjangka
panjang dan debitur berniat lebih cepat melunasi kewajiban pinjamannya) dampak
inflasi bahkan negatif (-)
Deflasi

Ekonomi Normatif
• Deflasi mengakibatkan kesejahteraan riil masyarakat naik, daya beli
naik, daya bayar naik maka peluang default akan menurun
Ekonomi Positif
• Deflasi mengakibatkan kesejahteraan riil masyarakat naik, daya beli
naik, daya bayar naik maka peluang default akan menurun
• Deflasi bisa berarti ekonomi lesu, perekonomian tidak bergerak,
penghasilan turun, daya beli turun, daya bayar turun maka peluang
default akan naik
NILAI TUKAR MATA UANG ASING
• Sehubungan mata uang asing dikenal Depresiasi, Apresiasi, Revaluasi
dan devaluasi.
• Depresiasi memiliki persamaan dengan devaluasi, yaitu sama-sama
merupakan penurunan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing
• Depresiasi adalah suatu proses penurunan nilai mata uang dalam negeri
yang disebabkan adanya mekanisme perdagangan sedangkan Devaluasi
adalah kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah ekspor ke luar negeri dan
membatasi jumlah impor serta menambah devisa
• Devaluasi mata uang adalah suatu tindakan penyesuaian nilai tukar mata uang terhadap
mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh Bank Sentral atau Otoritas Moneter yang
mengadopsi sistem nilai tukar tetap. Devaluasi tersebut biasanya dilakukan apabila rezim
yang mengadopsi sistem nilai tukar tetap tersebut menilai bahwa harga mata uangnya
dinilai terlalu tinggi dibandingkan nilai mata uang negara lain dimana nilai mata uang
tersebut tidak didukung oleh kekuatan ekonomi negera yang bersangkutan. Mata uang
suatu negara dikatakan mengalami kelebihan nilai dapat dilihat dari perbedaan inflasi
kedua negara. Negara yang inflasinya tinggi seharusnya akan segera mengalami penurunan
nilai namun dalam sistem nilai tukar tetap proses penyesuaian tersebut tidak berlaku
secara otomatis karena penyesuaian nilai tukar tersebut harus melalui penetapan
pemerintah. Tanda-tanda suatu mata uang yang mengalami kenaikan nilai antara lain
ekspor yang terus menurun dan industri manufaktur mulai mengalami penurunan kinerja.
• Apresiasi adalah suatu proses peningkatan nilai mata uang dalam
negeri yang disebabkan adanya mekanisme perdagangan
• Revaluasi adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
meningkatkan nilai mata uang di dalam negeri terhadap mata uang
asing. Jika hal tersebut terjadi, maka pemerintah melakukan
intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil
Kenaikan Nilai Tukar dan PD
Ekonomi Normatif
• Kenaikan nilai tukar akan berkontribusi terhadap kenaikan biaya
produksi, menggerus keuntungan dan menurunkan daya bayar,
berdampak kepada naiknya probability of default
Kenaikan Nilai Tukar dan PD
Ekonomi Positif
• Kenaikan nilai tukar akan berkontribusi terhadap kenaikan biaya
produksi, menggerus keuntungan dan menurunkan daya bayar,
berdampak kepada naiknya probability of default.
• Bagi eksportir kenaikan nilai tukar merupakan berita gembira,
keuntungan meningkat dan PD turun.
Pengangguran
• Pengertian pengangguran
• Macam pengangguran
• Penyebab pengangguran
• Dampak pengangguran
• Cara mengatasi pengangguran
Pengangguran
• Istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak.
Macam Pengangguran
Berdasarkan lama waktu kerja

• Pengangguran terbuka (open unemployment)


• Setengah menganggur (under employment)
• Pengangguran terselubung (disguised unemployment)
Macam Pengangguran Berdasarkan
penyebab terjadinya

• Pengangguran Struktural
• Pengangguran Konjungtural (siklikal)
• Pengangguran Friksional
• Pengangguran musiman
Penyebab pengangguran
• Jumlah lapangan kerja lebih kecil dari jumlah pencari kerja
• Kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja
• Terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK)
• Berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif bagi pengembangan
usaha
• Urbanisasi
• Stabilitas politik yang tidak stabil
• Perilaku proteksi negara maju dalam menerima ekspor dari negara berkembang
Dampak Pengangguran
• Menurunkan penerimaan negara
• Menurunkan tingkat ketrampilan
• Meningkatkan biaya sosial
• Menurunkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
• Menurunkan aktivitas perekonomian
Pengangguran dan PD
Ekonomi Normatif
• Kenaikan pengangguran berarti daya beli masyarakat akan turun, produk
yang dijual makin tidak laku, keuntungan akan berkurang dan daya bayar
masyarakat berkurang. Dampaknya PD akan naik.
Pengangguran dan PD
Ekonomi Positif
• Kenaikan pengangguran berarti daya beli masyarakat akan turun, produk yang dijual makin
tidak laku, keuntungan akan berkurang dan daya bayar masyarakat berkurang. Dampaknya
PD akan naik.
• Kenaikan pengangguran menjadikan mereka yang butuh kerja bersedia dibayar dengan
harga yang lebih murah. Kondisi ini menurunkan biaya tenaga kerja bagi perusahaan dan
akan meningkatkan keuntungan. Dampaknya kemampuan debitur dalam membayar
angsuran ke bank akan meningkat. PD akan turun.
• Pada kondisi lain, meski tercatat sebagai pengangguran dalam kenyataannya banyak
mereka yang bekerja informal yang secara umum tidak mengurangi pendapatan per kapita
per bulannya sehingga data kenaikan pengguran tidak berdampak signifikian kepada PD
HARGA BBM
• Kenaikan harga BBM berdampak pada peningkatan harga-harga barang /jasa sehingga mendorong laju
inflasi pada level yang cukup tinggi berimplikasi pada menurunnya daya beli masyarakat.
• Harga BBM secara historis merupakan faktor yang dapat memacu laju inflasi ke level yang tinggi. Ekonom
menilai setiap kenaikan BBM bersubsidi sebesar 20% maka akan meningkatkan laju inflasi tahunan
sekitar 0,4%. Inflasi yang berakselerasi akan memaksa BI untuk meningkatkan level suku bunga
acuannya, BI rate. Sebagai acuan suku bunga, peningkatan BI rate akan diikuti oleh peningkatan suku
bunga pinjaman dan kemudian suku bunga simpanan di perbankan
• Kenaikan harga BBM juga dapat berakibat kenaikan biaya produksi sehingga memunculkan masalah
keuangan perusahaan. Pada kondisi yang memaksa kesulitan perusahaan berdampak kepada pekerja,
sepertihalnya menunda pembayaran gaji, atau mengurangi jumlah pekerja.
Multiplier Effect Kenaikan Harga BBM
• Kenaikan harga BBM akan menaikkan harga barang dan jasa, karena harga bahan bakar itu
menjadi komponen penting dalam penentuan harga produk barang dan jasa.
• Ketika harga barang dan jasa naik, dengan asumsi pendapatan masyarakat tetap maka daya
beli masyarakat pun turun.
• Bahkan sangat mungkin terjadi bahwa pendapatan masyarakat tidak selalu naik sebanding
dengan kenaikan harga BBM.
• Akibat lebih lanjut, jika harga barang dan jasa naik maka produk domestik tidak dapat
bersaing dengan produk asing yang membanjiri Indonesia.
• Dampak lebih lanjut adalah penjualan industri turun, omzet turun, pendapatan masyarakat
turun.
• Akibat lebih lanjutnya adalah PHK dan naiknya angka pengangguran.
KENAIKAN BBM DORONG PENGGUNAAN TRANSPORTASI
UMUM

• Pengelola transportasi umum menanggapi positif penaikan harga


bahan bakar minyak (BBM) karena akan mendorong masyarakat
menggunakan transportasi umum.
• Kenaikan harga BBM dampaknya lebih terasa kepada mobil pribadi
dan tidak berpengaruh signifikan terhadap beban perusahaan di
sektor transportasi. Kenaikan BBM itu lebih berdampak kepada mobil
pribadi, sedangkan bus menggunakan solar dan naiknya tidak besar.
• Kenaikan harga BBM akan mengurangi kendaraan pribadi sehingga
mendorong masyarakat menggunakan transportasi umum.
Harga BBM dan PD
Ekonomi Normatif
• Kenaikan harga BBM akan berkontribusi terhadap kenaikan biaya produksi,
menggerus keuntungan dan menurunkan daya bayar, berdampak kepada naiknya
probability of default.
Harga BBM dan PD
Ekonomi Positif
• Kenaikan harga BBM akan berkontribusi terhadap kenaikan biaya
produksi, menggerus keuntungan dan menurunkan daya bayar,
berdampak kepada naiknya probability of default
• Kenaikan harga BBM akan disikapi oleh pengusaha dengan berhemat,
mencari alternatif energi pengganti, mengkombinasikan berbagai
alternatif bahan bakar, efeknya:
• tidak berdampak pada kenaikan biaya produksi (0)
• menaikkan keuntungan dan menaikkan daya bayar, berdampak
kepada turunnya probability of default
Produk Domestik Bruto (PDB)
• Dalam bidang ekonomi, produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang
dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu.
• Produk Domestik Bruto diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per
tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan
faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya
menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi
itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB
memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.
• PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional .Ukuran
PDB telah menjadi standar bagi penilaian kemajuan suatu wilayah atau negara.  
• PDB Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan
pengaruh harga. Sedangkan PDB riil ←(atau disebut PDB Atas Dasar
Harga Konstan)→ mengoreksi angka PDB nominal dengan
memasukkan pengaruh dari harga.
PDB dapat dihitung dengan pendekatan pengeluaran dan pendekatanpendapatan

Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:


• PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor).
• Konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran
pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri.
Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor
produksi
• PDB = sewa + upah + bunga + laba
• Sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk
pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
• Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama.
Namun karena dalam praktik menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang
sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
Kelemahan-kelemahan PDB
• Kelemahan-kelemahan PDB terkait dengan kapabilitasnya dalam melingkupi
fenomena sosial sudah menjadi perhatian beberapa ahli.  Anheier dan Stares
(2002), Fleurbaey (2009), dan Michaelson et al.(2009) dalam de Leon dan Boris
(2010:3) menyatakan bahwa PDB melupakan variasi kekayaan, aliran
pendapatan internasional, produksi jasa rumah tangga, kerusakan lingkungan,
dan banyak faktor penentu kesejahteraan seperti kualitas hubungan sosial,
keamanan ekonomi, keamanan pribadi, kesehatan, dan harapan hidup. 
• Santosa (2010) menilai sangat mungkin terjadi PDB yang tinggi namun
ekonomi masyarakat malah merosot.  Hal ini diperkuat oleh Eurodiaconia
(2011) yang mengingatkan bahwa memperlakukan kesejahteraan dan PDB
secara setara dapat menyebabkan kekeliruan dalam menetapkan indikator
masyarakat mampu.
• Pada sejumlah negara Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD), pertumbuhan pendapatan rumah tangga tidak
berkaitan dengan pertumbuhan PDB perkapita, bahkan biasanya dengan laju
yang lebih rendah (Inter-agency Working Group on the Private Investment and
Job Creation Pillar 2011:13). 
• PDB tidak dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat ketika, menurut
Santosa (2010), masyarakat cenderung hanya menguasai faktor tenaga kerja,
memiliki akses terbatas terhadap faktor tanah, dan penguasaan modal yang
rendah.  Kondisi akan lebih parah apabila suatu negara gagal menggunakan
kekuatan politiknya untuk mengarahkan prioritas pembangunannya dan
memperkuat kapasitas sosial ekonomi masyarakatnya dalam menghadapi
globalisasi dan liberalisasi.
• PDB dianggap gagal untuk mengukur kesejahteraan suatu masyarakat, terlebih jika sebagian besar output nasional dinikmati oleh
sebagian kecil penduduk maka ada masalah dengan distribusi pendapatannya.
• Mengingat hal tersebut, Stiglitz et al. (2009:39-40) menyebutkan bahwa saat ini cara berpikir baru telah dikembangkan dan telah
dikenal sebagai ukuran atau indikator “beyond GDP” yang mempertimbangkan dimensi sosial dan lingkungan, sehingga
direkomendasikan sebagai berikut: (1) lihatlah pendapatan dan konsumsi daripada produksi, (2) pertimbangkan pendapatan dan
konsumsi secara bersama dengan kekayaan, (3) tekankan perspektif rumah tangga, (4) berikan perhatian pada distribusi
pendapatan, konsumsi, dan kekayaan, dan (5) perluas ukuran pendapatan pada aktivitas non-pasar.
• Berdasarkan hal tersebut, PDB seharusnya tidak dijadikan indikator
tunggal dan sebaiknya dikombinasikan  dengan indikator lain untuk
perencanaan strategis pembangunan ekonomi (Santoso 2010). 
PDB Dan PD
Ekonomi Normatif
• Kenaikan PDB berarti kenaikan kesejahteraan masyarakat dengan
demikian meningkatkan daya bayar dan menurunkan PD
Ekonomi Positif
• Kenaikan PDB berarti kenaikan kesejahteraan masyarakat dengan
demikian meningkatkan daya bayar dan menurunkan PD
• Ketidak merataan pendapatan menjadikan tidak semua pihak merasakan
dampak positif kenaikan PDB. Bagi pihak yang tidak merasakan dampak
akibat kenaikan PDB maka tidak akan ada pengaruh kenaikan PDB
terhadap PD (0), atau bahkan bisa berdampak kenaikan PD
Hubungan Variabel Makro dengan PD
Ekonomi Ekonomi
Normatif Positif
Inflasi + +/-/0
CPI + +/-/0
PDB - +/-/0
Kurs + +/-/0
Pengangguran + +/-/0
BBM + +/-/0
BI Rate + +/-/0
Penjelasan Tahapan Forward
Looking CKPN PSAK 71

53
COLLECTIVE IMPAIRMENT

TAHAP V
TAHAP I TAHAP III TAHAP IV
TAHAP II Proyeksi
Penetapan Penetapan Proyeksi
Proyeksi PD atas TAHAP VII
Pola Trend Pola Trend Nilai TAHAP VI
PD per Dasar Nilai Pembentu
Inherent Variabel Variabel Uji Asumsi
Bucket per Variabel kan ECL
Behavioral Makro Makro
Segmen Makro
PD Ekonomi Ekonomi
Ekonomi

54
Tahap 1
 Penetapan Pola Trend Inherent Behavioral PD
 Dalam melakukan forecasting dilakukan telaahan terhadap pola
gerak PD di masa sebelumnya untuk memperkirakan pola gerak
PD di masa mendatang.
 Dalam telaahan tersebut diekspektasi adanya ketergantungan
kejadian masa yang akan datang dengan masa sebelumnya, dalam
arti aktivitas di masa yang akan datang mengikuti pola yang terjadi
di masa lalu
 Hubungan atau keterkaitan masa lalu dengan masa kini dapat
ditentukan dengan penelitian

55
 Data empiris menunjukkan adanya volatilitas data
dari waktu ke waktu yang tampilannya seringkali
fluktuatif mengaburkan kecenderungan esensi
gerak dari PD pada tiap waktunya
 Agar dapat diperoleh informasi yang terandal
terkait trend gerak PD, maka dilakukan pemulusan
terhadap data aktual PD menggunakan
eksponensial smoothing.

56
 Hasil pemulusan akan mengungkap Pola Trend
Inherent Behavioral PD dengan cara meredam efek
acak yang ditampilkan oleh pergerakan cross
section dari PD
 Dengan melakukan pemulusan akan diungkap
gerak sejati dari PD atas dasar data time series.

57
 Pemulusan dilakukan menggunakan beberapa alternatif
koefisien pemulusan untuk merekam efek dari waktu-waktu
yang berbeda terhadap PD.
 Atas dasar hasil yang diperoleh dari berbagai alternatif
pemulusan tersebut akan terekam bahwa untuk waktu yang
berbeda sangat dimungkinkan didapati perilaku PD yang
berbeda akibat dampak variabel makro yang berbeda pada
tiap waktunya maupun akibat kinerja pengelolaan bank
yang berbeda pada tiap waktunya

58
INHERENT BEHAVIORAL PD
Untuk mengurangi randomness trend
PD yang merupakan data time series
digunakan exponential smoothing
terhadap PD hasil Migration Analysis
3 tahun terakhir

59
Tahap II
 Proyeksi PD per Bucket per Segmen
 Proyeksi nilai PD ditujukan untuk memperoleh gambaran
besarnya PD di masa mendatang atas dasar trend
pergerakan data PD dari masa lampau.
 Untuk itu harus dicari trend gerak PD di masa sebelumnya
untuk dapat memprediksi nilai PD di masa mendatang.
 Untuk memperoleh informasi trend gerak PD, dilakukan
penelusuran menggunakan model-model yang
merepresentasikan trend gerak data time series

60
FORWARD LOOKING PD
Forward Looking terhadap estimasi PD dilakukan melalui tujuh tahapan:

Tahap I: Penetapan Pola Trend Inherent Behavioral PD


Dicobakan 11 pola trend : Linear, Quadratic, Cubic, Logarithmic, Inverse,
Compound, Power, S, Growth, Exponential dan Logistic

61
OBSERVASI POLA DATA

Asumsi Peramalan Data Deret Waktu


 Adanya ketergantungan kejadian masa yang
akan datang dengan masa sebelumnya
 Aktivitas di masa yang akan datang mengikuti
pola yang terjadi di masa lalu
 Hubungan atau keterkaitan masa lalu dengan
masa kini dapat ditentukan dengan penelitian

62
TVAR & MONTE CARLO ITERATION

Untuk PD bucket 1
dilakukan proyeksi untuk
1 tahun didasarkan
Penetapan pola trend
inherent behavioral PD

Untuk PD Bucket 2 dan Bucket 3 dilakukan proyeksi


PD menggunakan konsep Tail VAR (TVAR) dan Monte
Carlo Iteration

63
FORWARD LOOKING PD
 Data yang digunakan adalah data PD hasil Migration Analysis 3
tahun terakhir yang telah dikonversi terkait Inherent Behavioral
PD yang dihasilkan dari tiga skenario konstanta pemulusan
 Model yang digunakan adalah yang memenuhi kondisi berikut:
 Memenuhi asumsi klasik Ordinary Least square
 P-value independent variabel < 0,05
 R-square model > 0,80

• Konfirmasi keterandalan hasil proyeksi dapat diuji dari kecilnya


error yang dihasilkan dari selisih PD proyeksi dari PD real.

64
FORWARD LOOKING PD

Tahap III: Penetapan Pola Trend Variabel Makro Ekonomi


 Variabel-variabel makro ekonomi ditetapkan atas dasar teori
ekonomi atau empirical fact
 Proyeksi nilai variabel-variabel makro ekonomi (Xi) didasarkan
pola data time series variabel-variabel makro ekonomi yang
terpilih

65
Tahap IV: Proyeksi Nilai Variabel Ekonomi Makro

 Proyeksi nilai Variabel Ekonomi makro ditujukan


untuk memperoleh gambaran besarnya Variabel
Ekonomi makro di masa mendatang atas dasar trend
pergerakan data Variabel Ekonomi makro dari masa
lampau.
 Untuk itu harus dicari trend gerak Variabel Ekonomi
makro di masa sebelumnya untuk dapat memprediksi
nilai Variabel Ekonomi makro di masa mendatang.
 Untuk memperoleh informasi trend gerak Variabel
Ekonomi makro , dilakukan penelusuran
menggunakan model-model yang merepresentasikan
trend gerak data time series

66
COLLECTIVE IMPAIRMENT

Pemilihan
• Data Intern Pola Data • Uji Koefisien
• Data Ekstern • Linier Regresi
Parsial
• Quadratic • Ekstrapolasi
• Qubic • Interpolasi
Analisa • dll
Pola Data Modelling

67
FORWARD LOOKING PD

Tahap V: Proyeksi PD atas Dasar Nilai Variabel Makro Ekonomi

 Forward Looking terhadap estimasi PD dilakukan menggunakan model


Regresi Linear.
 Pengembangan model dilakukan menggunakan tools SPSS dengan
metode Stepwise regression.
 Data yang digunakan adalah data 3 tahun terakhir.
 Model yang digunakan adalah yang memenuhi kondisi berikut
 Variabel-variabel makroekonomi memenuhi asumsi klasik Ordinary Least square
(bebas dari multicollinearity, autocorrelation, dll)
 P-value independent variabel < 0,05
 R-square model >0,80
 VIF < 10

68
UJI PEMENUHAN ASUMSI DAN
PENETAPAN MODEL

Tahap VI: Uji Asumsi

Pelanggaran Asumsi Tidak ada Kolinearitas Ganda

 Penduga interval koefisien sangat lebar (ketelitian


rendah)
 Nilai dugaan dari parameter serta ragamnya menjadi
sangat peka terhadap sedikit perubahan data
(ragamnya bersifat tidak stabil)
 Tidak dapat dipisahkan pengaruh secara individu
dari tiap variabel bebas terhadap variabel tak
bebasnya.
69
UJI PEMENUHAN ASUMSI DAN
PENETAPAN MODEL

Pelanggaran Asumsi Autokorelasi


Bila asumsi ini dilanggar maka dihasilkan
penduga yang tidak berbias, konsisten tetapi
tidak lagi efisien.

70
UJI PEMENUHAN ASUMSI DAN
PENETAPAN MODEL

Pelanggaran asumsi kehomogenan ragam


Apabila pelanggaran terhadap asumsi ini terjadi, maka
penduga yang diperoleh walaupun masih tetap tidak
berbias dan konsisten, tetapi tidak lagi efisien, baik
untuk sampel berukuran kecil maupun besar.

71
PEMBENTUKAN ECL

Tahap VII: Pembentukan ECL


 Terhadap hasil proyeksi PD yang dihasilkan
dari integrasi proyeksi pola internal dan pola
eksternal dilakukan weighted average
 Perhitungan weighted average probability
menggunakan formula berikut:

72
PEMBENTUKAN ECL

 Setelah terbentuk PD, dilakukan


perhitungan CKPN dan terhadap hasil yang
diperoleh diterapkan discount factor untuk
mendapatkan present value pada bulan
pelaporan.
 Discount factor mempertimbangkan sisa
usia kredit dari debitur

73
 ADAPTASI TERHADAP EKONOMI
NORMATIF

74
Hubungan Variabel Makro dengan PD

Ekonomi Ekonomi
Normatif Positif
Inflasi + +/-/0
CPI + +/-/0
PDB - +/-/0
Kurs + +/-/0
Pengangguran + +/-/0
BBM + +/-/0
BI Rate + +/-/0
76

Anda mungkin juga menyukai