Anda di halaman 1dari 23

PEMBINAAN KESEHATAN CALON

JAMAAH HAJI

PUSKESMAS SURADE
TAHUN 2020
PENTINGNYA PERSIAPAN FISIK
DAN KESEHATAN
Persiapan fisik dan kesehatan merupakan hal yang
sangat penting bagi calon jamaah haji. Hal tersebut
berguna untuk menjaga kebugaran saat melaksanakan
ibadah haji.
Aktivitas fisik pada saat pelaksanaan ibadah haji
cukup banyak. Mulai dari tawaf, sa’i, lontar jumrah,
termasuk berjalan dari pemondokan ke Masjidil
Haram.
• Aktivitas fisik yang tinggi pada pelaksanaan ibadah haji
dapat menurunkan tingkat ketahanan jantung dan
pernapasan yang menyebabkan kelelahan bagi calon
jamaah haji,terutama bagi jamaah yang berusia di atas 60
tahun.
• Dengan bertambahnya usia, tingkat ketahanan fisik
menurun antara 10 hingga 15 persen. Untuk itu   sangat
penting bagi calon jaamah haji untuk melakukan latihan
fisik sejak 3 bulan sebelum berangkat ke tanah suci.
Latihan fisik bisa dilakukan dengan berjalan kaki atau
lari-lari kecil sehabis Shalat Subuh. Tak perlu jauh-jauh.
Cukup 2-3 kilometer saja. Latihan jalan kaki ini nantinya
akan sangat membantu jamaah menjalankan ibadah di
Tanah Suci. Dengan rajin latihan fisik, tubuh tidak kaget
ketika nanti harus banyak berjalan kaki.
Resiko Penyakit pada Jamaah Haji dan
Upaya Pencegahannya

Sebelum berangkat ke Tanah Suci, seorang jamaah


haji harus melewati pemeriksaan kesehatan pertama,
kedua, dan pemeriksaan ulang di asrama haji.
Sejak pemeriksaan kesehatan pertama di Puskesmas,
seorang calon jamaah haji sudah terkategori dalam
golongan Sehat atau Risiko Tinggi (Risti).
Apabila ia termasuk dalam kelompok Risti, maka catatan
atau buku kesehatan dari Puskesmas akan diberi
keterangan sesuai kondisi kesehatannya itu.
Risti adalah jenis-jenis penyakit yang terdeteksi
menyerang calon jamaah haji. Penyakit tersebut kadang
hanya satu jenis namun kadang beberapa penyakit
sekaligus.
Risti Sehat
• Sehat adalah kondisi kesehatan seseorang yang mana
secara fisik tidak mengidap penyakit apa pun namun
keadaan fisiknya itu memudahkan penyakit- penyakit
tertentu untuk menyerang.
• misalnya usia lanjut (umur 60 tahun atau lebih),
obesitas atau berat badan berlebih, kekurangan berat
badan yang sangat mencolok, dan cacat fisik, baik
berupa cacat bawaan atau cacat yang dapat
menimbulkan gangguan dalam melaksanakan aktifitas
sehari-hari.
• Jika kita memiliki berat badan berlebih, maka kita perlu melakukan
penurunan berat badan baik dengan olahraga maupun dengan
mengurangi porsi makan.
• Olahraga bisa dilakukan dengan berjalan cepat selama setengah jam,
jalan pelan, atau jogging sejauh 3 km
• Asupan kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin yang seimbang juga
amat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan berat badan jamaah haji.
• Apabila kita termasuk orang yang sudah lanjut usia, persiapan diri
bisa dilakukan dengan berjalan sejauh 3 km setiap hari dengan
memakai sandal atau selop. Jangan lupa makan makanan yang
seimbang setiap hari dan beristirahat dengan cukup.
• Kita juga dianjurkan mengonsumsi vitamin, kalsium, dan mineral
agar kondisi badan kita senantiasa terjaga.
• Jika jamaah haji atau umrah menyandang cacat fisik maka ada
baiknya ia melakukan latihan-latihan yang sesuai dengan kondisi
fisiknya
Jamaah berisiko tinggi (risti) Sakit
a. Penyakit neuro-psikiatri, yaitu lumpuh pasca-stroke,
psikosis (gangguan jiwa), dan epilepsi (ayan);
b. Penyakit kardiovaskuler, yaitu hipertensi (darah
tinggi), penyakit jantung koroner, penyakit jantung
bawaan, penyakit katup jantung, dan penyakit payah
jantung;
c. Penyakit endoktrin, yaitu diabetes melitus (sakit
gula), struma toksik (penyakit gondok).
d. Penyakit saluran pernapasan, yaitu tuberkulosa paru
yang tidak aktif, asma, obstuktif kronis yang terdiri
dari bronkitis kronis dan emfisema paru;
e. Penyakit saluran cerna, yaitu tukak lambung (maag);
f. Penyakit ginjal dan saluran kemih, yaitu gangguan fungsi
ginjal, seperti gagal ginjal kronis, batu ginjal atau saluran
kemis, pembesaran prostat pada laki-laki, dan sindroma
nefrotik;
g. Penyakit hati atau saluran empedu, yaitu sirosis hati,
hepatitis kronis, penyakit kandung empedu atau batu empedu;
h. Penyakit kandungan, yaitu gangguan haid berat, hiper-emesis
(muntah-muntah saat menjalani masa kehamilan);
i. Tumor ganas;
j. Penyakit menular yang termasuk dalam undang-undang
wabah, undang-undang karantina, dan kusta;
k. Kelompok lain, yaitu usia lanjut dengan umur di atas 70
tahun, anemia berat, dan penyakit rematik sendi.
1 Memeriksakan kondisi kesehatan secara teratur.
Sekalipun kondisi tubuh tidak bisa dipulihkan karena
adanya suatu penyakit namun paling tidak penyakit
tersebut bisa dikendalikan selama mengerjakan ibadah
haji;
2 Pemeriksaan kesehatan pada penderita diabetes
melitus (DM) bertujuan untuk mempertahankan kadar
gula normal, yakni kadar gula darah puasa i 126 mg/dl
atau kadar gula darah dua jam setelah makan kurang
dari 200 mg/dl. Jika terjadi komplikasi pada pengidap
DM, seperti adanya borok atau luka, maka perlu
dirawat di rumah sakit.
3 Jika kita penderita hipertensi maka diet rendah garam
harus dibiasakan;
4 Penderita penyakit hati akut seperti hepatitis akut harus
menjalani pengobatan terlebih dulu hingga keadaannya
membaik. Bila diperlukan, ia harus menjalani rawat inap;
5 Penderita penyakit hati kronis harus mengikuti saran
dokter yang merawat, baik mengenai diet, konsumsi obat,
aktivitas fisik, dan larangan makanan tertentu;
6 Pengidap penyakit batu empedu dengan atau tanpa infeksi
empedu harus segera dioperasi sebelum berangkat ke Tanah Suci,
jika memang dibutuhkan.
7 Apabila kita mengidap penyakit paru-paru kronis maka tentu
perawatan yang serius sangat dibutuhkan. Penderita penyakit
paru-paru akibat infeksi tuberkulosis yang aktif harus berobat
secara intensif agar penyakit tersebut tidak aktif.
• Apabila sampai waktu pemberangkatan kita masih mengidap
penyakit tersebut, yang ditandai adanya kuman tuberkulosis
dalam dahak, petugas kesehatan akan melarang kita untuk
berangkat, sebab dikhawatirkan menular pada jamaah haji yang
lain
• Apabila kita mengidap asma, sesak napas, atau penyakit paru-paru
obstruktif menahun, maka selama masih di Tanah Air kita harus
mengobatinya sampai sembuh. Hindarilah asap rokok atau polusi
udara. Menggunakan masker, menghindari kelelahan, beristirahat
yang cukup, tidak minum minuman dingin, dan tidak memaksa
diri untuk melakukan ibadah sunnah yang menguras tenaga dapat
membantu kita meminimalisir penyakit tersebut kambuh
8 Jamaah haji yang mengidap penyakit jantung seperti
penyakit jantung koroner, penyakit jantung hipertensi baik
dengan gagal ginjal atau tidak, maka perawatan teratur
sebelum berangkat sangat penting.
9 Jamaah yang menderita penyakit berisiko tinggi yang lain,
seperti gangguan lambung (maag), gangguan jiwa,
gangguan kandungan, dan tumor, juga harus melakukan
pemeriksaan yang lengkap dan teratur sebelum berangkat
ke Tanah Suci
10 Mengikuti anjuran petugas kesehatan kloter maupun
TPHI dan TPIHI baik dalam masalah kesehatan maupun
masalah ibadah.
Waspada Heat Stroke !

• Jemaah haji yang meninggal pada kondisi cuaca panas yang ekstrim
semestinya bisa di cegah, jangan sampai menjadi sebuah petaka.
Setiap tahun hampir dapat dipastikan penyebab utama kematian
jemaah haji Indonesia adalah JANTUNG. APAKAH  CUACA
PANAS BISA MEMICU SERANGAN JANTUNG ???
• Menurut Asosiasi Jantung Amerika Serkat (AHA), “Ketika tubuh
terlalu panas, hipertermia dapat terjadi. Hipertemia adalah suatu
kondisi di mana inti tubuh menjadi terlalu panas. “Kondisi ini,
ditambah dengan dehidrasi, mengakibatkan ketidakseimbangan
elektrolit, dan sebagai hasilnya, seseorang dapat mengalami syok
kardiogenik.
• Pada saat ternjadinya syok kardiogenik, jantung tiba-tiba menjadi
lemah dan tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh. “Ini
dapat menyebabkan kegagalan multi-organ yang dapat memicu
serangan jantung atau kematian jantung mendadak.
 Kelompok yang sangat rentan menderita serangan jantung akibat cuaca
panas adalah
1. Orang-orang yang tidak terbiasa terhadap panas ekstrem..
2. Kelompok usia tertentu memiliki risiko lebih tinggi.
 Orang tua telah kehilangan kemampuan untuk mendinginkan suhu tubuh
mereka. Kelenjar keringat mereka telah kering, sehingga kemampuan tubuh
mereka untuk mempertahankan suhu inti tubuh sudah tidak bekerja dengan
baik seperti ketika mereka masih muda.
 Salah satu bahaya terbesar dari suhu panas adalah dehidrasi. Kurangnya
cairan tubuh dapat mengakibatkan ketidakteraturan detak jantung yang
mengancam jiwa yang dikenal sebagai fibrilasi atrium. Bahaya lainnya,
bahwa panas yang ekstrim menyebabkan pembuluh darah melebar. Kondisi
ini dapat sangat membahayakan bagi orang yang sedang menggunakan obat
umum seperti obat tekanan darah.
Berikut tips dalam menghadapi cuaca ekstrim
di Arab Saudi
 Melakukan latihan penyesuaian  1-2 jam setiap hari selama 10 hari  di bawah
terik matahari, pada 2 minggu terakhir menjelang keberangkatan.
 Minum 1-3 gelas air sebelum ke luar pondokan, dan kemudian melanjutkan
minum air setiap 20-menit, bahkan jika Jamaah Haji  merasa sedang tidak haus.
 Hindari minuman berkafein, karena minuman ini dapat menarik air keluar dari
tubuh.
 Pakailah krim pelembab untuk melindungi kulit dari kekeringan sekaligus
mengurangi penguapan air dari tubuh melalui kulit.
 Gunakan pakaian yang bahannya ringan, longgar dan berwarna terang untuk
memungkinkan terjadinya sirkulasi udara maksimum untuk mendinginkan
tubuh sehingga memberikan perlindungan dari sinar matahari.
 Hindarkan tubuh dari terkena terik matahari langsung (bepergian keluar
pondokan memakai penutup kepala/topi bertepi lebar, payung, dsb). Sinar
matahari terik pada siang hari pada pukul 12.00 WAS s/d. 15.00 WAS.
Tips Untuk Jemaah Haji dengan Hemodialisis

 Beberapa tahun terakhir, jemaah haji dengan Hemodialisis dapat lebih


lega dengan akses layanan yang disediakan oleh Pemerintah Kerajaan
Arab Saudi. Layanan Hemodialisis diberikan di Rumah Sakit
pemerintah, baik di Madinah, Jeddah dan Mekkah. Untuk dapat
memperoleh layanan, jemaah diharapkan untuk melaporkan kondisi
kebutuhan akan layanan tersebut kepada Balai Pengobatan Haji
Indonesia (BPHI), baik di Daker Madinah, Jeddah dan Makkah.
Haji dengan Hemodialisis agar menyertakan hasil
pemeriksaan serologi HbsAg, HIV dan HPV
10 Tips Sehat Selama Menjalankan Ibadah Haji

1.Hal yang utama untuk diperhatikan jamaah haji adalah kebersihan


minuman dan makanan yang kita konsumsi. Tidak direkomendasikan
jamaah haji untuk meminum air kran, sebab air kran berbahaya untuk
dikonsumsi, karena berupa air mentah yang masih banyak mengandung
mikroorganisme. Perjalanan panjang selama 10 jam antara Madinah dan
Mekah dalam cuaca panas terik pastilah akan membuat para jamaah haji
lelah dan kehausan. Padahal di sepanjang perjalanan tidak bisa dipastikan
akan menemukan makanan, air minum bersih atau toilet.

2.Ada baiknya para jamaah haji membekali diri dengan air mineral botol
atau jika ingin yang natural bisa dipilih air Zam zam. Air Zam Zam aman
diminum walau mentah karena mengandung flouride tinggi yang mampu
membunuh kuman. Sehingga resiko dehidrasi selama dalam perjalanan
tidak akan terjadi.
3.Para jamaah haji pun harus memeriksa dengan teliti kebersihan tempat makan yang
akan dipilih. Misalnya di distrik Haram, sebaiknya jamaah haji menghindari untuk
makan di restauran yang kelihatan kurang bersih. Mengintip kebersihan restoran
sebelum memesan makanan dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan adalah
hal yang mutlak dilakukan.

4.Disarankan jamaah haji untuk selalu membawa sabun pribadi di dalam tas yang
selalu dibawa kemana-mana. Lebih baik sedikit repot dan bijak daripada terserang
sakit perut dan ibadah menjadi terhambat, bukan? Dengan memerhatikan kebersihan
dan kesehatan makanan dan minuman yang dikonsumsi, Insya Allah kondisi fisik para
jamaah haji selalu prima untuk mengikuti rangkaian Ibadah Haji di tanah suci.
5.Tidak menyimpan jatah makanan. Jika jamaah haji mendapat jatah makanan yang
masih hangat dan segar, hendaknya segera dikonsumsi, tak perlu disimpan, sebab
dikhawatirkan akan menjadi basi dan akan menyebabkan sakit perut jika dikonsumsi
kemudian. Saat menerima jatah makanan, hendaknya juga diperiksa apakah masih
hangat atau sudah basi. Sebab pengolahan makanan dalam jumlah besar sehingga
kadang diolah jauh sebelum jam makan tiba. Jika sudah dalam kondisi tidak baik,
sebaiknya tidak dikonsumsi.
6.Memerhatikan penyakit yang telah diidap sedari di tanah air. Naik haji merupakan
kegiatan yang berat, kendala fisik kadang-kadang berbahaya, teruta ma bagi orang
tua. Seyogyanya sebelum keberangkatan, memeriksakan diri dan berkonsultasi pada
dokter keluarga, sehingga dokter bisa memberikan saran bagaimana menjaga diri
supaya kemungkinan komplikasi bisa dihindari.

7.Kepala kelompok juga harus diberitahu mengenai kondisi kesehatan anggotanya,


sehingga selalu tanggap dan waspada. Sebagian besar kaum lanjut usia mengalami
resiko pembengkakan pembuluh darah yang mengakibatkan gagal vena atau
masalah jantung. Bagi yang memiliki tekanan darah tinggi juga harus berhati-hati.
Terutama pada beberapa obat yang bisa meningkatkan tekanan jantung, seperti obat
flu dan pelega tenggorokan.

8.Sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter dalam kelompok. Bagi yang


mengidap diabetes, tidak berarti harus berhenti makan karena takut gula darah naik.
Sebaiknya tetap makan makanan diet seperti salad buah dan makanan kecil rendah
gula, serta tidak tidur di siang hari dan lebih memperhatikan penanganan luka-luka
kecil akibat terinjak atau terdorong.
 9.Memperhatikan kecukupan beristirahat. jamaah haji Butuh
stamina yang baik untuk bisa mengikuti rangkaian Ibadah Haji.
Untuk itu, cukup istirahat mutlak diperlukan. Jangan sampai
gara-gara terlalu banyak jalan-jalan dan belanja, kondisi fisik
menjadi drop dan menjadi tak cukup fit untuk mengikuti
ibadah. Stamina jamaah haji harus benar-benar dijaga, agar
bisa menjalankan ibadah di Padang Arafah saat puncak Ibadah
Haji berlangsung.

10.Menyediakan krim. Bagi jamaah haji yang berkulit sensitif,


ada baiknya menggunakan krim anti jamur. Krim anti nyamuk
juga dianjurkan untuk melindungi diri dari gigitan serangga.
Krim untuk menjaga kelembaban kulit dan melindungi kulit
dari sengatan matahari juga dianjurkan.
MERS-CoV
MERS-CoV singkatan dari Middle East Respiratory
Syndrome – Corona Virus
jamaah haji harus berhati hati agar tidak terpapar dan
menyebarkan virus.
kontak langsung melalui percikan dahak (droplet) pada
saat jamaah haji batuk atau bersin, dan kontak tidak
langsung melalui kontak dengan benda yang
terkontaminasi virus, seperti gagang, pintu, pegangan
tangga, berjalan tangan, dll.

Anda mungkin juga menyukai