Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN PENGISIAN

INDIKATOR TINGKAT
KEMATANGAN PERANGKAT
DAERAH
LEVEL KEMATANGAN ORGANISASI

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah
PENGUKURAN KEMATANGAN PERANGKAT DAERAH
I. PENILAIAN PERANGKAT DAERAH
PENILAIAN PERANGKAT DAERAH DILAKUKAN TERHADAP:
1. TATALAKSANA (PROSES BISNIS),
2. BUDAYA ORGANISASI;
3. INOVASI
Menggambarkan
TINGKAT KEMATANGAN PERANGKAT DAERAH

VARIABEL KEMATANGAN ORGANISASI:


1. Perencanaan Pembangunan Daerah;
2. Monitoring dan Pengendalian Pelaksanaan Tugas;
3. Penjaminan Mutu Layanan Daerah;
4. SOP;
5. DIKLAT aparatur;
6. Analisis Kebijakan dan Pemecahan Masalah Tugas;
7. Manajemen Sumberdaya Peralatan dan Perlengkapan Kerja Yang Terukur;
8. Manajemen Resiko Pelaksanaan Tugas Aparatur;
9. Pengukuran Kinerja Daerah;
10. Pengembangan Inovasi Layanan.
6
11. Budaya Organisasi.
ANALISIS TINGKAT K E M A T A N G A N
PERANGKAT DAERAH

1. Masing-masing perangkat daerah diukur tingkat kematangan organisasinya


berdasarkan bukti terverifikasi.
2. Setiap veriabel diberi nilai antara 1-5 sesuai dengan indikator level mana yang
sudah terpenuhi.
3. Nilai kematangan organisasi perangkat daerah adalah penggabungan nilai dari
11-55 variabel. Dengan level sbb:
▪ Tingkat Kematangan Sangat Rendah jika skor yang diperoleh antara 11-19.
▪ Tingkat Kematangan Rendah jika skor yang diperoleh antara 19.1-28.
▪ Tingkat Kematangan Sedang jika skor yang diperoleh antara 28,1-37.
▪ Tingkat Kematangan Tinggi jika skor yang diperoleh antara 37,1-46.
▪ Tingkat Kematangan Sangat Tinggi jika skor yang diperoleh 46,1-55
PENGUKURAN KEMATANGAN PD

• Meskipun ada tingkat kematangan menggunakan skala nilai,


namun dalam menentukan Level kematangan organisasi
suatu perangkat daerah tidak ditentukan oleh skala nilai
tersebut;
• Level kematangan perangkat daerah tetap ditentukan sistem
staging area. Jika ada salah satu variabel masih berada pada
level 2, maka perangkat daerah tersebut tetap pada level 2,
meskipun ada variabel sudah mencapai level yang lebih
tinggi.
KESIMPULAN HASIL
EVALUASI KEMATANGAN PERANGKAT DAERAH

1. Menggambarkan hasil evaluasi pada tingkat mana perkembangan


organisasi berdasarkan 11 indikator kematangan;

2. Kematangan Sangat Rendah: Perlu perbaikan mendasar.


- Kematangan Rendah : Perlu perbaikan beberapa indikator.
- Kematangan Sedang: Pelayanan perangkat daerah rata-rata.
- Kematangan Tinggi: Perangkat Daerah pelayanan baik.
- Kematangan Sangat Tinggi: Pelayanan sangat prima.

3. Level kematangan dapat meningkat dari level satu ke level berikutnya,


apabila seluruh indikator sudah terpenuhi.
TINGKAT KEMATANGAN DAERAH DALAM PERHITUNGAN
TUNJANGAN PERBAIKAN PENGHASILAN
Penetapan Besaran TPP ASN Pemerintah Daerah Berdasarkan :
1. Kelas Jabatan
2. Indeks Kapasitas Fiskal Daerah
SK MENDAGRI 3. Indeks Kemahalan Konstruksi
NOMOR 900-4700 4. Indeks Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
TAHUN 2020
TENTANG
TATACARA Indeks Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dihitung berdasarkan :
PERSETUJUAN 1. Opini Laporan Keuangan (30%)
MENTERI DALAM
NEGERI TERHADAP 2. LPPD (25%)
TAMBAHAN 3. Kematangan Penataan Perangkat Daerah (10%)
PENGHASILAN
PEGAWAI APARATUR
4. Prestasi Kerja Pemerintah Daerah (18%)
SIPIL NEGARA DI 5. Indeks Inovasi Daerah (3%)
LINGKUNGAN 6. Rasio Biaya Perjalanan Dinas (2%)
PEMERINTAH
DAERAH 7. Skor Indeks Reformasi Birokrasi (2%)
8. Indeks Pembangunan Manusia (6%)
9. Indeks GINI Ratio (4%)
VARIABEL I
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Berkaitan dengan penentuan kegiatan prioritas tanpa kriteria, ada analisis potensi hasil, analisis hasil dan kemampuan,
analisis komparasi hasil, dan aplikasi teknologi informasi.
1. Tingkat I Penentuan kegiatan yang diprioritaskan dalam Tanpa kriteria terukur dalam  Dokumen Renja dan RKA
dokumen perencanaan tahunan (Renja/RKPD) penentuan kegiatan prioritas
dilakukan tanpa ada kriteria yang terukur.
2. Tingkat II Penentuan kegiatan yang diprioritaskan dalam Analisis keterkaitan hasil kegiatan  SDA
dokumen rencana tahunan dilakukan berdasarkan prioritas (jumlah indikator outcome  Dokumen Rancangan awal Renja dan
analisis terhadap hasil (outcome) apa yang akan yang terkait) RKA Berbasis Sub Kegiatan
dicapai kegiatan tersebut.
3. Tingkat III Penentuan prioritas kegiatan dalam dokumen Analisis ketercapaian keluaran  SDA
rencana tahunan dilakukan berdasarkan analisis (output) terhadap hasil (outcome)  Dokumen Renja berbasis Renstra
hasil (outcome) dan analisis kemampuan kegiatan (Renja kegiatan setahun, kegiatan
menghasilkan hasil (outcome). tersebut ada di Renstra)
4. Tingkat IV Penentuan prioritas kegiatan dilakukan Analisis komparasi ketercapaian  SDA
berdasarkan analisis yang membandingkan hasil hasil kegiatan prioritas (komparasi  Dokumen cascading (kertas
(outcome) yang akan dicapai antara satu alternatif ketercapaian indikator outcome kerja/pohon kinerja ... Tabel Bab 3, 4,
kegiatan dengan alternatif kegiatan yang lain. antar kegiatan) dan 5 di Renstra)
 
5. Tingkat V Penentuan prioritas kegiatan dalam dokumen Penerapan aplikasi penunjang e-  SDA
tahunan dilakukan dengan perbandingan hasil planning  Dokumen screen shot aplikasi, manual
(outcome) antara satu alternatif kegiatan dengan aplikasi
alternatif kegiatan yang lain dan dibantu dengan
teknologi informasi.
VARIABEL II
MONITORING DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN TUGAS PERANGKAT
DAERAH
Berkaitan dengan monitoring pelaksanaan tugas, sederhana tidak terstruktur, berkala fokus tertentu, berkala berkriteria terstandar per
kegiatan, berkala kriteria terstandar dengan umpan balik terdokumentasi, aplikasi teknologi informasi
1. Tingkat I Monitoring dan pengendalian dilakukan dengan Ada monitoring sederhana tidak  Dokumen undangan, daftar hadir dan
cara sederhana dan tidak terstruktur. terstruktur notulensi rapat monitoring

2. Tingkat II Monitoring dan pengendalian dilakukan secara Monitoring terjadwal/berkala dengan  SDA
berkala dengan fokus yang ditentukan. fokus tertentu  Dokumen regulasi monitoring (waktu
dan muatan), hasil monitoring (print-out
realisasi fisik, keuangan dan kinerja)

3. Tingkat III Monitoring dan pengendalian dilakukan secara Kriteria terstandar untuk monitoring  SDA
berkala dengan kriteria penyimpangan yang berbeda menurut kegiatan  Dokumen capaian realisasi fisik
terstandarisasi pada setiap tahap kegiatan. kegiatan ≤-5% dengan dilengkapi
dokumen tindak lanjut
4. Tingkat IV Monitoring dan pengendalian dilakukan secara Rekomendasi ditindaklanjuti, plus  SDA
berkala dengan kriteria penyimpangan yang bukti perbaikan  Dokumen hasil tindak lanjut monitoring
terstandarisasi dan diikuti dengan umpan balik (laporan kepada Pimpinan berupa
berupa perbaikan yang terdokumentasi dengan baik. telaah/ laporan, dokumen paket kegiatan
yang tidak bisa dilaksanakan)

5. Tingkat V Monitoring dan pengendalian dilakukan secara Aplikasi penunjang e-controling  SDA
sistematis, terstandarisasi termasuk umpan balik  Dokumen screen shot aplikasi, manual
yang didukung oleh penggunaan teknologi aplikasi
informasi berbasis internet.
VARIABEL III
PENJAMINAN MUTU LAYANAN PERANGKAT DAERAH
Berkaitan dengan penjaminan mutu produk dan proses, tanpa penjaminan mutu, berkala internal tanpa standar, berkala internal
berstandar, berkala eksternal berstandar pengujian tenaga bersertifikat, dan aplikasi teknologi informasi
1. Tingkat I Tidak ada penjaminan mutu atas produk yang Tanpa praktik penjaminan mutu  Tidak ada dokumen yang dipersyaratkan
dihasilkan dan atas proses kerja yang dilakukan.

2. Tingkat II Penjaminan mutu produk dan proses kerja Penjaminan mutu berkala, tanpa  SDA
dilakukan secara berkala namun tidak mempunyai standar  Dokumen paraf pelaksanaan
standar mutu produk dan proses yang ditetapkan. tugas/kegiatan, telaah staf, rapat teknis
internal

3. Tingkat III Mutu produk dan proses sudah distandarisasi dan Penjaminan mutu berkala internal  SDA
dilakukan pengujian secara berkala secara internal. berstandar dengan pengujian berkala  Dokumen SPP, SOP, rapat teknis
internal, hasil evaluasi, second opinion
ahli
4. Tingkat IV Penjaminan mutu produk dan proses sudah Penjaminan mutu berkala eksternal  SDA
distandarisasi serta dilakukan pengukuran/ berstandari dengan pengujian tenaga  Dokumen sistem penjaminan mutu
pengujian secara berkala oleh tenaga yang ahli bersertifikat (ISO/ SMM/ Akreditasi, dan lain-lain)
bersertifikat.

5. Tingkat V Penjaminan mutu produk dan proses dilakukan Penjaminan mutu berbasis aplikasi  SDA
terstandarisasi dan berkala oleh tenaga ahli terintegrasi dengan lembaga  Dokumen screen shot aplikasi, manual
bersertifikat serta didukung oleh teknologi sertifikasi aplikasi
informasi berbasis internet.
VARIABEL IV
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PD
Berkaitan dengan proses pelaksanaan pekerjaan, tanpa definisi proses, ada proses dalam SOP, evaluasi berkala SOP, tindak lanjut
evaluasi SOP/ SOP revisi, dan SOP akomodasi kebutuhan pelanggan pakai aplikasi teknologi informasi
1. Tingkat I Tidak ada definisi resmi proses pelaksanaan Tanpa definisi proses pelaksanaan  Tidak ada dokumen yang dipersyaratkan
pekerjaan pada perangkat daerah. pekerjaan

2. Tingkat II Definisi proses organisasi sudah dituangkan dalam Proses pelaksanaan pekerjaan  SDA
standar operasi prosedur (SOP). dituangkan dalam SOP  Dokumen daftar SOP yang sudah
ditetapkan; daftar SOP yang seharusnya
ada
3. Tingkat III Definisi proses organisasi sudah dituangkan ke Ada SOP, telah dievaluasi berkala  SDA
dalam SOP dan telah dilakukan evaluasi berkala  Dokumen pemberitahuan adanya
terhadap penerapan SOP. evaluasi SOP; rapat evaluasi SOP;
laporan hasil evaluasi (nota dinas atau
buku laporan)
4. Tingkat IV Definisi proses organisasi sudah dituangkan dalam Ada SOP, dievaluasi berkala, sudah  SDA
SOP, sudah dievaluasi secara berkala dan dilakukan ditindaklanjuti dengan revisi SOP  Dokumen SOP yang direvisi; rekap SOP
tindak lanjut terhadap hasil evaluasi penerapan SOP yang direvisi; kesesuaian hasil monev
berupa tindakan koreksi atau perbaikan SOP. dengan dokumen revisi

5. Tingkat V Definisi proses organisasi sudah dituangkan dalam Ada SOP, dievaluasi berkala, sudah  SDA
SOP dan sudah dilakukan evaluasi serta tindak direvisi disesuaikan dengan  Dokumen pelaksanaan SOP,
lanjut, kemudian disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan dan penyampaian informasi SOP, monev
kebutuhan/keluhan pelanggan serta didukung oleh menggunakan teknologi informasi SOP (IT SOP), input pelanggan
teknologi berbasis internet. (internal) atas SOP (SOP Online), screen
shot aplikasi SOP, manual SOP
elektonik
VARIABEL V
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR
Berkaitan dengan pelaksanaan diklat, tanpa rencana kebutuhan, ada rencana kebutuhan parsial, rencana kebutuhan
komprehensif, evaluasi regular rencana kebutuhan, dan evaluasi outcome sampai feedback
1. Tingkat I Belum ada dokumen resmi rencana kebutuhan Tidak ada rencana kebutuhan diklat  Tidak ada dokumen yang dipersyaratkan
pendidikan dan pelatihan pada perangkat daerah
yang bersangkutan.
2. Tingkat II Dokumen rencana kebutuhan pengembangan Ada rencana kebutuhan diklat parsial  SDA
pegawai sudah tersusun secara parsial untuk jabatan jabatan tertentu  Dokumen rencana kebutuhan diklat
tertentu. (daftar nama, alokasi anggaran), nota
dinas diklat, surat tugas diklat, dan lain-
lain
3. Tingkat III Dokumen rencana kebutuhan pengembangan Ada rencana kebutuhan diklat  SDA
pegawai disusun untuk seluruh jabatan. komprehensif semua jabatan  Dokumen idem (bedanya lebih komplit)

4. Tingkat IV Rencana pengembangan pegawai dievaluasi secara Ada rencana kebutuhan diklat,  SDA
regular dan seluruh pengembangan pegawai sudah dievaluasi regular, pelaksanaan  Dokumen monev diklat, tingkat capaian
dilaksanakan sesuai dengan dokumen rencana sesuai rencana diklat
pengembangan pegawai yang sudah ditetapkan.

5. Tingkat V Hasil (outcome) pengembangan pegawai dievalusi Evaluasi reguler outcome diklat, ada  SDA
secara regular sebagai umpan balik. rekomendasi dan tindaklanjut  Dokumen revisi rencana pengembangan
  diklat secara periodik (sesuai analisis
kebutuhan diklat)
VARIABEL VI
ANALISIS KEBIJAKAN DAN PEMECAHAN MASALAH TUGAS PERANGKAT DAERAH

Berkaitan dengan analisis kebijakan dan pemecahan masalah, sederhana tidak terukur, ada tim internal, teknik/ metode
ilmiah oleh tim internal lintas instansi, tim ahli, dan konsultasi publik untuk analisis umpan balik terukur
1. Tingkat I Analisis kebijakan dan pemecahan masalah Analisis kebijakan sederhana dengan  Dokumen telaah staf, hasil ratek internal
dilakukan secara sederhana dan dengan metode metode tidak terukur
yang tidak terukur.
2. Tingkat II Analisis kebijakan yang berdampak ke publik Analisis kebijakan berdampak publik  SDA
dilakukan oleh tim internal perangkat daerah yang oleh tim internal  Dokumen SK Tim Khusus (internal
bersangkutan. OPD), kegiatan tim, hasil dan
rekomendasi tim, laporan kajian

3. Tingkat III Analisis kebijakan dan pemecahan masalah yang Analisis kebijakan berdampak publik  SDA
berdampak ke publik dilakukan menggunakan oleh tim internal pakai metode/  Dokumen SK Tim Teknis (lintas OPD),
metode/ teknik ilmiah oleh tim internal dengan teknik ilmiah dan lintas instansi kegiatan tim, hasil dan rekomendasi tim,
melibatkan instansi pemerintah terkait. laporan kajian
4. Tingkat IV Analisis kebijakan dan pemecahan masalah yang Analisis kebijakan strategis  SDA
bersifat strategis/ berdampak ke publik melibatkan berdampak publik oleh tim Ahli  Dokumen SK Tim Ahli (Narsum dan
tim ahli. eksternal Kerjasama), kegiatan tim, hasil dan
rekomendasi tim, laporan kajian

5. Tingkat V Analisis kebijakan dan pemecahan masalah Analisis kebijakan strategis  SDA
strategis/ berdampak ke publik melibatkan tim ahli berdampak publik melibatkan Tim  Dokumen SK Tim Ahli (Narsum dan
dengan melakukan konsultasi publik dan analisis Ahli pakai konsultasi publik dan Kerjasama), kegiatan tim, hasil dan
umpan balik yang terukur dan terdokumentasi. analisis feedback rekomendasi tim, laporan kajian
menggunakan konsultasi publik dan
analisis feedback (undangan, notulen,
hasil, rekomendasi)
VARIABEL VII
MANAJEMEN SUMBER DAYA YANG TERUKUR
Berkaitan dengan analisis kebutuhan penggunaan sumber (man, money, material), secara legal formal, ada analisis kebutuhan, terstandar
pakai uji terbuka dan metode ilmiah, monitor input, SOP, penjaminan mutu, dan aplikasi teknologi informasi
1. Tingkat I Penggunaan sumber daya dilakukan hanya Hanya pakai aturan formal  Dokumen aturan formal sumber daya
berdasarkan ketentuan formal yang berlaku.   (man, money, material)
2. Tingkat II Penentuan penggunaan input proyek dilakukan Ada analisis kebutuhan sumber  SDA
berdasarkan analisis kebutuhan bahan/ daya  Dokumen analisis kebutuhan
sumberdaya yang sudah ditetapkan.   anggaran (Perbup standarisasi harga),
tenaga (Tusi, data pegawai), dan
material/ sarpras (daftar inventaris
dan aset)
3. Tingkat III Analisis kebutuhan input/ sumber daya proyek Ada analisis kebutuhan sumber  SDA
sudah distandarisasi dengan proses uji coba daya terstandar dengan uji terbuka  Dokumen ASB, Anjab, ABK, dan
secara terbuka dan menggunakan metode ilmiah. pakai metode ilmiah material (analisis kebutuhan barang)
 
4. Tingkat IV Penyediaan sumber daya dalam pelaksanaan Ada monitoring penyediaan  SDA
proyek dimonitor secara ketat berdasarkan sumber daya, terstandar, ada SOP  Dokumen monev penyediaan sumber
standar input sumberdaya, SOP dan prosedur dan penjaminan mutu daya, SOP, penjaminan mutu (man,
penjaminan mutu produk.   money, material)
5. Tingkat V Penyediaan sumber daya dan pelaksanaan Ada monitoring penyediaan  SDA
proyek dimonitor secara ketat berdasarkan SOP sumber daya, terstandar, ada SOP  Dokumen screen shot aplikasi,
dan prosedur penjaminan mutu produk dan dan penjaminan mutu, pakai manual aplikasi
didukung oleh teknologi informasi berbasis aplikasi teknologi informasi
internet. (monev elektronik)
VARIABEL VIII
MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN TUGAS APARATUR
Berkaitan dengan manajemen risiko pelaksanaan tugas, tanpa manajemen risiko, ada terbatas tugas individual, prosedur
tugas berisiko tinggi, semua tugas tanpa evaluasi berkala, risiko dapat dikendalikan tanpa kerugian
1. Tingkat I Belum ada manajemen resiko dalam pelaksanaan Tanpa manajemen risiko  Tidak ada dokumen yang dipersyaratkan
tugas pada perangkat daerah.  

2. Tingkat II Sudah ada sebagian pegawai yang melakukan RTP disusun oleh sebagian pegawai  SDA
analisis resiko dalam pelaksanaan tugasnya, namun dan berlum melibatkan seluruh unsur  Dokumen analisis risiko individual
hanya bersifat individu. manajemen organisasi (Rencana Tindak Pengendalian unit
kerja di bawah OPD)

3. Tingkat III Perangkat daerah sudah menetapkan prosedur Terdapat pengelolaan risiko pada  SDA
pengelolaan resiko dalam pelaksanaan tugas kegiatan tertentu yang mempunyai  Dokumen SK Satgas SPIP (Kegiatan
tertentu yang dipandang mempunyai resiko tinggi. risiko signifikan Satgas), Register Risiko tugas berisiko
  tinggi,
4. Tingkat IV Perangkat daerah sudah menetapkan prosedur Ada pengelolaan risiko seluruh  SDA
pengelolaan resiko untuk seluruh tugas pada kegiatan, tanpa evaluasi berkala  Dokumen Register Resiko seluruh tugas
perangkat daerah yang bersangkutan, namun belum   (komprehensif) sesuai Tujuan Sasaran
dilakukan evaluasi secara berkala. Renstra

5. Tingkat V Perangkat Daerah sudah menetapkan prosedur Ada pengelolaan risiko seluruh  SDA
pengelolaan resiko dalam pelaksanaan tugas serta kegiatan, risiko terkendali tanpa  Dokumen laporan penyelenggaraan
semua resiko dapat dikendalikan tanpa ada kerugian kerugian pegawai dan instansi SPIP, (laporan pengendalian OPD/
baik bagi pegawai maupun instansi.   Realisasi RTP tanpa kerugian), RTP
telah di-update,
VARIABEL IX
PENGUKURAN KINERJA PERANGKAT DAERAH DAN APARATUR
Berkaitan dengan pengukuran kinerja perangkat daerah, tanpa target kinerja, target belum sesuai rencana, target konsisten rencana,
target telah diukur kinerjanya, capaian target di atas 90% dan pakai aplikasi teknologi informasi
1. Tingkat I Belum ada target/ rencana kinerja perangkat daerah Tanpa target/ rencana kinerja terukur  Tidak ada dokumen yang dipersyaratkan
yang terukur.  

2. Tingkat II Sudah ada target kinerja perangkat daerah, tapi Ada target kinerja, belum konsisten  SDA
belum konsisten mengacu dokumen perencanaan rencana  Dokumen PK dan Renstra (belum
daerah.   konsisten)

3. Tingkat III Sudah ada target kinerja perangkat daerah yang Ada target kinerja, sudah konsisten  SDA
konsisten dengan dokumen perencanaan. rencana  Dokumen PK dan Renstra (sudah
    konsisten)

4. Tingkat IV Target kinerja perangkat daerah sudah dilakukan Ada target kinerja, sudah dilakukan  SDA
pengukuran pencapaiannya. pengukuran  Dokumen LKJiP dan LHE SAKIP
 

5. Tingkat V Pencapaian target kinerja perangkat daerah sudah Ada pengukuran tingkat capaian  SDA
diukur dan sudah tercapai dengan baik (di atas kinerja, sudah mencapai di atas 90%,  Dokumen LKJiP dan LHE SAKIP
90%) serta telah dilakukan evaluasi pencapaian pakai aplikasi teknologi informasi dengan capaian kinerja di atas 90%,
target kinerja serta didukung dengan teknologi   screen shot aplikasi kinerja, manual
informasi. aplikasi (e-SAKIP dan e-Kinerja)
VARIABEL X
PENGEMBANGAN INOVASI PELAYANAN PERANGKAT DAERAH
Berkaitan dengan pengembangan inovasi pelayanan, tanpa rencana sistematis, ada adopsi/ replikasi, rencana jenis mutu
metode inovasi, invensi (temuan) lokal, program kajian inovasi terencana berkelanjutan
1. Tingkat I Belum ada rencana pengembangan produk yang Tanpa rencana pengembangan  Tidak ada dokumen yang
akan dilakukan secara sistematis. sistematis dipersyaratkan
   
2. Tingkat II Pengembangan produk dilakukan dengan Ada adopsi/ replikasi inovasi  SDA
mengadopsi inovasi yang dikembangkan oleh daerah lain  Dokumen proposal inovasi, screen
daerah lain (replikasi inovasi).   shot aplikasi inovasi, dan lain-lain

3. Tingkat III Telah disusun rencana pengembangan inovasi Ada rencana pengembangan  SDA
baik jenis, mutu maupun metodenya. inovasi (jenis, mutu, metode)  Dokumen daftar adopsi/ replikasi
secara parsial inovasi
 
4. Tingkat IV Telah ada inovasi yang dikembangkan sendiri Ada pengembangan inovasi secara  SDA
oleh perangkat daerah yang bersangkutan. mandiri (lokal)  Dokumen daftar invensi (temuan)
inovasi lokal

5. Tingkat V Perangkat daerah sudah mempunyai program Ada program pengkajian dan  SDA
pengkajian dan inovasi secara terencana dan rencana inovasi berkelanjutan  Dokumen roadmap pengembangan
berkelanjutan. (komprehensif) inovasi, SK Tim Inovasi (kegiatan
  dan hasil)
VARIABEL XI
BUDAYA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
Berkaitan pembentukan budaya organisasi, tanpa budaya organisasi, ada slogan nilai organisasi, dokumen resmi nilai sikap perilaku,
proram internalisasi berkelanjutan, dan realiasi budaya organisasi hasil evaluasi rutin berkelanjutan
1. Tingkat I Belum ada budaya organisasi pada perangkat Tanpa praktik budaya organisasi  Tidak ada dokumen yang dipersyaratkan
daerah. secara spesifik
 
 
2. Tingkat II Sudah ada slogan-slogan yang menggambarkan Ada slogan nilai organisasi  SDA
nilai organisasi pada perangkat daerah yang    Dokumen slogan organisasi tertuang
bersangkutan. dalam bentuk media cetak dan non cetak

3. Tingkat III Sudah ada dokumen budaya organisasi yang resmi Ada dokumen resmi nilai, sikap,  SDA
menggambarkan nilai-nilai, sikap dan perilaku di perilaku  Dokumen SK Penetapan Nilai Budaya
perangkat daerah yang bersangkutan. Organisasi, SK KBK/ GKM, SK Agent
of Change, dan lain-lain
4. Tingkat IV Sudah ada program internalisasi budaya organisasi Ada dokumen resmi program  SDA
yang berkelanjutan berdasarkan dokumen resmi. internalisasi budaya organisasi  Dokumen rencana (program)
berkelanjutan pengembangan budaya organisasi,
  kegiatan sosialisasi, sarasehan, expo,
bintek, lomba, dan ain-lain

5. Tingkat V Budaya organisasi sudah tercermin dalam sikap dan Ada budaya organisasi yang  SDA
perilaku pegawai pada perangkat daerah yang terbentuk, melalui evaluasi rutin  Dokumen monev budaya organisasi
bersangkutan berdasarkan hasil evaluasi secara berkala (kinerja KBK/GKM, Agent of Change),
rutin dan berkelanjutan.   Lomba Budaya Kerja, pelaksanaan
rekomendasi dan tindak lanjut evaluasi
TERIMA KASIH

Bagian Organisasi
Sekretariat Daerah Kabupaten Sukabumi

Anda mungkin juga menyukai