Desentralisasi Fiskal 20-04-2020
Desentralisasi Fiskal 20-04-2020
FISKAL
AZAS-AZAS PEMERINTAHAN (1)
1. Azas Sentralisasi
Penyelengaraan kewenangan pemerintahan dilaksanakan oleh pemerintah
pusat sendiri, tidak didelegasikan kepada pemerintah daerah.
2. Azas Desentralisasi
Terjadi pendelegasian atau penyerahan kewenangan untuk penyelenggaraan
urusan-urusan pemerintahan tertentu kepada daerah atau tingkat
pemerintahan yang lebih rendah sehingga urusan tersebut kemudian
sepenuhnya menjadi urusan rumah tangga daerah yang bersangkutan dan
tidak lagi menjadi kewenangan pemerintah pusat atau tingkatan
pemerintahan yang lebih tinggi.
AZAS-AZAS PEMERINTAHAN (2)
3. Azas Dekonsentrasi
Dengan azas ini berarti urusan-urusan yang menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat dalam pelaksanaannya ditangani oleh aparat pemerintah
pusat yang berada di daerah, instansi vertikal.
4. Azas Tugas Perbantuan (Madebewind)
Dalam azas tugas perbantuan berarti pelaksanaan urusan-urusan tertentu,
yang seharusnya menjadi urusan tingkat pemerintahan yang lebih tinggi,
oleh tingkat pemerintah an yang berada di bawahnya.
DEPTH OF DECENTRALIZATION
Deconcentration.
Responsibilities are moved downstream.
Delegation.
Local government are agent of central government.
Devolution.
Power to decide is moved downstream.
UP- OR DOWN- STREAM ?
Bottom up approach.
Emphasizes participation and efficiency.
Top down approach.
Shift problem (deficit) from central government.
Decentralization.
Bottom up requires genuine democracy.
POTENTIAL PROBLEM
Local capacity.
Upstream accountability (Uganda).
Downstream accountability (information to voters and tax payers).
High autonomy can work (Colombia, Pakistan).
PROBLEM WITH LOCAL TAXES
Vertical imbalance:
CG collects taxes more efficiently.
Solution: residents pay for what they get - and no more (no tax exporting).
Horizontal imbalance:
Some regions are richer than others.
Solution: transfers (Nordic countries).
TRANSFERS
1. UU No. 32/1956
Pajak daerah; Retribusi daerah; Hasil perusahaan daerah; Pendapatan sah yang
diatur undang-undang; (Pendapatan dinas).
2. UU No. 25/1999
Pajak daerah; Retribusi daerah; Hasil perusahaan milik daerah; Hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; Lain-lain pendapatan daerah
yang sah.
PENDAPATAN ASLI DAERAH (2)
3. UU No. 33/2004
Pajak daerah; Retribusi daerah; hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan; lain-lain PAD yang sah (hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain
sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
daerah).
4. UU No. 23/2014
Pajak daerah; Retribusi daerah; Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang
dipisahkan; lain-lain pendapatan Daerah yang sah.
PENYERAHAN PAJAK KEPADA
DAERAH (1)
UU No. 32/1956 (Psl. 3) dan PP No. 3/1967
• Daerah Tingkat I (Pajak Verponding Pajak Jalan Pajak Potong Hewan).
• Daerah Tingkat II (Pajak Verponding Indonesia, Pajak Jalan, Pajak Potong
Hewan, Pajak Kopra, Pajak Pembangunan I ).
UU No. 16/1968
• Pajak Bangsa Asing.
• Pajak Restoran.
• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
PENYERAHAN PAJAK KEPADA
DAERAH (2)
UU No. 28/2009
• Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan.
• Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
PENDAPATAN TRANSFER ANTAR
PEMERINTAHAN DI INDONESIA
a. Transfer Pemerintah Pusat
Dana Perimbangan.
Dana Otonomi Khusus.
Dana Keistimewaan.
Dana Desa.
b. Transfer antar Daerah
Pendapatan Bagi Hasil.
Bantuan Keuangan.
DAFTAR PUSTAKA (1)