Anda di halaman 1dari 32

DESENTRALISASI Dr. Achmad Lutfi, M. Si.

FISKAL
AZAS-AZAS PEMERINTAHAN (1)

1. Azas Sentralisasi
Penyelengaraan kewenangan pemerintahan dilaksanakan oleh pemerintah
pusat sendiri, tidak didelegasikan kepada pemerintah daerah.
2. Azas Desentralisasi
Terjadi pendelegasian atau penyerahan kewenangan untuk penyelenggaraan
urusan-urusan pemerintahan tertentu kepada daerah atau tingkat
pemerintahan yang lebih rendah sehingga urusan tersebut kemudian
sepenuhnya menjadi urusan rumah tangga daerah yang bersangkutan dan
tidak lagi menjadi kewenangan pemerintah pusat atau tingkatan
pemerintahan yang lebih tinggi.
AZAS-AZAS PEMERINTAHAN (2)

3. Azas Dekonsentrasi
Dengan azas ini berarti urusan-urusan yang menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat dalam pelaksanaannya ditangani oleh aparat pemerintah
pusat yang berada di daerah, instansi vertikal.
4. Azas Tugas Perbantuan (Madebewind)
Dalam azas tugas perbantuan berarti pelaksanaan urusan-urusan tertentu,
yang seharusnya menjadi urusan tingkat pemerintahan yang lebih tinggi,
oleh tingkat pemerintah an yang berada di bawahnya.
DEPTH OF DECENTRALIZATION

 Deconcentration.
 Responsibilities are moved downstream.
 Delegation.
 Local government are agent of central government.
 Devolution.
 Power to decide is moved downstream.
UP- OR DOWN- STREAM ?

 Bottom up approach.
 Emphasizes participation and efficiency.
 Top down approach.
 Shift problem (deficit) from central government.
 Decentralization.
 Bottom up requires genuine democracy.
POTENTIAL PROBLEM

 Decentralization may cause an unstable macro economy (Argentina, Brazil,


China).
 This occurs when revenue and expenditure decentralized are unbalance.
 But : south Africa and Columbia managed these problem.
DESENTRALISASI DAN OTONOMI
DAERAH
 Konsep desentralisasi erat kaitannya dengan penyelenggaraan sistem
pemerintahan dan pelaksanaan proses pembangunan.
 Pelaksanaan desentralisasi yang berwujud pada otonomi daerah, merupakan
gejala yang tidak terhindarkan dan diimplementasikan oleh hampir seluruh
negara di dunia dengan segala variasinya sesuai kondisi dan karekteristiknya.
DESENTRALISASI DAN FUNGSI/
KEWENANGAN
Sistem pemerintahan disusun sebagai konsekuensi diterapkannya azas-azas
pemerintahan di suatu negara. Sistem pemerintahan merupakan mekanisme
bagaimana fungsi pemerintahan dijalankan, dimana bentuk operasionalnya adalah
bagaimana suatu urusan/kewenangan diselenggarakan oleh pemerintah, siapa
yang menjalankannya, kepada siapa harus dipertanggungjawabkan, termasuk
siapa yang harus menyediakan pendanaannya.
KEWENANGAN DAN PEMBIAYAAN

Untuk menjalankan kewenangan/kekuasaan yang diberikan ini, tentunya


pemerintah daerah memerlukan sumber daya yang cukup. Menurut analisis Nellis
(1983) dan Mathur (1983) pada pelaksanaan kewenangan/kekuasaan yang telah
didesentralisasikan di Afrika Utara dan Asia, yang penting diperhatikan agar
desentralisasi dapat berjalan dengan baik adalah the importance of financial
resources, administrative capacity, and technical support to success full
development planning and management at the regional and local level.
FUNGSI PEMERINTAHAN DAN
SUMBER PEMBIAYAANNYA
1. Kepada daerah diberikan sumber-sumber keuangan terlebih dahulu, baru
berdasarkan sumber-sumber keuangan yang telah dimilikinya kepada daerah
diserahkan fungsi-fungsi atau tugas-tugas tertentu untuk dilaksanakan
(function follow money).
2. Fungsi-fungsi atau tugas-tugas pemerintahan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dibagi terlebih dahulu baru kemudian kepada daerah
diberikan sumber-sumber keuangan yang dibutuhkan untuk menjalankan
fungsi-fungsi yang telah diberikan terlebih dahulu (money follow function).
KEMAMPUAN KEUANGAN DAN
DESENTRALISASI
 Kemampuan keuangan merupakan komponen penting dari desentralisasi.
 Jika pemerintah daerah ingin melakukan menjalankan desentralisasi secara
efektif, maka harus memiliki kemampuan keuangan yang cukup, menggali
PAD atau memperoleh transfer dari tingkatan yang lebih tinggi.
DESENTRALISASI FISKAL

 Desentralisasi fiskal ini dapat didefinisikan sebagai devolusi (penyerahan)


tanggung jawab fiskal dari pemerintah pusat kepada tingkatan pemerintahan
yang ada dibawahnya, sub-national levels of government, seperti negara
bagian, daerah, propinsi, distrik, dan kota.
 Pada kenyataannya, isu yang berkembang dan menarik dalam kajian
desentralisasi fiskal adalah pemberian tanggung jawab fiskal yang lebih jelas
pada tingkatan pemerintahan yang tepat.
DEFINITIONS

 Fiscal Decentralization refers to an intergovernmental system where the


balance of power moves toward the sub national government sector.

 Intergovernmental Fiscal Relations refers generally to division of fiscal


powers and responsibilities among levels of government.
ADVANTAGES OF FISCAL
DECENTRALIZATION
 Move Government closer to the people.
 Broaden the Tax Base.
 Allow for alternative service delivery in social services.
COMPONENTS OF SYSTEM OF FISCAL
DECENTRALIZATION (1)
 Necessary Conditions.
Elected Local Council.
Locally Appointed Chief Officers.
Significant Local Government Revenue Capacity.
Significant Local Government Expenditure Responsibility.
Budget Autonomy.
Hard Budget Constraint.
Transparency.
COMPONENTS OF SYSTEM OF FISCAL
DECENTRALIZATION (2)
 Desirable Conditions.
Freedom from Excessive Central Expenditure Mandates.
Unconditional Transfers from Higher Level Governments.
 Borrowing Powers.
OBSTACLES TO
FISCAL DECENTRALIZATION
 Increase in Number of Local Units of Government.
 Unfunded Mandates.
 Failure to Devise Expenditure Assignment.
 Too Few Tax Sources for Local Units.
 Failure to Develop Credit and Borrowing System.
 Financial Controls Retained by Central Level.
 Lack of Intergovernmental Fiscal System based on Transparency Rather than
Negotiation and Political Influence.
FORMS OF
FISCAL DECENTRALIZATION
1. Self-financing or cost recovery through user charges.
2. Co-financing or coproduction, in which users participate in providing
services and infrastructure through monetary or labor contributions.
3. Expansion of local revenues through property or sales taxes or indirect
charges.
4. Intergovernmental transfers of general revenues from taxes collected by the
central government to local governments for general or specific uses.
5. Authorization of municipal borrowing and mobilization of national or local
government resources through loan guarantees.
LOCAL BORROWING

 Advantage: Capital investments.


 Problems:
 moral hazard.
 expectations of bailing out.
 can increase instability (expenditures far exceed tax revenue).
SOLUTIONS

 Increased tax powers to LG (many rich countries).


 Allow LGs to bankrupt (Morocco).
 Use fungible transfers as collateral (Tunisia, South Africa, Argentina)…
• …but this requires high predictability of transfers (through law or the
constitution).
LOCAL TAXING POWERS

 Local capacity.
 Upstream accountability (Uganda).
 Downstream accountability (information to voters and tax payers).
 High autonomy can work (Colombia, Pakistan).
PROBLEM WITH LOCAL TAXES
 Vertical imbalance:
 CG collects taxes more efficiently.
 Solution: residents pay for what they get - and no more (no tax exporting).
 Horizontal imbalance:
 Some regions are richer than others.
 Solution: transfers (Nordic countries).
TRANSFERS

 Targeted transfers are often used for infrastructure (Morocco, Tunisia).


 Fungible transfers may also work (Colombia, rich countries)…
…but require high local capacity.
 Alternative may be Social Investment Funds (SIFs).
PENERIMAAN POKOK DAERAH DI
INDONESIA (1)
1. Psl. 2, UU No. 32/1956
Pajak Daerah; Retribusi Daerah; Hasil Perusahaan Daerah; Pendapatan Negara
yang diserahkan ke daerah; Ganjaran; Subsidi; Bantuan.
2. Psl. 3, UU No. 25/1999
PAD; Dana Perimbangan; Pinjaman; Lain-lain penerimaan yang sah.
PENERIMAAN POKOK DAERAH DI
INDONESIA (2)
3. Psl. 5, UU No. 33/2004
Pendapatan Daerah (PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan) dan
Pembiayaan (sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman
daerah, dana cadangan daerah, dan hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan).
4. Psl. 285, UU No. 23/2014
Pendapatan Asli Daerah; Pendapatan Transfer; dan Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah.
PENDAPATAN ASLI DAERAH (1)

1. UU No. 32/1956
Pajak daerah; Retribusi daerah; Hasil perusahaan daerah; Pendapatan sah yang
diatur undang-undang; (Pendapatan dinas).
2. UU No. 25/1999
Pajak daerah; Retribusi daerah; Hasil perusahaan milik daerah; Hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; Lain-lain pendapatan daerah
yang sah.
PENDAPATAN ASLI DAERAH (2)

3. UU No. 33/2004
Pajak daerah; Retribusi daerah; hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan; lain-lain PAD yang sah (hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain
sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
daerah).
4. UU No. 23/2014
Pajak daerah; Retribusi daerah; Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang
dipisahkan; lain-lain pendapatan Daerah yang sah.
PENYERAHAN PAJAK KEPADA
DAERAH (1)
 UU No. 32/1956 (Psl. 3) dan PP No. 3/1967
• Daerah Tingkat I (Pajak Verponding Pajak Jalan Pajak Potong Hewan).
• Daerah Tingkat II (Pajak Verponding Indonesia, Pajak Jalan, Pajak Potong
Hewan, Pajak Kopra, Pajak Pembangunan I ).

 UU No. 16/1968
• Pajak Bangsa Asing.
• Pajak Restoran.
• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
PENYERAHAN PAJAK KEPADA
DAERAH (2)
 UU No. 28/2009
• Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan.
• Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
PENDAPATAN TRANSFER ANTAR
PEMERINTAHAN DI INDONESIA
a. Transfer Pemerintah Pusat
 Dana Perimbangan.
 Dana Otonomi Khusus.
 Dana Keistimewaan.
 Dana Desa.
b. Transfer antar Daerah
 Pendapatan Bagi Hasil.
 Bantuan Keuangan.
DAFTAR PUSTAKA (1)

Power Point Pokok Bahasan Desentralisasi Fiskal.


Bird, Richard M., and Franֲֲֲҫois Vaillancourt. “Fiscal decentralization in
developing Countries: an overview” dalam Richard M. Bird, and Franֲֲֲҫois
Vaillancourt. 1998. Fiscal Decentralization in Developing Countries, New
York: Cambridge University Press. Ch. 01.
Shah, Anwar., “Indonesia and Pakistan: fiscal decentralization – an elusive
goal ?” dalam Richard M. Bird, and Franֲֲֲҫois Vaillancourt. 1998. Fiscal
Decentralization in Developing Countries, New York: Cambridge University
Press. Ch. 04.
The World Bank. 1999. World Development Report 1999/2000: Entering the 21 st
Century. New York, N.Y.: Oxford University Press Inc.. Ch. 05.
DAFTAR PUSTAKA (2)

Taliercio, Robert R.. “Subnational Own-Revenue: Getting Policy and


Administration Right.” The World Bank. 2005. East Asia Decentralizes:
Making Local Government Work. Washington DC.: The World Bank. Ch. 06.
Bahan lainnya yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai