Anda di halaman 1dari 27

TINDAKAN

PEMASANGAN
CHEST TUBE
Mekanisme pernapasan normal bekerja dengan prinsip tekanan negative.
Tekanan di dalam rongga paru lebih rendah dari pada tekanan pada atmosfer
Anatomi
 Tube thoracostomy  Tindakan pemasangan / insersi
chest tube ke dalam rongga pleura untuk mengalirkan
udara, darah, pus, atau cairan lain.

Definisi
 Pneumotoraks: Open /
close; sederhana / tension
 Hemotoraks
 Hemopneumotoraks
 Hydrothorax
Indikasi
 Chylothorax
 Empiema
 Efusi pleura
Kontraindikasi relatif

 Koagulopati
Kontra-  Bula paru
indikasi  Adhesi paru, pleura /
toraks
 Infeksi kulit di tempat
insersi chest tube
Persiapan alat dan bahan
a. Sarung tangan steril dan Gown
b. Steril drapes
c. Anestesi lokal - Lidocain
d. Cairan antiseptik – Povidone iodine atau
Chlorhexidine
e. Scalpel - pisau ukuran 11
f. Instrument diseksi : klem kelly atau forsep arteri
g. Syringe 10-ml dan 20-ml
h. Needle holder
i. Gunting
j. Benang jahit nonabsorbable ukuran 1.0 atau lebih
besar
k. Chest tube
l. Connecting tube
m. Sistem drainase tertutup / pleur evac
A. Persiapan sebelum prosedur

 Penjelasan/informed consent kepada pasien


prosedur mengenai tindakan yang akan dilakukan serta
komplikasi
 Letakan pasien dalam keadaan termonitor
(monitor jantung,oksimeter,suplementasi O2)
Pemosisian Pasien

 Pasien harus diposisikan terlentang atau pada sudut 45 °


 Meninggikan pasien mengurangi risiko naiknya diafragma yang berakibat pada
kesalahan penempatan chest tube ke dalam rongga abdomen.

 Lengan di sisi yang terkena harus diabduksikan dan dirotasikan ke arah eksternal,
membentuk posisi telapak tangan berada di belakang kepala pasien.

 Pengikat yang lembut atau silk tape dapat digunakan untuk mengamankan lengan di
lokasi ini.
 Jika pengikat digunakan, pastikan aliran darah ke tangan baik.
Teknik
Preparasi kulit dan penandaan
• Insisi kulit dilakukan di antara linea midaksilaris dan
linea aksilaris anterior di atas costae yang berada di
bawah level interkostal yang dipilih untuk pemasangan
chest tube. Penanda bedah dapat digunakan untuk
menggambarkan anatomi dengan lebih baik.

• Cukur rambut yang lebat dan oleskan larutan preparasi


ke area dinding dada yang luas
Anestesi Lokal
• Gunakan sarung tangan steril, gown, penutup rambut, dan
goggles atau face shield, dan pasang doek steril pada area.
• Gunakan jarum 25-ga untuk menginjeksikan larutan
anestesi lokal sebanyak 5 mL ke dalam kulit di atas insisi
awal, seperti pada gambar.
• Gunakan jarum yang lebih panjang (23 atau, lebih
dianjurkan 27 ga) untuk infiltrasi sekitar 5 mL larutan
anestesi pada daerah yang luas dari jaringan subkutan di
atas insisi awal.
• Arahkan jarum ke arah pemasangan chest tube yang
diinginkan (mengikuti batas atas costae di bawah ruang
interkostal kelima), dan injeksikan sekitar 10 mL larutan
anestesi
Insisi Kulit
• Gunakan pisau No. 11 atau 10 untuk membuat insisi
kulit sepanjang sekitar 4 cm di atas costae yang
berada di bawah level interkostal yang diinginkan.
• Sayatan kulit harus searah dengan costae itu sendiri.
Diseksi tumpul ke otot interkostal
• Gunakan hemostat atau klem Kelly berukuran sedang
untuk diseksi tumpul di jaringan subkutan, dengan
memasukkan instrumen yang tertutup dan
membukanya secara berkala, seperti yang
ditunjukkan pada gambar.
Pastikan untuk mengarahkan klem melewati margin atas costae

• Direkomendasikan untuk menambahkan lebih banyak


anestesi lokal ke otot interkostal dan pleura.

• Gunakan klem Kelly besar tertutup untuk melewati


otot interkostal dan pleura parietalis, dan masuk ke
cavum pleura, seperti yang ditunjukkan.
Setelah klem Kelly memasuki cavum
pleura, klem harus dibuka untuk lebih
memperbesar lubang
• Manuver ini membutuhkan tekanan dan gerakan
memutar dari ujung klem Kelly yang tertutup.

• Klem Kelly harus dibuka (saat masih di dalam cavum


pleura) dan kemudian ditarik sehingga bagian
penjepitnya memperbesar daerah diseksi melalui
semua lapisan dinding dada seperti yang ditunjukkan.
Hal ini memfasilitasi jalannya chest tube saat
dimasukkan.
Satu jari digunakan untuk palpasi jalur
insersi dan merasakan adhesi sebelum
insersi
• Gunakan satu jari yang sudah memakai sarung tangan
steril untuk mengetahui ukuran jalur insersi serta
untuk merasakan jaringan paru dan kemungkinan
adhesi, seperti yang ditunjukkan di gambar.
• Putar jari 360º untuk memeriksa adanya adhesi rapat
yang tidak bisa dilepaskan dan membutuhkan
penempatan chest tube di daerah lain.
Ujung proksimal chest tube dipegang dengan
menggunakan klem Kelly yang digunakan untuk
memandu chest tube melalui jalur

Ujung distal chest tube harus selalu dijepit sampai


terhubung ke alat drainase
Mengamankan selang
• Sebelum mengamankan selang, periksa adanya
“swinging” saat repirasi pada level cairan dari sistem
WSD untuk memastikan penempatan yang benar.

• Fiksasi chest tube pada kulit dengan menggunakan


ebnang silk atau nylon 0 atau 1-0, seperti pada
gambar.
Pasang kasa petrolatum pada insisi kulit
• Untuk mengamankan jahitan, direkomendasikan 2
jahitan simpel through-and-through pada tiap sisi
chest tube.
• Jahitan pengunci: Jahitan matras vertikal sentral
dengan ujung dibiarkan panjang dan diikat bersama
dapat dipasang untuk memungkinkan penguncian
jalur insersi setelah chest tube dilepas.
Dressing dan padding
• Buat dressing oklusif untuk dipasang di atas chest tube
dengan menggunting satu sisi kassa kotak (4 x 4 inci)
menjadi berbentuk “Y” dan gunakan plester 4-inci
untuk mengamankannya pada dinding dada.
• Pastikan padding cukup di antara chest tube dan
dinding dada.
Penyelesaian
• Ikat chest tube ke bagian batang tubuh bawah dengan plester
"mesentry" fold untuk menghindari selang yang bengkok saat
melewati dinding dada. Hal ini juga membantu mengurangi
nyeri dan ketidaknyamanan pada lokasi luka bagi pasien.
Semua sambungan kemudian direkatkan dengan plester
untuk menghindari lepasnya sambungan.

• Lakukan rontgen dada, seperti gambar, untuk memastikan


penempatan chest tube yang benar.
Komplikasi
 Penempatan yang tidak sesuai
 Horizontal (di atas diafragma) – Boleh pada hemothorax; harus
direposisi pada pneumothorax
 Subkutan – Harus direposisi
 Terlalu jauh masuk ke dada (menekan pleura bagian apex) –
Harus ditarik
 Di rongga abdomen – Harus dikeluarkan
 Perdarahan
 Lokal – Biasanya merespon terhadap tekanan langsung
 Hemothorax (cedera ateri paru vs interkostal) – Dapat
membutuhkan thoracotomy jika tidak membaik secara spontan
Komplikasi

 Pelepasan tube
 Empyema. Chest tube (benda asing) dapat menyebabkan paparan bakteri pada cavum
pleura.
 Pneumothorax yang tertinggal atau hemotoraks mungkin memerlukan pemasangan
chest tube kedua.
 Re-ekspansi edema paru – komplikasi fatal, lebih sering terjadi pada pasien diabetes dan
pasien dengan tension pneumothorax atau pneumothorax yang lebih besar/ efusi pleura
masif.
 Klinis
Waktu melepaskan  Kuantitas
chest tube
 Kualitas
 Radiologis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai