Anda di halaman 1dari 21

Liturgi dan Ibadah

Kontemporer
Empat karakteristik ibadah sejati:
1. Biblical
2. Congregational
3. Spiritual
4. Moral
1. Biblical
• Ibadah Kristen merupakan respons
terhadap Firman Allah.
• Jadi, Firman Tuhan dalam ibadah tidak
boleh dipandang remeh atau
diremehkan, terlepas dari baik
tidaknya pengkhotbah menyampaikan
penguraian atas Firman Tuhan.
2. Congregational
• Kita diselamatkan untuk menjadi anggota
tubuh Kristus. Jadi, kita tidak bisa sendirian.
 Ibadah korporat tidak bisa digantikan oleh ibadah
individual, karena ibadah individual tidak bisa
menjalankan sifat resiprokal yang seharusnya
sebagai satu tubuh Kristus (saling mengasihi,
melayani, memperhatikan, menasehati, menegur,
membutuhkan, memperlengkapi, dsb.).
• Jemaat adalah partisipan/pelaku ibadah,
bukan penonton.
3. Spiritual
• Esensi ibadah terletak pada hati
dan sikap taat kita kepada apa yang
Tuhan kehendaki, bukan pada
bentuk, ritual, atau upacaranya.
• Dalam ibadah kita seharusnya
mengalami dan menikmati
persekutuan dengan Alah yang
hidup.
3. Moral
• Ibadah mencakup cara kita menjalani hidup yang
riil sehari-hari di hadapan Tuhan (Rm 12:1).
Doa Santo Benedict dari Nursia
O, Bapa yang penuh anugerah dan kudus
Berilah kami kebijaksanaan untuk menyadari Engkau
Kepandaian untuk memahami Engkau
Ketekunan untuk mencari Engkau
Kesabaran untuk menantikan Engkau
Mata untuk melihat Engkau
Sebuah hati untuk merenungkan Engkau
Dan sebuah kehidupan untuk menyatakan Engkau
Melalui kuasa Roh Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.
Antara MODEL dan GAYA IBADAH
• Model ibadah berbeda dengan gaya ibadah. Model
ibadah bisa menjangkiti semua gaya ibadah.
• Model ibadah ada 4 macam:
1. Model “Pertunjukan/Tontonan”
2. Model “Bait Allah”
3. Model “Penginjilan”
4. Model yang Biblikal
• Gaya ibadah ada 3 macam: Tradisional, Kontemporer,
& Blended
1. Model “Pertunjukan/Tontonan”
• Ciri: Yang paling penting adalah mereka yang
melayani di mimbar atau di bagian depan.
• Kelebihan: menarik & terlihat profesional.
• Kekurangan: tidak benar2 beribadah kepada Tuhan.
Karena jemaat yang jadi penonton, bukan Tuhan.
• Evaluasi: Ibadah kontemporer paling beresiko tinggi
untuk membawa mentalitas entertainment masuk
ke dalam ibadah, sehingga menyisihkan fokus
utama ibadah untuk menyembah Tuhan.
2. Model “Bait Allah”
• Ciri: Jemaat memandang pelayanan ibadah itu dari
yang kurang penting  penting  lebih penting 
paling penting. Contoh: Ibadah yang paling penting
adalah pemberitaan firmannya sehingga mereka
datang telat atau pulang lebih awal pun tidak
masalah, asal bisa mendengar firman Tuhan itu
sudah dianggapnya beribadah.
 Proklamasi firman dengan kotbah itu berbeda.
Proklamasi firman bisa melalui kotbah, litani,
atau pujian yang berasal dari teks Alkitab.
3. Model “Penginjilan”
• Ciri: Ibadah dianggap sebagai sarana untuk
menjangkau orang2 yang belum percaya. (mis.
gereja Bill Hybels (Willow Creek). Hari Minggu
dipakai untuk ibadah orang2 yang belum percaya (Ini
disebut Seeker Sensitive Worship). Sedang orang
yang sudah percaya, ibadahnya hari Sabtu.
• Kelebihan: semangat menjangkau jiwa, lebih
kontekstualisasi.
3. Model “Penginjilan” (lanjutan)
• Kekurangan:
1) Tak mungkin orang2 yang belum percaya bisa
benar2 beribadah (worship) kepada Tuhan.
2) Berbahaya karena bisa terjadi kompromi. Misal
mengubah istilah Alkitab & dicairkan maknanya
supaya bisa diterima oleh orang-orang yang
belum percaya.
4. Model yang Biblikal
• Ciri: Ibadah merupakan suatu “Dialog”, yakni
suatu rangkaian antara Tuhan menyatakan
sesuatu dan umatNya yang berespons. Jadi,
seluruh rangkaian ibadah itu semuanya
penting.
4. Model yang Biblikal (lanjutan)
• Kelebihan:
1) Seharusnya tidak ada jemaat yang datangnya
terlambat / buru2 pulang sebelum kebaktian
berakhir.
2) Tidak ada jemaat yang meremehkan waktu
pujian / kotbah dengan melakukan aktivitas lain
(mis. sms).
3) Jemaat bisa mendisiplin diri untuk mendengar &
berespons dengan tepat.
1. Gaya Tradisional (Traditional Worship)
• Liturgi: Ada & cenderung kaku
• Bentuk musik: Hymn
2. Gaya Kontemporer (Contemporary Worship)
• Liturgi: Dinamis
• Bentuk musik: Kontemporer
3. Blended (Blended Worship)
• Liturgi: Ada, dengan berbagai penyesuaian
• Bentuk musik: Kontemporer
Budaya Populer (Pop Culture)
&
Ibadah Kontemporer (Contemporary Worship)

Sumber:
Tumanan, Yohanis Luni. Ibadah kontemporer: Sebuah Analisis Reflektif terhadap
Hadirnya Budaya Populer dalam Gereja Masa Kini. Jurnal Jafray 13/1 (April,
2015): 35-54.
Kauflin, Bob. Worship Matters. Jakarta: Lembaga Literatur Baptis, 2008.
• Pengertian budaya populer (ringkasan)
 “Suatu budaya massa (terstandarisasi, seragam, dan
dikonsumsi oleh banyak orang),
 yang menciptakan daya tarik,
 disukai oleh banyak orang,
 membangkitkan euforia (perasaan nyaman & gembira
yang berlebihan), dan
 dirancang untuk tujuan komersial.”
• Budaya populer (budaya pop / pop culture) masuk ke
dalam gereja melalui Christian Contemporary Music
(CCM).
• Ciri-ciri gereja yang menggunakan CCM:
1. Peka dalam memenuhi kebutuhan pasar masa kini.
Tujuannya untuk menarik pengunjung gereja.
2. Menggunakan peralatan combo band, dengan gaya
musik & aransemen seperti musik populer pada
umumnya.
• Ciri-ciri gereja yang menggunakan CCM (lanjutan):
3. Sifatnya dinamis, hingar bingar, & penuh antusiasme.
Dengan demikian tidak menggunakan liturgi yang
kaku.
4. Perilaku jemaat dalam beribadah sangat dipengaruhi
oleh kemampuan pemimpin pujian (worship leader).
5. Musik mempunyai peranan yang sangat signifikan di
sepanjang ibadah.
• Cara menghadapi arus budaya populer (Joachin
Huang):
 Metode preventif (aktif, konstruktif, dan kreatif)
untuk melakukan pencegahan terhadap ekses-ekses
negatifnya. Apa ekses-ekses negatifnya terhadap
ibadah? (fokus, kepuasan, teologis)
 Metode kuratif adalah sikap & semangat
memperbaiki kondisi yang buruk dengan pilihan
yang paling bijak. Misal: memperkenalkan lagu-lagu
hymn melalui gaya musik yang pas dengan jiwa
anak-anak muda.

Anda mungkin juga menyukai