SEPSIS
4 Juni 2021
Suhendro. Definisi dan kriteria terbaru diagnosis sepsis: Sepsis-3. In: Widayat D, Leonard N. Jakarta antimicrobial update “Antimicrobial Usage in Clinical
Practice L Strategy to Combat Infectious Agent 2017”. Jakarta: Interna Publishing; 2017.p. 1-7
• Sejak tahun 1992, sindrom respon inflamasi sistemik (SIRS) karena infeksi
= sepsis
• Tidak memberikan nilai tambah, khususnya untuk mendeteksi gangguan
fungsi organ.
• Banyaknya kasus di ruang rawat intensif dengan kriteria tersebut, namun
bukan disebabkan oleh proses infeksi.
Sepsis Sindrom respons inflamasi sistemik Tidak ada perubahan Gangguan fungsi organ akibat
(SIRS) yang disebabkan infeksi definisi respons tubuh terhadap infeksi
yang mengancam jiwa
Sepsis berat Sepsis disertai salah satu gejala: Tidak ada perubahan Istilah sepsis berat
gangguan fungsi organ, hipoperfusi, definisi dihilangkan
hipotensi, asidosis laktat, oliguria, atau
gangguan status mental akut
Syok/renjatan Sepsis disertai hipotensi walaupun telah Tidak ada perubahan Sepsis disertai gangguan
sepsis dilakukan terapi cairan adekuat, sepsis definisi sirkulasi, seluler, dan metabolik
dengan terapi obat inotropik atau yang mengancam jiwa
vasopressor
Etiologi
Gotts JE, Matthay MA. Sepsis: pathophysiology and clinical management. BMJ. 2016
Patofisiologi Umum
Disfungsi transport
Hepar intraseluler dan
Ikterik, Kolestasis Bilirubin >1,2
ekstraseluler cairan
garam empedu
Depresi miokardial,
Dilatasi ventrikel,
Sistem Gangguan hemostasis Agen inotropik dan
menurunnya ejeksi fraksi MAP <70 mmHg
kardiovaskular intraselular kalsium, dan penghambat beta
dan kontraktilitas
produksi fosfat
Zanon F, et al. Sepsis in the intensive care unit: etiologies, prognostic factors and mortality. Rev Bras Ter intensiva. 2008;20(2):128–34.
Disfungsi Organ pada Sepsis
Manifestasi
Target Organ Patofisiologi Skor SOFA Terapi
klinis
Traktus Perdarahan PPI, nutrisi
Hiperpermeabilitas
gastrointestin mukosa, ileus enteral,
epitelium
al paralitik probiotik
Kerusakan seluler,
Sedasi ringan,
Sistem saraf mitokondrial, Terganggunya
GCS <15 rehabilitasi
pusat disfungsi endotelial, status mental
ringan
neurotransmisi
Koagulasi
Antitrombin,
intravaskular, Mikrotrombus,
Trombosit rekombinan
DIC kerusakan Iskemia
<150.000/uL trombomoduli
mikrovaskular, jaringan
n, FFP
kerusakan endotel
Zanon F, et al. Sepsis in the intensive care unit: etiologies, prognostic factors and mortality. Rev Bras Ter intensiva. 2008;20(2):128–34.
DIAGNOSIS
•Anamnesis:
•Tentukan apakah infeksi didapatkan dari komunitas atau
nosokomial
•Imunokompromais.
•Pemeriksaan fisis:
•Biasanya tidak spesifik, seperti demam, menggigil, malaise,
gelisah, atau kebingungan.
•Gejala biasanya lebih berat pada pasien usia lanjut, diabetes
mellitus, kanker, gagal organ multipel, dan pasien dengan
granulositopenia.
•Pemeriksaan fisis menyeluruh diperlukan untuk menentukan
sumber infeksi.
Irawan C, Pitoyo CW, Rinaldi I. Internal Medicine Emergency Life Support. Basic II. Jakarta: UI-Press; 2016:228-32.
Kriteria Diagnosis Sepsis
Kriteria Sepsis 1 (1992) Sepsis 2 (2011) Sepsis 3 (2016)
Sepsis Kriteria SIRS bila ditemukan 2 gejala atau Kriteria SIRS ditambah Skor SOFA > 2
lebih tanda sebagai berikut : dengan fokal infeksi qSOFA > 2
Suhu >38°C atau < 36°C disertai dengan kriteria
Detak jantung > 90 kali/menit hemodinamik, inflamasi
Frekuensi pernapasan > 20 kali/menit dan kriteria gangguan
atau PaCO2 < 32 mmHg fungsi organ.
Jumlah leukosit > 12000 atau < 4000
atau ditemukan sel leukosit muda > 10%
Disertai dengan fokal infeksi
Sepsis Berat Kriteria sama Kriteria sama Definisi sepsis berat dihilangkan
Levy M, Evans L, Rhodes A. The surviving sepsis campaign bundle: 2018 update Intensive Care Med. 2018;44:925–8
Kriteria Diagnosis Sepsis 2 (2011)
Suhu > 38 C atau < 36 C.
Denyut jantung > 90x/menit.
Kriteria SIRS
Respirasi > 20x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg.
Hitung leukosit > 12.000/mm3 atau > 10% sel imatur
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg, MAP <70 mmHg atau tekanan darah turun > 40
mmHg
Kriteria Hemodinamik
Saturasi darah vena < 70%
Indeks kardiak > 3,5L/menit/m
Jumlah leukosit > 12000 atau < 40000 atau ditemukan leukosit muda > 10%.
Kriteria Inflamasi Kadar Protein C reaktif meningkat 2 kali nilai normal.
Kadar Procalcitonin meningkat > 2 kali nilai normal.
Hipoksemia arterial (PaO2/FiO2 <300)
Oliguria akut (produksi urin <0.5 ml/kg/jam)
Peningkatan kreatinin >0.5 mg/dl
Kriteria Gangguan Fungsi
Abnormalitas koagulasi (INR>0,5 atau APTT>60 detik)
Organ
Ileus
Trombositopenia (trombosit<100.000/ul)
Hiperbilirubin (bilirubin total>4 mg/dl)
Kadar laktat > 3 mmol/L
Kriteria Perfusi Jaringan
Pengisian kapiler melambat
Levy M, Evans L, Rhodes A. The surviving sepsis campaign bundle: 2018 update Intensive Care Med. 2018;44:925–8
SIRS vs Sepsis
COAGULATION
Platelets x 103/mm3 > 150 ≤ 150 ≤ 100 ≤ 50 ≤ 20
LIVER
Bilirubin, mg/dL < 1.2 1.2-1.9 2.0-5.9 6.0-11.9 > 12.0
(μmol/L) (< 20) (20-32) (33-101) (102-204) (>204)
CARDIOVASCULAR
Hypotension No MAP<70 Dopamine ≤ 5 Dopamine >5 or Dopamine >15 or
hypotension or dobutamine epinephrine ≤0.1 or epinephrine >0.1 or
(any dose)* norepinephrine norepinephrine
≤0.1* >0.1*
Singer M, et al. The third international consensus definitions for sepsis and septic shock (Sepsis-3). JAMA. 2016;315(8):801-10.
Pemeriksaan Penunjang
• Darah perifer lengkap dengan hitung jenis leukosit dan hemostasis.
– Pada awal sepsis dapat ditemukan leukositosis dengan pergeseran ke kiri,
leukopenia, trombositopenia.
– Selanjutnya trombositopenia dapat memburuk, disertai pemanjangan waktu
thrombin, penurunan fibrinogen, dan keberadaan d dimer DIC.
Irawan C, Pitoyo CW, Rinaldi I. Internal Medicine Emergency Life Support. Basic II. Jakarta: UI-Press; 2016:228-32.
• Caution in
patients with
immunosuppres
sion (including
HIV), cystic
fibrosis,
pancreatitis,
trauma,
pregnancy, high
volume
transfusion,
malaria
• PCT-guided
stewardship
should not be
applied to
patients with
chronic
infections (e.g.,
abscess,
osteomyelitis,
endocarditis).
Gregio C. Role of procalcitonin use in the management of sepsis. 2019
Prokalsitonin sebagai Penanda Bakteremia
Gram Negatif
Studi Nilai titik potong Hasil Studi
Brodská H, et al. Significantly higher procalcitonin levels could differentiate Gram-negative sepsis from Gram-positive and fungal sepsis. Clin Exp Med. 2013;13(3):165–70.
Charles PE, et al. Serum procalcitonin elevation in critically ill patients at the onset of bacteremia caused by either gram negative or gram positive bacteria. BMC Infect Dis.
2008;8:1–8.
Prinsip Tatalaksana
Prinsip Tatalaksana
Levy M, Evans L, Rhodes A. The surviving sepsis campaign bundle: 2018 update Intensive Care Med. 2018;44:925–8
Tatalaksana Sepsis
Surviving Sepsis Campaign Guidelines
2. Antibiotik
Dellinger, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock: 2016.
Tatalaksana Sepsis
Surviving Sepsis Campaign Guidelines
3. Source control
• Sumber infeksi harus diketahui sesegera mungkin dan tentukan apakah membutuhkan
intervensi (seperti drainase abses, debridement jaringan nekrosis yang terinfeksi,
pengangkatan alat/akses yang berpotensial terinfeksi)
• Akses intravaskular yang dicurigai sebagai penyebab sepsis sebaiknya dicabut.
4. Terapi cairan
• Cairan kristaloid lebih disarankan untuk mengganti volume intravaskular
dibandingkan koloid (HES dan gelatin).
• Pada pasien yang telah mendapatkan kristaloid dalam jumlah tinggi, dapat
ditambahkan albumin.
o Kombinasi albumin 20% dan kristaloid, terutama jika albumin diberikan dalam 6
jam pertama, bermanfaat menurunkan mortalitas dalam 28 hari, pada albumin < 3
mg/dL.
3. Cairan hydroxyethyl starches (HES) tidak disarankan pada pasien sepsis karena
berhubungan dengan meningkatnya risiko mortalitas, sedangkan pemberian gelatin
tidak menjadi rekomendasi utama karena masih terbatasnya data mengenai
efektifitasnya terdapat pasien kritis.
Dellinger, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock: 2016.
Tatalaksana Sepsis
Surviving Sepsis Campaign Guidelines
5. Terapi vasoaktif
a. Terapi vasopressor yang disarankan terutama norepinefrin.
o Norepinefrin memiliki efek vasokonstriksi dengan sedikit perubahan denyut nadi
dan sedikit peningkatan stroke volume dibandingkan dopamin.
b. Jika MAP belum tercapai, maka dapat menambahkan vasopressin (hingga 0.03
U/menit) atau epinefrin, vasopressin juga dapat ditambahkan untuk menurunkan dosis
norepinefrin.
o Epinefrin dapat meningkatkan produksi laktat aerobik melalui stimulasi reseptor
β2-adrenergik di otot rangka menghambat pembersihan laktat pada resusitasi.2
c. Alternatif lainnya: dopamin yang dapat diberikan pada pasien tertentu (risiko rendah
takiaritmia dan terdapat bradikardia relatif atau absolut).
a. Dopamin meningkatkan MAP dan cardiac output melalui peningkatan stroke
volume dan denyut nadi. Bersifat aritmogenik, mempengaruhi respon endokrin
melalui aksis hipotalamus pituitary dan menyebabkan efek imunosupresif
d. Jika telah diberikan cairan adekuat dan vasopresor, namun hipoperfusi persisten, dapat
ditambahkan dobutamin
Dellinger, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock: 2016.
Tatalaksana Sepsis
Surviving Sepsis Campaign Guidelines
6. Kortikosteroid
• Penggunaan hidrokortison iv pada syok sepsis tidak
direkomendasikan pada syok sepsis jika resusitasi cairan dan
terapi vasopresor adekuat.
• Jika hal ini tidak tercapai, maka dapat diberikan
hidrokortison 200 mg/hari atau 50 mg bolus dalam 4 dosis
terbagi selama 3 hari.
• Pada keadaan sepsis terjadi insufisiensi adrenal relatif.
Indikasi steroid terutama pada pasien dengan riwayat terapi
steroid atau disfungsi adrenal.
• Penggunaan steroid pada sepsis masih kontroversi karena
studi-studi menunjukkan hasil yang berbeda.
Dellinger, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock: 2016.
Tatalaksana Sepsis
Surviving Sepsis Campaign Guidelines
7. Produk Darah
• Transfusi sel darah merah disarankan jika konsentrasi haemoglobin < 7
mg/dL tanpa kondisi khusus seperti iskemia miokard, hipoksemia berat,
atau perdarahan akut.
• Eritropoietin tidak boleh diberikan untuk mengatasi anemia yang
berhubungan dengan sepsis karena dapat meningkatkan risiko trombosis
• Fresh frozen plasma tidak disarankan untuk memperbaiki abnormalitas
koagulasi jika tidak terdapat perdarahan atau rencana prosedur invasif.
• Transfusi platelet profilaksis disarankan jika trombosit:
• < 10.000 mg/dL jika tidak ada perdarahan
• < 20.000 mg/dL jika terdapat perdarahan bermakna
• < 50.000 mg/dL jika terdapat perdarahan aktif, pembedahan, atau
prosedur invasif
Dellinger, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock: 2016.
Tatalaksana Sepsis
Surviving Sepsis Campaign Guidelines
8. Imunoglobulins
• Studi mengenai penggunaan IVIg masih terbatas dan hingga saat
ini mayoritas studi menunjukkan tidak terdapat perbedaan dalam
menurunkan mortalitas.
• Belum terdapat rekomendasi khusus mengenai penggunaan IVIG
9. Purifikasi darah
• Purifikasi darah seperti hemofiltrasi volume tinggi dan
hemoadsorpsi (hemoperfusi), plasma exchange atau plasma
filtration (plasma dipisahkan dari whole blood, dibuang, dan
diganti dengan normal saline, albumin, atau FFP), dan sistem
hibrid belum terdapat rekomendasi khusus pada pasien sepsis.
Tatalaksana Sepsis
Surviving Sepsis Campaign Guidelines
10. Antikoagulan
• Pemberian antitrombin tidak direkomendasikan sebagai terapi
sepsis dan syok sepsis.
• Berkurangnya aktivitas plasma pada sepsis berhubungan dengan
disseminated intravascular coagulation (DIC) dan keluaran yang
buruk.
• Studi mengenai antithrombin masih terbatas (uji klinis fase
III) dan hasil sementara menunjukkan tidak terdapat manfaat pada
mortalitas.
• Studi uji klinis ini masih terbatas, meskipun beberapa pengkajian
sistematis menunjukkan manfaat heparin pada pasien sepsis dapat
menurunkan mortalitas tanpa meningkatkan risiko perdarahan
mayor.
Dellinger, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock: 2016.
Tatalaksana Sepsis
Surviving Sepsis Campaign Guidelines
11. Ventilasi mekanik
• Pasien sepsis dengan ARDS direkomendasikan target volume tidal 6 mL/kg dari
berat badan prediksi dibandingkan 12 ml/kg, dan dengan plateau pressures 30
cmH20 lebih tinggi dari batas atas.
• Volume tidal dan tekanan plateu yang tinggi harus dihindari pada ARDS.
• PEEP (positive end-expiratory pressure) yang lebih tinggi lebih disarankan
pada ARDS sedang hingga berat.
o PEEP yang tinggi akan membuka sel paru sehingga terjadi pertukaran udara.
o PEEP > 5 cm H2O) biasanya dibutuhkan untuk mencegah kolaps paru.
• Posisi telungkup (prone) lebih disarankan daripada terlentang (supine) pada
PO2/FiO2 < 150 pada 36 jam pertama intubasi, selama > 16 jam/hari.
• Selain itu, pada saat posisi terlentang, direkomendasikan elevasi kepala 30-45
derajat untuk mencegah aspirasi dan VAP.
• Ventilasi noninvasif tidak disarankan pada pasien sepsis dengan ARDS.
Dellinger, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock: 2016.
Tatalaksana Sepsis
Surviving Sepsis Campaign Guidelines
12.Sedasi dan analgesik
• Penggunaan sedasi kontinu atau intermitten harus
diminimalisir pada pasien dengan ventilator.
13.Kendali glukosa
• Jika pada pemeriksaan gula darah 2 kali berturut-turut
ditemukan > 180 mg/dL, maka sebaiknya diberikan insulin,
dengan target gula darah < 180 mg/dL.
• Pada beberapa pasien tertentu dapat dibuat target lebih ketat
110-140 mg/dL jika tidak terdapat riwayat hipoglikemia.
• Pemeriksaan gula darah dari arteri lebih disarankan daripada
kapiler jika pasien terdapat akses kateter arteri.
Dellinger, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock: 2016.
Tatalaksana Sepsis
Surviving Sepsis Campaign Guidelines
14.Terapi pengganti ginjal
• Pasien sepsis dengan gagal ginjal akut dengan indikasi terapi
pengganti ginjal yang disertai hemodinamik tidak stabil,
continuous renal replacement therapy lebih disarankan.
15.Terapi bikarbonat
• Terapi bikarbonat tidak disarankan untuk memperbaiki
hemodinamik atau mengurangi kebutuhan vasopressor pada
pasien asidemia laktat yang diinduksi hipoperfusi dengan
pH > 7.15.
• Terapi ini berhubungan dengan overload cairan dan natrium,
peningkatan laktat dan pCO2, berkurangnya kalsium ion
serum.
Dellinger, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock: 2016.
Tatalaksana Sepsis
Surviving Sepsis Campaign Guidelines
17. Profilaksis tromboemboli vena
• Profilaksis farmakologi dengan unfractionated heparin (UFH) or low-
molecular-weight heparin (LMWH) selama tidak terdapat kontraindikasi.
• LMWH lebih disarankan dibandingkan UFH.
• Jika terdapat kontraindikasi farmakologi, disarankan untuk profilaksis
mekanik (intermittent pneumatic compression (IPC) dan/atau graduated
compression stockings (GCS))