TANAH DASAR
KLASIFIKASI
TANAH
KELOMPOK
NAMA ANGGOTA
KELOMPOK 4
1. MUHAMMAD ZUHER AMMAR DZAKI (15062010018)
02 KLASIFIKASI
03 KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN
PETA KONSEP
04 TAHAPAN KLASIFIKASI
PAPARAN
05 CARA PENGETESAN
American Society For
Testing And Materials
System (ASTM)
06 CARA PERHITUNGAN
PROSEDUR
07 KLASIFIKASI
08 VIDEO PROSES
01. PENGERTIAN DAN
KLASIFIKASI TANAH
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu
sistem pengaturan beberapa jenis tanah
Tanah merupakan campuran butiran- yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat
butiran mineral dengan atau tanpa yang serupa ke dalam kelompok-
kandungan bahan organik. Butiran-butiran kelompok dan subkelompok-
dengan mudah dipisah-pisahkan satu sama subkelompok berdasarkan
lain dengan air. Tanah terbentuk dari pemakaiannya. Sistem klasifikasi
pelapukan batuan, yang prosesnya dapat memberikan suatu bahasa yang mudah
berupa proses fisik maupun kimia. Sifat- untuk menjelaskan secara singkat sifat-
sifat teknis tanah, kecuali dipengaruhi oleh sifat umum tanah yang sangat bervariasi
sifat batuan induk yang merupakan tanpa penjelasan yang terinci. Sebagian
material asalnya, juga dipengaruhi oleh besar sistem klasifikasi tanah yang telah
unsur-unsur luar yang menjadi penyebab dikembangkan untuk tujuan rekayasa
terjadinya pelapukan batuan tersebut didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah
yang sederhana seperti distribusi ukuran
butiran dan plastisitas.
02. TUJUAN
KLASIFIKASI
TANAH
Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk memberikan informasi
tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena variasi sifat dan
perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum
mengelompokan tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah
memiliki kesamaan sifat fisis. Sistem klasifikasi bukan merupakan sistem
identifikasi untuk menentukan sifat-sifat mekanis dan geoteknis tanah.
Karenanya, klasifikasi tanah bukanlah satu-satunya cara yang digunakan
sebagai dasar untuk perencanaan dan perancangan konstruksi.
○ Untuk tanah yang diperkirakan mengandung butiran halus kurang dari 5%, maka perlu dibuat kurva distribusi kumulatif
ukuran butiran tanah yang tertahan ayakan No. 200 (0,075 mm). Kurva distribusi kumulatif ukuran butiran semi-log
persentase lolos terhadap ukuran butiran.
○ Untuk tanah yang diperkirakan mengandung butiran halus antara 5% sampai 12%, maka perlu dibuat kurva distribusi
kumulatif ukuran butiran
● Untuk tanah yang diperkirakan mengandung butiran halus 12% atau lebih, maka penentuan persentase butiran halus, persentase
pasir dan persentase kerikil harus ditentukan, demikian pula dengan batas cair dan indeks plastisnya. Untuk tanah yang
diperkirakan mengandung butiran halus 90% atau lebih, maka persentase butiran halus, persentase pasir, dan persentase kerikil
dapat diperkirakan dengan cara sesuai prosedur SNI 2436:2008 serta harus dicantumkan dalam laporan.
04.TAHAPAN KLASIFIKASI
Dasar klasifikasi tanah, dibagi menjadi 2
yaitu :
● Plastisitas tanah
● Ukuran butir
Berdasarkan hasil pengamatan secara
visual dan pengujian di laboratorium,
tanah digolongkan menurut kelompok
dasar tanah, diberi simbol kelompok
nama dan cara itu disebut sebagai
pengklasifikasian. Pada Gambar 1
menunjukan bagan alir untuk tanah butir
halus. Sebagaimana diuraikan dalam Tabel
berikut, sistem klasifikasi ini
mengidentifikasi tanah ke dalam 3
kelompok utama, yaitu: tanah berbutir
kasar, tanah berbutir halus, dan tanah
berorganik tinggi. Ketiga kelompok tanah
ini, selanjutnya dibagi lagi menjadi 15
kelompok dasar tanah.
04.TAHAPAN KLASIFIKASI
● Plastisitas tanah
Plastisitas tanah adalah kemampuan butir-butir tanah halus untuk mengalami perubahan bentuk tanpa terjadi perubahan volume atau pecah
04.TAHAPAN
KLASIFIKASI Pada sistem klasifikasi Unified, tanah diklasifikasikan kedalam
tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50 %
● Ukuran butir lolos saringan nomor 200, dan sebagai tanah berbutir halus
Jenis test untuk mendapatkan ukuran Butiran : (lanau/lempung) jika lebih dari 50 % lolos saringan nomor
200. rosedur untuk menentukan klasifikasi tanah sistem unified
○ Analisa / Test Ayakan adalah sebagai berikut :
• Tentukan apakah tanah merupakan butiran halus atau
butiran kasar secara visual atau dengan cara menyaringnya
dengan saringan nomor 200.
• Jika tanah berupa butiran kasar :
• Saring tanah tersebut dan gambarkan grafik distribusi
butiran.
• Tentukan persen butiran lolos saringan No.4. Bila
persentase butiran yang lolos kurang dari 50 %,
klasifikasikan tanah tersebut sebagai kerikil. Bila butiran
yang lolos lebih dari 50 %, klasifikasikan sebagai pasir.
Berikut merupakan batasan batasan ukuran butir tanah menurut
ASTM
contoh grafik berdasarkan
ukuran butir
KETERANGAN
● KOEFISIEN KESERAGAMAN (UNIFORMITY
COEF)= Cu
● KOEFISIEN GRADASI (GRADATION COEF)= Cc
● D10 : Diameter butiran dimana 10% dari Total butiran
lolos lebih kecil dari diameter tersebut.
● D30 : Diameter butiran dimana 30% dari total butiran
lolos / lebih kecil dari diameter tersebut
● D60 : Diameter butiran dimana 60% dari total butiran
lolos / lebih kecil dari diameter tersebut.
04.TAHAPAN KLASIFIKASI
Dengan demikian secara terperinci ukuran butir tanah dibedakan menjadi jenis tanah yaitu:
● Kerakal
Kerakal yaitu butiran batuan yang lolos ayakan 12 inci (300 mm) dan tertahan pada ayakan 3 inci (75 mm) dan Bongkahan batuan yaitu ukuran
butir yang tertahan ayakan ukuran 12 inci (300 mm)
● lempung
butiran tanah yang lolos ayakan No. 200 (0,075 mm) yang dalam satu rentang kadar air tertentu bersifat plastis dan mempunyai
kekuatan yang cukup besar pada saat kering udara. Untuk klasifikasi, lempung termasuk tanah yang berbutir halus, atau bagian tanah
yang berbutir halus, dengan indeks plastisitas sama atau lebih besar dari 4, bila digambarkan dalam grafik plastisitas akan terletak pada
atau di atas garis “A”
● kerikil
partikel batuan yang lolos ayakan 3 inci (75 mm) dan tertahan pada ayakan No. 4 (4,75 mm). Ayakan standar dengan sub bagian : Kerikil kasar
yaitu butiran batuan yang lolos ayakan 3 inci (75 mm) dan tertahan pada ayakan ¾ inci (19 mm) serta kerikil halus yaitu butiran batuan
yang lolos ayakan ¾ inci (19 mm) tertahan pada ayakan No. 4 (4,75 mm)
● lempung organik
definisi lempung organik,untuk klasifikasi, lempung organik adalah tanah lempung yang mempunyai nilai batas cair kering oven
kurang dari 75% dari nilai batas cair sebelum pengeringan
● lanau organik
untuk klasifikasi, lanau organik adalah tanah lanau yang mempunyai nilai batas cair kering ovennya kurang dari 75% batas cair sebelum
pengeringan
● gambut tanah yang terdiri dari serat/jaringan daun-daunan pada berbagai tingkat pembusukan dengan kadar organik tinggi, berwarna
cokelat tua sampai hitam
04.TAHAPAN KLASIFIKASI
● gambut tanah
yang terdiri dari serat/jaringan daun-daunan pada berbagai tingkat pembusukan dengan kadar organik tinggi, berwarna cokelat tua sampai
hitam
● pasir
butiran batuan yang lolos ayakan No. 4 (4,75 mm) dan tertahan ayakan No. 200 (0,075 mm). Ayakan standar dengan sub bagian : pasir kasar
yaitu butiran batuan yang lolos ayakan No. 4 (4,75 mm) dan tertahan ayakan No. 10 (2,00 mm), pasir sedang yaitu butiran batuan yang
lolos ayakan No. 10 (2,00 mm) dan tertahan ayakan No. 40 (0,425 mm) serta pasir halus yaitu butiran batuan yang lolos ayakan No. 40
(0,425 mm) dan tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm)
● lanau butiran
tanah lolos ayakan No. 200 (0,075 mm), yang nonplastis atau sangat sedikit plastisitas dan dapat menunjukkan sedikit atau tidak ada
kekuatan pada saat kering udara. Untuk klasifikasi, lanau termasuk tanah yang berbutir halus, atau bagian tanah berbutir halus,
dengan indeks plastisitas lebih kecil dari 4 atau bila digambarkan dalam grafik plastisitas akan terletak di bawah garis “A”
04.TAHAPAN KLASIFIKASI
Analisa / Test Hydrometer
● Analisa bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan mengedap terhadap bentuk, ukuran dan berat butiran tanah
05. CARA PENGETESAN
Tanah Berbutir Kasar
1. Benda uji dari agregat kasar yang telah dikeringkan didinginkan sampai temperatur ruang
dan disaring dengan saringan ukuran 4,75 mm. Massa dari butiran yang tertahan oleh
saringan ukuran 4,75 mm ditentukan sampai ketelitian 1 gram dan buatlah butiran ini
kepada kondisi jenuh kering permukaan dengan melakukan prosedur seperti yang
ditetapkan dalam ASTM C 127 (SNI 1969:2008)
2. Kemudian masukkan butiran tersebut ke larutan yang lebih berat dalam suatu wadah.
Volume larutan sedikitnya tiga kali dari volume padat butiran. Dengan menggunakan
kain/kawat penyaring,
3. Selanjutnya pindahkan partikel yang mengapung ke permukaan, lalu simpan dalam wadah
yang lain. Larutan tersebut diaduk kemudian partikel terapung dipindahkan. Hal ini
dilakukan berulang kali sampai tidak ada lagi partikel terapung yang naik ke permukaan.
4. Partikel ringan dicuci dalam bahan pelarut yang sesuai untuk memisahkannya dari larutan
berat.
5. Setelah larutan yang lebih berat dipindahkan, partikel ringan dibiarkan sampai kering.
05. CARA PENGETESAN
Massa partikel ringan ditentukan dengan ketelitian 1 gram. Jika perhitungan yang lebih
tepat diperlukan, partikel ringan dikeringkan sampai massa tetap pada temperatur (110 ±
5) °C untuk menentukan nilai W1 yang digunakan dalam rumus:
Dimana:
W2 adalah massa agregat kering yang tertahan di atas saringan 300 µm gram
W3 adalah massa agregat kering yang tertahan di atas saringan 4,75 mm gram.
05. CARA PENGETESAN
Tanah Berbutir Halus
1. Benda uji dari agregat halus yang telah dikeringkan, didinginkan sampai temperatur ruang
dan kemudian disaring dengan saringan ukuran 300 µm sampai butiran yang lolos kurang
dari satu persen selama 1 menit penyaringan menerus.
2. Massa dari butiran yang tertahan oleh saringan ukuran 300 µm ditentukan sampai
ketelitian 0,1 gram dan usahakan butiran ini dalam kondisi jenuh kering permukaan dengan
melakukan prosedur seperti yang ditetapkan dalam ASTM C 128/SNI 1970:2008.
3. Kemudian masukkan butiran tersebut ke larutan yang lebih berat dalam suatu wadah yang
sesuai. Volume larutan sedikitnya tiga kali dari volume padat butiran.
4. Larutan termasuk partikel terapung dituangkan dalam wadah kedua melalui kain/kawat
penyaring, lakukan dengan hati-hati sehingga hanya partikel terapung yang dituangkan
bersama dengan larutan dan tidak ada agregat halus yang mengendap yang ikut dituangkan
pada kain/kawat penyaring.
5. Larutan yang ada di wadah kedua dikembalikan ke wadah pertama selanjutnya benda uji
dikocok, ulangi proses penuangan sampai benda uji bersih dari partikel terapung.
05.6.memisahkannya
CARA
Partikel ringan PENGETESAN
yang terdapat pada kain/kawat penyaring dicuci dalam bahan pelarut yang sesuai untuk
dari larutan berat. Alkohol digunakan untuk mencuci 1,1,2,2 tetrabromoetana sedangkan air
digunakan untuk mencuci seng klorida dan seng bromida.
7. Setelah partikel ringan dituangkan dan dibersihkan, biarkan sampai kering. Sisa partikel ringan dibersihkan
dari kain penyaring ke baki timbangan dan timbang massanya sampai ketelitian 0,1 gram. Jika perhitungan
yang lebih tepat diperlukan, partikel ringan dikeringkan sampai massa tetap pada temperatur (110 ± 5)°C
W2 adalah massa agregat kering yang tertahan di atas saringan 300 µm gram
W3 adalah massa agregat kering yang tertahan di atas saringan 4,75 mm gram.
UJI KADAR AIR
Uji kadar air dimaksudkan untuk memeriksa dan menentukan kadar air dari sampel tanah. Kadar
air (w) adalah perbandingan berat air yang dikandung tanah dengan berat kering tanah.
Kadar air diber simbol notasi w dan dinyatakan dalam persen (%)
a. Peralatan
1. Cawan
2. Timbangan Ketelitian 0,01 gr
3. Oven
4. Desikator
b. Pelaksanaan
1. Cawan dibersihkan dengan kain, kemudian ditimbang beserta tutupnya dan beratnya dicatat
(Wl) gram.
2. Contoh tanah yang akan diuji dimasukan dalam cawan, kemudian ditimbang beserta tutupnya
(W2) gram.
3. Dalam keadaan terbuka dimasukkan kedalam oven, suhu oven diatur konstan antara 105°C -
110°C selama 16 sampai 24 jam.
4. Setelah dioven tanah didinginkan dengan desikator, kemudian cawan beserta tutupnya
ditimbang (W3) gram.
PENGUJIAN
BERAT JENIS b. Pelaksanaan
Tekan Bebas 2. Menempatkan benda uji dibawah mesin penekan secara vertical dan sentries
pada plat dasar alat tekan, sehingga plat menyentuh permukaan tanah.
Kemudian mengatur dial pada penunjuk sehingga mununjukan nol,
demikian pula pasa dial pengukur regangannya.
3. Melakukan penekanan dengan mengatur kecepatan pembebanan dengan
kecepatan 1%setiap menit atau ±1,4 mm / menit.
4. Pembacaan dilakukan pada interval waktu 30 detik.
5. Pembebanan dihentikan apabila dial penunjuk beban sudah mengalami
penurunan tiga kali, atau regangannya sudah mencapai 20 %dari tinggi
semula.
6. Mengukur sudut pecah (a) dari benda uji tersebut dengan pengukur sudut.
7. Menentukan kadar air dari benda uji tersebut.
06. CARA PERHITUNGAN
Untuk Tanah Berbutir Kasar
(Lebih dari 50% material tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm)
Jika fraksi kasar yang tertahan ayakan No. 4 (4,75 mm) lebih dari 50%, fraksi tersebut diklasifikasikan sebagai kerikil.Jika fraksi kasar yang lolos
ayakan No. 4 (4,75 mm) lebih besar atau sama dengan 50%, diklasifikasikan sebagai pasir.
Untuk agregat halus: L=
Keterangan:
L=persentase massa partikel ringan dari agregat
W1=massa partikel kering yang terapung, gram
W3=massa agregat kering yang tertahan di atas saringan 4,75 mm ( No.4), gram.
Jika benda uji yang lolos ayakan No. 200 (0,075 mm) lebih kecil atau sama dengan 12%, harus digambarkan distribusi kumulatif ukuran butir,
hitung koefisien keseragaman (Cu) serta koefisien kelengkungan (Cc), seperti yang diberikan pada persamaan 1 dan 2.Jika diperlukan untuk
memperoleh diameter D10, dapat dilakukan dengan kurva ekstrapolasi
Cu = / (1)
Cc = /( x ) (2)
Keterangan : D10, D30, dan D60 = berturut-turut diameter ukuran butir pada 10%, 30% dan 60%, pada grafik distribusi kumulatif ukuran partikel
Untuk Tanah berbutir halus
(Benda uji lolos ayakan No. 200 (0,075 mm) ≥ 50% dari massa kering)
Tanah disebut lempung non organik jika dalam grafik indeks plastisitas terhadap batas cair, tanah tersebut terletak
pada atau di atas garis “A” dengan indeks plastisitasnya lebih besar dari 4, dan adanya bahan organik tidak
mempengaruhi nilai batas cair
Untuk agregat halus: L=
Keterangan:
L=persentase massa partikel ringan dari agregat
W1=massa partikel kering yang terapung, gram
W2= massa agregat kering yang tertahan di atas saringan 300 µm ( No.50), gram
Jika batas cair kurang dari 50%, diklasifikasikan sebagai lempung plastisitas rendah (CL), lihat daerah yang
diidentifikasi sebagai CL Jika batas cair lebih besar atau sama dengan 50%, diklasifikasikan sebagai lempung
plastisitas tinggi (CH), lihat daerah yang diidentifikasi sebagai CH Jika nilai batas cair lebih besar dari 110% atau
indeks plastisitas lebih besar dari 60%, grafik plastisitas dapat diperluas nilainya dengan skala yang sama, baik
sumbu vertikal maupun horizontal demikian pula terhadap garis “A” pada kemiringan yang ditunjukkan. Jika dalam
grafik, indeks plastisitas terhadap batas cair terletak di atas garis “A” dengan indeks plastisitasnya antara 4%
sampai 7%,diklasifikasikan sebagai lempung lanauan (CL-ML), lihat daerah yang diidentifikasi sebagai CL-ML
Pengujian sandcone
Pengujian sandcone dilakukan di lapangan secara langsung dengan menggunakan
alat tabung dan kerucut sandcone satu set lengkap. Dimana pengujian sandcon
mengacu pada standart ASTM D 1556-64 dan AASHTO T 191(ASTM, 2008).
Untuk rumus derajat kepadatan pada ASTM D 1556- 64:
R= x 100%
Ketarangan:
nilai berat volume tanah pada lapangan
=nilai berat volume tanah pada lapangan
PENGUJIAN KADAR AIR
Untuk mendapatkan nilai prosentase kadar air didapatkan dari pengujian dengan menggunakan alat oven dilengkapi
dengan cawan sampel tanah diambil dari sampel dilapangan. Menggunakan standart ASTM D 1556-64 dan AASHTO
T 217-67. Rumus sesuai standart ASTM D 1556-64 adalah:
Wc =
Keterangan :
Wc = Kadar air %
W2 = Berat tanah basah + cawan (gram)
W3 = Berat tanah kering + cawan (gram)
W0 = Berat cawan (gram)
Rumus dengan acuan standar AASHTO T 217-67 adalah :
Wc =
Keterangan:
Wc = Kadar air % W1 = Berat air (gram)
W2 = Berat tanah kering (gram)
DOKUMENTAS I
UJI BATAS CAIR
ANALISA SARINGAN
07. PROSEDUR
Prosedur untuk klasifikasi tanah berbutir halus KLASIFIKASI
(Benda uji lolos ayakan No. 200 (0,075 mm) ≥ 50% dari massa kering)
● Tanah disebut lempung non organik jika dalam grafik indeks plastisitas terhadap batas cair seperti tampak pada Gambar 4, tanah tersebut
terletak pada atau di atas garis “A”, dengan indeks plastisitasnya lebih besar dari 4,
○ Jika batas cair kurang dari 50%, diklasifikasikan sebagai lempung plastisitas rendah (CL), lihat daerah yang diidentifikasi sebagai
CL
○ Jika batas cair lebih besar atau sama dengan 50%, diklasifikasikan sebagai lempung plastisitas tinggi (CH), lihat daerah yang
diidentifikasi sebagai CH
○ Jika dalam grafik, indeks plastisitas terhadap batas cair terletak di atas garis “A” dengan indeks plastisitasnya antara 4% sampai
7%, diklasifikasikan sebagai lempung lanauan (CL-ML).
● Jika dalam grafik plastisitas terhadap batas cair terletak di bawah garis “A” dengan indeks plastisitasnya kurang dari 4%, tanah disebut
lanau non organik yaitu bahan organik tidak mempengaruhi besarnya nilai batas cair
○ ika batas cair kurang dari 50%, tanah diklasifikasikan sebagai lanau (ML), lihat daerah yang diidentifikasi
○ Jika batas cair lebih besar atau sama dengan 50%, tanah diklasifikasikan sebagai lanau elastis (MH)
07. PROSEDUR
● Jika dijumpai bahan organik yang mempengaruhi nilai batas cair KLASIFIKASI
o Jika tanah mempunyai warna gelap dan berbau organik ketika basah dan hangat, harus dilakukan pengujian batas cair untuk kedua
kalinya terhadap benda uji pada kondisi kering oven dengan temperatur (110 ± 5) oC sampai massanya tetap, biasanya selama satu
malam.
o Jika batas cair kering oven kurang dari 75% batas cair benda uji semula, tanah disebut lempung organik atau lanau organik (lihat
prosedur B pada ASTM D 2217).
o Jika batas cair (tidak kering oven) kurang dari 50%, tanah diklasifikasikan sebagai lempung organik atau lanau organik (OL). Jika
indeks plastisitas kurang dari 4 atau pada garis plastisitas terhadap batas cair terletak di bawah garis “A”, tanah diklasifikasikan
sebagai lanau organik (OL). Jika indeks plastisitas lebih besar atau sama dengan 4 dan atau di atas garis “A”, tanah diklasifikasikan
sebagai lempung organik, (OL). Lihat daerah yang diidentifikasi sebagai OL (atau CL- ML)
● Jika benda uji yang tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm) berkisar antara 15% sampai 30%, istilah ”dengan pasir” atau ”dengan
kerikil” (mana yang lebih dominan) harus ditambahkan pada nama kelompok tanah. Sebagai contoh lempung plastisitas rendah dengan
pasir (CL), lanau dengan kerikil (ML). Jika persentase pasir sama dengan persentase kerikil, gunakan istilah “dengan pasir”.
● Jika benda uji yang tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm), lebih besar atau sama dengan 30%, istilah “pasiran” atau “kerikilan” harus
ditambahkan pada nama kelompok tanah. Tambahkan istilah “pasiran” jika benda uji yang tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm) lebih
besar atau sama dengan 30% serta bagian butir kasar yang dominan adalah pasir. Tambahkan istilah “kerikilan” jika benda uji yang
tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm) lebih besar atau sama dengan 30% serta bagian berbutir kasar yang dominan adalah kerikil.
Sebagai contoh lempung rendah pasiran (CL), lempung plastisitas tinggi kerikilan (CH); lanau pasiran (ML). Jika persentase pasir sama
dengan persentase kerikil, gunakan istilah “pasiran”
07. PROSEDUR
2. PROSEDUR UNTUK KLASIFIKASI TANAH BERBUTIR KASAR
KLASIFIKASI
(Lebih dari 50% material tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm)
o Jika fraksi kasar yang tertahan ayakan No. 4 (4,75 mm) lebih dari 50%, fraksi tersebut
diklasifikasikan sebagai kerikil.
o Jika fraksi kasar yang lolos ayakan No. 4 (4,75 mm) lebih besar atau sama dengan 50%,
diklasifikasikan sebagai pasir.
o Jika benda uji yang lolos ayakan No. 200 (0,075 mm) lebih kecil atau sama dengan 12%, harus
digambarkan distribusi kumulatif ukuran butir, dalam Gambar 5, hitung koefisien keseragaman (Cu)
serta koefisien kelengkungan (Cc), seperti yang diberikan pada persamaan 1 dan 2.
Cu = D60/D10(1)
Cc = (D30)2/(D10 x D60 ) (2)
o Jika benda uji yang lolos ayakan No. 200 (0,075 mm) lebih kecil dari 5%, tanah dapat
diklasifikasikan sebagai kerikil bergradasi baik (GW) atau pasir bergradasi baik (SW). Klasifikasi
ini berlaku jika Cu untuk kerikil lebih besar dari 4 atau Cu untuk pasir lebih besar dari 6, serta nilai
Cc minimal 1 tapi tidak lebih dari 3.
o Jika benda uji lolos ayakan No. 200 (0,075 mm) lebih kecil dari 5%, maka tanah dapat
diklasifikasikan sebagai kerikil bergradasi jelek (GP) atau pasir bergradasi jelek (SP). Hal ini terjadi
jika Cu atau Cc tidak memenuhi kriteria tanah bergradasi baik.
07. PROSEDUR KLASIFIKASI
o Jika benda uji yang lolos ayakan No. 200 (0,075 mm) lebih besar dari 12%, tanah harus dianggap berbutir kasar
dengan butiran halus. Berdasarkan pada penggunaan grafik plastisitas terhadap batas cair seperti pada Gambar
4, tanah berbutir halus tersebut dapat bersifat lempungan atau lanauan
o Jika butiran halus bersifat lempungan atau dalam grafik indeks plastisitas terhadap batas cair terletak pada
atau di atas garis “A” serta indeks plastisitas lebih besar dari 7%, tanah diklasifikasikan sebagai kerikil
lempungan (GC) atau pasir lempungan (SC).
o Jika butiran halus bersifat lanauan atau dalam grafik indeks plastisitas terhadap batas cair terletak di
bawah garis “A” serta indeks plastisitas lebih kecil dari 4%, tanah diklasifikasikan sebagai kerikil lanauan
(GM) atau pasir lanauan (SM).
o Jika tanah berbutir halus ditetapkan sebagai lempung lanauan (CL-ML), dengan kerikil lebih dominan,
tanah dapat diklasifikasikan sebagai kerikil lempung lanauan (GC-GM). Bila pasir yang lebih dominan,
tanah dapat diklasifikasikan sebagai pasir lempung lanauan (SC- SM).
KLASIFIKASI
PROSEDUR
o Jika benda uji lolos ayakan No. 200 (0,075 mm) mulai dari 5% sampai dengan 12%, tanah
diklasifikasikan ganda dengan menggunakan dua simbol kelompok
o Simbol kelompok pertama harus berkaitan dengan kerikil atau pasir yang mempunyai
butiran halus kurang dari 5% (GW, GP, SW, SP), dan simbol kelompok kedua harus
berkaitan dengan kerikil atau pasir yang mempunyai butir halus (GC, GM, SC, SM)
dikaitkan lebih dari 12%.
o Nama kelompok harus dihubungkan dengan simbol kelompok pertama ditambah “dengan
lempung” atau “dengan lanau” untuk menunjukkan karakteristik plastisitas butir halus.
Sebagai contoh, kerikil bergradasi baik dengan lempung (GW-GC), pasir bergradasi jelek
dengan lanau (SP-SM)
o Jika benda uji mengandung pasir atau kerikil yang lebih dominan tetapi mengandung 15% atau
lebih unsur butiran kasar lainnya, istilah “dengan kerikil” atau “dengan pasir” harus
ditambahkan pada nama kelompok. Sebagai contoh, kerikil bergradasi jelek dengan pasir, pasir
lempungan dengan kerikil.
VIDEO PROSES KLASIFIKASI
TANAH ASTM
TERIMA
KASIH ATAS
PERHATIANY
A