Anda di halaman 1dari 26

PERCOBAAN III

SIEVE ANALISIS

A. TUJUAN
Untuk menentukan distribusi dari partikel berbutir dengan
menggunakan saringan ukuran mesh 4, 8, 10, 16, 30, 50, 100, 200, dan PAN.

B. LANDASAN TEORI
Sieve analisis atau uji gradasi adalah suatu prosedur yang digunakan
untuk menentukan distribusi ukuran partakel atau butiran tanah yang biasanya
disebut dengan gradasi. Tanah terdiri atas tiga unsur yaitu butiran, air dan
udara. Sifat-sifat suatu tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran
butirnya. Ukuran butiran menentukan klasifikasi macam tanah tersebut.
Untuk butiran yang kasar dipakai metode sieving dalam penentuan distribusi
ukurannya. Tanah dikeringkan dan disaring pada serangkaian saringan
dengan ukuran diameter kisi saringan terntentu mulai dari yang kasar hingga
yang halus. Dengan demikian butiran tanah terpisah menjadi beberapa bagian
dengan batas ukuran yang diketahui. Rumus yang digunakan sieve analysis
ini adalah:
 Presentase tanah tertahan (%tertahan)
 Presentase tanah lolos (%lolos)=100%-%tahanan

Kesalahan penimbangan sampel tanah sebelum dan sesudah penyaringan


adalah:

 Kesalahan relative=

tidak boleh melebihi 2%


Dengan:

 = berat butiran tanah sebelum proses sieving

 = berat butiran tanah total setelah proses sieving


 Tidak boleh melebihi 2% (Adnan Hariadi, 2014).
Percobaan analisa ayakan dipakai untuk diameter butiran tanah lebih
besar dari 0,075 mm untuk standard ASTM, ASTHO, dan USCS sedangkan
untuk standar MIT dipakai untuk diameter butiran lebih besar dan 0,06 mm.
ada dua macam cara yang umum dipakai untuk menentukan pembagian butir
dari suatu tanah dilaboratorium, yaitu:
1. Dengan analisa ayakan
2. Dengan hydrometer test
Analisa ayakan biasanya dipakai untuk butir mempunyai diameter
lebih besar dari 0,075 mm untuk standar ASTM, ASTHO, dan USCS
sedangkan untuk standar MIT dipakai diameter butiran lebih besar dan 0,06
mm. standard ukuran butir dan percobaan analisa ayakan ini adalah
merupakan klasifikasi tanah berdasarkan gradasi butiran
Dari ukuran butiran ini dapat ditentukan tingkat keseragaman tanah
tersebut yaitu Cu dan Cc (Cu= koefisien keseragaman dan Cc= koefisien
concavity). Cu dan Cc digunakan untuk menentukan bahwa gradasi butiran
itu baik atau buruk. Hasil dari analisa ayakan umumnya digambarkan dalam
kertas semiloaritmik yang dikenal sebagai kurva distribusi ukuran butiran dan
presentase dari butiran yang lolos ayakan digambarkan skala biasa.
Ukuran-ukuran saringan berkisar dari lubang berdiameter 4,750 mm
(no.4) sampai 0,075 mm (No.200). semua lubang berbentuk bujur sangkar
jadi apa yang disebut sebagai diameter partikel tanah sebenarnya hanyalah
merupakan patokan akademis saja, sebab kemungkinan lolosnya suatu
partikel pada suatu saringan yang berukuran terntentu akan tergantung pada
ukuran dan otoritasnya terhadap lubang saringan.
Hasil dari analisa saringan umumnya digambarkan didalam kertas
semi logaritma, yang dikenal sebagai kurva distribusi ukuran butiran.
Diameter partikel butiran digambarkan dalam skala logaritma dan persentasi
dari butiran yang lolos saringan tersebut. Dimana koordinat semilogaritma
adalah persentase berat partikelnya yang lebih kecil dari ukuran absisinya
yang diketahui. Makin landai kurva distribusi, makin rentang distribusinya,
makin curam kurva, makin kecil rentang distribusinya. Tanah berbutir kasar
dideskripsikan bergradasi baik jika tidak ada partikel-partik el ukurannya
menyolok dalam suatu rentang ditribusi dan jika masih terdapat partikel-
partikel yang berukuran yang sedang secara umum tanah bergradasi baik
diwakili oleh kurva distribusi yang cembung dan mulus.
Ukuran butiran tanah ditentuka dengan menyaring sejumlah tanah
melalui seperangkat saringan yang disusun dengan lubang yang paling besar
berada paling atas dan makin kebawah makin kecil. Jumlah tanah yang
tertahan pada saringan tersebut disebut salah satu dari ukran butir contoh
tanah itu. Pada kenyataan pekerjaannya hanya mengelompokkan sebagian
dari tanah terkait antara dua ukuran.
Ukuran butir tanah tergantung dari diameter partikel tanah yang
membentuk dari massa tanah itu. Karena pada pemeriksaan mikroskopis
massa tanah menunjukkan bahwa hanya sedikit apa bila memang ada
partikel-partikel yang bundar dan mempunyai diameter, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa ini adalah deskripsi mengenai tanah yang agak longsor
(Mayron Hermanto,2013).
Menurut metode U.S.P untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa
sampel tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyankan secara
mekanik. Nomor mesh menyatakan banyaknya luabng dalam 1 inchi. Ayakan
dengan nomor mesh kecil memiliki lubang ayakan yang besar berarti ukuran
partikel yang melewatinya juga berukuran besar. Sebaliknya ayakan dengan
nomor mesh besar memiliki lubang ayakan kecil berarti ukuran partikel yang
melewatinya kecil. Tujuan penyusunan ayakan adalah memisahkan partikel
sesuai dengan ukuran partikel masing-masing sehingga bahan yang lolos
ayakan pertama akan tersaring pada ayakan kedua dan seterusnya sehingga
partikel itu tidak dapat lagi melewati ayakan dengan nomor mesh tertentu.
Waktu pengayakan dilakukan selama 10 menit karena waktu tersebut
dianggap waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap
ayakan (nomor mesh). Bila waktu lebih dari 10 menit dikawatirkan partikel
terlalu sering bertumbukan sehingga pecah dan lolos ke ayakan berikutnya.
Dengan begitu akan terjadi ketidakvalidan data. Jika kurang dari 10 menit
partikel belum terayak sempurna. Waktu ayakan optimal adalah merupakan
suatu kesesuaian antara waktu tercapainya derajat pemisahan yang tinggi dan
derajat perubahan ukuran partikel asal karena proses penngayakan.
Setelah diayak perlu dilakukan penimbangan untuk setiap ayakan
untuk mengetahui besar bobot yang hilang selama pengayakan, yang dapat
disebabkan tertinggalnya dalam pengayakan, hilang saat pemindahan bahan
dari ayakan ke timbangan maupun hilang saat pemindahan berlangsung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan antara lain:
1. Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu
optimum), jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya
serbuk sehingga serbut yang seharusnya tidak terayak akan menjadi
terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak terayak sempurna.
2. Massa sample. Jika sampel terlalu banyak maka sulit terayak. Jika sampel
sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
3. Intensitas getaran. Semakin tinggi getaran maka akan semakin banyak
terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel.
Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
4. Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik mewakili
semua unsur yang ada dalam populasi. Populasi yang dimaksud
keanekaragaman partikel mulai yang sangat halus sampai yang paling
kasar. ( Puspita Sari R, 2016)
Menurut klasifikasi sistem USCS sifat tanah ditentukan oleh butiran dan
gradiasi butirannya. Sistem kalsifikasi tanah Unifed merupakan sistem
klasifikasi tanah yang paling terkenal dikalangan para ahli teknik tanah dan
pondasi. Sistem ini pertama-tama dikembangkan oleh Casagrande (1984) dan
dikenal sebagai sistem klasifikasi Airfied. Sistem ini lalu dipakai dengan
sedikit modifikasi oleh U.S. Bureau Of Reclamation dan U.S. Corps Of
Engineers tahun 1952. Kemudian pada tahun 1969 American Socienty For
Testing and Materials (ASTM) telah menggunakan sistem Unified sebagai
metode standar guna mengklasifikasikan untuk maksud-maksud rekayasa
(ASTM D-2487).
Simbol
Divisi utama Nama Umum Kriteria Klasifikasi
kelompok

Klasifikasi berdasarkan persentase butir halus


Tanah Berbutir Kasar

Cu = lebih besar dari 4

Kerikil Kerikil bergradasi baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama
Kerikil GW
sekali tidak mengandungbutiran halus
bersih
(Lebih (hanya Cc = antara 1 dan 3
besar Kerikil)
dari 50%
Kerikil bergradasi buruk dan campuran kerikil – pasir, sedikit atau sama
fraksi GP Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW
Lebih dari 50% butiran tertahan pada ayakan No. 200

sekali tidak mengandung butiran halus


kasar
yang Batas – batas Atterberg Batas –batas Atterberg
tertahan GM Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau dibawah garis A atau yang digambar dalam
Kerikil
ayakan PI < 4 daerah yang diarsir
dengan
merupakan klasifikasi
No. 4) butiran
Batas – batas Atterberg batas yang
halus
GC Kerikil berlempung, campuran kerikil-pasir-lempung diatas garis A dengan membutuhkan simbol
PI > 7 ganda

Kurang dari 5% lolos ayakan No. 200 GW, GP, SW, SP


Pasir
Cu = lebih besar dari 4
(lebih
besar Pasir bergradasi baik, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak
SW
dari 50% Pasir bersih mengandung butiran halus
fraksi (hanya
Cc = antara 1 dan 3
pasir)
kasar
yang
Pasir bergradasi buruk dan pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali
lolos SP Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW
tidak mengandung butiran halus
ayakan
No.4) Pasir Batas – batas Atterberg Batas –batas Atterberg
dengan SM Pasir berlanau, campuran pasir – lanau dibawah garis A atau yang digambar dalam
butiran PI < 4 daerah yang diarsir
halus merupakan klasifikasi
SC Pasir berlempung, campuran pasir-lempung Batas – batas Atterberg batas yang
diatas garis A dengan membutuhkan simbol
Lebih dari 12% lolos ayakan No. 200 GM, GC, SM, SC
PI > 7
ganda
Tanah Berbutir Halus

Lanau anorganik. Pasir halus sekali serbuk batuan, pasir haslus berlanau Bagan Plastisitas untuk
ML
atau berlempung klasifikasi tanah berbutir
Lanau dan Lempung halus dan fraksi halus dari
Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang tanah berbutir kasar. Batas
Batas Cair 50% atau CL lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung Atterberg yang
kurang kurus (lean clays) digambarkan dibawah yang
diarsir merupakan
OL Lanau – organik dan lempung berlanau organik dengan plastitas rendah klasifikasi batas yang
membutuhkan simbol ganda
50% atau lebih lolos ayakan No. 200

Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau
MH
yang elastis

Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung “gemuk” (fat


CH
Lanau dan Lempung clays)

Batas cair lebih dari


50%

OH Lemppung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi

Tanah – tanah dengan


Peat (gambut), muck, dan tanah – tanah lain dengan kandungan organik Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat dalam ASTM
kandungan organik sangat PT
tinggi Designation D - 2488
tinggi

Sumber Braja M. Das, 1998


Simbol
Divisi utama Nama Umum Kriteria Klasifikasi
kelompok
Tanah Berbutir Kasar

Klasifikasi berdasarkan persentase butir halus


Cu = lebih besar dari 4

Kerikil Kerikil bergradasi baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama
Kerikil GW
sekali tidak mengandungbutiran halus
bersih
(Lebih (hanya Cc = antara 1 dan 3
besar Kerikil)
dari 50%
Kerikil bergradasi buruk dan campuran kerikil – pasir, sedikit atau sama
fraksi GP Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW
Lebih dari 50% butiran tertahan pada ayakan No. 200

sekali tidak mengandung butiran halus


kasar
yang Batas – batas
tertahan GM Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau Atterberg dibawah Batas –batas Atterberg yang
Kerikil
ayakan garis A atau PI < 4 digambar dalam daerah yang
dengan
diarsir merupakan klasifikasi
No. 4) butiran
Batas – batas batas yang membutuhkan simbol
halus
GC Kerikil berlempung, campuran kerikil-pasir-lempung Atterberg diatas garis ganda
A dengan PI > 7

Pasir Pasir bersih


(hanya Cu = lebih besar dari 4
(lebih
besar pasir) Pasir bergradasi baik, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak
SW
dari 50% mengandung butiran halus
fraksi Cc = antara 1 dan 3
kasar
yang
SP Pasir bergradasi buruk dan pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW
Kurang dari 5% lolos ayakan No. 200 GW, GP, SW, SP
lolos tidak mengandung butiran halus
ayakan
Pasir Batas – batas Batas –batas Atterberg yang
No.4)
dengan SM Pasir berlanau, campuran pasir – lanau Atterberg dibawah digambar dalam daerah yang
butiran garis A atau PI < 4 diarsir merupakan klasifikasi
halus batas yang membutuhkan simbol
SC Pasir berlempung, campuran pasir-lempung Batas – batas ganda
Atterberg diatas garis
A dengan PI > 7

Lebih dari 12% lolos ayakan No. 200 GM, GC, SM, SC
5% sampai 12% lolos ayakan NO. 200 Klasifikasi perbatasan yang memerlukan
penggunaan dua simbol
Lanau anorganik. Pasir halus sekali serbuk batuan, pasir haslus berlanau Bagan Plastisitas untuk
ML
atau berlempung klasifikasi tanah berbutir
Lanau dan Lempung halus dan fraksi halus dari
Tanah Berbutir Halus

Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang tanah berbutir kasar. Batas
Batas Cair 50% atau CL lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung Atterberg yang
kurang kurus (lean clays) digambarkan dibawah yang
diarsir merupakan
OL Lanau – organik dan lempung berlanau organik dengan plastitas rendah klasifikasi batas yang
membutuhkan simbol ganda
Lanau dan Lempung MH Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau
yang elastis
Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung “gemuk” (fat
CH
clays)

Batas cair lebih dari


50%
50% atau lebih lolos ayakan No. 200

OH Lemppung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi

Tanah – tanah dengan


Peat (gambut), muck, dan tanah – tanah lain dengan kandungan organik Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat dalam ASTM
kandungan organik sangat PT
tinggi Designation D - 2488
tinggi

Sumber Braja M. Das, 1998

Tabel 3.1 Klasifikasi USCS


C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Timbangan digital d. Sikat besi
b. Spatula e. Satu set saringan
c. Kuas f. Sieve shaker

a b c

d e f.
. .
Sumber: Hasrudin, 2021
Gambar 3.1 Alat-alat yang digunakan percobaan sieve sheker
2. Bahan
a. Sampel Oneha
b. Sampel KM 12

a b
. .
D. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja dalam percobaan Siave Analisis yaitu sebagai
berikut:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan

2. Saringan ditimbang dengan menggunakan


timbangan elektrik.

3. kemudian dilakukan pengambilan sampel.

4. Setelah dilakukan pengambilang sampel,


sampel kemudian ditimbang.

5. Sampel dimasukkan dalam saringan untuk


diayak.
6. Sampel kemudian diayak menggunakan
Sieve sheker selama 10 menit.

7. Setelah selesai diayak, saringan yang berisi


sampel dilakukan penimbangan kembali
untuk megetahui berat sampel yang lolos
saringan.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
a. Sampel Sopura (D)
Tabel 2.3 hasil pengujian sampel Sopura (D)

Berat
Diameter Presentase Presentasi Kumulatif
Nomor Tanah
Saringan Tertahan
Saringan Tertahan
(mm) (%) Tertahan Lolos
(gram)
(%) (%)
4 4,75 4,35 0,87 0,87 99,13
8 2,36 16,63 3,33 4,20 95,79
10 2 15,65 3,13 7,33 92,66
16 1,18 56,24 11,27 18,60 81,39
30 0,25 193,83 38,84 57,45 42,54
60 0,25 95,55 19,15 76,59 23,40
100 0,15 47,82 9,58 86,18 13,81
200 0,075 9,67 1,94 88,12 11,87
PAN - 59,27 11,84 99,99 0,00
Berat Total Wt = 499,011g

1. Persentase tanah yang tertahan (%)


Rumus Persentase tanah yang tertahan (%) :
= x 100%

oSaringan nomor 4

= 100%

= 0,87%
o Saringan nomor 8

= 100%

= 3,33%
o saringan nomor 10

= 100%

= 3,13%
o saringan nomor 16

= 100%

= 11,27%
o Saringan nomor 30

= 100%

= 38,84%
o Saringan nomor 60

= 100%
= 19,14%
o Saringan nomor 100

= 100%

= 9,58%
o Saringan nomor 200

= 100%

= 1,93%
o Saringan nomor Pan

= 100%

= 11,87%
2. Presentase Kumulatif tanah yang tertahan.
Rumus Persentase kumulatif tanah tertahan (%) :

o Ukuran saringan 4
= 0%+0,87%
= 0,87%
o Ukuran saringan 8
= 0,87%+3,33%
= 4,20%
o Ukuran saringan 10
= 4,20%+3,14%
= 7,34%
o Ukuran saringan 16
= 7,34%+11,27%
= 18,61%
o Ukuran saringan 30
= 18,61%+ 38,84%
= 57,45%
o Ukuran saringan 50
= 57,45%+19,15%
= 76,60%
o Ukuran saringan 100
= 76,60%+9,58%
= 86,18%
o Ukuran saringan 200
= 86,18%+1,94%
= 88,12%
o Ukuran saringan pen
= 88,12%+11,88%
= 100%
3. Persentase tanah yang lolos (%)
Rumus persentase tanah yang lolos (%) :
=100% - Presentase komulatif tanah yang tertahan
o Ukuran saringan nomor 4
= 100%-0,87%
= 99,13%
o Ukuran saringan nomor 8
= 100%-4,20%
= 95,79%
o Ukuran saringan nomor 10
= 100%-7,34%
= 92,66%
o Ukuran saringan nomor 16
= 100%-18,60%
= 81,39%
o Ukuran saringan nomor 30
= 100%-57,45%
= 42,54%
o Ukuran saringan nomor 50
= 100%-76,60%
= 23,4%
o Ukuran saringan nomor 100
= 100%-86,18%
= 13,81%

o Ukuran saringan nomor 200


= 100%- 88,12%
= 11,87%
o Ukuran saringan nomor Pan
= 100%- 100%
= 0%

4. Persentase tanah yang hilang(%)

Wl = 100%

= 100%

= 0,1%

b. Sampel Km. 12 (E)


Tabel 2.4 hasil pengujian sampel Km.12 (E)

Berat  
Diameter Presentase
Nomor Tanah Presentasi Kumulatif
Saringan Tertahan
Saringan Tertahan Tertahan Lolos
(mm) (%)
(gram) (%) (%)
4 4,75 4,36 0,87 0,87 99,12
8 2,36 19,26 3,86 4,74 95,25
10 2 16,54 3,32 8,06 91,93
16 1,18 68,37 13,73 21,80 78,19
30 0,25 218,39 43,87 65,68 34,31
60 0,25 164,51 33,05 98,73 1,26
100 0,15 5,09 1,02 99,75 0,24
200 0,075 0,29 0,05 99,81 0,18
PAN - 0,93 0,18 100 0
Berat Total Wt 497,74 gr

1. Persentase tanah yang tertahan (%)


Persentase tanah yang tertahan (%) :

= x 100%

oSaringan nomor 4

= 100%

= 0,88%
oSaringan nomor 8

= 100%

= 3,87%
oSaringan nomor 10

= 100%

= 3,32%
oSaringan nomor 16
= 100%

= 13,74%
oSaringan nomor 30

= 100%

= 43,88%
oSaringan nomor 60

= 100%

= 33,05%
oSaringan nomor 100

= 100%

= 1,02%
oSaringan nomor 200

= 100%

= 0,06%
oSaringan nomor Pan

= 100%

= 0,19%
2. Persentase Kumulatif tanah yang tertahan
Rums persentase tanah yang lolos (%) :
=100% - Presentase komulatif tanah yang tertahan
o Ukuran saringan 4
= 0% + 0,88%
= 0,88%
oSaringan nomor 8
= 0,88% + 3,87%
= 4,75%
o Saringan nomor 10
= 4,75% + 3,32%
= 8,07%
oSaringan nomor 16
= 8,07%+ 13,74%
= 21,80%
oSaringan nomor 30
= 21,80%+ 43,88%
= 65,68%
oSaringan nomor 60
= 65,68%+33,05%
= 98,73%
oSaringan nomor 100
= 98,73%+1,02%
= 99,75%
oSaringan nomor 200
= 99,75%+0,06% = 99,81%
oSaringan nomor Pan
= 99,81%+0,19%
= 100%
3. Persentase tanah yang lolos (%)
Rumus persentase tanah yang hilang(%) :

= 100%

o Saringan nomor 4
= 100%-0,88%
= 99,12%
o Saringan nomor 8
= 100%-4,75%
= 95,25%
o Saringan nomor 10
= 100%-8,07%
= 91,93%
o Saringan nomor 16
= 100% -21,80%
= 78,20%
o Saringan nomor 30
= 100% - 65,68%
= 34,32%
o Saringan nomor 60
= 100%- 98,73%
= 1,27%
o Saringan nomor 100
= 100% - 99,75%
= 0,25%
o Saringan nomor 200
= 100%- 99,81%
= 0,19%
o Saringan nomor Pan
= 100%- 100% = 0%
4. Persentase tanah yang hilang(%) :

= 100%

= 100%
= 0,4%

2 Pembahasan
a. Sampel D Sopura
Berdasarkan hasil pengujian lab menggunakan Sieve Analis
dengan no mesh 4, 8, 10, 16,30,60, 100, 200 dan Pan. Persentase
ukuran butiran tanah dan susunan butiran tanah dari sampel diperoleh
distribusi ukuran butir pada gambar grafik 3.3.

Gambar 3.3 grafik distribusi sampel D Sopura


Pada gambar 3.3 menunjukan grafik ukuran butir sampel D yang
didapatkan dari daerah Sopura memliki persentase lolos saringan no.
200 (0.075) sebanyak 11,87 %. Menurut klasifikasi USCS, sampel D
dapat dikategorikan sebagai SM atau SC. Kemudian persentase
kehilangan tanah pada saat pengujian sebesar 0.1 %.

b. Sampel E KM. 12
Berdasarkan hasil pengujian lab menggunakan Sieve Analis dengan
no mesh 4, 8, 10, 16,30,60, 100, 200 dan Pan. Persentase ukuran
butiran tanah dan susunan butiran tanah dari sampel diperoleh distribusi
ukuran butir pada gambar grafik 3.4.
Gambar 3.4 grafik distribusi sampel E KM. 12

Pada gambar 3.4 menunjukan grafik ukuran butir sampel D yang


didapatkan dari daerah Sopura memliki persentase lolos saringan no. 200
(0.075) sebanyak 0,18 %. Menurut klasifikasi USCS, sampel E dapat
dikategorikan tanah tersebut yaitu SM atau SC. Kemudian persentase
kehilangan tanah pada saat pengujian sebesar 0,4 %.

F. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil pengujiam laboratorium dapat di simpulkan bahwa
sampel D (Sopura) dikategorikan sebagai tanah SM dan SC, persentase
kehilangan tanah sebanyak 0.1 %. Sedangkan sampel E (KM. 12)
dikategorikan sebagai tanah SW dan SP, adapun persentase kehilangan
tanah sebesar 0,4 %.
2. Saran
o Adapun saran saya untuk asdos agar waktu untuk melakukan praktikum
agar lebih di perpanjang lagi agar laporan tidak menumpuk.
o Untuk lab agar Ac bisa difungsikan agar ruang lebih sejuk.
o Jangan malas kerja laporan.

DAFTAR PUSTAKA

Bryant Karen. 2016. Klasifikasi USCS, AASHTO.


https://id.scribd.com/doc/306517515/klasifikasi-sistem-USCS
Hariadi Adnan,2014.https://dokumen.tips/documents/sieve-analysis-mekanika
tanah.html
Hermanto Mayron, 2013. Bab ll Sieve Analisis.
R Sari Puspita, 2016). Modul Sieve Pengayakan, Politeknik Negeri Ujung
Pandang 2016.

Anda mungkin juga menyukai