Anda di halaman 1dari 11

METAFISIKA KEROHANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI


2016
PERSONAL STRENGTH
(KETANGGUHAN PRIBADI)
3. Self Controlling Application
Aplikasi Pengendalian Diri - Puasa
4. Social Strength Application
Aplikasi Ketangguhan Sosial – Zakat
5. Total Action Application
Aplikasi Aksi Total - Haji
3.Puasa Upaya Pengendalian Diri (Self
Controling)
Tujuan Puasa yang sebenarnya adalah
menahan diri dari ego duniawi yang tidak
terkendali yang berakibat terjadinya
ketidakseimbangan dalam hidup yang berakhir
pada kegagalan dan kehancuran.
Adanya dorongan dari nafsu/bathin secara
berlebihan akan menghasilkan tertutupnya
hati nurani yang biasanya disebut buta hati. Ia
menjadi seorang yang tidak peka dan tidak
mampu membaca kondisi batiniah dirinya dan
lingkungannya secara objektif.
Ia menjadi bodoh,tidak mampu mendeteksi
bahaya-bahaya yang ada di hadapannya, tidak
mengerti siapa dirinya. Hatinya tidak berfungsi
telah tertutup oleh ego, ia menjadi tuli dan buta,
sehingga tidak mengetahui lagi yang mana yang
benar yang mana salah, karena menurutnya
kebenarannya adalah apabila ia dapat mengikuti
ego pribadinya. Dengan berpuasa ia akan
menjadi manusia yang merdeka dari jeratan
hawa nafsunya, sehingga ia tetap dapat menjaga
fithrah/jati dirinya sebagai hamba Allah sehingga
akan menghasilkan Akhlakul Karimah.
Puasa tanpa niat hanya akan menghasilkan
kesia-siaan, menahan nafsu (makan, minum,
sexual) tanpa tujuan yang jelas. Puasa tidak
dapat berdiri sendiri tetapi merupakan satu
kesatuan dari rukun Islam dan Rukun Iman.
Puasa adalah bentuk training/pelatihan dahsyat
dan sempurna yang methodenya langsung
diberikan oleh Allah.
Dalam keadaan lapar dan haus seringkali
membuat kondisi hati tidak terkendali, marah
adalah pelampiasannya. Akibatnya persoalan
kecil yang biasanya tidak menimbulkan masalah
apa-apa akhirnya menjadi persoalan serius yang
sangat menyesalkan hati dan membuat kita resah
dan gusar. Puasa adalah upaya melatih diri untuk
mengendalikan ledakan emosi itu, sehingga ia
terlatih dapat tetap tenang dalam menghadapi
berbagai tekanan atau provokasi.
4.Zakat Upaya Membentuk Ketangguhan Sosial
Zakat pada hakikatnya adalah upaya upaya
mengeluarkan potensi fithrah sebagai jati diri kita
ke arah kondisi nyata. Prinsip zakat sendiri adalah
mengeluarkan, memberi kepada lingkungan sosial
dalam rangka membentuk rangkaian sinergi yang
kuat dalam suatu jama’ah.
Makna lain dari zakat adalah membersihkan dan
menyucikan. Artinya dengan berzakat akan
menghasilkan hati dan jiwa yang suci dan
mengganggap bahwa di dalam harta yang ia
miliki terdapat hak-hak orang lain. Dengan
demikian, ia akan terhindar dari sifat-sifat kikir
dan bakhil. Memang, sifat dasar manusia adalah
suka gelisah, rakus dan kikir. Kalau ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah. Sebaliknya kalau ia
diberi nikmat (kebaikan) ia kikir. [lihat QS al-
Ma’arij (70) :19-21]. Jadi zakat bukan untuk
menyucikan harta, melainkan menyucikan jiwa
manusia dari sifat kikir dalam upaya menjaga
fithrah, kesucian dirinya.
5. Haji Upaya Totalitas Ketangguhan Pribadi
dan Ketangguhan Sosial
Dalam melaksanakan ibadah haji beberapa hal
yang dilaksanakan selain shalat adalah :
 Memakai Pakaian Ihram.
Pakaian melambangkan profesi, jabatan, status
seseorang, setelah berniat Haji semua itu harus
ditanggalkan, semua memakai pakaian yang
sama, tidak boleh ada lagi perbedaan antara
yang kaya dan miskin, penguasa dan rakyat,
pengusaha dan karyawan,dll
 Melakukan Tawaf, mengelilingi ka’bah 7x
putaran dengan tetap mengambil posisi
ka’bah di sebelah kiri.
Mengajarkan kepada kita bahwa tidak boleh
melupakan Allah setiap hari (7x dalam
seminggu) dengan tetap memperhatikan hati.
 Sa’i berjalan dari shafa menuju marwah,7x
bolak-balik mengingatkan bagaimana Hajar
berjuang mencari air (simbol kehidupan) ,
tidak boleh berhenti dalam upaya meraihnya
dari shafa yang bermakna kesucian dan
ketegaran menuju marwah yang artinya ideal
manusia,sikap menghargai,bermurah hati.
 Wukuf di Padang Arafah. Arafah yang arti
harfiahnya pengenalan. Bermakna berhenti
untuk mengenal jati dirinya, menyadari
kesalahan dan berupaya tidak mengulangi.
 Melontar Jumrah, melontar musuh yang
terletak di dalam hati kita
1. Musuh yang pertama, mudah dideteksi, nafsu
lahiriah untuk mempertahankan hidup.
2.Musuh kedua,sulit terdeteksi, keinginan untuk
berkuasa.
3.Musuh ketiga,yang paling berat,dorongan untuk
mengabdi kepada selain Allah. Dapat berupa
harta, jabatan, kehormatan, konsumerisme, ilmu,
profesi, uang, mobil dan cinta.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai