Anda di halaman 1dari 13

BEBERAPA DEFINISI

DALAM PROSES PRODUKSI GULA PUTIH


1.Tebu :
Tumbuhan tropical dari jenis rumput-rumputan besar dari golongan
AMDROPOGONAE yang mengandung ± 10 % sucrose dan di kirim ke
pabrik dari kebun sebagai bahan baku utama proses pembuatan gula
kristal.

2.Tebu Kotor :
Semua tebu termasuk sampah dari kebun dan air hujan, pasir, dll.

3.Tebu Bersih :
Tebu kotor dikurangi semua sampah tebu.

4.Sampah Tebu :
Semua daun, pucuk, batang mati, akar, tanah, dll yang di kirim sebagai
bagian dari tebu atau semua material lain kecuali tebu bersih.
5.Sabut :
Zat kering yang tidak larut dalam air yang terdapat dalam tebu.
Didefinisikan sebagai semua yang tidak dapat larut termasuk
kotoran tebu.

6.Nira Mentah :
Semua padatan terlarut di dalam tebu ditambah total air dalam tebu
dikurangi sabut.

7.Nira Primer :
Semua nira yang diperoleh sebelum dimulainya pengenceran, biasanya
disebut Nira Mill Pertama (FEJ).

8.Nira Perahan Pertama (NPP) :


Perahan Nira dari tandem dua roll pertama, maka diartikan sebagai
Perahan Nira dari dua roll pertama pada Mill No. 1.

9.Nira Lanjutan :
Pengenceran juice bersama dengan nira primer membentuk Mixed Juice.
10.Nira Perahan Akhir :
Nira yang diperah dari dua roll (bagasse roll) pada gilingan akhir (LEJ).

11.Mixed Juice :
Campuran antara Nira Gilingan Pertama dan Nira Gilingan Ke 2 yang
dikirim dari station mill ke station proses.

12.Ampas :
Sisa serat padat dari tebu setelah pemerahan nira pada tiap-tiap mill.
Masing-masing dinamakan Ampas Mill 1, Ampas Mill 2, dan seterusnya
sampai dengan ampas mill akhir. Umumnya ampas yang dimaksud adalah
ampas akhir dari gilingan terakhir.

13.Nira Sisa :
Adalah nira yang tertinggal dalam ampas. Ampas dikurangi sabut.

14.Imbibisi :
Air atau nira yang ditambahkan pada ampas untuk dilakukan pemerahan
pada mill berikutnya. Air yang digunakan ini disebut air imbibisi.
15.Pol Ekstraksi :
Pol dalam Mixed Juice persen pol dalam tebu. Ektraksi sendiri biasanya disebut Pol
Ektraksi.

16.Reduced Pol Ekstraksi :


Pol Ekstraksi (%) dihitung dengan formula, berdasarkan pada fibre tebu sebesar
12.5 % untuk mengeliminasi pengaruh bervariasinya kadar sabut (%).

17.Nira Jernih :
Nira Jernih didapat dari pengendapan nira terkapur dalam tanki pengendap
(clarifier) dan bahan ini dikirim ke Evaporator.

18.Lumpur (Mud) :
Lumpur yang didapat dari pengendapan nira terkapur dalam clarifier, lalu disaring
dengan Rotary Vacuum Filter (Oliver Filter) setelah dicampur dengan bagasse halus
(bagacillo).

19.Filtrate Juice :
Nira yang melewati saringan Rotary Vacuum Filter dalam penyaringan mud.

20.Blotong :
Material yang tidak larut yang terdapat pada screen Rotary Vacuum Filter dalam
penyaringan mud dan sludge cake dalam penyaringan sludge pada proses Refinery.
21.Syrup (Raw Syrup) :
Nira kental yang didapat dari penguapan (Evaporator).

22.Sugar Boiling :
Proses pembentukan kristal gula dari larutan gula, semisal syrup atau
molasses di dalam Vacuum Pan.

23.Massecuite :
Campuran kristal gula dan larutan induknya yang didapat dari proses
kristalisasi di Vacuum Pan (Pan Masakan).

24.Magma :
Campuran yang memang disiapkan dari campuran kristal gula dengan
molasses atau air dalam magma mingler. Magma ini disiapkan sebagai
umpan (Seed Magma) pada Sugar Boiling.

25.Molasses :
Larutan induk yang dipisahkan dari kristal gula ketika massecuite
diputar pada mesin Centrifugal.
26.Final Molasses (Tetes) :
Molasses dari tingkatan terakhir sugar boiling, disebut juga cairan sisa dan
tidak dapat dikristalkan lagi menjadi gula secara ekonomi.

27.Seed :
Kristal gula yang disiapkan sebagai bagian terkecil dari proses kristalisasi di
dalam Vacuum Pan. Ada dua type Seed yaitu Seed Magma dan Seed Slurry
(Fondan).

28.Raw Sugar (Gula mentah) :


Gula A yang didapat dari Raw Sugar Boiling baik dari Continuous atau Batch
Vacuum Pan.

29.Liquor (Larutan induk) :


Larutan gula dengan tingkat kekentalan yang tinggi (Brix 63 – 65 %).

30.Raw Liquor :
Larutan gula yang didapat dari melebur Raw Sugar.

31.Clear Liquor :
Larutan gula yang didapat dari pemurnian Raw Liquor dalam proses karbonatasi
& filtrasi.
32.Brix (Spindle Brix) :
Brix diartikan sebagai hydrometer Brix, diukur menggunakan spindle,
merupakan persentase berat material padat dalam larutan gula yang
dinyatakan sebagai Derajat Brix (°Brix).

33.Pol :
Suatu nilai yang ditentukan dengan Polarisasi tunggal dari berat larutan
normal dalam sebuah Saccharimeter.

34.Berat Normal :
Berat 26.00 gr sucrose yang jika dilarutkan dalam air sampai volume 100 ml
pada 27.5 °C dan diukur pada suhu 27.5 °C dengan polarimeter gula dalam
kondisi spesifik alat memberikan hasil 100°.

35.Purity :
Apparent Purity (App.Pur) dan Gravity Purity (Gr.Pur) digunakan sebagai
pengawasan.
- 1. Apparent Purity
Pol persen Spindle Brix, Istilah ini umumnya disebut Purity.
- 2. Gravity Purity.
Persentase true sucrose persen brix.
36.Reducing Sugar (Invert Sugar) :
Istilah ini digunakan sebagai indikasi bahan-bahan reducing dalam tebu
dan produk lainnya, dihitung sebagai gula invert dengan metode
Methylene Blue.

37.Ash (Abu) :
Residu yang diperoleh dari pemisahan produk pada kondisi tertentu.
Diharapkan pada kasus tertentu kandungan ash dapat diukur dengan
conductivity ash sesuai metode ICUMSA.

38.Entrainment :
Terbawa keluarnya gula dari proses bersama uap dari Vacuum Pan atau
Evaporator.

39.Hilang Tak Diketahui :


Hilang Tak Diketahui (%) = Total Hilang (%) – Hilang diketahui (%)
40.Formula S J M Noel Derr :
•  
Perhitungan dasar gula yang diharapkan

Y = x 100

Dimana :
Y = Gula yang diharapkan (%)
J = Pty material proses (juice)
M = Pty Molasses
S = Pty Sugar

41.Gula Dalam Proses (Gula yang ada dalam proses) :


Gula yang dibuat dalam proses yang dapat diperoleh sebagai gula
produk dihitung dengan formula S J M.
42.E S G (Equivalent Standard Granulated) :
Jumlah gula murni kering (100 % sucrose, 100 % purity), secara
teoritical didapat dari gula produk (gula dalam proses) sebagai purity
bahan asli “S” menggunakan formula S J M, yang diasumsikan selalu
pada purity ideal Final Molasses 28.57 % menggunakan formula S J M.
Nilai E S G dihitung :

G = 100 x ( 1,4 – 40/5 )

Dimana : G = E S G
S = Purity gula produk

43.Boiling House Recovery (BHR) :


Sucrose (Pol) dalam gula produk termasuk Sugar in process persen
sucrose (Pol) dalam Mixed Juice.
•  
44.Boiling House Recovery ESG :
Boiling House Recovery digantikan karena pengaruh gangguan kwalitas gula berbasis ESG.

45.Reduced Boiling House Recovery ESG :


BHR ESG digantikan karena pengaruh gangguan Purity Mixed Juice yang dihitung dengan
menggunakan formula Noel Derr dengan basis Standar Purity Juice 85 %.

46.Overall Recovery :
Adalah Boiling House Recovery dikali Sucrose (Pol) ekstraksi.

47.Angka Boiling House Efficiency (BHE) :


Angka Efficiency menunjukan seberapa dekat gambaran actual & teoritical dari recovery
pol gula. Angka ini biasanya persentase hubungan antara actual retensi (BHR, ISSCT) dan
angka teoritical retensi dengan basis formula gula yang diharapkan di atas.

X 100%
48.Mill Ekstraksi :
Prosentasi kemampuan gilingan untuk mengekstraksi / memerah
kandungan gula dalam tebu.
ME = Ton pol Mixed Juice / ton pol dalam tebu x 100%

49.Bagasse % Cane :
Persentasi bagasse terhadap tebu, dan dapat dihitung dengan formula
Fibre % Cane / fibre % bagasse x 100
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai