Anda di halaman 1dari 12

Analisis Penerapan Materi

Modul 2 Pendalaman
Materi Matematika
Nama : Ratna Julianti, S.Pd.
No Peserta UKG : 201900455585
Bidang Studi PPG : Guru Kelas SD
Kelas / Semester : II/1
Tema : Bermain di Lingkunganku (Tema2)
Sub Tema : Bermain di Lingkungan Rumah ( Sub Tema 1)

Kompetensi Dasar
KD 3.4 : Menjelaskan perkalian dan pembagian yang melibatkan bilangan cacah
dengan hasil kali sampai dengan 100 dalam kehidupan sehari-hari serta mengaitkan
perkalian dan pembagian.
Indikator
KD 3.4.2 : Mengidentifikasi perkalian dua bilangan sebagai penjumlahan berulang
yang melibatkan bilangan cacah dengan hasil kali sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari.
Tujuan Pembelajaran
1. Melalui penjelasan guru, siswa dapat menyatakan kalimat
matematika yang berkaitan dengan masalah perkalian dengan
benar.
2. Melalui pengamatan gambar, siswa dapat menyatakan
perkalian dua bilangan sebagai penjumlahan berulang dengan
benar.
3. Melalui bimbingan guru, siswa dapat menghitung hasil kali dua
bilangan dengan hasil bilangan cacah sampai 100 dengan
tepat.
Pengertian Kata Baku dan Tidak Baku
Pengertian Perkalian

Perkalian merupakan penjumlahan berulang

Konsep Dasar Perkalian

Dalam konsep dasar perkalian, 3 x 4 tidaklah sama dengan 4 x 3, meskipun hasilnya sama yaitu
12.
3 x 4 berarti penjumlahan berulang 4 sebanyak 3 kali (4 + 4 + 4)
Sedangkan untuk perkalian 4 x 3 berarti penjumlahan 3 yang diulang sebanyak 4 kali (3 + 3 + 3
+ 3)
Materi pembelajaran : Perkalian sebagai penjumlahan berulang
Lingkungan Peserta Didik
Dalam kenyataan di lapangan, di lingkungan kerja saya. Siswa menganggap
matematika itu sulit, karena matematika penuh dengan angka dan hitungan. Oleh
karena itu, ini menjadi pr pribadi bagi para guru sd untuk menciptakan pembelajaran
matematika yang menyenangkan. Hal ini sejalan dengan materi yang saya ambil yaitu
mengenai perkalian sebagai penjumlahan berulang. Jika diajarkan langsung pada tahap
abstrak. Siswa hanya mengetahui angka dan simbol (berupa konsep) tanpa tahu
bagaimana penerapannya di kehidupan sehari hari. Padahal tanpa mereka sadari
konsep perkalian ini sering mereka temua dalam keseharian. Selain itu, pada materi
perkalian ini sering terjadi miskonsepsi, yaitu siswa sering tertukar antara a x b = c
dengan b x a = c.
Solusi : Menggunakan Pendekatan CPA (Concrete-Pictorial-Abstract)
Anak pada usia sekolah dasar merupakan anak yang berada pada
tahap berfikir konkret. Hal ini sejalan dengan teori perkembangan
kognitif yang dikemukakan oleh piaget. Tahap operasional konkret
berlangsung sekitar usia 7-11 tahun, yang ditandai dengan
perkembangan pemeikiran yang terorganisir dan rasional. Oleh karena
itu, pada tahap ini siswa tidak langsung belajar konsep abstrak
terutama dalam matematika.

Untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam tahap operasional


konkret ini, guru hendaknya melakukan upaya untuk mencari solusi
dapat berupa cara untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Dalam hal
TAHAP PENDEKATAN CPA

1. Pada tahap ini guru mengajar dengan menggunakan benda


konkret seperti menggunakan buah ataupun benda lainnya
yang dapat dilihat siswa. Guru dapat langsung
mempraktikkannya dengan melibatkan langsung siswa untuk
berhitung menggunakan benda konkret.
2. Pada tahap Pictorial, Guru dapat menggunakan Gambar seperti
contoh di bawah ini
3. Pada tahap abstrak, Guru dapat menggunakan angka/simbol. Untuk
lebih jelasnnya seperti contoh di bawah ini :
3 x 4 = 4 + 4 + 4 = 12
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan
tersebut adalah menggunakan pendekatan CPA.
Miskonsepsi dalam perkalian sebagai penjumlahan berulang
ini, dapat dihindari dengan menggunakan pendekatan CPA
dalam pembelajaran. Memang di kelas rendah itu sangat
cocok jika menggunakan media konkret. Karena siswa akan
lebih mudah memahami jika diilustrasikan dalam kegiatan
sehari-hari. Jika langsung diberikan konsep abstrak, akan
menimbulkan peluang terjadinya miskonsepsi. Maka,
pembelajaran di kelas rendah memang sebaiknya dilakukan
dengan mengikuti tahapan perkembangan berfikir kognitif
siswa yaitu dengan menggunakan benda konkrit terlebih
dahulu, selanjutnya dapat menggunakan gambar, dan
terakhir bisa menggunakan simbol/angka. Hal ini sejalan
dengan teori belajar bruner yakni enaktif, ikonik dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai