Anda di halaman 1dari 38

BUKU AJAR

ETIKA & MEDIKOLEGAL


ACUAN BELAJAR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS OBSTETRI GINEKOLOGI
Dr. dr. Nasrudin Andi Mappaware, Sp.OG(K), MARS
dr. Umar Malinta, Sp.OG(K)
dr. Eddy Tiro, Sp.OG(K)
dr. Rudy Butje, Sp.OG(K)

Divisi Obstetri Ginekologi Sosial


Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin - 2018
PENDAHULUAN

Pembelajaran tentang Etika dan Medikolegal untuk Program


Etika dan Medikolegal merupakan suatu bagian dari
Pendidikan Dokter Spesialis Obgin dalam masalah yang
dunia kedokteran sejak awal perkembangannya
PLURALISTIK seperti di Indonesia merupakan tugas yang
MENDESAK.
PENDAHULUAN

Etika dan Medikolegal


membantu dokter untuk…
Meningkatkan Mampu bersikap dalam
Matang secara individual
kewaspadaan etika wilayah moral

Dokter yang HUMANIS dan


PROFESIONAL dalam
pelayanan kesehatan
PENDAHULUAN

PPDS Obgin
Diharapkan mampu
 Memahami KEPUTUSAN ETIK dalam
pelayanan praktik profesi dokter
 Memahami masalah HUKUM dalam
praktik profesi dokter
 Memahami prinsip ETIKA DAN
MEDIKOLOGAL dalam praktik profesi
dokter
 Memahami pasien, PRIVASI dan
KERAHASIAAN dan Informed
Consent.
TOPIC TREE
Tujuan & Sasaran
Tujuan Instruksional Umum
peserta didik mampu mengetahui masalah Etika dan Medikolegal

Tujuan Instruksional Khusus


 Mengetahui pengertian Etika dan Medikolegal
 Mengetahui unsur dan pembagian teori etika
 Mengetahui prinsip prinsip etika (kaidah dasar bioetik dan etika klinik)
 Mengetahui penerapan etika
 Mengetahui Informed Consent.
 Mengetahui Malpraktik.

Sasaran Pembelajaran
Mengerti dan memahami tujuan instruksional umum dan khusus tentang etika dan medikolegal
ETIKA (BIOETIKA)

Etika didefinisikan sebagai segala


bentuk cara pandang dan
pemahaman kehidupan moral.

Pendekatan masalah moral dalam


kedokteran ditentukan oleh latar
belakang budaya, falsafah hidup dan
pedoman hidup.
BIOETIKA
Bioetika (F. Abel): studi interdisipliner tentang problem yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu
kedokteran, pada skala mikro maupun makro, termasuk dampaknya
terhadap masyarakat luas serta sistem nilainya, kini dan masa
mendatang. Bioetika atau Biomedical ethics adalah etik yang
berhubungan dengan praktek kedokteran dan atau penelitian
dibidang biomedis.

Bioetika merupakan pandangan lebih luas dari etika kedokteran


karena begitu saling mempengaruhi antara manusia dan lingkungan
hidup. Bioetika merupakan ”genus”, sedangkan etika kedokteran
merupakan ”spesies”.
UNSUR ETIKA
01 02

NILAI NORMA
 Pra-moral:  Proposisi (“dalil”) pemindah nilai ke tingkat kehidupan
tidak/belum merujuk pada suatu norma konkrit perilaku konkrit, baik fungsi positif atau negatif.
manusia; misalnya kesehatan, kehidupan, integritas fisik,  Ungkapan teknis pengalaman etis manusia
seksualitas.  Generalisasi relevan tentang apa yang secara normal relevan.
 Moral:
mengharuskan manusia melakukan/merujuk sesuatu tindakan
konkrit pada suatu norma konkrit; misalnya kesetiaan yaitu
untuk menepati janji, keadilan yakni kesediaan menghargai
hak orang lain.
PEMBAGIAN
TEORI
ETIKA
Ditinjau dari Ditinjau dari
SEGI INTI Ditinjau dari SUBYEK PELAKSANA
SEGI METODOLOGI
PEMBAGIAN TEORI ETIKA

1. Etika kebijaksanaan:
a. Dasar agama/kepercayaan: moralitas agama
non-samawi.
b. Dasar filsafat : etika kebahagiaan (Yunani)

2. Etika kewajiban :
a. Dasar agama: moralitas agama samawi (etika
teonom)
b. Dasar filsafat: Immanuel Kant (etika otonom).
Ditinjau dari
SEGI INTI
PEMBAGIAN TEORI ETIKA

1.Etika Substantif
Dasarnya etika kebijaksanaan atau etika
kewajiban.
2.Etika Prosedural
a. Dasar Keadilan: contoh John Rawls
b. Dasar Komunikasional: contoh Juergen
Ditinjau dari
Habermas
SEGI
METODOLOGI
PEMBAGIAN TEORI ETIKA
1. Etika maksim
(prinsip subyektif bertindak, sikap dasar hati nurani ketika bersikap-tindak-perilaku-
konkrit).
Misalnya etika kebijaksanaan. Bisa dilihat konteksnya,
keterarahan pada maksim tertentu yang merangkai dalam
satu jalinan makna (seperti tanggungjawab), dapat
memperlihatkan watak seseorang dan dapat
membedakan antara legalitas dan moralitas.
2. Etika norma-norma
Dasarnya ialah peraturan-peraturan (hukum) sehingga
tak bisa membedakan legalitas - moralitas.
Ditinjau dari
SUBYEK
PELAKSANA
PENDEKATAN ANALISIS ETIKA

NORMATIF
Apa yang harus dilakukan 01 PRAKTIS
Apa yang paling banyak
dilakukan orang
02
NON NORMATIF
upaya menyusun secara faktual apa
yang sebenarnya terjadi 03
Teori utilitarian
01 consequence-based

02 Teori obligation-based

03
TEORI ETIKA Teori rights-based

EROPA 04
Teori komunitas
(community-based)

05 Teori relation-based

06 Teori case-based
TEORI ETIKA EROPA
01 utilitarian 02 03
obligation- rights-
consequence- based based
based
Suatu perbuatan dinyatakan moralitas merupakan sesuatu yang Didasarkan pada penghargaan
sebagai suatu kebaikan atau murni berdasarkan pada nalar. terhadap hak-hak manusia untuk
keburukan berdasarkan dari Menolak tradisi, intuisi, suara memiliki, hidup, merdeka dan
keseimbangan konsekuensi hati nurani, atau emosi sebagai berekspresi. Seseorang dianggap
kebaikan atau keburukan yang sumber dari kebijakan moral. memiliki area private dimana dia
ditimbulkannya. Suatu alasan bermoral yang valid merupakan tuan bagi takdir dirinya
akan membenarkan tindakan. sendiri. Hak-hak yang ada bisa jadi
Perbuatan didasarkan pada bersifat mutlak atau relatif.
kewajiban moral.
TEORI ETIKA EROPA
04 05 06 case-
Community relation-based
-based based

Pertimbangan etis diatur oleh Menekankan kepada hubungan Suatu pembuatan keputusan
nilai komunitas termasuk keluarga dan hubungan yang praktis pada setiap
diantaranya pertimbangan dokter-pasien yang khusus. munculnya kasus. Teori ini
terhadap kebaikan umum, Sebagai contoh, kebijakan moral memiliki suatu preasumsi
tujuan-tujuan sosial, dan dapat didasarkan pada pemikiran filosofis yang terfiksir.
tradisi. Teori ini berlawanan bahwa tidak ada yang boleh
dengan teori rights-based yang dilakukan yang dapat merusak
didasarkan atas individualisme. fungsi normal dari suatu unit
keluarga.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA
ETIKA KEDOKTERAN/
KAIDAH DASAR BIOETIKA

ETIKA: mempelajari baik-buruk atau


benar-salahnya suatu sikap dan atau
perbuatan seseorang individu atau institusi
dilihat dari moralitas.

Terdapat dua teori etika yang paling


banyak dianut orang yaitu Teori
Deontologi dan Teori Teleologi.
4 KAIDAH DASAR MORAL
NON-MALEFICENCE BENEFICENCE
Prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau mengutamakan tindakan untuk kebaikan pasien
prinsip moral yang melarang tindakan yang atau penyediaan keuntungan dan
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan
sebagai “primum non nocere” atau “ above all do risiko dan biaya.
no harm “.
02 03

AUTONOMY JUSTICE
menghormati hak-hak pasien, terutama mementingkan fairness dan keadilan
hak otonomi pasien (the rights to self
determination) dan merupakan kekuatan
01 04 dalam bersikap maupun dalam
mendistribusikan sumber daya
yang dimiliki pasien untuk memutuskan (distributive justice) atau pendistribusian
suatu prosedur medis. dari keuntungan, biaya dan risiko secara
adil.
ETIKA KLINIK Jonsen-Siegler W (2002)
MEDICAL INDICATION PATIENT
• Diagnosis PREFERRENCES
• Nature of diesase • Advance directive
• Condition of patient
• Previous spoken
• Prognosis
• Treatment option • Previous choices

QUALITY OF LIFE CONTEXTUAL


• Who decides? FEATURES
• What Standar? • Social
• Suffering • Culture
• Relationships • Legal
• Financial
• Institutional
ETIKA KLINIK Jonsen-Siegler W (2002)
Pada topik Medical Indication
dimasukkan semua prosedur diagnostik
dan terapi yang sesuai untuk
mengevaluasi keadaan pasien dan
mengobatinya

01 MEDICAL Penilaian aspek indikasi medis ditinjau

INDICATION dari sisi etik, terutama manggunakan


kaidah dasar bioetik Beneficence dan
Nonmaleficence.

Pertanyaan etika pada topik ini adalah


serupa dengan seluruh informasi yang
selayaknya disampaikan kepada pasien
pada doktrin Informed consent.
ETIKA KLINIK Jonsen-Siegler W (2002)

Pada topik Patient Preferrences kita


memperhatikan nilai (value) dan
penilaian tentang manfaat dan beban
yang akan diterimanya, yang berarti
02 PATIENT cerminan kaidah Autonomy.

PREFERRENCES Pertanyaan etik meliputi pertanyaan


tentang kompetensi pasien, sifat
volunteer, sikap dan keputusannya,
pemahaman atas informasi, siapa
pembuat keputusan bila pasien tidak
kompeten, nilai dan keyakinan yang
dianut pasien, dan lain-lain.
ETIKA KLINIK Jonsen-Siegler W (2002)

Topik Quality of Life merupakan


aktualisasi salah satu tujuan kedokteran,
yaitu memperbaiki, menjaga atau
meningkatkan kualitas hidup insani.
03 QUALITY OF
LIFE Apa, siapa, dan bagaimana melakukan
penilaian kualitas hidup merupakan
pertanyaan etik sekitar prognosis, yang
berkaitan dengan kaidah dasar bioetik
yaitu Beneficence, Nonmaleficence dan
Autonomy.
ETIKA KLINIK Jonsen-Siegler W (2002)

Prinsip dalam Contextual Features


adalah Loyalty and Fairness.
04 CONTEXTUAL
FEATURES Disini dibahas pertanyaan etik seputar
aspek non medis yang mempengaruhi
keputusan, seperti faktor keluarga,
ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan,
alokasi sumber daya dan faktor hukum.
PENERAPAN Etik kedokteran sekarang telah menjadi suatu
keharusan dalam ilmu kedokteran yang
mempunyai cita-cita (impian) agar dunia ini
ETIK bebas dari penyakit dan bebas dari penderitaan
berkat ilmu dan teknologi kedokteran yang
semakin berkembang.
PENYIMPANGAN ETIK
01 02

Davis & Sesuai etik dan


hukum
Bertentangan
dengan etik dan
bertentangan

Smith: dengan hukum

Kita dapat melihat hubungan


antara etik kedokteran dan Bertentangan
Sesuai dengan etik,
hukum kedokteran dalam tetapi bertentangan dengan etik, tetapi
sesuai dengan
masalah-masalahnya sebagai dengan hukum,
dan hukum.
berikut:
03 04
3 ELEMEN INFORMED CONSENT
TRESHOLD
1 Pemberi consent harus seseorang yang KOMPETEN dalam membuat keputusan (dewasa, sadar, dan
berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan).

INFORMATION
Terdiri atas dua bagian, yaitu PENGUNGKAPAN dan PEMAHAMAN. Pengertian berdasarkan
2 pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi kepada tenaga medis untuk memberikan informasi
sedemikian rupa agar pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat.

CONSENT
Terdiri dari KESUKARELAAN dan PERSETUJUAN. Kesukarelaan mengharuskan tidak adanya
tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari “tekanan” yang dilakukan
3 tenaga medis yang bersikap seolah-olah akan “dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawarannya.
UNSUR POKOK dalam pembuatan Informed Consent
01
Pihak yang menyampaikan penjelasan

02 Penjelasan yang harus disampaikan

03 Cara menyampaikan penjelasan

Pihak yang berhak menyatakan persetujuan


04

05
Pihak yang berhak menyatakan persetujuan
PRINSIP DASAR INFORMED CONSENT

01 Prinsip bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien)


adalah tanggung jawab orang (pasien) itu sendiri.

02 Prinsip bahwa tindakan medik (sebagai upaya terapi)


merupakan upaya yang tidak wajib diterima oleh seseorang
atau pasien yang bersangkutan.

03 Prinsip bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih


berdaya guna dan berhasil guna apabila terjalin kerjasama
yang baik antara pasien dan dokter.
KEPENTINGAN INFORMED CONSENT

1. Membantu lancarnya tindakan kedokteran


2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin
terjadi
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit
4. Meningkatkan mutu pelayanan
5. Melindungi dokter dari kemungkinan tuntutan hukum
Malpraktik dalam
bidang KEDOKTERAN
Adalah suatu sikap yang dapat
mengakibatkan suatu tuntutan
hukum sebagai akibat dari hasil
pemberian pelayanan secara
profesional dalam bidang
kedokteran/kesehatan.
MALPRAKTIK
Makna harfiah malpraktik
adalah praktik buruk,
lawannya adalah adalah
praktik baik, good practice
atau lege artis.

Secara umum malpraktik adalah “any professional misconduct or


unreasonable lack of skill or fidelity in professional or fiduciary duties,
evil practice or illegal or immoral conduct”
MALPRAKTIK
Istilah – istilah yang memilik arti sama…
Defamation : Fitnah, pencemaran nama
Negligence: Keteledoran.
baik.

Intentional misconduct: Sikap yang Divulgence of confidential information:


buruk yang dilakukan dengan sengaja. Membuka/membocorkan rahasia

Breach of a contract guaranteeing a Unauthorized procedures : Melakukan


specific therapeutic result: tindak medik tanpa persetujuan.
Pelanggaran sebuah kontrak/perjanjian
yang menjamin sebuah hasil pengobatan.
Failure to prevent injuries in certain
nonpatients : Kegagalan dalam
mencegah
MALPRAKTIK
Kriteria 4D
“KELALAIAN MEDIK”
D1 Duty of care by the doctor to the injured *semua kirteria harus
patient (Kewajiban) terpenuhi untuk menjatuhkan
sanksi terhadap dokter berupa
D2 Deriliction of duty (pelanggaran kewajiban) ganti rugi kepada pasien/
keluarganya dalam forum
pengadilan.
D3 Damage (kompensasi kerugian) yang
foreseeable (laik baying sebelumnya)

D4 Direct cause (sebab langsung) yakni pelanggaran


kewajiban mengakibatkan kerugian (D2-D3)
MALPRAKTIK
3 BENTUK
“KELALAIAN
MEDIK” Malfeasance:
01 melakukan tindakan melanggar hukum atau tidak tepat/layak (unlawful
atau improper), misalnya melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang
memadai

Misfeasance:
02 melakukan pilihan tindakan medis yang
tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat
(improper performance)

03 Nonfeasance:
tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban
baginya.
MALPRAKTIK
2 SYARAT KELALAIAN/
TERPENUHINYA KEALPAAN
Dokter pelaku dalam penalarannya Dokter pelaku tidak teliti/hati-hati
01 02
tidak berpraduga lege artis (tidak dalam tindakan mediknya
cermat dalam memaksimalkan sebagaimana layaknya kaum
upaya, baik kealpaan yang profesional.
disadarinya maupun kealpaan yang
tidak disadarinya.
RANGKUMAN
Pembelajaran etika dan medicolegal sebagai penjernih logika dan peningkat daya kritis dokter
dalam menyeimbangkan keputusan etis terhadap keputusan medis di klinik dengan analisis dan
pendekatan medicolegal merupakan pelengkap utama kajian etika (kaidah dasar bioetik dan
etika klinik) yang berguna untuk membina sikap tanggungjawab, kesadaran hukum dan
profesionalisme dokter di kemudian hari.

Metode pembelajaran etika kedokteran menggambarkan Kaidah Dasar Moral (principle-based


ethics dan Clinical ethic) merupakan metode terbaik dalam mengusung konsep etika normative
karena berperan memunculkan isu etik pasien, sebagai pendamping isu medik dalam
penanganan klinik serta sebagai pengetahuan atau kompetensi preventif sebelum masuk ranah
aspek medicolegal.
LATIHAN SOAL KASUS ABORTUS ILEGAL
Seorang perempuan (Ny.N), berusia 34 tahun G4P3AO, dengan riwayat ketiga anaknya lahir dengan seksio sesarea
(indikasinya panggul sempit). Anak ketiga diseksio 4 bulan yang lalu di RSB Harapan dan ditolong oleh Dr.Bram, Sp.OG
(salah seorang ahli kebidanan senior di RSB tersebut) waktu itu dr. Bram telah memberikan informed consent / konseling
kepadan Ny. N untuk menggunakan kontrasepsi dengan pertimbangan umur dan karena riwayat seksionya yang sudah tiga
kali. Saat ini Ny. N kembali dating control ke dr. Bram, Sp.OG dengan keluhan belum datang haid sejak operasi seksio
anak ketiga, ternyata dari hasil pemeriksaan lengkap yang dilakukan oleh dr.Bram ternyata Ny. N hamil dan saat ini usia
kehamilannya adalah 10-12 minggu, dari keterangan juga diperoleh informasi bahwa Ny.N tidak mengikuti saran untuk
menggunakan kontrasepsi. Saat itu juga Ny.N dengan perasaan cemas dan sedih memohon kepada dr.Bram agar
kehamilannya ini digugurkan saja, dengan berbagai macam alas an yang dikemukakan a.l.: masih trauma dengan operasi
yang baru 4 bulan kemarin dijalani, masalah anaknya yang masih kecil-kecil, dan juga masalah ekomominya yang juga
pas-pasan. Dr.Bram dengan tenang dan arif menjelaskan tentang kehamilan Ny.N termasuk tidak adanya kemungkinan
atau alas an buat dia untuk melakukan abortus. Ny.N tetap bersikeras memohon kepada dr.Bram agar keinginannya untuk
abortus bisa dilakukan, bahkan dengan jelas menyampaikan bahwa jika dr.Bram tidak memenuhi keinginannya maka dia
akan tetap mencari orang yang dapat menggugurkan kandungannya bagaimanapun caranya dan apapun risikonya akan dia
hadapi…
Pertanyaan: Bagaimana saudara menganalisis kasus tersebut dalam perspektif etika dan medicolegal?

Anda mungkin juga menyukai