Anda di halaman 1dari 56

IVERMECTIN

IVERMECTIN DAN
DAN
POLIFARMASI
POLIFARMASI TERAPI
TERAPI COVID-19
COVID-19
PROF. DR. APT. YAHDIANA HARAHAP, M.S.

WEBINAR
PC IAI KOTA KENDARI
08 AGUSTUS 2021
OUTLINE
1. Overview Ivermectine:
- Antiparasit
- Antivirus
2. Ivermectine dan COVID-19?
3. Progres Uji Klinis
4. Komen Regulator
5. Polifarmasi Terapi Covid-19
Merupakan senyawa golongan makrosiklik
lakton yang umumnya digunakan sebagai
antiparasit

HEWAN MANUSIA

IVERMECTIN
Ivermektin kaplet 12 mg di Indonesia
Diberikan dalam dosis tunggal 150-
untuk indikasi kecacingan 200 μg/kgBB setiap 1 tahun sekali
(Strongyloidiasis dan Onchocerciasis)
IVERMECTIN: Farmakologi sebagai antiparasit
Mengikat kanal ion klorida dan
meningkatkan permeabilitas membran
terhadap ion Cl-.

Peningkatan influx Cl- menyebabkan


hiperpolarisasi sel saraf dan tidak
terbentuknya impuls. Menginduksi
paralisis otot pada parasit.

• Mengikat kuat pada kanal ion glutamat-klorida (GluCl)/kanal ion yang ditemukan hanya pada
invertebrata.
• Ivermectin dapat juga mengikat kanal ion klorida lain
IVERMECTIN

 Ivermectin adalah obat cacing spektrum luas yang bekerja pada saluran
pencernaan dengan cara membunuh larva cacing.
 Obat ini telah disetujui oleh FDA dan Badan POM Indonesia sebagai obat
cacing dengan dosis 200 g/kgBB per oral. Dengan dosis tersebut,
konsentrasi ivermectin di dalam darah sebesar 11–54 ng/ml atau 13–63 nM
dalam waktu 3,4-5 jam.
 Ivermektin larut dalam lemak, dimetabolisme di hati, memiliki t1/2 yang
panjang (18 jam, 12-66 jam) dan dikeluarkan sebagian besar melalui feses
(<5% melalui urin).
 Ivermectin juga diteliti untuk indikasi lain: antibakteri (Lim et al. 2013; Ashraf
et al. 2018), antikanker (Juarez et al. 2018; Intuyod et al. 2019), dan
antivirus (Jans et al. 2019; Caly et al. 2012, Tay et al. 2013).
IVERMECTIN: efek samping yang dapat terjadi
Peningkatan
Ruam Edema Penurunan
serum
pada tekanan
aminotransferase
kulit darah
(enzim hati)

Gangguan
Gangguan
Gastrointerstinal:
saraf: pusing,
mual, muntah,
kejang, Liver
diare, nyeri perut
confusion damage
IVERMEKTIN: efek samping yang dapat terjadi
Toksisitas Ivermectin dapat muncul pada penggunaan yang tidak sesuai tujuan
(overdosis maupun administrasi tidak terkontrol)

Pada mamalia ivermectin dapat


mengikat reseptor GABA A yang
Penurunan aktivitas p-
ada pada sistem saraf pusat
glycoprotein atau overdosis
menyebabkan peningkatan
Ivermectin memiliki penetrasi yang konsentrasi Ivermectin di Neurotoksisitas
buruk pada Blood Brain Barrier otak
vertebrata karena adanya kerja p-
glycoprotein
IVERMECTIN dan COVID-19?
Mekanisme aksi yang dapat
terjadi pada ivermectin terhadap
SARS-CoV2

Mengikat dan destabilisasi importin


(IMP) α/β1 dan mencegah IMP α/β1
mengikat protein virus

Studi in vitro menunjukkan bahwa ivermektin dapat Mencegah translokasi protein virus dari
menurunkan RNA SARS-CoV2 ~5000 kali lipat sitoplasma melewati nuclear pore complex
(NPC) ke dalam nukleus
selama 48 jam. (Caly et al., 2020)
IVERMECTIN dan COVID-19?

In vitro IC50
(Caly et al., 2020)
~2μM (1750 ng/mL )

Cmax oral
In vivo
20-80 ng/mL

Dosis ivermectin sampai Studi Schmith (2020)


10 kali dosis FDA atau menunjukkan pada dosis 120
2000 μg/mL tidak mg konsentrasi IVM pada
menunjukkan adanya plasma belum mencapai IC50 Pemahaman mengenai farmakodinamik dari IVM
efek samping pada saraf pada manusia masih terbatas sehingga perlu dievaluasi
lebih lanjut.
Farmakokinetika Ivermectin
1.
1.  Padasubjek sehat yang menerima 12 mg ivermectin dalam bentuk larutan oral, tablet, dan
kapsul

2. Ivermectin terikat kuat dengan protein plasma subjek sehat (93,2%), serum albumin
pasien onchocerciasis (93,1%)

3. Dimetabolisme oleh CYP3A4 menghasilkan 10 metabolit, sebagian besar sebagai derivat


terhidoksilasi dan demetilasi
Produsen Ivermectin di Indonesia (Untuk Manusia) Bahan baku IVM tidak
melalui jalur resmi
Distribusi tidak di
kemasan siap edar
Distribusi tidak melalui
jalur distribusi resmi
Tanggal kadaluarsa
tercantum tidak sesuai
dengan yang telah
disetujui BPOM

Ivermectin (PT Indofarma) Ivermax 12 (PT Harsen Laboratory) Mengedarkan obat yang
Antihelmintik belum dilakukan
pemastian mutu

Klaim Ivermectin Promosi tidak sesuai

untuk COVID-19? ! Penghentian sementara dan


penarikan produk dari peredaran
ketentuan (Contoh:
mencantumkan indikasi
pengobatan COVID-19)
IVERMECTIN
dan COVID-
19?
Penjelasan BPOM RI mengenai Ivermectin
Publikasi di media tidak Belum tersedia data uji
klinik yang cukup untuk IVM yang digunakan tanpa
cukup untuk digunakan indikasi medis dan resep
sebagai bukti khasiat IVM membuktikan khasiat IVM
dalam mencegah dan dokter dalam jangka waktu
mengobati COVID-19 panjang dapat menyebabkan
efek samping
Banyak faktor lain
yang berpengaruh
pada kesembuhan Belum dapat
pasien disetujui untuk
Nyeri otot/sendi,
indikasi tersebut
ruam, demam,
pusing, sembelit,
Penggunaan IVM harus dengan resep dokter dan berkonsultasi diare, mengantuk,
Steven Johnson
terlebih dahulu kepada dokter sebelum menggunakannya syndrom
Penjelasan BPOM RI mengenai Ivermectin (con’d)

6 EUA
Banyaknya penjualan IVM Produksi IVM untuk Untuk memastikan khasiat dan
melalui platform online pengobatan manusia masih keamanan IVM dalam terapi
COVID, dilakukan Uji Klinik
baru

Masyarakat dengan resep dokter Di bawah kordinasi Badan


diminta untuk membeli di Batas waktu kadaluwarsa Penelitian dan Pengembangan
fasilitas pelayanan yang ditetapkan BPOM Kesehatan, Kemenkes RI dengan
kefarmasian resmi adalah 6 bulan beberapa RS
EMERGENCY USE AUTHORIZATION (EUA)

Persetujuan penggunaan darurat (EUA) merupakan persetujuan penggunaan obat


selama kondisi kedaruratan Kesehatan masyarakat untuk obat yang belum
mendapatkan izin edar atau obat yang telah mendapatkan izin edar tetapi dengan
indikasi penggunaan yang berbeda (indikasi baru) untuk kondisi kedaruratan
Kesehatan masyarakat
Uji Klinis pada COVID-19
Publikasi Jenis Penelitian Jumlah Studi/ Hasil dan limitasi penelitian
Banyak Sampel
Zein, Sulistiyana, Raffaelo Systematic Review 9/1788 pasien Ivermectin menurunkan mortalitas pasien
and Pranata, 2021 (Meta-analysis) dengan COVID-19 namun dengan evidence
yang masih rendah

Banyak studi yang direview masih merupakan


preprints (belum melalui peer-reviewed)

Banyak studi yang direview tidak


mencantumkan parameter laboratorium yang
penting seperti d-dimer dan c-reactive protein
yang mempengaruhi prognosis
Uji Klinis pada COVID-19
Publikasi Metode Jumlah Kontrol Hasil penelitian Kesimpulan
sampel
Vallejos et Randomized, 501 (250 placebo • Outcome primer: efikasi IVM untuk IVM tidak
al., 2020 double blind, Intervens mencegah hospitalisasi memiliki efek
placebo- i dan 251 • Sebanyak 14/250 pasien dengan IVM signifikan untuk
controlled trial kontrol) dan 21/251 kelompok control pencegahan
(Fase 2) membutuhkan rawat inap, tidak ada rawat inap pasien
perbedaan signifikan COVID-19
• Waktu rawat inap kedua kelompok
tidak berbeda signifikan
• 4 orang kelompok IVM membutuhkan
mechanical ventilator support vs 3
orang kelompok placebo (tidak
berbeda signifikan)
• Waktu pemasangan MVS rata rata
IVM 5,25 hari vs control 10 hari (ada
perbedaan signifikan)
• Tidak ada perbedaan signifikan pada
outcome sekunder
Uji Klinis pada COVID-19
Publikasi Metode Jumlah Kontrol Hasil penelitian Kesimpulan
sampel
Lopez- Double-blind, 398 (200 Placebo • Outcome primer (lama penyelesaian Pemberian IVM
Medina et randomized trial Intervens gejala) & Outcome sekunder selama 5 hari
al., 2021 (Fase 2) i dan 198 (hubungan pada keamanan dan tidak
kontrol) efikasi) memperbaiki
• Median waktu penyelesaian gejala lama
pada kelompok IVM adalah 10 hari vs penyelesaian
kelompok control 12 hari gejala COVID-19
• Pada hari ke-21, gejala telah selesai
82% pada kelompok IVM dan 79%
pada kelompok kontrol
• Efek samping sakit kepala ditemukan
pada 52% kelompok IVM dan 56%
kelompok kontrol
• Efek samping kegagalan multiorgan
muncul pada 2 pasien pada kelompok
IVM dan 2 pasien pada kelompok
kontrol
Uji Klinis pada COVID-19
Publikasi Metode Jumlah Kontrol Hasil penelitian Kesimpulan
sampel
Chaccour et double-blind, 24 (12 Placebo • Outcome primer : proporsi pasien Tidak ada perbedaan
al., 2021 randomized Intervens dengan SARS-CoV2 yang signifkan pada
controlled trial i dan 12 terdeteksi oleh RT PCR (swab proporsi PCR positif
dengan 2 kontrol) nasopharyngeal) pada hari ke-7 antara pasien dengan
kelompok paralel setelah pemberian obat COVID-19 tidak
(Fase 2) • Pada hari ke-7 tidak ada perbedaan parah, serta tanpa
signifikan pada proporsi pasien faktor risiko yang
positif PCR menerima atau tidak
• Viral load pada kelompok IVM menerima IVM.
konsisten lebih rendah dari Namun adanya
kelompok control (tidak ada penurunan kejadian
perubahan signifikan) anosmia/hyosmia,
• Kelompok IVM lebih cepat pulih batuk, dan tendensi
dari hyposmia/anosmia untuk viral load dan
IgG yang rendah
Uji Klinis pada COVID-19
Publikasi Metode Jumlah Kontrol Hasil penelitian Kesimpulan
sampel
Krolewieck Proof-of- 45 (30 Perawatan • Outcome primer: perbedaan viral load Adanya
i et al., concept, pilot, Intervens standar antara baseline dan hari ke-5 kemungkinan
2021 randomized, i dan 15 (Semua • Tidak ada perbedaan signifikan pada concentration
controlled, kontrol) pasien penurunan viral load antara kelompok dependent
outcome- termasuk intervensi dan control. ivermectin pada
assessor blinded kelompok • Ada perbedaan signifikan pada aktivitas antivirus
trial IVM penurunan viral load pasien dengan terhadap SARS-
(Fase 2) menerima median konsentrasi plasma lebih CoV2
perawatan tinggi (72%) vs kontrol (42%)
standar) • Rata-rata konsentrasi plasma IVM
berkorelasi dengan laju penurunan
virus.
• Efek samping antara kedua kelompok
serupa
Uji Klinis pada COVID-19
Publikasi Jenis Penelitian Jumlah Kontrol Hasil penelitian Kesimpulan
sampel
Shahbaznej Randomized, 69 (35 HCQ/ • Rata-rata durasi dyspnea: 2,6 hari IVM dapat
ad et al., double blind, Intervens lopinavir/ (IVM) vs 3,8 hari (kontrol) memperbaiki
2021 controlled i dan 34 ritonavir • Rata-rata durasi Batuk persisten: 3,1 gejala klinis
clinical trial kontrol) (semua hari (IVM) vs 4,8 hari (kontrol) pasien dengan
pasien • Rata-rata waktu inap rumah sakit: 7,1 COVID-19
diberikan hari (IVM) vs 8,4 hari (control)
antibiotik dan • Frekuensi limfopenia menurun sebesar Limitasi: Jumlah
oksigen) 14,3% vs tidak ada perubahan pada sampel yang
control kecil, dan efek
IVM terhadap
mortalitas tidak
dapat dievaluasi
IVERMECTIN UNTUK TERAPI COVID-19
Penggunaan ivermektin VS terapi
standar atau plasebo tidak
mengurangi mortalitas (angka
kematian), durasi perawatan,
pembersihan virus pada pasien COVID-
19 bergejala ringan dalam uji klinik
berpembanding. Meskipun juga, tidak
dicatat adanya kejadian yang tidak
diinginkan yang serius pada studi
tersebut.

 FDA, EMA, dan WHO juga tidak menyarankan penggunaan ivermektin untuk
mengobati COVID-19 pada manusia baik untuk yang bergejala ringan, sedang,
maupun berat.
 Negara yang sudah menggunakan Ivermektin untuk terapi COVID-19: Slovakia,
Macedonia, Yunani, Bulgaria, Republik Ceko, dan Afrika Selatan.
Ivermectin Berdasarkan Pedoman Covid-19 WHO

WHO. (2021). Therapeutic and Covid-19. WHO.


PENUTUP : IVERMECTIN UNTUK TERAPI COVID-19

TAHAP
PENGEMBANGAN
KANDIDAT OBAT

Perlu Uji Klinis yang memenuhi kaidah


dan persyaratan Uji Klinik yang baik Menetapkan keamanan dan khasiat
dengan rancangan uji: double blind suatu obat untuk indikasi penyakit
randomized-controlled trial tertentu

Saat ini sedang dilakukan uji klinik di Indonesia (PPUK sudah diperoleh) untuk
mengetahui keamanan dan khasiat serta dosis yang tepat obat Ivermektin pada
pasien COVID-19
POLIFARMASI TERAPI COVID-19
Polifarmasi Terapi COVID-19
o Polifarmasi adalah Penggunaan beberapa obat secara bersamaan oleh pasien
untuk satu atau lebih kondisi medis

o Kejadian polifarmasi dapat memperparah keadaan pasien COVID-19

o Golongan obat yang menyebabkan keparahan COVID-19 adalah obat yang


menyebabkan efek sedasi, depresi pernapasan atau dyskinesia, efek
antikolinergik atau mempengaruhi sistem pencernaan

o Terapi hipertensi (biasanya ACEi atau ARBs) dapat mempengaruhi sistem renin-
angiotensin-aldosteron (RAAS) dan inhibitor pada sistem RAAS → menyebabkan
infeksi COVID-19 yang fatal karena dapat berikatan dengan reseptor ACE-2 di
paru-paru dan bereplikasi

o Terapi yang menggunakan antipsikotik, penghambat pompa proton, antihistamin,


dan analgesik opioid termasuk diantara kelas obat dengan hubungan terkuat
dengan hasil klinis negatif di antara pasien dengan COVID-19
Pengobatan COVID-19

Pedoman pengobatan COVID-19 dibagi berdasarkan keparahan kasus

Kasus
Kasus Kasus
tanpa
ringan sedang
gejala

Kasus berat Kasus kritis


Polifarmasi Terapi COVID-19
Golongan Obat
ACEi dan ARB
Antipsikotik
Memperparah
Polifarmasi PPI
COVID-19
Siapa? Antihistamin
Pasien dengan multikomorbid
Contoh : Geriatri
Analgesik Opioid
Iloanusi, S., Mgbere, O., & Essien, E. J. (2021). Polypharmacy among COVID-19 patients: A systematic review. Journal of the American Pharmacists Association. https://doi.org/10.1016/j.japh.2021.05.006
McKeigue, P. M., Kennedy, S., Weir, A., Bishop, J., McGurnaghan, S. J., McAllister, D., Robertson, C., Wood, R., Lone, N., Murray, J., Caparrotta, T. M., Smith-Palmer, A., Goldberg, D., McMenamin, J., Guthrie,
B., Hutchinson, S., & Colhoun, H. M. (2021). Relation of severe COVID-19 to polypharmacy and prescribing of psychotropic drugs: the REACT-SCOT case-control study. BMC Medicine, 19(1).
https://doi.org/10.1186/s12916-021-01907-8

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Polifarmasi Terapi COVID-19 Efek Samping Obat
Sedasi
Depresi
Pernapasan
Memperparah
Polifarmasi Efek
COVID-19
Antikolinergik
Siapa?
Pasien dengan multikomorbid Efek samping pada
Contoh : Geriatri Pencernaan
Rahman, S., Singh, K., Dhingra, S., Charan, J., Sharma, P., Islam, S., Jahan, D., Iskandar, K., Samad, N., & Haque, M. (2020, October 20). The Double Burden of the COVID-19 Pandemic and Polypharmacy
on Geriatric Population – Public Health Implications. Therapeutics and Clinical Risk Management. https://www.dovepress.com/the-double-burden-of-the-covid-19-pandemic-and-polypharmacy-on-geriatr-peer-
reviewed-fulltext-article-TCRM
Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Interaksi
Interaksi Obat
Obat pada
pada Terapi
Terapi COVID-19

Penggunaan Polifarmasi pada Terapi COVID-19

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Terapi COVID-19
● Dalam Terapi COVID-19, obat-obatan dan vitamin yang digunakan adalah :
Tanpa Gejala Gejala Ringan Gejala Sedang Gejala Berat dan
• Vitamin C atau • Vitamin C atau • Vitamin C secara IV Kritis
Multivitamin dengan Multivitamin dengan • Vitamin D • Vitamin C
kandungan Vitamin kandungan Vitamin C, • Favipiravir ATAU • Vitamin B1
C, B, E, dan Zink B, E, dan Zink Remdesivir • Vitamin D
• Vitamin D • Vitamin D • Antikoagulan • Antibiotik ; sesuai
• Favipiravir LMWH/UFH dengan kultur
• Obat simptomatik • Pengobatan • Favipiravir ATAU
• Parasetamol Simtomatis Remdesivir
• Pengobatan Komorbid • Parasetamol • Deksametason
• Hipertensi • Pengobatan • Tocilizumab ATAU
• Diabetes Komorbid Sarilumab

sumber : Revisi Protokol Tatalaksana COVID-19 0

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Kasus Tanpa Gejala
● Vitamin C dengan pilihan :
○ Tablet non-acidic 500 mg 3-4x sehari selama 14 hari

○ Tablet hisap 500 mg, 2x sehari

○ Multivitamin yang mengandung vitamin C

○ Multivitamin yang mengandung vitamin C, B, E, dan Zink

• Vitamin D dengan pilihan :


• Suplemen : 400-1.000 IU/hari
• Obat : 1.000-5.000 IU/hari

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Interaksi Polifarmasi yang Dapat Terjadi
Pada kasus tanpa gejala, diresepkan hanya mengonsumsi Vitamin C dan D atau
vitamin dengan kombinasi vitamin C, D, E, dan Zink.

Vitamin D


Vitamin C  Vitamin E


Zinc
Tanda ceklis hijau = tidak ada interaksi yang terjadi
Tanda silang merah = ada interaksi yang terjadi
Data interaksi obat diambil dari : https://reference.medscape.com/drug-
interactionchecker

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Kasus Gejala Ringan
● Vitamin C (sama seperti tidak ada gejala)
● Vitamin D (sama seperti tidak ada gejala)
● Antivirus Favipiravir
○ Loading dose 1.600 mg, 2x sehari pada hari pertama dan 600 mg, 2x sehari pada
hari ke 2-5

● Pengobatan simptomatis, contoh demam = parasetamol


● Pengobatan komorbid dan komplikasi, contoh
○ Hipertensi : amlodipin

○ Diabetes : metformin

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Interaksi Polifarmasi yang Dapat Terjadi
Interaksi yang terjadi :
• Parasetamol – favipiravir
Parasetamol  Favipiravir
Favipiravir meningkatkan aktivitas
hepatotoksik parasetamol
   Solusi : Penggunaan parasetamol
tidak lebih dari 3 gram per hari
 Vitamin C  Amlodipin  • Amlodipin – metformin
Amlodipin menurunkan efek
  
metformin
Solusi : pemberian jarak antar
Vitamin D  Metformin
konsumsi
Tanda ceklis hijau = tidak ada interaksi yang terjadi
Tanda silang merah = ada interaksi yang terjadi Data interaksi obat diambil dari :
https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker dan
https://go.drugbank.com/drugs/DB12466

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Kasus Gejala Sedang
● Vitamin C 200-400 mg, 3x sehari dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
● Vitamin D (sama seperti kasus tanpa gejala)
● Favipiravir (sama seperti kasus gejala ringan)
atau
● Remdesivir 200 mg IV drip pada hari pertama dan dilanjutkan dengan 100 mg, 1x
sehari IV drip pada hari ke 2-5/10
● Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
● Pengobatan simptomatis; contoh = parasetamol
● Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada, contoh

○ Hipertensi : amlodipin
○ Diabetes : metformin

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Data interaksi obat diambil dari :
https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker dan
https://go.drugbank.com/drugs/DB12466

Interaksi Polifarmasi yang Dapat Terjadi


Penggunaan Favipiravir
Interaksi yang terjadi :
Parasetamol  Favipiravir • Parasetamol – favipiravir
Favipiravir meningkatkan aktivitas
   hepatotoksik parasetamol
Solusi : penggunaan parasetamol tidak
 Vitamin C  Amlodipin  lebih dari 3 gram per hari
• Amlodipin – metformin
   Amlodipin menurunkan efek metformin
Solusi : pemberian jarak antar obat
Heparin  Metformin • Parasetamol – heparin

Tanda ceklis hijau = tidak ada interaksi yang terjadi Parasetamol meningkatkan efek
Tanda silang merah = ada interaksi yang terjadi heparin (minor)

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Interaksi Polifarmasi yang Dapat Terjadi
Penggunaan Remdesivir
Interaksi yang terjadi :
Parasetamol  Remdesivir • Amlodipin – metformin
Amlodipin menurunkan efek
  
metformin

 Vitamin C  Amlodipin  Solusi : pemberian jarak antar


obat
   • Parasetamol – heparin

Heparin  Metformin Parasetamol meningkatkan

Tanda ceklis hijau = tidak ada interaksi yang terjadi


efek heparin (minor)
Tanda silang merah = ada interaksi yang terjadi Data interaksi obat diambil dari :
https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Kasus Gejala Berat dan Kritis

● Vitamin C (sama seperti gejala sedang)


● Vitamin B1,1 ampul 1x sehari secara intravena (IV)
● Vitamin D (sama seperti kasus tanpa gejala)
● Antibiotik apabila ada koinfeksi bakteri, contoh : • Deksametason 6 mg,
amoxicillin 1x sehari selama 10 hari
● Favipiravir(sama seperti kasus ringan) Apabila membutuhkan ventilator
atau • Tocillizumab 8 mg/kgBB
● Remdesivir (sama seperti kasus sedang)

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Interaksi Polifarmasi yang Dapat Terjadi
Penggunaan Favipiravir

Favipiravir
Interaksi yang terjadi :

Vitamin C  • Favipiravir –

 Tocillizumab deksametason
 Ekskresi deksametason
 Vitamin B1  
 menurun apabila
 Amoxicillin
 dikombinasikan dengan
Vitamin D  favipiravir

Deksametason
Tanda ceklis hijau = tidak ada interaksi yang terjadi Data interaksi obat diambil dari :
Tanda silang merah = ada interaksi yang terjadi https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker dan
https://go.drugbank.com/drugs/DB12466

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Interaksi Polifarmasi yang Dapat Terjadi
Penggunaan Remdesivir
Remdesivir
 Tidak ada interaksi yang
Vitamin C 
 terjadi
 Tocillizumab

 Vitamin B1  

 Amoxicillin

Vitamin D 

Deksametason
Tanda ceklis hijau = tidak ada interaksi yang terjadi
Data interaksi obat diambil dari :
Tanda silang merah = ada interaksi yang terjadi https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker dan
https://go.drugbank.com/drugs/DB12466

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Contoh Kasus 1
● Ny. A (43) memiliki penyakit hipertensi dan diabetes melitus.
● Riwayat pemakaian obat adalah kaptopril untuk hipertensinya dan metformin untuk
diabetesnya.
● Ny. A mengalami demam, batuk, sakit tenggorokan, diare, dan hilang nafsu makan
serta mempunyai kontak erat dengan suspek COVID-19
● Setelah melakukan testing COVID-19, Ny. A terindikasi positif COVID-19

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Obat-obat yang Digunakan

1. Kaptopril  untuk Hipertensi


2. Metformin  untuk Diabetes Melitus
Untuk COVID-19 Polifarmasi?
Dari gejalanya = derajat ringan Ya, karena
Obat-obatan yang dikonsumsi : mengkonsumsi > 5
3. Vitamin C, 4x sehari
4. Vitamin D, 1x sehari obat dalam sehari
5. Favipirapir selama 5 hari, 2x sehari
6. Parasetamol untuk demam sampai demamnya hilang, 3x sehari

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Interaksi Obat yang Dapat Terjadi karena Polifarmasi

Parasetamol  Favipiravir
Interaksi yang terjadi :
• Parasetamol – favipiravir
   Favipiravir meningkatkan aktivitas
hepatotoksik parasetamol
 Vitamin C  Kaptopril 
Solusi : Penggunaan parasetamol
tidak lebih dari 3 gram per hari
  

Vitamin D  Metformin

Tanda ceklis hijau = tidak ada interaksi yang terjadi


Tanda silang merah = ada interaksi yang terjadi
Data interaksi obat diambil dari : https://www.drugs.com/drug_interactions.html

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Contoh Kasus 2
● Ny. B (29) didiagnosis mengalami depresi dan harus meminum antidepresan
berupa escitalopram 2x sehari. Selain itu, Ny. B juga didiagnosis mengalami
hipertensi sehingga membutuhkan amlodipin, 1x sehari serta didiagnosis
mempunyai GERD sehingga diharuskan mengonsumsi esomeprazole, 1x
sehari
● Pada 3 hari yang lalu, Ny. B kontak erat dengan suspek positif COVID-19
sehingga memutuskan untuk melakukan testing dan menunjukkan hasil
positif COVID-19. Semenjak 2 hari yang lalu, Ny. B mengalami demam,
batuk, dan sesak napas namun ketika diperiksa dengan oksimeter, kadar
oksigennya adalah 95%

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Obat-obatan yang Dikonsumsi

1. Antidepresan  escitalopram, 1x sehari


2. Antihipertensi  amlodipin, 1x sehari Polifarmasi?
3. GERD  esomeprazol, 1x sehari
Untuk COVID-19  derajat sedang Ya, karena
4. Vitamin C, 3x sehari mengkonsumsi > 5
5. Favipiravir, 2x sehari selama 5 hari obat dalam sehari
6. Parasetamol, 3x sehari hingga tidak ada demam

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Interaksi Obat yang Dapat Terjadi karena Polifarmasi
Interaksi yang terjadi :
• Parasetamol – favipiravir
Parasetamol  Favipiravir
Favipiravir meningkatkan aktivitas
hepatotoksik parasetamol
   Solusi : Penggunaan parasetamol
tidak lebih dari 3 gram per hari
 Vitamin C  Amlodipin 
• Escitalopram – esomeprazol
Meningkatkan konsentrasi
  
escitalopram dalam darah dan
meningkatkan risiko sindrom
Escitalopram  Esomeprazol
serotonin (gelisah, tremor, jantung
Tanda ceklis hijau = tidak ada interaksi yang terjadi berdebar, halusinasi)
Tanda silang merah = ada interaksi yang terjadi
Data interaksi obat diambil dari : https://www.drugs.com/drug_interactions.html

Webinar Kefarmasian Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kota Kendari | 08 Agustus 2021
Interaction With Experimental COVID-19 Antiviral Therapies

Covid-19 Adjunct Therapies

Covid-19 Antiviral Therapies

Source: www.covid19-druginteractions.org
Interaction With Experimental COVID-19 Antiviral Therapies

Antiarrhythmics

Notes:
Amiodarone or Quinidine + IVM
Inhibition of P-gp by amiodarone or quinidine may increase
ivermectin transfer across the blood-brain barrier leading to
higher concentration in the brain and increase risk of
neurotoxicity.

Source: www.covid19-druginteractions.org
Referensi
• BPOM (2021a). PENJELASAN BADAN POM RI Tentang Informasi Penggunaan Ivermectin. Retrieved from
https://www.pom.go.id/new/view/more/klarifikasi/136/PENJELASAN-BADAN-POM-RI-Tentang-Informasi-Penggunaan-Ivermectin.
html
• BPOM (2021b). Penggunaan dan Pengawasan Peredaran Ivermectin. Retrieved from
https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/616/Penggunaan-dan-Pengawasan-Peredaran-Ivermectin.html
• Martin, R., Robertson, A. and Choudhary, S., 2021. Ivermectin: An Anthelmintic, an Insecticide, and Much More. Trends in
Parasitology, 37(1), pp.48-64.
• LiverTox: Clinical and Research Information on Drug-Induced Liver Injury [Internet]. Bethesda (MD): National Institute of Diabetes
and Digestive and Kidney Diseases; 2012-. Ivermectin. [Updated 2021 Apr 9]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK548921/
• Shahbaznejad, L., Davoudi, A., Eslami, G., Markowitz, J., Navaeifar, M., Hosseinzadeh, F., Movahedi, F. and Rezai, M., 2021. Effects
of Ivermectin in Patients With COVID-19: A Multicenter, Double-Blind, Randomized, Controlled Clinical Trial. Clinical
Therapeutics,.
• Vallejos, J., Zoni, R., Bangher, M., Villamandos, S., Bobadilla, A., Plano, F., Campias, C., Chaparro Campias, E., Medina, M. F.,
Achinelli, F., Guglielmone, H. A., Ojeda, J., Farizano Salazar, D., Andino, G., Kawerin, P., Dellamea, S., Aquino, A. C., Flores, V.,
Martemucci, C. N., Martinez, S. M., … Aguirre, M. G. (2021). Ivermectin to prevent hospitalizations in patients with COVID-19
(IVERCOR-COVID19) a randomized, double-blind, placebo-controlled trial. BMC infectious diseases, 21(1), 635.
https://doi.org/10.1186/s12879-021-06348-5
• Krolewiecki, A., Lifschitz, A., Moragas, M., Travacio, M., Valentini, R., Alonso, D., Solari, R., Tinelli, M., Cimino, R., Álvarez, L.,
Fleitas, P., Ceballos, L., Golemba, M., Fernández, F., Fernández de Oliveira, D., Astudillo, G., Baeck, I., Farina, J., Cardama, G.,
Mangano, A., Spitzer, E., Gold, S. and Lanusse, C., 2021. Antiviral effect of high-dose ivermectin in adults with COVID-19: A proof-
of-concept randomized trial. EClinicalMedicine, 37, p.100959.
.
Referensi
• López-Medina E, López P, Hurtado IC, Dávalos DM, Ramirez O, Martínez E, Díazgranados JA, Oñate JM, Chavarriaga H,
Herrera S, Parra B, Libreros G, Jaramillo R, Avendaño AC, Toro DF, Torres M, Lesmes MC, Rios CA, Caicedo I. Effect of
Ivermectin on Time to Resolution of Symptoms Among Adults With Mild COVID-19: A Randomized Clinical Trial. JAMA.
2021 Apr 13;325(14):1426-1435. doi: 10.1001/jama.2021.3071. PMID: 33662102; PMCID: PMC7934083.
• Zaheer, T., Pal, K., Abbas, R. and Torres, M., 2021. COVID-19 and Ivermectin: Potential threats associated with human
use. Journal of Molecular Structure, 1243, p.130808.
• Zein, A., Sulistiyana, C., Raffaelo, W. and Pranata, R., 2021. Ivermectin and mortality in patients with COVID-19: A
systematic review, meta-analysis, and meta-regression of randomized controlled trials. Diabetes & Metabolic Syndrome:
Clinical Research & Reviews, 15(4), p.102186.
• Chhaiya, S., Mehta, D. and Kataria, B., 2012. Ivermectin: pharmacology and therapeutic applications. International Journal of
Basic & Clinical Pharmacology, 1(3), p.132.
• Shahbaznejad, L., Davoudi, A., Eslami, G., Markowitz, J., Navaeifar, M., Hosseinzadeh, F., Movahedi, F. and Rezai, M., 2021.
Effects of Ivermectin in Patients With COVID-19: A Multicenter, Double-Blind, Randomized, Controlled Clinical
Trial. Clinical Therapeutics,.
• Chaccour, C., Casellas, A., Blanco-Di Matteo, A., Pineda, I., Fernandez-Montero, A., Ruiz-Castillo, P., Richardson, M.,
Rodríguez-Mateos, M., Jordán-Iborra, C., Brew, J., Carmona-Torre, F., Giráldez, M., Laso, E., Gabaldón-Figueira, J., Dobaño,
C., Moncunill, G., Yuste, J., Del Pozo, J., Rabinovich, N., Schöning, V., Hammann, F., Reina, G., Sadaba, B. and Fernández-
Alonso, M., 2021. The effect of early treatment with ivermectin on viral load, symptoms and humoral response in patients
with non-severe COVID-19: A pilot, double-blind, placebo-controlled, randomized clinical trial. EClinicalMedicine, 32,
p.100720.

Anda mungkin juga menyukai