Pembimbing:
dr. - , Sp.S
Disusun oleh:
Gandri Ali Ma’sum
1410211140
● Aterosklerosis merupakan salah satu mekanisme utama untuk kejadian Stroke Iskemik. Namun, perbedaan yang pasti
di dalam faktor risiko untuk aterosklerosis intra dan ekstrakranial masih belum jelas dan mekanisme yang mendasari
kejadian stroke pada pasien dengan aterosklerosis intrakranial belum diketahui dengan baik. Akibatnya pasien dengan
stenosis intrakranial menerima pengobatan yang sama seperti pasien dengan aterosklerosis arteri.
● Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa Sindrom Metabolik (kumpulan faktor risiko metabolik yang terkait dengan
resistensi insulin) dan peradangan vaskular berkaitan dengan peningkatan risiko Penyakit Jantung Koroner dan Stroke.
● Hasil dari Ulasan Studi ini menunjukkan bahwa faktor-faktor ini memainkan peran yang berbeda dalam perkembangan
stroke aterosklerosis antara sistem arteri intra dan ekstrakranial.
Patogenesis: Triase Virchow
Triase Virchow: stasis vena (!), jejas vaskular, hiperkoagulabilitas.
Faktor predisposisi: operasi/trauma, keganasan, imobilisasi berkepanjangan, kehamilan, GJK, varises, obesitas, usia
lanjut, riwayat DVT.
Lokasi trombosis vena cenderung di daerah dengan aliran darah menurun ATAU berubah secara mekanis seperti kantong
berdekatan dengan katup di vena dalam tungkai → katup = lokasi potensial stasis vena dan hipoksia.
Ada 3 jalur antikoagulan alami: jalur antikoagulan protein C (protein C, protein S, trombomodulin, EPCR), jalur
heparin-antitrombin, dan jalur penghambat faktor jaringan. Cacat pada jalur ini → peningkatan risiko pembentukan
trombus.
Faktor risiko lain pembentukan klot: kanker (efek kompresif pada vena → stasis), kontrasepsi oral, obesitas, usia lanjut
(faktor berkaitan dengan penuaan: prevalensi obesitas lebih besar, peningkatan frekuensi penyakit dan periode imobilitas
berkepanjangan, kondisi medis komorbiditas)
Diagnosis
Selama fase akut (5-10 hari pertama terapi), UFH atau LMWH digunakan sebagai agen bridging (nanti disusul VKA) →
inisiasi cepat membantu menahan pembentukan bekuan fibrin + menambah respons fibrinolitik tubuh → mengurangi
gejala dan risiko pembentukan trombus lebih lanjut ATAU pengembangan menjadi PE → sangat berguna di RS karena
waktu paruh pendek dan kenyamanan relatif untuk penatalaksanaan perioperative.
UFH memiliki beberapa keunggulan dibandingkan LMWH (waktu paruh eliminasi lebih pendek, reversibel, lebih
disukai pasien berat <50 kg, atau pasien dengan klirens kreatinin <30 mL/menit) → NAMUN, memiliki peningkatan
risiko HIT 8-10x bila dibandingkan dengan LMWH → karena itu, LMWH (enoxaparin) sering menjadi terapi
pilihan.
Setelah kadar terapeutik tercapai (ditentukan oleh aPTT atau kadar anti-Xa) → terapi VKA harus dimulai.
Antikoagulasi parenteral dengan UFH atau LMWH sebaiknya dilanjutkan untuk minimal 5 hari dan sampai INR
dipertahankan >2 selama 24 jam.
Terapi LMWH/VKA direkomendasikan minimal 3 bulan dan dapat dengan aman diselesaikan pada pasien rawat jalan.
Tata Laksana Medis: DOAC vs VKA
Kelebihan: lebih sedikit interaksi obat-obat; dapat dikonsumsi oral dan (dalam beberapa kasus) tidak perlu bridging;
tidak perlu monitoring laboratorium sering, terbukti sama efektifnya dengan terapi VKA (Tabel 1).
Kelemahan: waktu paruh panjang (kurang cocok untuk rawat inap), kontraindikasi pasien fungsi hati dan/atau ginjal
buruk, belum diteliti dengan baik di semua populasi pasien (tidak direkomendasikan pada kasus keganasan aktif,
trombositopenia, risiko perdarahan tinggi), dabigatran dan rivaroxaban dikaitkan dengan peningkatan risiko perdarahan
GI pada beberapa pasien (apixaban dan edoxaban lebih aman, dikaitkan dengan risiko perdarahan lebih rendah dalam
uji coba AMPLIFY dan HOKUSAI-VTE).
Kesimpulan: DOAC sama efektifnya dengan warfarin. DOAC harus digunakan hati-hati pada populasi pasien
tertentu (usia lanjut, riwayat atrial fibrilasi atau faktor risiko jantung lain, atau memiliki peningkatan risiko perdarahan
GI).
Terima Kasih