Anda di halaman 1dari 29

Bab 2.

MEMBRAN dan SISTEM


TRANSPORT
2.1. Fungsi Membran

Membran adalah batas


luar dari sel dan
mengatur perpindahan
molekul melalui batas
tersebut.
 Membran
mengorganisasi sekuense
reaksi kompleks dan
merupakan sentral
konservasi energi
biologis dan komunikasi
antar sel.
 Aktivitas biologis membran berlangsung dengan sifat
fisik yang fleksibel, self sealing dan selektif
permeabel terhadap solut polar.
 Fleksibelitas memungkinkan perubahan bentuk sel
untuk bergerak maupun tumbuh.
 Kemampuan patah (break) dan reseal, maka dua
membran bisa saling berfusi dan berfisi pada
pembelahan sel.
 Sifat selektif permeabel memungkinkan sel
mempertahankan molekul atau ion tertentu dalam
sel dan dalam kompartemen tertentu serta monolak
yang lain.
 Pada permukaan sel, transporter membawa senyawa
organik dan anorganik tertentu melalui membran,
reseptor signal ekstraseluler dan mentriger
perubahan molekul dalam sel, serta mempertahankan
adhesi antar sel bertangga.
 Membran mempunyai protein yang berfungsi untuk
terjadinya atau katalisis proses seluler, seperti sintesis
lipid, protein dan transduksi energi.
2.2. Komposisi dan Arsitektur Membran
Tiap membran mempunyai komposisi Lipid polar
dan Protein tertentu.
 Adanya karbohidrat akan membentuk glikoprotein
dan glokolipid.
 Komposisi membran dapat digunakan untuk
memahami fungsi membran. Proporsi relatif protein
dan lipid yang berbeda untuk membran tertentu,
menunjukkan peranan yang berbeda.
 Komposisi utama protein dan lipid pada berbagai
plasma membran seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Semua membran biologi berbagi beberapa sifat
dasarnya.
 Membran impermeable hampir ke semua molekul
polar atau solute polar tetapi permeable untuk
senyawa non-polar.
 Studi dengan elektron mikroskop digabungkan
dengan studi komposisi kimia, sifat fisik
permeabilitas dan pergerakan dari molekul protein
dan lipid dalam membran, memberikan gambaran
struktur mozaik membran biologis seperti pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur mozaik membran biologis.
Rantai asam lemak di dalam membran berbentuk cair, bagian hidrofobik. Protein terikat
secara hidrofobik dengan lipid. Protein dan lipid bebas bergerak di bidang datar bilayer, tetapi
tidak melintasi ke dua bidang bilayer. Karbohidrat terikat pada protein dan lipid pada
permukaan luar membran.
 Bagian polar Fosfolipid mengarah ke permukaan
bilayer berinteraksi dengan fasa air.
 Protein melakukan interaksi secara hidrofobik
dengan lipid. Beberapa protein hanya terikat pada
satu bagian layer atau pada kedua layer.

Struktur dasar membran adalah lipid billayer.


 Gliserofosfolipid, spingolipid dan sterol secara
umum tidak larut dalam air. Dalam air akan
membentuk agregat dengan bagian polar
mengahadap ke air dan non-polarnya akan
beinteraksi satu sama lain dan berada di bagian
tengah.
 Bergantung pada komposisinya, maka agregat
amfifatik lipid akan membentuk Micelle, Billayer
atau Vesicle, Gambar 2.2.
 Micelle terjadi bila molekul amfifatik dikelilingi oleh
air.
 Billayer terbentuk bila head dan tail mirip seperti
pada gliserofosfolipid dan spingolipid.
 Vesicle terjadi bila struktur billayer pada tiap
bagian hidrofobik berinteraksi dengan air maka
strukturnya menjadi tidak stabil sehingga akan
membentuk struktur lebih stabil.
Gambar 2.2. Agregat lipid amfifatik dalam air.
(a). Micelle terbentuk bila hidrofobik berada di pusat dan tidak ada air pada bagian dalam
hidrofobik. (b). Billayer, semua rantai asil terlindungi dari interaksi dengan air. (c). Visicle
terjadi bila bilayer terbuka (dua dimensi) menekuk (fold) sendiri membentuk bilayer tertutup
(tiga dimensi) dan mengitari cavity air.
Tipe membran protein bergantung pada
keterikatannya dalam membran. Gambar 2.3 dan
2.4.
 Membran Protein Integral terikat kuat dengan
membran dengan interaksi hidrofobik antara lipid
bilayer dengan residu asam amino non-polar dari
protein. Hanya bisa dilepaskan dengan zat yang
bisa mempengaruhi interaksi hidrofobik seperti
deterjen.
 Membran Protein Periferal terasosiasi secara lemah
dengan membran melalui interaksi elektrostatik atau
ikatan hidrogen antara protein dengan gugus polar
lipid. Interaksi ini dapat dilepaskan dengan
perlakukan yang relatih lemah seperti perubahan pH
atau kuat ion.
 Membran Protein Amfifatik terasosiasi secara
reversibel dengan membran.
Gambar 2.3. Membran
Protein Periferal,Integral
dan Amfifatik.
Gambar 2.4
2.3. Membran Dynamics
• Lipid dalam membran bisa dalam bentuk liquid
ordered atau liquid disordered. Sifat cair dipengaruhi
oleh temperatur, komposisi asam lemak dan
kandungan sterol.
• Difusi Flip-flop dari lipid antara lapisan dalam dan
luar membran berlangsung sangat lambat, kecuali
jika prosesnya dikatalisis oleh enzim. Gambar 2.5.
• Membran dari dua sel dapat berfusi tanpa
meninggalkan kontinyuitasnya. Gambar 2.6. Fusi
merupakan proses biologi yang sering terjadi, seperti
pada pembelahan sel.
Gambar 2.5. Pergerakan fosfolipid pada membran billayer.
Gambar 2.6. Fusi membran.
Fusi 2 membran merupakan sentral dari proses selular, termasuk organel dan membran plasma
2.4. Transport Solute Melewati Membran

Setiap organisme membutuhkan bahan baku dari


lingkungannya untuk biositesis dan produksi energi
serta melepaskan hasil samping metabolisme ke
lingkungan.
 Secara umum proses transport ditampilkan pada
Gambar 2.7. Gambaran pergerakan solute melalui
membran permeabel seperti Gambar 2.8.
 Beberapa senyawa non-polar dapat diserap oleh lipid
billayer dan ditransport melintasi membran, tetapi
tidak demikian untuk beberapa senyawa polar dan ion.
Gambar 2.7.
Ringkasan dari
tipe transport

Ionosphere mediated
Ion transport (down
Electrochemical
gardient
Gambar 2.8. Pergerakan solute melintasi membran permeabel.
(a). Pergerakan solute netral, sampai terbentuk konsentrasi yang sama.
(b). Pergerakan solute bermuatan , sampai terbentuk elektropotensial = nol.
 Ion mungkin melintas melalui ion channel terbuat dari
protein , atau melalui ionosphere, molekul kecil yang
melingkupi muatan yang memungkinkan berdifusi
melalui membran bilayer.
 Ada beberapa pengecualian perpindahan molekul kecil
melintasi membran dimediasi oleh protein seperti
transmembrane channel, carriers or pumps.
Transport Pasif difasilitasi oleh membran protein.
 Dalam beberapa kasus membran protein dapat
memfasilitasi transport senyawa polar atau ion
dengan cara menurunkan konsentrasinya.
 Diffusi sederhana terjadi bila terdapat perbedaan
konsentrasi terlarut, Gambar 2.8a.
 Bila muatan ion terpisah pada bagian berbeda
membran, maka akan terjadi perbedaan gradien
muatan yang disebut potensial membran (Vm,
mVolt). Perbedaan tersebut akan menyebabkan
perpindahan muatan untuk menurunkan Vm, Gambar
2.8b.
 Transport dapat juga berlangsung tanpa gradien
konsentrasi dan muatannya, namun kasus ini memerlukan
energi.
 Energi bisa berasal dari hidrolisis ATP, atau karena
penurunan gradient elektrokimia solute menghasilkan
energi yang cukup untuk proses transport.
 Senyawa polar atau ion untuk dapat melintasi membran
harus melepaskan interaksinya dengan air terlebih dulu.
Sejumlah energi dibutuhkan untuk melepaskan hidrasi dan
melintasi membran sebesar energi aktivasi (G*). Gambar
2.9.
 Membran protein akan menurunkan energi aktivasi untuk
memfasilitasi difusi atau Transpor Pasif. Membran protein
tersebut disebut sebagai Transporter atau Permeases.
Gambar 2.9. Perubahan
energi selama proses
pelintasan terlarut hidrofilik
melalui lipid billayer
membran.
(a). Difusi sederhana,
melepaskan hidrasi,
membutuhkan G* yang tinggi.
(b). Protein Transporter,
menurunkan G* untuk difusi
transmembran.
Transporters dapat dikelompokkan menjadi Carriers
dan Channels. Gambar 2.11.
 Carriers mengikat substrat secara stereospesifik,
mengkatalis transport dengan laju dibawah difusi bebas.
Biasanya berupa protein monomerik.
 Channels biasanya membiarkan pergerakan transmembran
pada laju yang lebih besar dari carriers. Channels kurang
stereospesifik. Biasanya merupakan protein oligomerik.
 Beberapa channels bekerja dengan cara menurunkan
gradien konsentrasi dan disebut sebagai Transporters
Pasif.
 Transporter Aktif dapat mengarahkan substrat melalui
gradien konsentrasi menggunakan energi reaksi
(Transporter Aktif Primer) dan beberapa menggabungkan
transport tinggi dari satu substrat dengan transport rendah
dari substrat lain (Transporter Aktif Sekunder).
Transporters

Carriers Channels

Transporter
Aktif Primer

Transporter Transporter
Aktif Sekunder Pasif

Gambar 2.11. Klasifikasi Transporters


 Berdasarkan pergerakan solutenya, sistem transport
dapat dikelompokkan menjadi :
• (a) Uniport, bila transporter hanya membawa satu
substrat, contoh erytrocyte glucose transporter.
• (b). Symport, dua substrat bergerak simultan dengan
arah sama.
• (c). Antiport, dua substrat bergerak dengan arah
yang berlainan. Gambar 2.12.
Gambar 2.12. Tiga klas Sistem transport

Anda mungkin juga menyukai