Kelompok 12
NI PUTU RINA WIDYASTUTI ( 1902622010182 / 24 )
NI KETUT YUSTIKA SARI DEVI ( 1902622010187 / 29 )
KOPERASI DAN SISTEM EKONOMI INDONESIA
5.1 Variabel Kinerja Koperasi dan Prinsip Pengukuran Kinerja
Koperasi
5.2 Kelembagaan, Keanggotaan, Volume Usaha, Permodalan,
Aset dan SHU
5.3 Efisiensi Koparasi
5.4 Klasifikasi Koperasi
Variabel Kinerja Koperasi dan Prinsip
Pengukuran Kinerja Koperasi
A. Variabel kerja
Secara umum, variable kinerja koperasi yang diukur untuk meli
hat perkembangan atau pertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia
terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi
perprovinsi,jumlah koperasi perjenis/kelompok koperasi,
jumlah koperasi aktif dan nonaktif), keanggotaan, volume usaha,
permodalan, asset, dan sisa hasil usaha.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja :
2. Faktor Kepemimpinan (leadership
factors) berkaitan dengan kualitas
dukungan dan pengarahan yang 5. Faktor situasi (contextual/ situational
diberikan oleh pimpinan, manajer, factors) berkaitan dengan tekanan dan perubahan
atau ketua kelompok kerja. lingkungan, baik lingkungan internal atau eksternal.
B. Pengertian Pengukuran Kinerja
A. Seluruh aktivitas kerja yang signifikan C. Kerja yang tak diukur sebaiknya
harus diukur. diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
A. Kelembagaan
Volume Usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan
jasa pada suatu periode atau tahun buku yag bersangkutan. Dengan demikian
volume usaha koperasi adalah akumulasi nilai penerimaan barang dan jasa
sejak awal tahun buku sampai akhir tahun buku.
D. Permodalan
Ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh koperasi dalam kaitannya dengan permodalan, yaitu :
1. Bahwa pengendalian dan pengelolaan koperasi harus tetap berada ditangan anggota dan tidak
perlu dikaitkan dengan jumlah modal atau dana yang bisa ditanam oleh seseorang anggota
dalam koperasi (member investors) dan berlaku ketentuan, satu anggota satu suara.
2. Bahwa modal harus dimanfaatkan untuk usaha – usaha yang bermanfaat bagi anggota.
3. Bahwa kepada modal hanya diberikan balasan jasa yang terbatas. Ini adalah sesuai dengan
asas koperasi yaitu: “limited returns on ekuity capital”.
4. Bahwa untuk membiayai usaha – usaha nya yang efisien, koperasi pada dasarnya
membutuhkan modal yang cukup.
5. Bahwa usaha – usaha dari koperasi harus dapat membantu pembentukan modal baru .
6. Bahwa kepada saham koperasi (share), yang di Indonesia adalah ekuivalen dengan
simpanan pokok, tidak bisa diberikan suatu premis diatas nilai nominalnya, meskipun
seandainya nilai bukunya bisa saja bertambah.
Sumber – Sumber Permodalan
Modal Dasar
Sebagai penggerak ekonomi rakyat dan sebagaimana soko guru perekonomian nasional,
koperasi sering mendapat hubungan dari berbagai pihak dalam bentuk dan tuan atau
sumbangan barang modal untuk menjalankan usahanya. Barang modal tersebut dapat
diakui sebagai asset tetap milik koperasi walaupun asset tetap tersebut tidak dapat dijual
untuk menutup risiko kerugian. Asset-asset yang dikelola koperasi, tetapi bukan milik
koperasi, tidak diakui sebagai asset dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan
keuangan. misalnya dana pemeliharaan jalan dan peremajaan kebun pada koperasi
perkebunan kelapa sawit. Dana tersebut tidak diakui sebagai asset koperasi. Namun
sebagai pengelola koperasi harus membuat pertanggung jawaban tersendiri dan keberadaan
dana tersebut harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
F. Sisa Hasil Usaha (SHU)
Istilah sisa hasil usaha atau SHU dalam organisasi badan usaha koperasi dapat dipandang dari dua sisi.
Dari sisi pertama, SHU ditentukan dari cara menghitungnya yaitu seperti yang disebut di dalam pasal
45 Ayat (1) Undang – undang Perkoperasian. Sehingga SHU adalah merupakan laba atau keuntungan
yang diperoleh dari menjalankan usaha sebagaimana layaknya sebuah perusahaan bukan koperasi. Dari
sisi kedua, sebagai badan usaha yang mempunyai karakteristik dan nilai – nilai tersendiri, maka sebutan
sisa hasil usaha merupakan makna yang berbeda dengan keuntungan atau laba dari badan usaha bukan
koperasi.
Untuk melihat gambaran mengenai cara perhitungan SHU koperasi berikut
dipaparkan berdasarkan beberapa jenis koperasi :
Kunci utama efisiensi koperasi adalah pelayanan usaha kepada anggotanya. Koperasi yang
dapat menekan biaya serendah mungkin tetapi anggota tidak memperoleh pelayanan yang baik
dapat dikatakan usahanya tidak efisian di samping tidak memiliki tingkat efektifitas yang tinggi,
sebab dampak kooperatifnya tidak dirasakan anggota.
Berkenaan dengan kepentingan kepentingan tertentu terhadap hasil hasil dari berbagai kegiatan
koperasi dibanyak negara sedang berkembangan, kita dapat membedakan tiga jenis efesiensi
dengan koperasi.
B. Efesiensi yang berkaitan dengan
pembangunan
A. Efesiensi pengelolaan
Evaluasi atas efesiensi yang
C. Efesiensi yang berkaitan dengan pembangunan
Usaha pertama tama perlu
berorientasi pada (atau efesiensi pembangunan) dari
dievaluasi apakah dan sejauh
kepentingan para anggota organisasi swadaya koperasi
mana suatu operasi dikelolah
berkaitan dengan penilaian atas
secara efesien dalam rangka
Efesiensi yang berorientasi dampak - dampak yang secara
mencapai tujuan tujuannya
pada kepentingan para langsung atau tidak langsung
sebagai suatu lembaga
anggota (atau efesiensi ditimbulkan oleh koperasi sebagai
(ekonomi/usaha) yang mandiri.
anggota) adalah suatu kontribusi koperasi terhadap
tingkat, dimana, melalui pencapaian tujuan tujuan
berbagai kegiatan pembangunan pemerintah.
pelayanan yang bersifat
menunjang dari
perusahaan koperasi itu,
kepentingan dan tujuan
para anggota tercapai.
Klasifikasi Koperasi
1. Klasifikasi Menurut
Fungsinya
A. Koperasi Konsumsi (Pembelian). Koperasi konsumsi adalah koperasi yang fungsinya untuk membeli
atau pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan anggotanya sebagai konsumen.
B. Koperasi Distribusi (pemasaran). Koperasi Distribusi atau penjualan atau pemasaran adalah koperasi
yang fungsinya untuk mendistribusikan barang dimana anggotanya berperan sebagai penjual barang dan
jasa kepada konsumen.
C. Koperasi Produksi. Koperasi produksi adalah koperasi yang fungsinya untuk menghasilkan barang dan
jasa dimana anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyaan yang akan menghasilkan suatu produk
tertentu.
D. Koperasi Jasa. Jasa adalah koperasi yang fungsinya untuk penyelenggaraan atau pelayanan jasa yang
dibutuhkan oleh anggotanya. Anggota koperasi jasa berperan sebagai pemilik dan pengguna layanan jasa
koperasi.
Klasifikasi Koperasi
A. Koperasi desa adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari penduduk desa yang
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dalam koperasi dan menjalankan aneka usaha
dalam suatu lingkungan tertentu.
B. Koperasi Unit Desa ini lahir berdasar Instruksi Presiden Republik Indonesia No.4 Tahun 1973,
adalah bentuk antara dari Badan Usaha Unit Desa (BUUD) sebagai suatu lembaga ekonomi
berbentuk koperasi, yang pada tahap awalnya merupakan gabungan dari koperasi koperasi
pertanian atau koperasi desa dalam wilayah Unit Desa, yang dalam perkembangannya kemudian
dilebur atau disatukan menjadi satu KUD.
SESI TANYA JAWAB