Anda di halaman 1dari 30

Kuliah #2 Ekologi Manusia

Sejarah, konsep, dan prospek


Ekologi Manusia

Tim Dosen Ekologi


Tinjauan Singkat Mengenai Konsep
Ekologi Manusia
• Secara konsep dapat dijelaskan bahwa ekologi manusia adalah
studi yang mengkaji interaksi manusia dengan lingkungan.
Mengapa interaksi manusia dan lingkungan perlu dikaji karena
manusia merupakan mahluk hidup yang dominan secara ekologik.
Sehingga manusia dapat berkompetensi secara lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
• Ekologi manusia secara analitik dibedakan menjadi dua yaitu sistem
alam dan sistem sosial. Kedua system tersebut saling berhubungan
timbal balik terus menerus dan teratur melalui aliran energi, materi
dan informasi sehingga terjadi proses seleksi dan adaptasi.
• Lingkungan manusia didefiniskan sebagai segala sesuatu yang
berada di sekitar manusia yang berpengaruh pada kehidupan
manusia itu sendiri.
Tinjauan Singkat Mengenai Konsep
Ekologi Manusia
• Faktor system biofisik atau ekosistem adalah berupa iklim,
udara, air, tanah, tanaman, binatang. Di alam nyata terjadi
daur (siklus) materi dan energy hanya satu arah yaitu dari
alam, terjadi arus energy sedangkan materi terdapat pada
arus informasi.
• Timbulnya perubahan hubungan interaksi manusia dan
lingkungan sekitar disebabkan oleh faktor internal seperti
pertambahan penduduk dan eksternal seperti
perkembangan ekonomi pasar, pembangunan, kebijakan
pemerintah.
• Salah satu pelopor ekologi manusia adalah Auguste Comte
tahun 1800 yang mempopulerkan istilah rekonstruksi sosial.
Secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa Ekologi
manusia adalah disiplin ilmu yang menyelidiki pola dan
proses interaksi manusia dengan lingkungannya. Nilai-nilai
kemanusiaan, kekayaan, gaya hidup, penggunaan sumber
daya, dan limbah, dll. Harus mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan biotik di sepanjang
gradien perkotaan-pedesaan. Sifat interaksi ini adalah
topik penelitian ekologi yang sah dan salah satu yang
semakin penting.
Sejarah Ekologi Manusia
• Perlu diketahui ekologi bukan hanya biologis, tapi juga ilmu
manusia. [5] 
• Ilmuwan sosial awal dan berpengaruh dalam sejarah
ekologi manusia adalah Herbert Spencer. Spencer
dipengaruhi oleh dan membalas pengaruhnya pada karya
Charles Darwin.
• Herbert Spencer menciptakan frase “survival of the fittest",
dia adalah pendiri awal sosiologi di mana dia
mengembangkan gagasan masyarakat sebagai organisme,
dan dia menciptakan preseden awal untuk pendekatan
sosio-ekologis yang merupakan tujuan dan hubungan
selanjutnya sosiologi dan ekologi manusia. 
Sejarah Ekologi Manusia
• Sejarah ekologi manusia memiliki akar yang kuat
di departemen geografi dan sosiologi pada akhir
abad ke-19.  
• George Perkins Marsh, adalah salah satu tokoh
yang paling berperan dalam Pengembangan
sejarah besar yang mendorong penelitian
kedalam hubungan ekologi antara manusia dan
lingkungan perkotaannya.
• Marsh tertarik pada agen aktif interaksi manusia-
alam yang sering mengacu pada ekonomi alam
Sejarah Ekologi Manusia
• Istilah "ekologi manusia" pertama kali muncul secara
formal di bidang sosiologi dalam buku tahun 1921
" "Introduction to the Science of Sociology", yang
diterbitkan oleh Robert E. Park dan Ernest W. Burgess
di departemen sosiologi Universitas Chicago. 
• Lalu diperkuat oleh Roderick D McKenzie yang
menjadikan ekologi manusia sebagai sub-disiplin di
sekolah Chicago.
• Para tokoh ini menekankan perbedaan antara ekologi
manusia dan ekologi secara umum dengan menyoroti
evolusi budaya  dalam masyarakat manusia.
Kesipulan mengenai Sejarah Ekologi Manusia

• Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal


antara lain:
• Ekologi manusia memiliki sejarah akademis yang
terfragmentasi dengan perkembangan yang tersebar di
berbagai disiplin ilmu, termasuk: ekonomi rumah tangga,
geografi, antropologi, sosiologi, zoologi, dan psikologi. 
• Beberapa penulis berpendapat bahwa geografi adalah ekologi
manusia. Banyak perdebatan sejarah yang bertumpu pada
penempatan manusia sebagai bagian atau terpisah dari alam. 
• Meskipun istilah 'ekologi manusia' dipopulerkan pada tahun
1920-an dan 1930-an, studi di bidang ini telah dilakukan sejak
awal abad kesembilan belas di Inggris dan Prancis.
Determinisme Lingkungan
• Apa yang dimaksud dengan determinisme lingkungan?
• Determinisme lingkungan adalah keyakinan bahwa lingkungan,
terutama faktor fisiknya seperti bentang alam dan iklim,
menentukan pola budaya manusia dan perkembangan masyarakat.
• Penentu lingkungan percaya bahwa faktor ekologi, iklim, dan
geografis saja bertanggung jawab atas budaya manusia dan
keputusan individu. Selain itu kondisi sosial hampir tidak
berdampak pada perkembangan budaya.
• Argumen utama determinisme lingkungan menyatakan bahwa
karakteristik fisik suatu kawasan seperti iklim memiliki pengaruh
yang besar terhadap pandangan psikologis penghuninya. 
Bandingkan rumah masyarakat ini
Determinisme Lingkungan
• Determinisme lingkungan adalah pandangan yang meyakini bahwa
manusia sepenuhnya adalah produk dari lingkungannya.
• Argumentasi ini menegaskan bahwa semua aspek budaya dan perilaku
manusia disebabkan langsung oleh pengaruh lingkungan (Gambar 1).
• Dalam pandangan ini factor-factor lingkungan bukan saja menentukan
karakteristik-karakteristik kebudayaan, tetapi, factor-factor lingkungan
juga berperan dalam pembentukan kebudayaan (Moran, 1982:24;
Milton, 1996:40)
• Dengan kata lain, pandangan ini berpendapat bahwa sosial manusia,
dan tingkah laku manusia Sebagian besar ditentukan oleh habitat alami
dimana mereka tinggal (Ellen, 1982:1).
• Jadi, berdasarkan teori tersebut ditegaskan bahwa seluruh aspek-aspek
kebudayaan manusia dan tingkah lakunya disebabkan secara langsung
oleh pengaruh pengaruh lingkungan. (Rambo, 1983)
Gambar 1. Model Determinisme Lingkungan
Sumber: Rambo (1983)

Model Teori Environmental Determinism dalam pembentukan Kebudayaan manusia yang


dipengaruhi factor-factor lingkungan, seperti iklim, topografi, lokasi geografi, dan
sumberdaya alam. Sumber Rambo (dalam Iskandar, 2009)
Determinisme Lingkungan
• Pengikut teori ini utamanya dari disiplin ilmu geografi seperti Fredrich Ratzel dan Ellen C.
Semple.
• Berdasarkan teori ini dicontohkan bahwa factor-factor lingkungan ideal yang dimiliki oleh
negara Yunani telah menjadi factor kondusif untuk berkembangnya kebudayaan dan kekuatan
politik dilautan tengah (Mediterranean)
• Bangsa telah menjadi bangsa pelaut, karena mereka adalah penghuni kepulauan yang
dikelilingi oleh lautan
• Namun, klaim korelasi kausal antara lingkungan dan budaya dengan mudah dibantah setelah
dipertimbangkan dengan cermat.
• Misalnya, Tasmania, yang tinggal di sebuah pulau yang tidak berbeda dengan pulau yang
dihuni oleh Inggris, tidak membuat kapal
• Suku-suku Arab yang telah mengembara di gurun yang sangat luas itu selama ribuan tahun
sebelum kemunculan Muhammad adalah orang-orang yang percaya pada jajaran berhala
yang besar
• Limbah es yang pernah dilintasi kereta luncur anjing Eskimo kini menjadi ajang balapan mobil
salju di samping jaringan pipa minyak raksasa.
• Sehingga, Ada terlalu banyak variasi dalam perilaku manusia dalam tatanan geografis yang
tampaknya serupa untuk ditentukan oleh lingkungan.
Possibilisme Lingkungan
• Teori environmental possibilism berkembang ditengah banyaknya kritik
pada teori environmental determinism.
• Beberapa pendukung teori ini menyatakan bahwa factor-factor
lingkungan membatasi kebudayaan, tetapi tidak menentukan
kebudayaan manusia (Ellen, 1982:81; Milton, 1996:42)
• Senada dengan hal tersebut, Rambo (1983), menyebutkan bahwa
lingkungan tidak langsung menyebabkan perkembangan kebudayaan
secara spesifik keberadaan atau tidak adanya factor-factor lingkungan
khusus menempatkan pembatasan-pembatasan terhadap
perkembangan kebudayaan
• Pendukung pendapat ini berbendapat bahwa penduduk pulau bisa
menjadi pelaut, tetapi penduduk Mongolia dalam tidak bisa; Penduduk
daerah beriklim sedang mungkin mempraktikkan pertanian, tetapi
mereka yang tinggal di garis lintang kutub tidak bisa.
Gambar 2. Model Possibilisme Lingkungan
(Sumber, Rambo 1983)
Kebudayaan

Karakter

Saring L
ingkung
an

Model teori environmental possibilism “factor-factor lingkungan sebagai factor


pembatas dalam perkembangan kebudayaan manusia” Sumber Rambo (dalam Iskandar,
2009)
Konsep Ekologi Budaya
• Teori Cultural Ecology digagas oleh Julian Steward. Steward
berpendapat ekologi manusia didasarkan pada asumsi bahwa
kebudayaan telah berkembang di dalam lingkungan-lingkungan local.
• Steward mengidentifikasi suatu kebudayaan inti (a cultural core), yaitu
bagian-bagian kebudayaan yang memiliki kaitan paling erat terhadap
aktivitas-aktivitas subsisten dan penyusunan ekonomi.
• Metodologi tentang ekologi kebudayaan terdiri dari 3 fase, yaitu:
• Menganalisishubungan-hubungan timbal balik antara lingkungan
dengan eksploitatif atau teknologi produktif
• Menganalisis pola-pola tingkah laku menyangkut dengan spesifik
teknologi yang sesuai di suatu daerah tertentu
• Menganalisis pada taraf tertentu bagian-bagian kebudayaan lain
dipengaruhi oleh pola-pola kebudayaan tersebut yang harus diketahui
secara pasti (Ellen, 1982:53; Moran, 1982:43; Milton, 1996:43)
Ekologi Budaya
• Ekologi budaya adalah studi tentang adaptasi manusia terhadap
lingkungan sosial dan fisik. [1] 
• Adaptasi manusia mengacu pada proses biologis dan budaya yang
memungkinkan suatu populasi untuk bertahan hidup dan berkembang biak
dalam lingkungan tertentu atau berubah. [2]
•  Ini dapat dilakukan secara diakronis (memeriksa entitas yang ada di zaman
yang berbeda), atau secara sinkronis (memeriksa sistem saat ini dan
komponennya). 
• Argumen utamanya adalah bahwa lingkungan alam, dalam skala kecil atau
masyarakat subsisten yang sebagian bergantung padanya, merupakan
kontributor utama bagi organisasi sosial dan lembaga manusia lainnya. 
• Dalam ranah akademik, jika dipadukan dengan kajian  ekonomi politik ,
kajian ekonomi sebagai politik, menjadi ekologi politik., subbidang
akademik lain. 
Cultural Ecology Model “tidak semua
kebudayaan manusia dapat dijelaskan
dalam istilah-istilah ekologi dan banyak
sifat-sifat yang ada secara sederhana
hasil difusi dari kelompok tetangganya.
Namun, beberapa inti kebudayaan
manusia, yaitu teknologi, ekonomi,
populasi dan organisasi sosial
mempunyai peranan signifikan manusia
dalam beradaptasi dengan lingkungannya
Lanjutan
• Beberapa pendukung pandangan ekologi kebudayaan
mengemukakan bahwa ciri-ciri kebudayaan, seperti halnya ciri-
ciri biologi, dapat dianggap adaptif atau mal-adaptif.
• Banyak pengikut teori ini berasumsi bahwa adaptasi kebudayaan
melibatkan mekanisme seleksi secara alami. Pada umumnya ,
masyarakat tersebut lebih sering bertahan (survive) dan berhasil
bereproduksi. Hal ini menunjukkan suatu adaptasi yang lebih
baik.
• Dengan demikian lingkungan, termasuk lingkungan fisik dan
lingkungan sosial mempengaruhi perkembangan dari ciri-ciri
kebudayaan, dimana individu atau populasi yang berperilaku
tertentu memiliki tingkat perbedaan terhadap keberhasilan
survival dan reproduksi.
Lanjutan
• Kalangan cultural ecologist mencoba menjelaskan variasi
kebudayaan dengan menyarankan bagaimana suatu ciri
kebudayaan tertentu dapat adaptif dilingkungan fisik atau
lingkungan sosial tertentu.
• Konsep steward tentang ekologi kebudayaan telah membuktikan
strategi yang kuat dan efektif untuk riset ekologi manusia.
• Studi tersebut menawarkan pengertian baru bagaimana
masyarakat-masyarakat tradisional secara efektif
mengadaptasikan diri terhadap lingkungan mereka.
• Keberhasilan yang telah dicapai terutama dalam studi skala kecil
padakomunitas-komunitas tradisional, khususnya suatu hubungan
stabil yang telah dibentuk antara suatu populasi static dan
lingkungan yang tidak berubah.
Antropologi Ekologi
• Antropologi ekologi adalah sub-bidang antropologi  dan didefinisikan
sebagai "studi tentang adaptasi budaya terhadap  lingkungan". [1] 
• Sub-bidang ini juga didefinisikan sebagai, "studi tentang hubungan
antara populasi manusia dan lingan biofisiknya ". [2] 
• Fokus penelitiannya adalah tentang "bagaimana keyakinan dan
praktik budaya membantu populasi manusia beradaptasi dengan
lingkungan mereka, dan bagaimana orang menggunakan elemen
budaya mereka untuk mempertahankan ekosistem mereka ". [1] 
• Antropologi ekologi dikembangkan dari pendekatan ekologi budaya,
dan menyediakan kerangka konseptual  lebih cocok untuk penyelidikan
ilmiah daripada pendekatan ekologi budaya. [3] 
• Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan ini bertujuan untuk
mempelajari berbagai macam tanggapan manusia terhadapmasalah
lingkungan  . [3]
The Ecosystem-Based Model Of Human Ecology
• Teori ini didasarkan pada pendekatan konsep system ekologi yang telah diformulasikan oleh kalangan
ekologi biologi pasca perang dunia kedua.
• Andrew vayda dan Roy Rapoport menyarankan bahwa berbagai studi tentang bagaimana kebudayaan
diadaptasikan terhadap lingkungan seyogyanya harus difokuskan terhadap hubungan khusus antara
populasi manusia dengan ekosistemnya, dimana ekosistem yang dimaksud adalah suatu system
ekologi yang membentuk hubungan timbal balik antara suatu mahluk dengan mahluk lainnya dan
dengan komponen-komponen abiotic seperti tanah, air dan iklim disuatu daerah tertentu.
• Berdasarkan pandangan kedua antropolog tersebut, manusia merupakan bagian dari ekosistem yang
dapat saling berhubungan dengan populasi mahluk lainnya, seperti spesies flora dan fauna serta
berinteraksi dengan komponen-komponen abiotic, seperti iklim, tanah, air dimana mereka tinggal.
• Jadi, ekosistem bukan berdasar kebudayaan yang kemudian menjadi unit dasar dari analysis dalam
konsep kerangka kerja ekologi manusia.
• Ciri-ciri kebudayaan yang diperhatikan hanya sebagai factor yang berkontribusi terhadap bertahannya
populasi dalam konteks ekosistem.
• Pendekatan human ecologi lebih menekankan pada survival
biologi dari populasi , ketimbang keteguhan system sosial
budaya yang mana populasi-populasi ini berperan serta
• Ciri-ciri kebudayaan dipelajari dalam hal kemungkinan
kontribusi mereka membuat suatu adaptasi terhadap
ekosistemnya, ketimbang sebagai bagian system saling
pertalian dalam hak mereka, perhatian tradisional dari
kalangan ahli sosial.
Ecosystem-Based model “manusia merupakan
bagian dari ekosistem, yang dapat saling
berhubungan dengan populasi mahluk lainnya di
alam.
The Actor Based Model of Human Ecology
• Model ecology manusia yang berlandaskan actor telah berkembang menjadi teori baru dalam
ekologi manusia (Rambo, 1983). Dari perspektif ini adaptasi manusia terhadap lingkungan dilihat
sebagai kejadian, bukan sebagai hasil dari seleksi alami pada kebudayaan atau level system sosial
• Adaptasi manusia lebih sebagai hasil dari ribuan keputusan individu tentang bagaimana interaksi
yang paling baik dari ribuan keputusan individu tentang bagaimana interaksi yang paling baik
dengan lingkungannya.
• Individu-individu diasumsikan membuat pilihan-pilihan secara konstan tentang bagaimana
mengeksploitasi berbagai sumberdaya yang tersedia Ketika menanggulangi bahaya-bahaya
lingkungan
• Siapa yang mengambil pilihan yang cocok akan survive dan berhasil baik, dan sebaliknya, siapa yang
mengambil pilihan yang kurang bijak tidak akan bertahan terhadap lingkungannya.
• Seiring dengan waktu, strategi-strategi adaptasi yang berhasil akan di institusikan sebagai norma-
norma kebudayaan, akan tetapi norma-norma tersebut tidak lebih hanya sekedar hasil statistic dari
pilihan-pilihan individu dan tidak independent.
Actor Based Model “adaptasi manusia terhadap lingkungan dilihat sebagai kejadian bukan
sebagai hasil dari seleksi alami pada kebudayaan atau level system sosial. Tetapi lebih
sebagai hasil akibat ribuan keputusan-keputusan individu tentang bagaimana interaksi yang
paling baik dengan lingkunannya.
The System Model of Human Ecology
Model ini menekankan pada empat aspek, yaitu:
• Asupan-asupan dari ekosistem ke dalam system sosial, yaitu
asupan-asupan ini dalam bentuk arus arus energi (antara lain
pangan, minyak bumi), material (antara lain protein, bahan-
bahan bangunan), atau informasi (antara lain suara-suara,
stimulus visual)
• Asupan-asupan dari system sosial kedalam ekosistem, yaitu,
lagi-lagi dalam hal ini dalam bentuk arus energi, material atau
informasi yang digerakkan oleh aktivitas manusia.
• Perubahan dalam institusi-institusi penyusun system sosial, dalam merespon asupan-asupan dari
ekosistem. Perubahan ini dapat bersidat primer, misalnya, meningkatnya laju kematian disebabkan
penularan penyakit yang menyebabkan perubahan-perubahan struktur populasi dari masyarakat,
atau bersifat sekunder, misalnya institusi lain mengalami perubahan perubahan dalam merespon
perubahan ekosistem akibat perubahan primer dalam satu institusi. Perubahan system sosial dalam
merespon asupan-asupan dari ekosistem mungkin dan kerap kali adaptif, dimana, ekosistem
mempunyai kontribusi keberlanjutan survival dari system sosial di bawah berbagai perubahan
kondisi lingkungan
• Perubahan-perubahan ekosistem dalam merespon asupan-asupan dari system sosial. Yaitu sebagai
perubahan-perubahan masyarakat dalam merespon pengaruh lingkungan dan perubahan
ekosistem dalam merespon pengaruh manusia. Perubahan-perubahan tersebut bersifat primer,
menyebabkan dampak langsung pada aktivitas manusia pada suatu komponen ekosistem. Misalnya
membunuh suatu spesies binatang dengan perburuan berlebihan atau secara sekunder, yaitu,
mengubah komponen-komponen ekosistem lain yang menyebabkan perubahan primer
antropogenik dalam satu komponen.
Manusia dengan system
sosialnya secara terus menerus
melakukan interaksi timbal
balik dengan ekosistem secara
terintegrasi
Daftar Pustaka

Frake, Charles O. (1962). "Cultural Ecology and Ethnography". American Anthropologist. 64 (1): 53–59. doi:


10.1525/aa.1962.64.1.02a00060. ISSN 0002-7294. JSTOR 666726.
Joralemon, David (2010). Exploring Medical Anthropology. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall. p. 165. ISBN 
978-0-205-69351-1.
Duncan, James (2007). A Companion to Cultural Geography. Wiley-Blackwell. pp. 14–22. ISBN 978-1405175654.
Barnett, Anthony (2016). The human species. Penguin Books Limited (1957).
 Kottak, Conrad Phillip (2010). Anthropology : appreciating human diversity (14th ed.). New York: McGraw-Hill. pp. 
579–584. ISBN 978-0-07-811699-5.
Townsend, Patricia K. (2009). Environmental anthropology : from pigs to policies(2nd ed.). Prospect Heights, Ill.:
Waveland Press. pp. 104. ISBN 978-1-57766-581-6.
Moran, Emilio F. (2006). People and nature : an introduction to human ecological relations (3. [repr.]. ed.). Malden,
MA: Blackwell Publishing. pp. 31–32. ISBN 978-1-4051-0572-9.
Kottack, Conrad. (1999). "The New Ecological Anthropology" (PDF). American Anthropologist. 1: 23–35. doi:
10.1525/aa.1999.101.1.23. hdl:2027.42/66329.
 Kottak, Conrad P. (March 1999). "The New Ecological Anthropology" (PDF). American Anthropologist. Blackwell
Publishing. 101 (1): 23–35. doi:10.1525/aa.1999.101.1.23. hdl:2027.42/66329. JSTOR 683339

Anda mungkin juga menyukai