Anda di halaman 1dari 20

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

SESI IV
Ns. Dalia Novitasari S.Kep,M.Kep
SESI 4
MENGHADIRKAN DIRI SECARA
TERAPEUTIK
DIMENSI RESPON DAN TINDAKAN
DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
SKEMA SIKAP
PERAWAT
DALAM
KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
MENGHADIRKAN DIRI PERAWAT
SECARA TERAPEUTIK

Berhadapan
Berhadapan Berjabattangan
Berjabat tangan

Kontakmata
Kontak mata Rileks
Rileks

Membungkuk
Membungkuk ke ke Pertahankan
arahpasien
pasien Pertahankan
arah sikap terbuka
sikap terbuka
 Dalam komunikasi perawat harus menghadap
POSISI ke klien, tidak boleh membelakangi, atau duduk
BERHADAPAN menyamping.
 Dengan posisi ini, perawat dapat melihat secara
jelas apa yang tampak secara verbal maupun
nonverbal klien.
 Arti posisi ini adalah saya siap membantu Anda.

MEMPERTAHA Kontak mata pada level yang sama berarti


N KAN menghargai klien dan menyatakan keinginan
untuk tetap berkomunikasi
KONTAK MATA
Posisi membungkuk ke arah klien
MEMBUNGKU ini menunjukkan keinginan untuk
K KE ARAH mengatakan atau mendengarkan
KLIEN. sesuatu.

Selama berkomunikasi, perawat


MEMPERTAHAN tidak melipat kaki atau tangan
KAN SIKAP karena sikap ini menunjukkan
TERBUKA tidak ada keterbukaan perawat
dalam berkomunikasi.
 Tetap dapat mengontrol keseimbangan
TETAP antara ketegangan dan relaksasi dalam
RELAKS memberikan respons pada klien.

 Menunjukkan perhatian dan memberikan


BERJABAT kenyamanan pada pasien serta
TANGAN penghargaan atas keberadaannya.
Berjabatan tangan juga dapat memberi
kesan keakraban dan kedekatan antara
perawat dan klien
1. IKLAS
SIKAP
2. MENGHARG
DALAM AI
DIMENSI
RESPON 3. EMPATI
4. KONGKRET
 Ikhlas (Genuiness): perawat menyatakan dan menunjukkan
sikap keterbukaan, jujur, tulus, dan berperan aktif dalam
berhubungan dengan klien.
 Perawat merespons tidak dibuat-buat dan mengekspresikan
perasaan yang sesungguhnya secara spontan.
IKLAS
 Menghargai: perawat menerima klien apa adanya. Sikap tidak
menghakimi, tidak mengejek, tidak mengkritik, ataupun tidak
MENGHARGAI menghina;
 Ditunjukkan oleh perawat melalui, misalnya, duduk diam
menemani klien ketika klien menangis; bersedia menerima
permintaan klien untuk berdiskusi atau bercerita tentang
pengalaman; bahkan minta maaf atas ucapan dan perilaku
perawat yang menyinggung klien
 Empati (empathy) merupakan kemampuan perawat
untuk memasuki pikiran dan perasaan klien
sehingga dapat merasakan apa yang sedang
dirasakan dan dipikirkan klien.
EMPATI  Melalui rasa empati, perawat dapat mengidentifikasi
kebutuhan klien dan selanjutnya membantu klien
mengatasi masalahnya.
 Konkret: perawat menggunakan kata-kata yang
spesifik, jelas, dan nyata untuk menghindari
KONKRET keraguan dan ketidakjelasan penyampaian
1. KONFRONTASI
2. KESEGERAAN
SIKAP 3. KETERBUKAA
DALAM N PERAWAT
DIMENSI 4. KATARSIS
TINDAKAN EMOSIONAL
5. BERMAIN
PERAN
1. Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien
tentang dirinya) dengan ideal diri (cita-cita/ keinginan
klien).

KONFRONTA 2. Ketidaksesuaian antara ekspresi nonverbal dan perilaku


klien.
SI 3. Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dan perawat
seharusnya dilakukan secara asertif bukan agresif/marah
(konfrontasi).
Oleh karena itu, sebelum melakukan konfrontasi, perawat
perlu mengkaji, antara lain tingkat hubungan saling percaya
dengan klien, waktu yang tepat, tingkat kecemasan, dan
kekuatan koping klien.
Konfrontasi sangat berguna untuk klien yang telah mempunyai
kesadaran diri, tetapi perilakunya belum berubah.
Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan untuk membantu
klien dan digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam
hubungan interpersonal lainnya.
KESEGERAAN Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan untuk
membantu dengan segera.

KETERBUKAAN Perawat memberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan,


dan sikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerja sama, proses
PERAWAT belajar, katarsis, atau dukungan klien., Peningkatan keterbukaan
antara perawat - klien menurunkan tingkat kecemasan perawat
klien.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987: 134
Klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat
mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik  perawat
KATARSIS harus dapat mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan
EMOSIONAL masalahnya.
Jika klien mengalami kesulitan mengekspresikan perasaanya,
perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya
jika berada pada situasi klien.
Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan
BERMAIN klien dalam hubungan antara manusia dan memperdalam
kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain
PERAN serta memperkenankan klien untuk mencobakan situasi yang baru
dalam lingkungan yang aman
SELESAI
 Bahasa tubuh yang dilakukan secara sadar bisa dan mudah
dimanipulasi, disesuaikan dengan apa yang diucapkan.
 Sebaliknya, bahasa tubuh yang terucap tanpa disadari
dapat mengungkapkan makna rahasia yang tak terlontar dari mulut.
 Tatapan mata, gerakan tangan, gerakan kepala, dan ekspresi wajah
merupakan beberapa bagian tubuh yang sering berbicara.
Pendahuluan  Mata adalah bagian tubuh yang paling sulit diajak berbohong.
Gerakan bola mata, sinar mata, arah tatapan, hingga frekuensi
kedipan mata mengatakan apa yang tak dikatakan oleh mulut.
 Orang yang sedang berbohong, umumnya tak berani melakukan
kontak mata saat sedang berbicara, atau cenderung memandang ke
arah kiri atas.
 Kaki yang disilangkan  Keadaan ini
menunjukkan bahwa si empunya kaki sebenarnya
sedang tidak ingin diajak mengobrol. Atau ia secara
tidak sadar membentengi diri dari sebuah
pembicaraan.
 Kaki yang digoyang-goyangkan secara
POSISI KAKI sengaja sepanjang pembicaraan, menunjukkan
bahwa sesungguhnya ia merasa bosan dengan topik
pembicaraan yang tengah Anda lakukan.
 Kaki yang terjulur berjajar dengan ujungnya
terjuntai, menunjukkan bahwa si empunya kaki
sedang merasa benar-benar santai.
1. Menyentuh hidung: usaha untuk menutupi kebohongan.
2. Menyilangkan lengan: keangkuhan, rasa marah, atau kebohongan. Tetapi
jika cuaca sedang dingin, bisa hanya berarti ia sedang kedinginan
3. Memasukkan tangan ke saku celana: gugup, cemas, bosan, atau hendak
menyembunyikan sesuatu.
Bahasa tubuh 4. Mengetuk-ngetukkan jari ke meja: bosan atau tidak sabar
5. Mengangkat alis: takut atau terkejut
yang sering
6. Bola mata melebar: selain menunjukkan rasa terkejut juga dapat
muncul saat menunjukkan minat atau ketertarikan pada lawan bicara.
seseorang 7. Mengerucutkan bibir: cemas, tidak sabar, atau bahkan marah.
sedang 8. Menggigit bibir: tegang, cemas, atau stres.
9. Jarang mengedipkan mata: fokus, konsentrasi, kebosanan, atau malah
berbicara rasa permusuhan.
10. Terlalu sering mengedipkan mata: dapat menunjukkan kebohongan,
tetapi juga dapat menunjukkan perasaan gembira. Bisa juga “penyakit” 🙂
11. Menatap langsung pada lawan bicara: jujur, tertarik.
12. Sering menoleh: gelisah, tidak sabar.
 Salah satu bahasa tubuh paling populer untuk dibaca
adalah bibir, terutama senyuman. Orang yang tulus akan
tersenyum juga dengan matanya, tidak hanya dengan
bibirnya.
 Selain itu, senyuman yang penuh ketulusan, maka bola
BIBIR, mata akan lebih berbinar dan ramah karena keduanya
bergerak seiring dengan perasaan.
SENYUM  Senyuman dengan bibir yang terkatup rapat bisa
menjadi pertanda bahwa lawan bicara Anda tengah
menyembunyikan sesuatu. Mungkin saja rasa ketakutan,
kekuatiran, atau ketidaknyamanan.
 Gerakan-gerakan yang ditunjukkan oleh tangan, akan selalu
memiliki makna dan arti besar sebagai bahasa tubuh manusia.
 Telapak tangan yang menghadap ke atas bermakna
tidak mengancam.Zaman dahulu, isyarat ini dipakai untuk
menunjukkan tidak adanya senjata.
POSISI
 Telapak tangan yang menghadap ke bawah akan
TANGAN memproyeksikan otoritas.
 Kemudian tangan yang tergenggam rapat selama pembicaraan,
menunjukkan over protective terhadap diri sendiri. Seolah si
empunya tangan ingin mengatakan bahwa ia sebenarnya sedang
tidak ingin diganggu.

Anda mungkin juga menyukai