Anda di halaman 1dari 27

PERAN KEDOKTERAN

FORENSIK
DALAM
PENANGANAN TINDAK
PIDANA
•dr. AGUNG W., SpF., DFM
•BIDYANDOKPOL RSPOLPUS POLRI
agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

• Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik


ilmu kedokteran yang memanfaatkan ilmu kedokteran untuk
membantu penegakan hukum, keadilan dan memecahkan
masalah-masalah di bidang hukum.

Ilmu yang menunjang ilmu forensik adalah ilmu kedokteran,


farmasi, kimia, biologi, fisika, dan psikologi.

agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 2


• Cabang ilmu forensik sendiri antara lain
kedokteran forensik, toksikologi forensik,
odontologi forensik, psikiatri forensik,
entomologi forensik, antropologi forensik,
balistik forensik, fotografi forensik, dan
serologi/biologi molekuler forensik.

• Biologi molekuler forensik lebih dikenal dengan


DNA forensik.

agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 3


• Dalam perkembangannya, bidang kedokteran forensik tidak
hanya berhadapan dengan mayat atau bedah mayat, tetapi juga
berhubungan dengan orang hidup. Dalam hal ini peran
kedokteran forensik meliputi:

1. Otopsi medikolegal dalam pemeriksaan mengenai sebab-


sebab kematian, apakah mati wajar atau tidak wajar.
Penyidikan ini juga bertujuan mencari apa yang sebenarnya
terjadi dari satu kasus.

2. Identifikasi mayat

agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 4


3. Meneliti kapan kematian itu berlangsung "time of
death"
4. Penyidikan pada tindak kekerasan seperti
kekerasan seksual, kekerasan terhadap anak di
bawah umur, kekerasan dalam rumah tangga
5. Pelayanan penelusuran keturunan

agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 5


1. Visum et repertum
2. Surat keterangan ahli/Keterangan Ahli
3. Tanatologi
4. Traumatologi
LINGKUP 5. Luka tembak
6. Identifikasi forensik
KEDOKTER 7. Kematian akibat asfiksia mekanik
8. Tenggelam
AN 9. Infantisida

FORENSIK 10. Kejahatan seksual


11. Tempat kejadian perkara dan ekshumasi
12. Abortus provokatus kriminalis
13. Kematian mendadak
14. Toksikologi

agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 6


TUGAS • Masa Penyelidikan
o Pemeriksaan TKP
KEDOKTER • Masa Penyidikan
AN o Visum et Repertum
FORENSIK • Masa Persidangan
o Keterangan Ahli

agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 7


Sebagai saksi ahli pemeriksa
• Menjelaskan Visum et Repertum
Dalam • Menjelaskan kaitan VeR dengan
temuan alat bukti lain
Persidangan Sebagai ahli
• Menjelaskan segala sesuatu yang
belum jelas dari sisi ilmiah

agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 8


PRINSIP KERAHASIAAN
• PS 133 KUHAP :
• (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.
• Menyerahkan hasil pemeriksaan hanya kepada penyidik peminta, kepada
keluarga hanya info tentang hasil pemeriksaan secara sekilas

• Tidak berbicara :
• Terlalu dini
• Terlalu banyak
• Kepada orang yg tidak tepat/salah
agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 9
PENDEKATAN
KEDOKTERAN
FORENSIK
TIDAK HANYA MEDIS

AHLI KLINIK : AHLI FORENSIK

• MEDIKALISASI • BUKAN TERAPI, TAPI


• TERAPI PEMBUKTIAN
• KOMPREHENSIF : PSIKO-
SOSIAL, YURIDIS
• MEKANISME MATI ec SEBAB
MATI
DI KLINIK • MIS : SYOK HEMORHAGIK ec
LUKA TUSUK PERUT
Contoh perbedaan
pendekatan
SEBAB
DI
KEMATIAN : • SEBAB MATI BERAKIBAT
PATOLOG MEKANISME MATI
• MIS : LUKA TUSUK ABDOMEN
I YG MEROBEK AORTA
FORENSI MENGAKIBATKAN
PERDARAHAN HINGGA SYOK
K
BEBERAPA PERTANYAAN
DALAM PENANGANAN TINDAK PIDANA

• BERCAK BERWARNA MERAH PADA DINDING DAN LANTAI

• BERCAK APAKAH ITU? APAKAH BERCAK DARAH?


• BILA BENAR ADALAH BERCAK DARAH, DARAH APAKAH
ITU? DARAH MANUSIA?
• BILA BENAR DARAH MANUSIA, DARAH SIAPAKAH ITU?
• SUDAH BERAPA LAMA DARAH ITU ADA DI SANA?
• BERASAL DARI MANAKAH DARAH TERSEBUT?
APA PENYEBAB LUKA PADA KEPALA
TERSEBUT?

BEBERAPA APAKAH LUKA ITU ADALAH LUKA YANG


PERTANYAAN MEMATIKAN?
DALAM
PENANGANAN BAGAIMANA SAMPAI LUKA TERSEBUT
TINDAK PIDANA TIMBUL?
• UPAYA PEMBUNUHAN?
• UPAYA BUNUH DIRI?
• KECELAKAAN?
APAKAH LUKA TERJADI SEMASA
YANG BERSANGKUTAN MASIH
HIDUP?

BEBERAPA KAPANKAH KORBAN MENINGGAL?


PERTANYAAN
DALAM
PENANGANAN ADAKAH TEMUAN PENTING
TINDAK PIDANA LAINNYA?

DAN SIAPAKAH KORBAN YANG


MALANG INI?
JAWABAN ATAS BERBAGAI PERTANYAAN TADI DAPAT
DIPEROLEH DARI SEORANG YANG AHLI TENTANG TUBUH
MANUSIA:
DOKTER

MENGGUNAKAN DENGAN
PENGETAHUAN MENDALAMI ILMU
KEDOKTERAN YANG KEDOKTERAN
DIMILIKINYA FORENSIK
PASAL 179 KUHAP
• (1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli
BISAKAH kedokteran kehakirnan atau dokter atau ahli lainnya
wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
DOKTER PASAL 216 KUHP

MENOLAK • Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah


atau permintaan yang dilakukan menurut undang-
? undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu,
atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula
yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak
pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja
mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau
denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
agungw_spf_rsbtk1rssukanto_okt20 17
• Jenazah dikirim ke RS tanpa SpVER dan
label
• SpVER datang terlambat (bbrp
hari/minggu)
• Dalam SpVER tidak disebutkan dengan
jelas jenis pemeriksaan yg diminta

Masalah terkait • Jenazah tiba di RS sudah “dilucuti”


• Tidak ada penyidik yg mendampingi
VeR/ Rik pemeriksaan
Korban • Tidak ada keterangan dari penyidik sekitar
gambaran kejadian
• Keluarga belum diberi penjelasan oleh
penyidik
• Keluarga memaksa membawa pulang,
tanggung jawab siapa ? Dampaknya ?
• Biaya ?
agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 18
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2014
TENTANG
TENAGA KESEHATAN
BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN

Pasal 57
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau keluarganya;

c. menerima imbalan jasa;


d. memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai agama;
e. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya;
f. menolak keinginan Penerima Pelayanan Kesehatan atau pihak lain yang bertentangan dengan Standar
Profesi, kode etik, standar pelayanan, Standar Prosedur Operasional, atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan
g. memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
PERLU
DIKETAHUI
Tanda Pembusukan,
bukan kekerasan

• Tanda pembusukan pertama


terlihat 24 jam setelah kematian
– warna kehijauan pada kulit
perut bagian kanan bawah.
• Selanjutnya terjadi pelebaran
pembuluh darah, pembengkakan
wajah dam tubuh, terbentuknya
gelembung berisi cairan
pembusukan.

agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 22


Tanda pembusukan, bukan memar

• Bengkak pada pembusukan terjadi


merata, bila diraba seperti ada derik
udara. Sedangkan bengkak pada
memar terjadi hanya tempat
tertentu, tidak simetris.
• Pembengkakan wajah pada
pembusukan sering dianggap
sebagai memar.

agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 23


Luka akibat kekerasan tumpul vs tajam
agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 24
Mati gantung diri vs
digantung • Tidak ada
korelasinya
dengan :
• Keluarnya
sperma
• Keluarnya
kotoran
• Lidah terjulur
• Posisi kepala

agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI 25


26

Apa sebab
matinya
dan siapakah si
korban tersebut?

agungw_PusdokkesPOLRI_ untuk internal POLRI


SEKIA
N

Anda mungkin juga menyukai