Anda di halaman 1dari 6

Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak didirikan oleh Sunan Kalijaga pada 1478 (sebelum jaman kejayaan
kerjaan Demak) pada masa kekuasaan Arya Sumangsang. Masjid ini dapat dibangun karena
kebangkitan kota-kota pesisir utara jawa pada abad XV dan XVI. Di dalam masjid terdapat
mihrab terdapat hiasan berupa kura-kura, ada yang menginterpretasikan, kepalanya
menunjukkan angka 1, kakinya 4, badan 0 dan ekor 1, lambang dari tahun didirikannya
tahun saka 1401 atau 1479 Masehi.
Alun-alun berfungsi sebagai halaman, fungsi sosial, fungsi budaya, dan fungsi
religi juga digunakan untuk upacara grebeg, adat, pesta rakyat dan
pemerintah setiap syawal dan idul adha. Disekeliling masjid terdapat
kauman, permukiman orang-orang muslim menjadi 4 elemen.

Struktur Masjid Agung Demak d


Tata ruang masjid Demak apabila ditarik garis sumbu timur-barat e
orientasi masjid, arah kiblat berapa pada 7˚ ke utara. Dalam hal n
ini ada dua kemungkinan bahwa ketidaksengajaan karena
a
peralatan pada waktu itu untuk mengukur arah kurang memada
atau sengaja mengacu pada arah utara selatan atau gunung laut
h
dan arah kiblat sedikit “dikorbankan”.

Mulanya masjid terdiri dari satu unit ruang sembahyang utama atau haram,
kemudian ditambah dengan serambi. Haram berdenah bujur sangkar dan atap
puncaknya piramidal, ke empat sisi atau dudur bertemu pada satu titik, dalam
hal ini hiasannya (mustaka) berbentuk mirip bunga melati. Bagian dari puncak
berbentuk piramidal tersebut disangga oleh empat tiang utama atau soko
guru. Ke empat soko guru sangat besar terbuat dari tatal atau serpihan
kayu,dilem (laminated) terlihat ada klem atau dari baja.
Pada sisi barat terdapat dinding kiblat di mana terdapat mihrab saat ini telah diperpanjang
kearah barat. Di depan mihrab ditandai dengan pagar, untuk sembahyang pejabat tertinggi
diwilayahnya. Mimbar di sisi mihrab, dipercaya hasil karya Sunan Kalijaga dengan pola hiasan
kangkunga, padasan, dan mega-mendung kemungkinan corak lokal.

Dinding timur langsung berhubungan dengan serambi. Ada lima pintu masuk masuk ke dalam haram,
diinterpretasikan sebagai simbol dari lima rukun islam. Konstruksi serambi campuran modern dengan kontruksi
baja pada rangka atap dengan kolom-kolom kayu berpenampung bujur sangkar seperti pada arsitektur tipe
limasan kayu. Kolom utama ada 8 masing-masing 2 berhadapan, membentuk tiga petak segi empat, di atas diikat
dengan konstruksi balok keliling horizontal sejajar ganda. Kedelapan kolom utama pada serambi dikelilingi oleh
balok berderet pada tepian lantai. Bentuk atap dari serambi ini limasan hanya satu lapis.

Ornamen masjid cukup banyak berupa


keramik dengan lukisan flora dan faona,
kebanyakan berupa burung, bunga, daun,
dan dahan.
Masjid Al-Hilal (Masjid Ketangka), Makassar
Masjid Ketangka terletak beberapa ratus meter di sebelah timur makan Syech Yusuf ulama
Sufi dari Makassar,didirikan pada abad ke XVIII. Pada jamannya masjid ini merupakan masjid
penting, besar dan mewah. Masjid berfungsi selain sebagai masjid jami dan pada sekeliling
masjid terdapat makam pendiri masjid, para keluarga dan kerabat dekatnya.

Konstruksinya cukup besar, unik dan khas Makassar, terdiri


dari dinding berdenah segi empat lebih kurang 4X4 m²,
beratap piramidal tetapi sisinya sedikit melengkung seperti
kubah. Baik atap maupun dinding dalam konstruksi bata.

Struktur Masjid Al-Hilal (Masjid Ketangka)


Masjid berdenah bujur sangkar, 13,20x13,20 m², dinding terbuat
dari bata sangat tebal (lebar 20 cm). Dinding tebal bukan
berfungsi sebagai konstruksi karena bagian atas dinding yang
langsung menyangga atap tidak lebar.
Ketangka memiliki 4 kolom, di atas ke 4 kolom terdapat dinding dari luar
terlihat menyembul ke atas beratap piramidal. Penutup atap piramidal
tersebut dan bagian sekelilingnya terbuat dari genting. Pada dinding-dinding
di atas empat kolom masing-masing sisi punya dua jendela berpasangan. Letak
jendela berapa pada dinding di antara plafond dengan atap dan jendela
tersebut hanya di jadikan hiasan.

Masjid ketangka memiliki teras depan atau serambi sebelum


d
masuk ke dalam ruang sembahyang yang menyatu denga atap
e utama. Sesudah melalui serambi, terdapat tiga pintu untuk
n masuk ke dalam ruang shalat utama. Ketiga pintu tersebut
a terpengaruh arsitektur joglo, jawa.
h
,
uhi Pendapat beberapa ahli tentang masuknya islam ke nusantara/indonesia :
an 1. Islam masuk ke Nusantara abad pertama Hijriah (abad ke-7 M)
2. Islam masuk ke Nusantara wilayah sumatra yaitu daerah Aceh (abad ke-7 M/ ke-12 M)
3. Berdasarkan hasil seminar nasional masuknya islam diadakan di Medan tahun 1963 M islam masuk ke Nusantara abad ke-1 H/8 M
Kerajaan Islam Samudra Pasai

Merupakan kerajaan islam pertama di Indonesia pada awal atau pertengahan abad ke -13 sebagai hasil dari proses islamisasi di daerah-
daerah pantai yang pernah disinggahi para pedagang muslim sejak abad ke -7 M. Raja pertamanya adalah Malik Al Saleh. Tahun 1521 M
ditaklukkan oleh Portugis selama 3 tahun, namun tahun 1524 direbut oleh kerajaan Aceh dibawah pimpinan Ali Mughayat Syah

Kerajaan Islam Demak

Didirikan atas prakarsa para wali dibawah pimpinan Sunan Ampel dan wali songo sempat mengangkat Raden Patah sebagai raja
pertama kerjaan Demak. Masa kekuasaan Raden Patah berlangsung kira-kira abad ke 15 M sampai 16 M, lalu digantikan anaknya Pati
Unus tahun 1507 M.
Pati unus digantikan oleh Sultan Trenggono yang dilantai oleh Sunan Gunung Jati. Pada masa ini islam berkembang sampai ke
Kalimantan Selatan. Sultan Trenggono meninggal tahun 1546 M digantikan oleh Joko Tingkir, pada masa ini kerjaan islam pindah dari
Demak ke Pajang

Kerajaan Islam Banten

Didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Sultan Hasanuddin merupakan raja pertama Banten. Ia meluaskan daerah Islam yaitu Lampung dan
daerah sekitarnya di Sumatra Selatan setelah sebelumnya menaklukan Sunda Kelapa. Sepeninggalannya ia digantikan oleh putranya
Pangeran Yusuf. Ia manaklukkan Pakuwan tahun 1579 M sehingga banyak bangsawan Sunda masuk Islam. Sepeninggalannya ia
digantikan oleh putranya Muhammad. Selama itu kekuasaan dipegang oleh Qadli bersama empat pembesar istana lainnya. Setelah
Muhammad meninggal ia digantikan oleh anaknya Abdul Mufakhir Mahmud Abdulkadir dan mendapat gelar Sultan dari Mekkah
Melayu-Islam merupakan pusat peradaban, pusat perkembangan budaya dan pusat perdagangan yang penting.
Kebudayaan Melayu-Islam sejak ratusan tahun telah memperlihatkan kemampuannya untuk berkembang pesat
merangkumi bahasa, kesusasteraan, kesenian, pemikiran, dan norma hidup. Tamadun dan peradaban Islam telah
mempengaruhi bidang kesenian Melayu, baik dari segi ukiran, seni bangunan, dan seni hias. Contohnya dalam
pembangunan masjid, pengaruh seni bangunan masjid dari Asia Barat telah mempengaruhi reka bentuk masjid di alam
Melayu. Ia dapat dizahirkan berdasarkan bentuk kubah dan bentuk mihrab yang menghadap kiblat.

Selain itu juga terdapat gagasan yang berkaitan


dengan islam, yaknik posisi adat dan syarak. Dalam
Tunjuk Ajar Melayu diungkapkan bahwa adat orang
Melayu harus sesuai dengan Islam seperti yang
terdapat dalam ungkapan “Adat bersendi syarak,
syarak bersendi kitabullah”. Ini bermakna bahwa
semua aspek kehidupan manusia didasarkan pada
hukum Allah. Adat, pemikiran, kesenian, tradisi dan
semua aspek kebudayaan yang dikreasikan oleh
manusia harus benar-benar sesuai dengan Islam.
Dalam Tunjuk Ajar Melayu dinyatakan
“Adat ialah syarak semata
Adat semata Quran dan Sunnah
Adat sebenar adat ialah Kitabullah dan sunnah Nabi”

Anda mungkin juga menyukai