Kelompok 6:
1. Muhammad Ary Fikriansyah (180332616544)
2. Naufal Syahma (180332616549)
3. Nisa Salsabila (190332722519))
(Perbandingan)
• Allahabad Safeda (daging putih)
(Perbandingan)
• Fan Retief, Ruby Supreme dan ABTS ABTS
seleksi lanjutan (daging merah
muda) DPPH DPPH
: Mengandung : Diteliti
ORAC
: Tidak diteliti : Diproses
Prinsip:
Prinsip pengujian aktivitas antioksidan dengan metode ABTS adalah penghilangan
warna kation ABTS untuk mengukur kapasitas antioksidan yang langsung bereaksi
dengan radikal kation ABTS. ABTS adalah suatu radikal dengan pusat nitrogen
yang mempunyai karakteristik warna biru-hijau, yang bila tereduksi oleh
antioksidan akan berubah menjadi bentuk non radikal dari berwarna menjadi tidak
berwarna. Metode ABTS sangat sensitif terhadap cahaya, bahkan pembentukan
ABTS memerlukan waktu inkubasi selama 12-16 jam dalam kondisi gelap.
Tim Promosi UM 2020 6
DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL)
Metode peredaman radikal bebas DPPH didasarkan pada reduksi dari larutan
methanol radikal bebas DPPH yang berwarna oleh penghambatan radikal bebas.
Prinsip:
Prinsip kerja metode DPPH adalah adanya atom hidrogen dari senyawa
antioksidan yang berikatan dengan elektron bebas pada senyawa radikal sehingga
menyebabkan perubahan dari radikal bebas (diphenylpicrylhydrazyl) menjadi
senyawa non-radikal (diphenylpicrylhydrazine). Hal ini ditandai dengan
perubahan warna dari ungu menjadi kuning (senyawa radikal bebas tereduksi oleh
adanya antioksidan)
Benzie & Strain (1996) mengemukakan bahwa metode FRAP adalah metode yang
digunakan untuk menguji antioksidan dalam tumbuh-tumbuhan. Kelebihan
metode FRAP ini yaitu metodenya murah, reagennya mudah disiapkan dan cukup
sederhana dan cepat.
Prinsip:
Prinsip metode ini dapat menentukan kandungan antioksidan total dari suatu
bahan berdasarkan kemampuan senyawa antioksidan untuk mereduksi ion Fe³⁺-
TPTZ menjadi Fe²⁺-TPTZ sehingga kekuatan antioksidan suatu senyawa
dianalogikan dengan kemampuan mereduksi dari senyawa tersebut (Halvorsen, et
al., 2002). TPTZ sendiri adalah colorants dan Fe(III) merupakan radikal bebas.
Prinsip:
Prinsip dari metode ini, ketika suatu alat azo-initiator yaitu alat yang berfungsi
untuk membuat radikal bebas (peroksil) ditambahkan molekul berwarna atau
fluorescent seperti β-phicoerythrin kemudian dipanaskan, azo-initiator akan
menghasilkan radikal bebas peroksil yang merusak β-phicoerythrin sehingga
kehilangan warnanya atau menjadi tidak berwarna
na = tidak tersedia.
Kandungan asam askorbat, total fenolik, dan total karotenoid dari
empat genotipe jambu biji • a = Fan Retief', 'Ruby Supreme', dan
Advance selection adalah daging merah
muda; 'Allahabad Safeda' adalah daging
putih.
• b = Asam askorbat dinyatakan dalam
mg/100 g massa .
• c = Total kandungan fenolat dinyatakan
dalam mg setara asam galat/100 g massa.
• d = Total kandungan karotenoid
dinyatakan dalam mg b-karoten setara/
100 g massa.
• e = Rata-rata pemisahan dalam kolom
dengan uji jarak berganda Duncan yang
baru
Tim Promosi UM 2020 11
ANOVA untuk aktivitas antioksidan di antara tiga penentuan ekstrak metanol tunggal
dengan uji ABTS, DPPH, FRAP, dan ORAC dari empat genotipe jambu biji
ANOVA untuk aktivitas antioksidan dengan uji ABTS, DPPH, dan FRAP
berdasarkan ekstraksi diklorometana dari empat genotipe jambu biji
Rerata kadar AOAD dari keempat jambu biji adalah 0,44, 0,27, dan 0,16 mM TE/g sebagaimana ditentukan
oleh uji ABTS, DPPH, dan FRAP . Tingkat AOAD sangat rendah: kurang dari 2% dari total. Rerata kadar AOAD
dari empat jambu biji yang ditentukan oleh ABTS adalah 2 dan 3 kali uji DPPH dan FRAP (Tabel 6)
TPH = total fenolik, BET = b-karoten, AA= asam askorbat, ABM = aktivitas antioksidan diukur dalam ekstrak metanol
berdasarkan uji ABTS, ABD = aktivitas antioksidan diukur dalam ekstrak diklorometana berdasarkan uji ABTS, DPM =
aktivitas antioksidan diukur dalam ekstrak metanol berdasarkan uji DPPH, DPD = aktivitas antioksidan diukur dalam ekstrak
diklorometana berdasarkan uji DPPH, FRM = aktivitas antioksidan diukur dalam ekstrak metanol berdasarkan uji FRAP, FRD
= aktivitas antioksidan diukur dalam ekstrak diklorometana berdasarkan uji FRAP, dan ORM = aktivitas antioksidan diukur
dalam ekstrak metanol berdasarkan uji ORAC. ns = tidak signifikan dan *,** signifikan masing-masing pada P< 0,05 atau
0,01,
PEMBAHASAN
Jumlah asam askorbat (AA), total fenolik (TPH), dan total karotenoid dinyatakan sebagai: B-karoten (BET)
berbeda nyata antar klon jambu biji (Tabel 1).
Luximon-Ramma dkk. (2003) telah melaporkan bahwa jambu biji putih memiliki AA dan TPH yang lebih
tinggi daripada jambu biji merah muda. Kandungan AA: Putih (142,6 mg/100 g) ; merah muda
(72,2mg/100 g). Kandungan TPH: Putih (247,3 mg GAE/100 g) ; merah muda (126,4mg GAE/100 g).
Kandungan AA, TPH, dan BET pada jambu biji sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman buah
lainnya. Pada Nektarin (AA: 4,8-13,2; TPH: 14-102; BET: 0,01-0,19 (mg/100 g)), Persik (AA: 3,6-12,6; TPH:
21-111 (mg/100 g)), Plum (AA: 2,5–10,2; TPH: 42-109; BET: 0,01–0,26 (mg/100 g)) (Gil et al., 2002),
Belimbing (AA: 19,0; TPH: 142,9 (mg/100 g)), Nanas (AA: 27,5; TPH: 47,9 (mg/100 g)), Pepaya (AA: 92,9;
TPH: 57,6 (mg/100 g)), Lengkeng (Luximon-Ramma et al., 2003).
Aktivitas antioksidan yang diukur dalam ekstrak metanol menggunakan uji ABTS,
DPPH, FRAP, dan ORAC dari ekstrak tunggal diukur sebanyak tiga kali untuk menguji
reproduktifitas pengujian.
Semua pengujian ini tidak memiliki interaksi waktu genotipe, artinya semua teknik
memberikan peringkat aktivitas antioksidan yang sebanding di antara klon dalam
setiap waktu pengujian
ABTS
lebih dari 4 jam
• Larutan kerja ABTS tidak selalu berumur sama, sehingga aktivitas larutan
untuk bereaksi dengan ekstrak jambu biji mungkin berbeda antar waktu
penentuannya\
• Keuntungan: Memerlukan mesin sederhana, seperti spektrofotometer, yang
umumnya tersedia di laboratorium, ekstrak bereaksi cepat dengan ABTS (2
jam)
ORAC
• Nilai pembacaan pelat 96well cenderung lebih tinggi pada bagian atas
daripada bagian bawah dan juga kiri lebih besar daripada kanan. Koefisien
varians (CV) yang lebih rendah diperoleh dengan menggunakan format
48well dibandingkan dengan format 96well. Oleh karena itu, lokasi sampel
pada plat menyebabkan peningkatan tingkat kesalahan dalam pengujian
• Kelemahan: Memerlukan penggunaan peralatan yang mahal
DPPH
karena menunjukkan reproduktifitas yang tinggi
DPPH
• Larutan kerja DPPH digunakan segera setelah proses preparasi
• Keuntungan: Memerlukan mesin sederhana, seperti spektrofotometer, yang
umumnya tersedia di laboratorium
• Kelemahan: Prosesnya memakan waktu lebih lama dari FRAP dan ABTS (24 jam).
Hanya tiga uji yang digunakan untuk mengukur AOAD, yaitu ABTS, DPPH, dan FRAP. Hasil uji ANOVA
menunjukkan bahwa tingkat AOAD berbeda secara signifikan di antara tiga teknik pengujian (P<0,01) tetapi
tidak antara klon jambu biji, tanpa interaksi antara jambu biji dan pengujian (Tabel 5).
Rerata kadar AOAD dari keempat jambu biji adalah 0,44, 0,27, dan 0,16M M TE/g sebagaimana ditentukan
oleh masing’masing uji ABTS, DPPH, dan FRAP (Tabel 6). Tingkat AOAD sangat rendah: kurang dari 2% dari
total.
Korelasi antara AOAM yang diperoleh dari semua pengujian, TPH dan AA memberikan nilai positif tinggi
(0,61≤r≤0,97, P<0,05), terutama antara AOAM berdasarkan uji FRAP dan TPH (R=0,97, P<0,01) dan AA
(R=0,92, P<0,01) (Tabel 7).
Keempat teknik yang digunakan untuk menentukan aktivitas antioksidan (ABTS, DPPH, FRAP, dan ORAC),
menunjukkan korelasi yang tinggi dengan TPH pada tanaman yang berbeda.
Korelasi tinggi antara aktivitas antioksidan dengan metode apapun dan AA kemungkinan hanya ditemukan
pada buah-buahan yang mengandung AA tinggi seperti jeruk (Gardner et al., 2000) dan jambu biji (Tabel 6).
Gil dkk. (2002) menyatakan bahwa tidak ada korelasi antara AA dan aktivitas antioksidan yang di uji DPPH atau
FRAP dalam nektarin, persik, dan plum.
SIMPULAN
Uji ABTS, DPPH, FRAP, dan ORAC memberikan hasil yang sebanding untuk aktivitas antioksidan
yang diukur dalam ekstrak metanol ekstrak buah jambu biji. Teknik FRAP menunjukkan
reproduktifitas tinggi, sederhana, dilakukan dengan cepat dan menunjukkan korelasi tertinggi
dengan asam askorbat dan total fenolat. Oleh karena itu, akan menjadi teknik yang tepat untuk
menentukan aktivitas antioksidan dalam ekstrak buah jambu biji. Aktivitas antioksidan yang
diukur dalam ekstrak metanol juga dapat diperkirakan secara tidak langsung dengan
menggunakan asam askorbat atau fenolat total karena menunjukkan korelasi yang tinggi
dengan semua pengujian. Aktivitas antioksidan yang diukur dalam ekstrak diklorometana dalam
ekstrak buah jambu biji rendah (2% dari total) dibandingkan dengan aktivitas antioksidan yang
diukur dalam ekstrak metanol. Asam askorbat dan fenolat merupakan kontributor utama
aktivitas antioksidan pada buah jambu biji.