Anda di halaman 1dari 21

PRAGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM

UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI

KELOMPOK 2 (TK 2A)


11. Shintya Maharani Prasetya.D
1. Ridhatul Jannah ( 203110149 )
(203110152)
2. Rahayu Marfira(203110146)
12. Rumaisya Rizky Avif
3. Najmatul Asriah (203110141) (203110150)
4. Vina Vepbrianty (203110159) 13. Pindo(203110143)
5. Sintia Desta Ramadani 14. Sofi Alpat Wijaya (203110154)
(203110153) 15. Syaifil Mazana (203110156)
6. Vatrisya Cherya putri Saherman
16. Tiara Amelia Putri (203110157)
(203110158)
17. Wanda Dwi Putri(203110160)
7. Rahma Denira Putri (203110147)
18. Susan Nurul Nisa (203110155)
8. Salwa Dwi Sausan 2031101519
19. Novitri Destiara(203110142)
9. Rahmah Nur khofifah
(203110148) 20. Putri Aulia Rahmah (203110145)
10. Priska Aulia (203110144)
Peraturan presiden republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang
strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang
tahun 2012-2025 dan jangka menengah tahun 2012-2014.
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka
Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014 yang
selanjutnya disebut Stranas PPK adalah dokumen yang memuat visi, misi,
sasaran, strategi, dan fokus kegiatan prioritas
2. pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang tahun 2012-
2025 dan jangka menengah tahun 2012-2014, serta peranti anti korupsi
3. Aksi PPK adalah kegiatan atau program yang dijabarkan dari Stranas
PPK untuk dilakukan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
4. Peran serta masyarakat adalah peran aktif perorangan, organisasi
masyarakat, atau Lembaga Swadaya Masyarakat dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
5. Hasil pelaksanaan Stranas PPK meliputi hasil pemantauan, evaluasi, dan
laporan capaian Aksi PPK, serta hasil evaluasi Stranas PPK.
Lanjutan
Pasal 2
Stranas PPK sebagaimana terlampir merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
Pasal 3
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah menjabarkan dan melaksanakan Stranas
PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, melalui Aksi PPK yang ditetapkan setiap 1
(satu) tahun.
Pasal 4
Dalam menetapkan Aksi PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
Kementerian/Lembaga melakukan koordinasi dengan Kementerian/Badan yang
membidangi urusan perencanaan pembangunan nasional.
Pasal 5
1. Dalam menetapkan Aksi PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pemerintah
Daerah melakukan koordinasi dengan Kementerian yang membidangi urusan
pemerintahan dalam negeri.
2. Dalam hal koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kementerian yang
membidangi urusan pemerintahan dalam negeri didukung oleh Kementerian/Badan yang
membidangi urusan perencanaan pembangunan nasional
Lanjutan
Pasal 6
1. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Aksi PPK, dikoordinasikan oleh Kementerian/Badan
yang membidangi urusan perencanaan pembangunan nasional.
2. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Aksi PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
didukung oleh instansi terkait lainnya.
3. Hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Aksi PPK digunakan sebagai bahan evaluasi
Stranas PPK.
Pasal 7
1. Kementerian/Lembaga menyampaikan laporan capaian pelaksanaan Aksi PPK sekurang-
kurangnya setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Kementerian/Badan yang membidangi urusan
perencanaan pembangunan nasional.
2. Pemerintah Daerah menyampaikan laporan capaian pelaksanaan Aksi PPK
sekurangkurangnya setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Kementerian yang membidangi urusan
pemerintahan dalam negeri dan Kementerian/Badan yang membidangi urusan perencanaan
pembangunan nasional.
Pasal 8
Kementerian/Badan yang membidangi urusan perencanaan pembangunan nasional
menyampaikan hasil pelaksanaan Stranas PPK kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun sekali
atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
Lanjutan
Pasal 9
1. Dalam melaksanakan Stranas PPK, Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah
melibatkan peran serta masyarakat.
2. Pelibatan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dimulai
dari tahap penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
3. Mekanisme pelibatan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah.

Pasal 10
1. Hasil pelaksanaan Stranas PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, menjadi bahan
pelaporan pada forum Konferensi Negara-Negara Peserta (Conference of the States
Parties) Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antikorupsi 2003.
2. Bahan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh
Kementerian/Badan yang membidangi urusan perencanaan pembangunan nasional,
kementerian yang membidangi urusan politik dan hubungan luar negeri, dan instansi
terkait lainnya.
Lanjutan
Pasal 11
Biaya pelaksanaan Stranas PPK dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan
sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
Ketentuan mengenai tata cara koordinasi, pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan dalam Peraturan Presiden ini, diatur lebih lanjut oleh
Kementerian/Badan yang membidangi urusan perencanaan
pembangunan nasional.
Pasal 13
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
UPAYA PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar
Abubakar
mengatakan, penandatanganan penetapan kinerja tahun 2012 diharapkan dapat
mendorong akselerasi pelaksanaan sembilan program percepatan reformasi
birokrasi. Namun segala upaya tidak akan berarti apa-apa, jika pelayanan
masyarakat tidak semakin baik. Dikatakan, sembilan program percepatan
reformasi birokrasi itu adalah
1. Penataan struktur birokrasi.
2. Penataan jumlah, distribusi dan kualitas pns.
3. Sistem seleksi dan promosi secara terbuka.
4. Profesionalisme PNS.
5. Pengembangan sistem pemerintahan elektronik (e-government).
6. Penyederhanaan perizinan usaha.
7. Pelaporan harta kekayaan pegawai negeri.
8. Peningkatan kesejahteraan pegawai negeri.
9. Efisiensi penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana kerja pegawai negeri.
lanjutan...
kebijakan Presiden oleh menteri kesehatan telah melaksanakan
upaya-upaya percepatan reformasi birokrasi di lingkungan
Kementerian kesehatan dengan berbagai cara dan bentuk antara
lain:
1. Disiplin kehadiran menggunakan absen pringer print, ditetapkan
masuk 8.30 dan pulang kantor jam 17.00, maksudnya untuk
mencegah pegawai melakukan korupsi waktu.
2. Setiap pegawai negeri Kemenkes harus mengisi Sasaran kinerja
pegawai (SKP) dan dievaluasi setiap tahunnya, maksudnya agar
setiap pegawai mempunyai tugas pokok dan fungsi yang jelas, dapat
diukur dan dipertanggungjawabkan kinerjanya.
3. Melakukan pelayanan kepada masyarakat yang lebih efisien dan
efektif ramah dan santun diwujudkan dalam pelayanan prima.
4. Penandatanganan fakta integritas bagi setiap pelantikan pejabat di
kementerian Kesehatan maksudnya mewujudkan Wilayah bebas
korupsi (WBK), Wilayah birokrasi bersih dan melayani (WBBM)
5. Terlaksananya strategi Komunikasi pendidikan dan budaya antikorupsi melalui sosialisasi
dan kampanye antikorupsi di lingkungan internal/seluruh satker, kementerian kesehatan.
6. Sosialisasi tentang larangan melakukan gratifikasi, sesuai dengan pasal 12 b ayat (1) UU no
31 tahun 1999, menyatakan; Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri sipil atau
penyelenggaraan Negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya
dan yang berlawanan kewajiban atau tugasnya.
7. Pemberlakuan sistem layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (LPSE)
8. Layanan Publik Berbasis Teknologi informasi seperti seleksi pendaftaran pegawai melalui
online dalam rekrutmen calon pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai tidak tetap (PTT)
9. Pelaksanaan LHKPN di lingkungan kemnterian kesehatan didukung dengan surat
keputusan menteri kesehatan RI N0.03.01/Menkes/066/I/2010, tanggal 13 Januari2010
10. Membentuk Unit pengendalian gratifikasi berdasarkan surat keputusan inspektoratjendral
kementrian kesehatan No 01.TPS.17.04.215.10.3445. tanggal 30 Juli 2010
11. Korupsi merampas hak masyarakat untuk sehat, hari gini masih terima suap dan lainlain
Contoh Penerapan yang terjadi di Masyarakat

 Melakukan pelayanan kepada masyarakat yang lebih efesien dan efektif


ramah dan santun,diwujudkan dalam pelayanan prima.
 Terlaksananya strategi komunikasi Pendidikan dan budaya anti korupsi
melalui sosialisasi dan kampanye anti korupsi di lingkungan
masyarakat
 Penyediaan sarana bagi masyarakat untuk dapat dengan mudah
melaporkan kejadian korupsi kepada pihak yang berwenang secara
bertanggung jawab
 Telah terbitnya Permenkes untuk mnilai FKTP berprestasi yang juga
dapat menjadi indicator kinerja dari FKTP
 Adanya upaya untuk menciptakan system pembayaran kapasitas
berbasis kinerja meskipun belum dapat terimplementasi secara baik
karena kurangnya koordinasi dengan pihak Kemenkes sebagai regulator
dan kurangnya sosialisasi kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota yang
berada di bawahnya
Lanjutan
 Melakukan koordinasi supervisi dalam penanganan
pandemi/wabah/bencana
 Melakukan penguatan pengelolaan program pelayanan kesehatan dan
fungsi Kemenkes sebagai regulator
 Pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi yang diantaranya:
one stop service sistem keluhan masyarakat (ULT, PTRC, dan Pojok
Informasi, kesepakatan keterbukaan informasi publik PTRC,
pembentukan unit pelayanan gratifikasi, serta review laporan keuangan.
 Pengawasan atas penyaluran dan penggunaan dana BOK; Jamkesmas;
Jampeesal; dan registrasi alat kesehatan.
 Mengikutsertakan kpk dalam monitoring atas penyelenggaraan program
penanganan Covid-19
 Penandatanganan nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama antara
kemenkes dan kpk
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.2014.
Buku Ajar Pendidikan Dan Budaya Anti Korupsi. Jakarta
: Pusdiklatnakes Kemenkes RI
Adwirman,Andi Parellangi,dkk.2014.Buku Ajar :
Pendidikan Budaya Anti Korupsi (PBAK).Pusat
Pendidikan Dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Jakarta Selatan
Trionovani,Evi.(2016).Modul Bahan Ajar Cetak :
Pengetahuan Budaya Anti Korupsi. Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai