Anda di halaman 1dari 48

MEKANISME, PROSEDUR DAN ANTISIPASI

GUGATAN PEMILIHAN KADES

DISAMPAIKAN DALAM
SOSIALISASI KEBIJAKAN IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG DESA
HOTEL HORISON, ARCADIA, MANGGA DUA JAKARTA, 03 APRIL 2018
CURRICULUM VITAE NARASUMBER
Nama :H. UJANG ABDULLAH, SH. MSi.
Lahir :Pagar Alam, Lahat, 10 Juli 1964
Pangkat/Gol. :Pembina Utama (IV/d);
Jabatan Sekarang :Ketua PTUN Jakarta;
Status :Menikah dengan 2 orang anak.
Alamat :Jl Yayasan II No.60 Palembang
Telpon Kantor :0711-516935
Pendidikan :S1 Hukum, UNS Surakarta, 1987;
Pasca Sarjana (S2), Univ. Indonesia Jakarta, 2004,
Short Course Department of Justice, Flinders University, Adelaide,
Australia, 2004, Comparative Study ke Tribunal Comparative Study ke
Peradilan Administrasi, Cour d’Appel dan Le conseil d’etat Prancis, Juli
2007, Congres IASAJ Sydney 2010 , Comparative Study Supreme Court
Thailand Thn 2014.
Jabatan-Jabatan :
 Calon Hakim PTUN Palembang, 1996 – 1997;
 Hakim PTUN Pekanbaru, 1997 – 2001;
 Hakim PTUN Pontianak, 2001 – 2003;
 Hakim PTUN Bandar Lampung, 2003 – 2006;
 Hakim PTUN Surabaya, 2006 – 2007 ;
 Hakim PTUN Jakarta , 2007 – 2010 ;
 Waka PTUN Palembang 2010 - 2012;
 Ketua PTUN Palembang, 2012 - 2014;
 Wakil Ketua PTUN Jakarta 2014 - 2015;
 Ketua PTUN Bandung ; 2015 - 2016;
 Ketua PTUN Jakarta; 2016 – Skrg.
POKOK-POKOK BAHASAN
1. Kewenangan Penyelesaian Sengketa Pemilu,
Pilkada dan Pilkades.
2. Perbedaan Penyelesaian sengketa Pemilu,
Pilkada dengan Pilkades.
3. Antisipasi yang perlu dilakukan.
4. Praktek Sidang Pembacaan Gugatan dan
Jawaban.
5. Praktek Sidang Pembacaan Replik dan
Duplik.
6. Praktek Sidang Penyampaian bukti-bukti
surat.
7. Praktek Sidang Pemeriksaan saksi dan ahli.
8. Praktek Sidang Penyampaian kesimpulan.
9. Praktek Sidang Pembacaan Putusan.
Penyelesaian Sengketa Pilkada,
Pemilu dan Pilkades
1. Berlakunya UU no.5 thn 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara :

Semua keputusan/Penetapan yang


diterbitkan oleh KPU/KPUD dalam
penyelenggaraan Pilkada termasuk Panitia
Pemilihan Pilkades dalam perbuatan
persiapan menjadi kewenangan Pengadilan
Tata Usaha Negara (karena semua
Keputusan/Penetapan tersebut memenuhi
ketentuan pasal 1 angka 3 UU
Peratun),sedangkan mengenai hasil
pemilihan bukan kewenangan Pengadilan
TUN (kena pasal 2 huruf g).
2. Berlakunya Peraturan Mahkamah Agung no.2 thn 2005
tentang tata cara pengajuan upaya hukum keberatan
terhadap Penetapan hasil Pilkada oleh KPU/KPUD :

a. Untuk Keputusan/Penetapan KPUD Provinsi


mengenai hasil Pilkada Provinsi menjadi kewenangan
Mahkamah Agung sedang untuk Keputusan/Penetapan
KPUD Kabpaten /Kota mengenai hasil Pilkada
Kabupaten/Kota menjadi kewenangan Pengadilan
Tinggi Peradilan Umum.
b. Untuk Keputusan/Penetapan KPU/KPUD mengenai
perbuatan persiapan dalam penyelenggaraan Pilkada
menjadi kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara.
3. Berlakunya Surat Edaran Mahkamah Agung RI no.8 thn
2005 tentang sengketa Pilkada dengan adanya
yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam putusan
no.482 K/TUN/2003,tgl 18-08-2004 :

Semua Keputusan/Penetapan KPU/KPUD baik mengenai


perbuatan persiapan maupun mengenai hasil Pilkada
menjadi kewenangan Mahkamah Agung RI untuk
Keputusan/Penetapan KPUD Provinsi dan menjadi
kewenangan Pengadilan Tinggi Peradilan Umum untuk
Keputusan/Penetapan KPUD Kabupaten/Kota.
4. Berlakunya UU no.12 thn 2008 tentang
Perubahan atas UU no.32 thn 2004 tentang
Pemerintahan Daerah :

Keputusan/Penetapan KPU/KPUD
mengenai hasil Pilkada menjadi
kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk
menyelesaikannya.
5. Berlakunya Surat Edaran Mahkamah Agung
RI no.7 thn 2010 tentang Petunjuk Tekhnis
ttg Sengketa Pilkada :

a. Keputusan/Penetapan KPU/KPUD
mengenai hasil Pilkada menjadi
kewenangan Mahkamah konstitusi (UU
Pemerintahan Daerah).
b. Keputusan/Penetapan KPUD mengenai
perbuatan persiapan dalam
penyelenggaraan Pilkada menjadi
kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara.
6. Berlakunya UU No.10 Tahun 2016 dan Peraturan
Mahkamah Agung No.11 Tahun 2016
- Sengketa TUN Pemilihan yaitu tentang
penetapan pasangan calon, diselesaikan oleh
Bawaslu apabila tdk puas diajukan ke PT
TUN (15 Hari kerja) dan bila tak puas dapat
mengajukan kasasi (20 hari kerja).
- Sengketa pelanggaranAdministrasi pemilihan
yaitu tentang pembatalan pasangan calon,
diselesaikan oleh Mahkamah Agung (14
hari kerja).
7. Berlakunya UU No.7 Tahun 2017 Tentang
Pemilu dan Perma No.4 dan 5 Tahun 2017

 Sengketa tentang Penetapan Parpol


peserta pemilu, Penetapan DCT anggota
DPR,DPD,dan DPRD diselesaikan oleh
PTUN setelah diputus Bawaslu.
 Diperiksa dalam 21 hari kerja.
 Putusan bersifat final dan mengikat dan
tidak ada upaya hukum banding, kasasi
maupun PK.
Sengketa Pilkades
 Diatur dalam UU No.6 Tahun 2014 Tentang
Desa Jis. Peraturan Pemerintah No.43 Thn 2014
dan Permendagri No.112 Thn 2014 serta
Peraturan Daerah masing-masing.
 Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan
kepala desa, Bupati/Walikota wajib
menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu
30 hari.
 Keberatan terhadap penetapan calon kades,
penetapan kades terpilih oleh Panitia pemilihan,
pengesahan kepala desa terpilih oleh
Bupati/Walikota tidak diatur dalam UU tersebut.
Kewenangan PTUN dalam sengketa
Pilkades
 Pasal 34 ayat (3) : Pemilihan kepala desa
dilaksanakan melalui tahap pencalonan,
pemungutan suara dan penetapan.
 Perselisihan hasil pemilihan diselesaikan
oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang
ditunjuk Psl 37 ayat 6).
 Pencalonan dan Penetapan karena
memenuhi ketentuan pasal 1 angka 9 UU
Peratun dapat diajukan ke PTUN.
Objek Sengketa Pilkades
 Tahap persiapan : pembentukan Panitia
Pilkades oleh Badan Musyawarah Desa
(pasal 32 ayat 2).
 Penetapan Calon Kades oleh Panitia
Pemilihan Kades (pasal 36 ayat 1).
 Penetapan calon kepala desa terpilih (pasal
37 ayat 2).
 Pengesahan calon kepala desa terpilih
(pasal 37 ayat 5).
 Pelantikan Kades Terpilih (psl 38 ayat 1).
Penetapan Panitia Pemilihan
 Kewajiban membuat PP dan Perda (Psl 31
ayat 2 dan 3).
 Pemberitahuan berakhirnya masa jabatan
Kades (Psl 31 ayat 1).
 Panitia Pemilihan terdiri dari unsur
perangkat desa, lembaga kemasyarakatan
dan tokoh masyarakat desa (Psl 32 ayat
4).
 Panitia Pemilihan bersifat mandiri dan
tidak memihak (Psl 32 ayat 3).
Penetapan Calon Kades

 Syarat yang harus dipenuhi oleh calon


Kades (Psl 33).
 Kegiatan Penyaringan bakal calon (Psl 34
ayat 5).
Penetapan Kades Terpilih
 Dipilih oleh penduduk desa.
 Sifat pemilihan langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil.
 Kegiatan pemungutan suara.
 Umur penduduk desa yang memilih.
 Pengumuman calon kades.
 Suara terbanyak.
 Biaya pemilihan.
 Kesempatan bakal calon melakukan
kompanye.
Pengesahan Calon Terpilih
 Penetapan Panitia Pemilihan.
 Pemberitahuan kepada Badan
Permusyawaratan Desa dari Panitia
Pemilihan dan waktu pemberitahuannya.
 Pemberitahuan dari Badan
Permusyawaratan desa kepada Bupati /
Walikota dan waktu pemberitahuannya.
Pelantikan Kades

 Hasil penyelesaian perselisihan hasil


pemilihan Kades (kalau ada).
 Pengesahan oleh Bupati/Walikota.
 Sumpah/Janji Kepala Desa terpilih.
 Pejabat yang melantik.
 Waktu Masa jabatan Kades.
 Maksimal menduduki jabatan.
Acara Pemeriksaan
 Acara Biasa.
 Dismissal Proses, Pemeriksaan Persiapan
dan Sidang Terbuka Untuk Umum.
 Upaya hukum banding, kasasi dan
Peninjauan kembali.
 Waktu pemeriksaan : Tingkat pertama
(maksimal 5 Bln), Tingkat banding
(maksimal 3 Bln), dst.
Perbedan Pemeriksaan Pilkada dan Pilkades
 Acara Pemeriksaan  Acara Pemeriksaan

diatur tersendiri. biasa.


 Waktu singkat.  Waktu lama.

 Upaya hukum hanya  Upaya hukum

kasasi. banding, kasasi dan


PK.
 Tidak ada badan
 Ada Badan khusus
yang menyelesaikan khusus yg
sengketa (BAWASLU) menyelesaikan
sengketa.
 Sulit ditentukan
 Mudah ditentukan
lamanya proses. lamanya proses.
Antisipasi
 Perlu didorong agar Pemerintah menerbitkan
Peraturan tentang Badan Khusus yang
menyelesaikan sengketa baik tahap pencalonan,
pemungutan suara maupun penetapan.
 Perlu didorong agar Mendagri menerbitkan
peraturan tentang waktu penyelesaian sengketa
dengan waktu yang cepat.
 Perlu didorong agar Mahkamah Agung
menerbitkan PERMA tentang penyelesaian
sengketa TUN Pemilihan Pilkades dengan waktu
yang cepat dan upaya hukum yg terbatas.
Praktek Sidang Pembacaan Gugatan dan
Jawaban
1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang.
2. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan
menyatakan sidang terbuka untuk umum.
3. Hakim Ketua Majelis menjelaskan acara sidang.
4. Hakim Ketua Majelis memeriksa keabsahan surat
kuasa para pihak (Legal Standing).
5. Hakim Ketua Majelis membacakan Surat Gugatan
Penggugat.
6. Hakim Ketua Majelis mendengarkan keterangan
penggugat tentang gugatannya.
7. Hakim Ketua Majelis membacakan jawaban tergugat.
8. Hakim Ketua Majelis mendengarkan keterangan
tergugat tentang jawabannya.
9. Hakim Ketua Majelis memberi kesempatan kepada Pengugat
untuk mengajukan Replik.
10. Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada para
pihak dan Hakim Anggota untuk memberikan pendapat
(kalau ada).
11. Majelis Hakim bermusyawarah untuk menentukan hari
sidang berikutnya.
12. Hakim Ketua Majelis mengumumkan hari dan acara sidang
berikutnya.
13. Hakim Ketua Majelis menutup sidang.
HAKIM MEMASUKI RUANG SIDANG

• Petugas Sidang memngumumkan bahwa


Hakim/Majelis Hakim memasuki ruang persidangan
dan mempersilahkan pengunjung sidang untuk
berdiri.
• Apabila Majelis Hakim, maka ketika memasuki
ruangan sidang sebaiknya berbaris sesuai dengan
susunan Majelis.
• Setelah Hakim/Majelis Hakim duduk maka petugas
sidangmempersilahkan pengunjung sidang untuk
duduk kembali.
PEMBUKAAN SIDANG

• Sidang dibuka oleh Hakim/ Hakim Ketua


Majelis/ Hakim Ketua Sidang.
• Kata pembukaan : “Sidang Pengadilan Tata
Usaha Negara ..... dalam Perkara nomor ……
antara …… selaku PENGGUGAT melawan ……
selaku TERGUGAT, dibuka dan dinyatakan
terbuka untuk umum”.
• Kemudian palu sidang diketuk.
• Pernyataan terbuka untuk umum sangat
penting karena dapat menyebabkan sidang
menjadi tidak sah (pasal 108) kecuali untuk
perkara yang menyangkut ketertiban umum
atau keselamatan negara, sidang dapat
dinyatakan tertutup untuk umum (pasal 70).
PENJELASAN ACARA SIDANG DAN
PEMERIKSAAN KEABSAHAN SURAT KUASA

• Telebih dahulu Hakim Ketua Majelis/ Hakim Ketua


Sidang/ Hakim memeriksa para pihak yang hadir
apakah prinsipal ataukah kuasa hukum, sekaligus
memeriksa keabsahan para pihak, surat uasa
diperlihatkan kepada masing-masing pihak dan
masing-masing pihak dimintai pendapatnya.
• Kemudian Hakim Ketua Majelis/ Hakim Ketua
Sidang/ Hakim menjelaskan acara sidang pada
hari itu seperti pembacaan gugatan, jawaban, dll.
• Kemudian kalau ada anggota Majelis Hakim yang
berhalangan dan digantikan harus pula dijelaskan
oleh Hakim Ketua Majelis/ Hakim Ketua Sidang/
Hakim.
PEMBACAAN SURAT GUGATAN

• Surat Gugatan/ yang telah diperbaiki


dibacakan oleh Hakim Ketua Majelis/
Hakim Ketua Sidang/ Hakim (pasal 74).
• Setelah dibacakan kepada penggugat
diberikan kesempatan untuk menjelaskan
isi gugatan dan perubahan (kalau ada).
PEMBACAAN SURAT JAWABAN
TERGUGAT

• Surat jawaban tergugat dibacakan oleh Hakim


Ketua Majelis/ Hakim Ketua Sidang/ Hakim (pasal
74), dapat juga diperintahkan kepada tergugat.
• Kepada tergugat diberikan kesempatan untuk
menjelaskan isi gugatan dan perubahan (kalau ada).
• Asli dan salinan jawaban di paraf oleh Hakim Ketua
Majelis/ Hakim Ketua Sidang/ Hakim, aslinya
dimasukkan dalam berkas perkara salinannya
diserahkan kepada para pihak dan Majelis Hakim.
PENGUNDURAN SIDANG
• Hakim Ketua Majelis/ Hakim Ketua Sidang/
Hakim memberi kesempatan kepada
Penggugat untuk mempelajari jawaban
Tergugat dan menentukan kapan akan
memberikan tanggapan.
• Majelis Hakim bermusyawarah dan kemudian
Hakim Ketua Majelis/ Hakim Ketua Sidang
menetapkan hari, tanggal, jam dan acara
sidang berikutnya.
• Hakim Ketua Majelis/ Hakim Ketua Sidang/
Hakim memerintahkan para pihak untuk
hadir pada hari, tanggal, dan jam tersebut
tanpa dipanggil lagi (kalau hadir semua),
kalau ada yang tidak hadir memerintahkan
Panitera Pengganti untuk memanggilnya
dengan surat tercatat.
PENUTUPAN SIDANG

• Hakim Ketua Majelis/ Hakim Ketua Sidang/ Hakim


menyatakan dipersidangan bahwa sidang selesai
dan dinyatakan ditutup, kemudian palu sidang
diketuk.
• Ketika Hakim Ketua Majelis/ Hakim Ketua Sidang/
Hakim berdiri meninggalkan ruangan, petugas
sidang memerintahkan pengunjung sidang untuk
berdiri.
• Majelis Hakim meninggalkan ruangan secara
berurutan sesuai dengan urutan Majelis Hakim.
Praktek Sidang Penyampaian Replik dan
Duplik

1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang.


2. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan
sidang terbuka untuk umum.
3. Hakim Ketua Majelis menjelaskan acara sidang.
4. Hakim Ketua Majelis memerintahkan penggugat untuk
membacakan Replik Penggugat.
5. Hakim Ketua Majelis mendengarkan keterangan
penggugat tentang Repliknya.
6. Hakim Ketua Majelis memerintahkan tergugat untuk
membacakan Dupliknya.
7. Hakim Ketua Majelis mendengarkan keterangan
tergugat tentang Dupliknya.
8. Hakim Ketua Majelis memberi kesempatan kepada
Pengugat dan tergugat untuk mengajukan bukti surat.
9. Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada
para pihak dan Hakim Anggota untuk memberikan
pendapat (kalau ada).
10. Majelis Hakim bermusyawarah untuk menentukan hari
sidang berikutnya.
11. Hakim Ketua Majelis mengumumkan hari dan acara sidang
berikutnya.
12. Hakim Ketua Majelis menutup sidang.
Praktek Sidang Penyampaian Bukti Surat
1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang.
2. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan
menyatakan sidang terbuka untuk umum.
3. Hakim Ketua Majelis menjelaskan acara sidang.
4. Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan
kepada penggugat untuk menyampaikan bukti
surat.
5. Hakim Ketua Majelis memeriksa bukti surat
penggugat dan memperlihatkannya kepada
tergugat.
6. Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan
kepada tergugat untuk menyampaikan bukti
surat.
7. Hakim Ketua Majelis memeriksa bukti surat
tergugat dan memperlihatkannya kepada
penggugat.
8. Hakim Ketua Majelis memberi kesempatan
kepada para pihak untuk mengajukan bukti
saksi (kalau ada).
9. Hakim Ketua Majelis memberikan
kesempatan kepada para pihak dan Hakim
Anggota untuk memberikan pendapat (kalau
ada).
10. Majelis Hakim bermusyawarah untuk
menentukan hari sidang berikutnya.
11. Hakim Ketua Majelis mengumumkan hari
dan acara sidang berikutnya.
12. Hakim Ketua Majelis menutup sidang.
Praktek Sidang Pemeriksaan Saksi
1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang.
2. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan
menyatakan sidang terbuka untuk umum.
3. Hakim Ketua Majelis menjelaskan acara
sidang.
4. Hakim Ketua Majelis memerintahkan
Penggugat untuk mengajukan bukti saksi.
5. Majelis Hakim mendengarkan ketarangan
saksi penggugat.
6. Hakim Ketua Majelis memerintahkan
tergugat untuk megajukan bukti saksi.
8. Majelis Hakim mendengarkan keterangan saksi
tergugat.
9. Hakim Ketua Majelis memberi kesempatan
kepada para pihak untuk mengajukan kesimpulan
(kalau ada).
10. Hakim Ketua Majelis memberikan
kesempatan kepada para pihak dan Hakim Anggota
untuk memberikan pendapat (kalau ada).
11. Majelis Hakim bermusyawarah untuk menentukan
hari sidang berikutnya.
12. Hakim Ketua Majelis mengumumkan hari dan
acara sidang berikutnya.
13. Hakim Ketua Majelis menutup sidang.
Praktek Sidang Penyampaian Kesimpulan

1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang.


2. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan
menyatakan sidang terbuka untuk umum.
3. Hakim Ketua Majelis menjelaskan acara
sidang.
4. Hakim Ketua Majelis memerintahkan
penggugat untuk menyampaikan
kesimpulannya.
5. Hakim Ketua Majelis memerintahkan
tergugat untuk menyampaikan
kesimpulannya.
6. Hakim Ketua Majelis memberikan
kesempatan kepada para pihak dan Hakim
Anggota untuk memberikan pendapat
(kalau ada).
7. Majelis Hakim bermusyawarah untuk
menentukan hari sidang berikutnya.
8. Hakim Ketua Majelis mengumumkan hari
dan acara sidang berikutnya.
9. Hakim Ketua Majelis menutup sidang.
Praktek Sidang Pembacaan
Putusan

1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang.


2. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan
menyatakan sidang terbuka untuk umum.
3. Hakim Ketua Majelis menjelaskan acara
sidang.
4. Majelis Hakim membacakan putusan.
5. Hakim Ketua Majelis menjelaskan hak-hak
para pihak terhadap Putusan Pengadilan.
6. Hakim Ketua Majelis menjelaskan
bahwa pemeriksaan sengketa
selesai.

7. Hakim Ketua Majelis menutup


sidang.
Asas-asas Umum Peradilan Yang Baik :
 1. Menjunjung tinggi hak seseorang untuk mendapat
putusan (right to a decision).
 2. Setiap orang berhak mengajukan perkara sepanjang
mempunyai kepentingan (no interest,no action).
 3. Larangan menolak untuk mengadili kecuali ditentukan
lain oleh undang-undang.
 4. Putusan harus dijatuhkan dalam waktu yang pantas
dan tidak terlalu lama.
 5. Asas Imparsialitas (tidak memihak).
 6. Asas kesempatan untuk membela diri (audi et alteram
partem).
 7. Asas obyektivitas (no bias),tidak ada kepentingan
pribadi-pribadi atau pihak lain.
 8. Menjunjung tinggi prinsip nemo judex in rex sua yaitu
hakim tidak boleh mengadili perkara dimana ia terlibat
dalam perkara aquo.
 9. Penalaran hukum (legal reasoning) yang jelas dalam
isi putusan.
 10. Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan).
 11. Transparansi (keterbukaan).
 12. Kepastian hukum dan konsistensi.
 13. Menjunjung hak-hak asasi manusia.
Karakteristik hukum acara Peradilan TUN

1. Peranan Hakim aktif (dominus litis).


2. Menyeimbangkan kedudukan Penggugat dan Tergugat
(asas kompensasi).
3. Asas pembuktian bebas terbatas (vrijs bewijs).
4. Gugatan tidak menunda pelaksanaan keputusan yang
digugat (asas praesumptio iustae causa/praduga
rechtmatig).
5. Putusan hakim tidak boleh bersifat ultra petita (melebihi
tuntutan penggugat) tetapi reformatio in peius (putusan
yang tidak menguntungkan penggugat) dibolehkan.
6. Putusan Pengadilan bersifat erga omnes (mengikat
semua pihak).
7. Untuk mengajukan gugatan harus ada kepentingan (poin
d^interet,poin d^action).
8. Proses pemeriksaan gugatan melalui tahapan penelitian
administrasi,tahap dissmissal proses,tahap pemeriksaan
persiapan dan tahap sidang terbuka untuk umum.
9. Tidak mengenal putusan verstek.
10. Tidak mengenal gugatan rekonpensi.
Ukuran ketinggian ilmu
yang dimiliki bukan semata-mata
penguasaan tetapi kearifan
karena sesungguhnya tidak ada orang
yang benar-benar menguasai suatu ilmu
pengetahuan.
Termasuk Enstein yang termashur
ketika mendalami ilmu fisika
khususnya untuk mengembangkan
teori realitivitas
Dia minta bantuan temannya
yang menjadi guru besar matematika.
Orang yang arif adalah :
 Orang yang tidak berpengetahuan dan
menyadari bahwa ia tidak berpengetahuan
 Orang yang pandai tapi tidak pernah
menyatakan atau menyadari
kepandaiannya

Bagir Manan, Varia Peradilan


Desember 2009
Surat khalifah Umar
 Kepada Abu Musa Al-Asyari (qadli di
Kufah) :
 Samaratakanlah manusia (pihak-pihak)
dalam majelismu,dalam pandanganmu
dan dalam Putusanmu,sehingga orang
berpangkat tidak mengharapkan
penyelewenganmu dan orang yang lemah
tidak sampai putus asa mendambakan
keadilanmu….

Anda mungkin juga menyukai