Anda di halaman 1dari 54

TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI

“ TANTANGAN DALAM KEADAAN SPECIFIK ( BERDUKA DAN KEHILANGAN,


ABUSE, KEADAAN KLINIS ACUT,KELOMPOK MINORITAS )”

VERA KORNITA, SKM, MM


Hambatan dalam Komunikasi

Hambatan dalam komunikasi juga dapat disebut dengan


gangguan, noise, atau filter. Menurut Dimbebley dan
Burton, kata filter lebih tepat. Mereka berkata bahwa sangat
jarang terjadi komunikasi yang benar-benar terhambat
hingga menyebabkan pesan tidak dapat tersampaikan
sama sekali. Hambatan adalah setiap rangsangan
tambahan yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu
kecermatan pesan yang disampaikan (Mulyana, 2008,
h.150). Hambatan atau gangguan selalu ada di dalam
saluran komunikasi bersama pesan yang diterima oleh
komunikan.
Senada dengan pengertian yang disampaikan oleh Deddy
Mulyana, menurut Joseph De Vito noise atau hambatan
dalam komunikasi dapat diartikan secara teknik.
Menurutnya, hambatan adalah segala sesuatu yang dapat
mengubah pesan dan/atau menghalangi penerima untuk
menerima pesan.
Definisi lain tentang hambatan komunikasi disampaikan
oleh Owen Hergie dan David Dickson dalam bukunya yang
berjudul Skilled Interpersonal Communication.
Menurutnya, hambatan komunikasi adalah gangguan
apapun yang dapat mengganggu atau menurunkan kualitas
pesan sehingga makna yang didapat tidak sesuai dengan
yang diinginkan.
Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi

Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang


menghalangi atau mengganggu tercapainya komunikasi
yang efektif. Hambatan komunikasi dapat mempersulit
dalam mengirim pesan yang jelas, mempersulit
pemahaman terhadap pesan yang dikirimkan, serta
mempersulit dalam memberikan umpan balik yang sesuai.
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan
komunikasi yaitu hambatan personal, hambatan fisik,
hambatan kultural atau budaya, serta hambatan lingkungan
A.Hambatan personal
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi
pada peserta komunikasi, baik komunikator maupun
komunikan/komunikate. Hambatan personal dalam
komunikasi meliputi sikap, emosi, stereotyping, prasangka,
bias, dan lain-lain.
B.Hambatan kultural atau budaya
Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki
kebudayaan dan latar belakang yang berbeda mengandung
arti bahwa kita harus memahami perbedaan dalam hal nilai-
nilai, kepercayaan, dan sikap yang dipegang oleh orang
lain.
Hambatan kultural atau budaya mencakup bahasa,
kepercayan dan keyakinan. Hambatan bahasa terjadi ketika
orang yang berkomunikasi tidak menggunakan bahasa
yang sama, atau tidak memiliki tingkat kemampuan
berbahasa yang sama.
Hambatan juga dapat terjadi ketika kita menggunakan
tingkat berbahasa yang tidak sesuai atau ketika kita
menggunakan jargon atau bahasa “slang” atau “prokem”
atau “alay” yang tidak dipahami oleh satu atau lebih orang
yang diajak berkomunikasi.
Hal lain yang turut memberikan kontribusi terjadinya
hambatan bahasa adalah situasi dimana percakapan terjadi
dan bidang pengalaman ataupun kerangka referensi yang
dimiliki oleh peserta komunikasi mengenai hal yang menjadi
topik pembicaraan.
C.Hambatan fisik
Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas
komunikasi. Hambatan fisik komunikasi mencakup
panggilan telepon, jarak antar individu, dan radio.
Hambatan fisik ini pada umumnya dapat diatasi.
Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi
Berbagai hambatan komunikasi yang dapat menyebabkan
ketidakefektifan komunikasi dapat kita atasi dengan
memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1. Pengirim pesan/komunikator/sender
Komunikasi adalah suatu proses yang berlangsung dua
arah dan diawali oleh pengirim pesan. Pengirim pesan
hendaknya merumuskan informasi sedemikian rupa agar
tujuan komunikasi tercapai.
Pengirim pesan harus proaktif dalam membuat
penerima/komunikan/komunikator/receiver mengerti dan
memahami pesan yang disampaikan. Seringkali, apa yang
dikatakan tidak selalu sesuai dengan apa yang didengar.
Untuk menghindarinya, hal-hal yang harus dilakukan adalah
:
• Menyatakan satu ide atau gagasan dalam satu waktu.
• Menyatakan ide atau gagasan dengan singkat.
• Memberikan penjelasan ketika diperlukan.
• Melakukan pengulangan jika diperlukan.
• Menerima dan memberikan umpan balik.
• Melakukan pilihan kata, nada suara dan bahasa tubuh
yang tepat.
• Mengembangkan sikap empati terhadap
penerima/komunikan/komunikate/receiver dalam mengatasi
hambatan kultural atau budaya dalam komunikasi.
2. Pesan
Pesan merupakan informasi sederhana yang ingin
disampaikan oleh pengirim pesan kepada penerima. Pesan
dapat berupa pesan verbal maupun pesan non verbal.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya masalah,
pengirim harus :
• Menggunakan terminologi yang tepat.
• Berbicara dengan jelas.
• Waktu pengiriman pesan disesuaikan dengan kesiapan
penerima pesan untuk mendengarkan atau menerima
pesan.
• Menggunakan volume suara yang sesuai.
• Pesan yang disampaikan hendaknya bersifat inklusif dan
informatif. Inklusif artinya bahwa pesan berisi segala
sesuatu yang diperlukan oleh penerima pesan untuk
memahami maksud pengirim. Informasi artinya pesan
merupakan sesuatu yang ingin diketahui oleh penerima
pesan.
3. Penerima/komunikan/komunikate/receiver
Penerima pesan membutuhkan informasi untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Untuk itu, penerima pesan
harus memegang kendali atas seluruh proses komunikasi
yang berlangsung. Agar penerima pesan memegang
kendali, adalah penting bagi penerima pesan untuk yakin
bahwa pengirim pesan memahami apa yang diinginkan
oleh penerima pesan dan mengapa mereka
menginginkannya.
Aktif mendengarkan adalah suatu proses yang
digunakan oleh penerima pesan untuk memfasilitasi
komunikasi dan meningkatkan penampilan.
Dalam artian, penerima pesan aktif dalam proses
komunikasi. Agar penerima pesan dapat mendengarkan
dengan aktif, hal-hal yang perlu dilakukan oleh penerima
pesan adalah :
• Fokus perhatian pada pesan yang disampaikan dengan
memberikan momen prioritas. Jika memungkinkan
melihat atau melakukan kontak mata kepada pengirim
pesan.
• Mendengar dan melihat isi pesan tidak langsung atau
non verbal sama baiknya ketika mendengarkan kata-kata.
Perhatikan petunjuk non verbal yang menyajikan
informasi berdasar pada apa yang ingin disampaikan oleh
pengirim pesan. Persepsi yang diberikan oleh penerima
pesan terhadap pesan dan pengirim pesan dapat
berbeda. Pilihan kata, nada suara, posisi tubuh, geture
dan gerakan mata merefleksikan perasaan dibalik kata-
kata yang diucapkan.
• Menjaga pikiran tetap terbuka dan hindari penilaian.
• Melakukan verfikasi terhadap apa yang didengar atau
disampaikan. Jangan berasumsi bahwa persepsi yang
diberikan terhadap pesan merupakan bentuk persetujuan
dengan tujuan pengirim pesan. Berikan umpan balik yang
tepat kepada pengirim pesan.
4. Umpan Balik Pesan
Penerima yang efektif memverifikasi pemahaman
mereka terhadap pesan yang dikirim oleh pengirim pesan.
Mereka menyadari kata-kata, nada suara, dan bahasa
tubuh ketika mereka memberikan umpan balik. Berbagai
bentuk umpan balik yang diberikan dapat berupa
pengakuan, pengulangan, dan parafrase.
Kemudian, yang dimaksud dengan pengakuan adalah
bahwa penerima pesan telah menerima dan memahami
pesan yang disampaikan.
Untuk pesan yang bersifat informatif yang rumit,
pengakuan saja tidaklah cukup untuk memastikan dan
memahami pesan yang disampaikan. Sedangkan, yang
dimaksud dengan pengulangan adalah mengulang kembali
kata-kata yang disampaikan oleh pengirim pesan.
Terakhir, yang dimaksud dengan parafrase adalah
mengulang kata-kata yang disampaikan oleh penerima
pesan sendiri kepada pengirim pesan. Parafrase
memungkinkan penerima pesan untuk melakukan verifikasi
terhadap pemahaman pesan dan menunjukkan kepada
pengirim pesan bahwa penerima pesan mendengarkan
pesan dengan baik.
CARA MENGATASI TANTANGAN
1. Komunikasi antar budaya
Adalah sebuah proses dari mengirim dan menerima pesan
yang terjadi antar masyarakat yang berbeda kebudayaan
dimana ini dapat membuat mereka menginterpretasikan
pesan secara verbal dan non-verbal. Karena budaya sangat
mempengaruhi maka, untuk mengetahui sebuah pesan
sukses tersampaikan, seseorang perlu untuk mengetahui
perbedaan budaya yang paling mendasar dan bagaimana
menanggapinya.
2. Perbedaan kontekstual.
Merupakan pola isyarat fisik, rangsangan dari lingkungan,
dan pengertian langsung mengenai dua anggota dari dua
orang budayanya sama.
Meliputi :
a. High-context culture.
Hanya sedikit orang yang berkomunikasi secara verbal,
mereka cenderung lebih menggunakan komunikasi non-
verbal disertai lingkungan yang membantu memberikan
maknanya. Contohnya, ‘budaya berbasa-basi’ di Indonesia
ketika akan menyampaikan sesuatu.
b. Low-context culture.
Konteks ini mengutamakan komunikasi secara verbal
dimana mereka dapat langsung menyampaikan
maksudnya. Contohnya, masyarakat Amerika Serikat yang
seringkali langsung mengutarakan maksud dan tujuannya.
3. Perbedaan hukum dan etika.
Akan tetapi, itu bukan hal mustahil untuk dilakukan bila kita
melakukannya dengan didasarkan pada empat prinsip
berikut:
a) Saling mencari dasar dengan secara aktif.
b) Mengirim dan menerima pesan tanpa pertimbangan.
c) Mengirim pesan secara jujur.
d) Menunjukkan kepekaan terhadap perbedaan
kebudayaan.
4. Perbedaan sosial.
Aturan formal dari etiket sangat jelas dan mudah untuk
didefiniskan sedangkan aturan informal dapat dipelajari
dengan melakukan pengamatan dan peniruan.
Gabungan dari aturan formal dan informal mempengaruh
keseluruhan perilaku sebagian besar orang di masyarakat
untuk jangka waktu yang panjang.
Selain faktor-faktor yang sudah ada, keragaman norma
sosial juga ditentukan oleh berbagai budaya dan diterapkan
dalam bidang berikut ini:
1) Perilaku terhadap kesuksesan dan pekerjaan.
2) Peran dan status
3) Penggunaan tata krama.
4) Konsep waktu.
5) Berorientasi untuk masa depan.
6) Keterbukaan dan keikutsertaan.
7) Penggunaan teknologi komunikasi.

5. Perbedaan non-verbal.
Arti dari tanda non-verbal dapat menjadi beragam
bergantung pada kebudayaannya. Jadi, tidak dapat
mengandalkan pada asumsi.
Komunikasi non-verbal dapat membantu mengarahkan
untuk menentukan makna dari pesan.
Tetapi, situasi ini hanya dapat terjadi apabila antara si
pengirim dan penerima memiliki makna yang sama terkait
dengan tanda non-verbal tersebut.
Ada beberapa bentuk komunikasi non-verbal yang dapat
dipelajari melalui pengamatan , yaitu:
1) Salam.
Berupa jabat tangan, membungkukkan tubuh 900, atau
ciuman pipi kiri-kanan.
2) Jarak antar seseorang.
Terlihat ketika mereka tengah bercakap apakah mendekat
atau saling menjauhi.
3) Sentuhan.
Sentuhan bisa digunakan untuk mengekspresikan
kebahagiaan, suka cita dsb. Tergantung budayanya.
4) Ekspresi wajah.
Melalui ekspresi di wajah seseorang, kita akan mudah
menebak bagaimana situasi orang tersebut
5) Kontak mata.
Ada beberapa negara yang dalam percakapan langsung
menuntut adanya kontak mata antar satu sama lain.
6) Postur.
Bagaimana sikap tubuh orang tersebut ketika berada di
kantor atau di ruang publik, sering menjadi salah satu
penentu untuk mengetahui makna dari kondisi orang
tersebut.
6. Perbedaan usia.
Pandangan budaya terkait generasi muda dan generasi tua
mempengaruhi bagaimana orang berkomunikasi dengan
satu sama lain.
7. Perbedaan gender.
Gender mempengaruhi komunikasi di tempat kerja di
beberapa hal.
a. Pertama, ada persepsi mengenai pria dan wanita dalam
bisnis dari beberapa budaya dan ini dapat menjadi bias
yang berakibat adanya diskriminasi dan keyakinan bawah
sadar.
b. Kedua, ketika rasio pria dan wanita yang bekerja di level
profesionl ada dalam posisi yang sama maka, adanya
penambahan persentase pria oleh manajemen.
c. Ketiga, pria dan wanita memiliki gaya komunikasi yang
berbeda.
Pria cenderung menekankan konten dalam pesan mereka,
sementara wanita cenderung menekankan pemeliharaan
hubungan di dalam pesan mereka. Jadi, pria lebih suka
berterus-terang sedangkanan wanita, lebih mengutamakan
harmonisnya suatu hubungan.
8. Perbedaan agama.
Agama adalah hal yang paling berpotensi memunculkan
kontroversi dan konflik dari 'settingan'-semata. Jadi, di
perusahaan sebaiknya memperhatikan bagaimana
karyawannya dalam berkomunikasi antar sesame karyawan
tanpa menyinggung konteks agama yang kemungkinan
dapat dikaitkan dalam dunia bisnis. Atau jika menjalin
kerjasama dengan pihak yang dari segi agama terdapat
perbedaan, tata cara berkomunikasinya pun perlu
diperhatikan.
9. Perbedaan kemampuan.
• Kolega dan konsumen yang memiliki keterbatasan akan
berdampak pada komunikasi terutama mengenai hal-hal
penting terkait dengan aspek perbedaan makna pada
gambar. Jika hal ini terjadi, akan muncul perbedaan
interpretasi pada tiap orang untuk suatu hal yang sama.
Solusinya adalah dengan menggunakan teknologi yang
mendukung dilengkapi dengan website yang juga
mendukung agar para pengusaha dapat menciptakan
tempat kerja yang lebih terbuka dan mendapat manfaat
dari kontribusi orang dengan gangguan fisik maupun
kognitif.
4. Untuk mempelajari suatu budaya yang berbeda, kita
perlu melakukan adaptasi terhadap budaya itu sendiri.
Dalam melakukan proses adaptasi tersebut, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
a. Menyadari prasangka yang muncul dari dalam diri.
b. Menolak “Golden Rule”.
c. Melatih rasa toleransi, fleksibilitas dan kepekaan.
d. Mempraktekkan rasa sabar dan memelihara selera
humor.
5. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi antar
budaya.
Cara-caranya sebagai berikut:
a. Mempelajari kebudayaan lain seperti cara berperilaku,
cara berbicara, kata-kata yang boleh/tidak boleh dikatakan
di tempat-tempat tertentu dan sebagainya.
b. Mempelajari bahasa lain seperti makna yang ada dari
setiap kosakata baru dalam bahasa lain, kalimat-kalimat
yang umum digunakan dalam percapakan baik formal
maupun informal.
Selain itu, ada beberapa negara yang juga menggunakan
huruf/symbol dalam tulisan-tulisannya, jika kita ingin mudah
dalam komunikasi antarbudaya, perlu juga untuk
mempelajari tulisan-tulisan tersebut.
c. Kepekaan dalam mengutamakan gaya berkomunikasi.
d. Menulis dengan baik dan benar serta mudah dipahami
bahasa penulisannya dan kalimat-kalimat yang digunakan
juga sistematikan penulisan yang digunakan.
Tantangan Komunikasi Dalam Keadaan
Berduka/kehilangan,abuse, keadaan klinis akut, kelompok
minoritas
Kehilangan dan berduka dialami oleh setiap orang pada
suatu waktu dalam kehidupan mereka. Kehilangan adalah
situasi aktual atau potensial yang di dalamnya sesuatu
yang dinilai berharga berubah, tidak lagi ada, atau
menghilang.Kehilangan adalah suatu situasi maupun
potensial yang dapat dialami individu ketika terjadi
perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, baik sebagian ataupun keseluruhan
Rasa kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu selama hidupnya. Sejak lahir,
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.
Istilah kehilangan mencangkup dua hal yaitu berduka
(grieving) dan berkabung (mourning). Berduka merupakan
reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini terwujud
dengan berbagai cara yang unik pada masing-masing
individu berdasarkan pengalaman pribadi, ekspetasi
budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya.
Berduka adalah respon total terhadap pengalaman
emosional akibat kehilangan. Berduka dimanifestasikan
dalam pikiran, perasaan dan perilaku yang berhubungan
dengan distres atau kesedihan yang mendalam.
Jenis-Jenis Kehilangan
1. Kehilangan Obyek Eksterna
Kehilangan obyek/kehilangan milik sendiri/bersama-
sama misalnya kecurian (perhiasan, uang, perabot rumah)
atau kehancuran akibat bencana alam.
2. Kehilangan Lingkungan Yang Dikenal
Bisa diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang
sangat di kenal termasuk dari latar belakang keluarga
dalam waktu satu periode atau bergantian secara
permanen, misalnya berpindah rumah, dirawat di rumah
sakit atau berpindah pekerjaan.
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti
Kehilangan yang sangat bermakna/orang yang sangat
berarti adalah salah satu kehilangan yang sangat membuat
stress, misalnya pekerjaan, kepergian anggota keluarga
atau teman dekat, orang yang dipercaya atau binatang
peliharaan, perceraian.
4. Kehilangan suatu aspek diri
Kehilangan diri atau anggapan mental seseorang,
misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik.
5. Kehilangan hidup
Dimana seseorang mengalami mati baik secara
perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang
disekitarnya sampai pada kematian yang sesungguhnya,
misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat atau diri
sendiri atau orang yang hidup sendirian dan sudah
menderita penyakit terminal sekian lama dan kematian
merupakan pembebasan dari penderitaan.
Jenis-Jenis Berduka
1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku dan
reaksi yang normal terhadap kehilangan. Misalnya
kesedihan, kemarahan, menangis kesepian dan menarik
diri dari aktivitas untuk sementara.
2. Berduka antisipatif yaitu proses melapaskan diri yang
muncul sebelum kehilangan atau kematian yang
sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis
terminal, individu akan memulai proses perpisahan dan
menyelesaikan berbagai urusan di dunia sebelum ajalnya
tiba.


3.Berduka yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk
maju ketahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal.
Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir
sehingga daapt mengancam hubungan individu yang
bersangkutan dengan individu lain.
4.Berduka tertutup, yaitu kedukaan dengan kehilangan
yang tidak daapt diakui secara terbuka. Misalnya,
kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami
kematian orang, dan ibu yang kehilangan anaknya di
kandunga atau ketika bersalin.
Tanda dan gejala berduka
1.Efek fisik
Kelelahan, kehilangan selera, masalah tidur, lemah, berat
badan menurun, sakit kepala, pandangan kabur, susah
bernapas, palpitasi dan kenaikan berat badan.
2.Efek emosi
Mengingkari, bersalah , marah, kebencian, depresi,
kesedihan, perasaan gagal, sulit untuk berkonsentrasi,
gagal dan menerima kenyataan , iritabilita, perhatian
terhadap orang yang meninggal.
5.Efek social
6.Menarik diri dari lingkungan
7.Isolasi (emosi dan fisik) dari istri, keluarga dan teman.
Tugas klien yang berduka
1.Menerima realita kehilangan
Terjadi bila wanita dan keluarganya datang untuk
menghadapi realitas kehilangan seseorang telah meninggal
dan hidup mereka berubah. Melihat, memeluk, menyentuh
dan mengingat adalah cara yang digunakan individu yang
berduka untuk dapat memastikan kematian seseorang.
Penting bagi wanita dan keluarganya untuk menceritakan
kisah mereka tentang peristiwa dan pengalaman serta
perasaan kehilangan sehingga secara kognitif dan
emosional mereka menerima bahwa seseorang yang
mereka kasihi telah meninggal.
2.Menerima sakitnya rasa duka
Ini mengandung makna individu yang berduka harus
merasakan dan mengungkapkan emosi berduka yang
sangat. Mendalam. .
Anda atau keluarga merasakan sakitnya berduka dengan
intensitas yang berbeda-beda, tetapi kematian biasanya
dirasakan sebagai pengalaman berduka yang menyakitkan
oleh setiap orangMasyarakat secara umum cenderung
meminimalkan kematian seseorang karena tidak memiliki
hubungan sosial yang nyata atau kedekatan dengan orang
yang meninggal tersebut.
3.Menyesuaikan diri dengan lingkungan
Upaya penyesuaian diri dengan tempaan lingkungan
setelah menjalani suatu kehilangan berarti belajar
mengakomodasi perubahan akibat kehilangan.Seiring
perjalanan waktu individu yang mengalami proses berduka
memiliki kesempatan untuk mengubah pandangan mereka
tentang bagaimana peristiwa kehilangan tersebut
mempengaruhi hidup mereka. Hal ini bukan berarti mereka
telah melupakan seseorang yang telah meninggalkannya,
tetapi dengan berlalu minggu dan bulan mereka memiliki
kesempatan untuk mengembangkan perspektif yang baru.
Melanjutkan perasaan yang berbeda dan berbagai cara
untuk mengatasi masalah mereka.
4.Kehidupan atau reorganisasi
Melanjutkan hidup atau reorganisi berarti mencintai dan
hidup kembali. Orang yang ditinggalkan mulai lebih dapat
menikmati hal-hal yang memberikan kesenangan, dapat
memelihara diri sendiri dan orang lain, mengembangkan
minat-minat baru dan menetapkan kembali seluruh
hubungan merupakan ciri-ciri
Faktor-faktor yang menyertai resiko kehilangan (berduka) :
Menurut martocchio faktor – faktor resiko yang menyertai
kehilangan (berduka) meliputi :
• Status sosial ekonomi yang rendah
• Kesehatan yang buruk
• Kematian yang tiba-tiba atau sakit yang mendadak
• Merasa tidak adanya dukungan sosial yang memadai
• Kurangnya dukungan dari kepercayaan keagamaan
• Kurangnya dukungan dari keluarga atau seseorang yang
tidak dapat menghadapi ekspresi berduka
• Kecenderungan yang kuat tentang keteguhan pada
seseorang sebelum kematian atau kehidupan setelah
mati dari seseorang yang sudah mati.
• Reaksi yang kuat tentang distress, kemarahan dan
mencela diri sendiri.
Dampak kehilangan :
• Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam
kemampuan untuk berkembang, kadang-kadang akan
timbul regresi serta merasa takut untuk ditinggalkan atau
dibiarkan kesepian.

• Pada masa remaja, kehilangan dapat terjadi disintegrasi
dalam keluarga.
• Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian
pasangan hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat
berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang
ditinggalkan.
Tindakan Pada Pasien yang Kehilangan dan Berduka
• Tindakan Pada Pasien dengan Tahap Pengingkaran.
• Memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya, dengan cara :
• Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
berdukuanya.
• Meningkatkan kesabaran pasien, secara bertahap,
tentang kenyataan dan kehilangan apabila sudah siap
secara emosional.
• Menunjukkkan sikap menerima dengan ikhlas kemudian
mendorong pasien untuk berbagi rasa dengan cara :
• Mendengarkan dengan penuh perhatiaan dan minat
mengenai apa yang dikatakan oleh pasien tanpa
menghukum atau menghakimi.
• Menjelaskan kepada pasien bahwa sikapnya dapat timbul
pada siapapun yang mengalami kehilang.
• Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan
pasien tentang sakit, pengobatan, dan kematia dengan
cara :
a.Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang
mudah dimengerti, jelas dan tidak berbelit-belti.
b.Mengamati dengan cermat respon pasien selama
berbicara.
c.Meningkatkan kesadaran secara bertahap.

Anda mungkin juga menyukai