Anda di halaman 1dari 41

PANCASILA Sebagai ETIKA

 Martha L. Siagian, S.Kep., Ns., M.Kep.


PANCASILA SEBAGAI
SISTEM ETIKA
1. FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA

Dasar Negara

Pandangan Hidup
Fungsi dan
kedudukan
Bangsa
PS
Ideologi Negara

Jiwa dan Kepribadian


Bangsa
Ketuhanan

Kemanusiaan

Nilai PS Persatuan

Kerakyatan

Keadilan

Secara normatif  acuan


tindakan baik
Pancasila
Secara filosofis  dijadikan
perspektif kajian nilai dan
norma yg berkembang di
masyarakat
 Sebagai suatu nilai  terpisah satu sama lain, nilai-2
tersebut bersifat universal (ditemukan dimanapun dan
kapanpun).

 Sebagaisuatu kesatuan nilai PS yg utuh  nilai-2 tsb


memberikan ciri khusus Ind, karena merupakan
komponen utuh yang terkristalisasi dalam PS.

 PS, awalnya merupakan konsensus politik sbg dasar


negara Ind pd waktu merdeka  berkembang menjadi
konsensus moral.

 PS  sebagai sistem etika, utk mengkaji moralitas


bangsa dlm konteks hubungan berbangsa & bernegara.
2. ETIKA

a. Pengertian

 Etika  kajian ilmiah terkait etiket atau moralitas.


 Etika  sebagai aturan kesusilaan / sopan santun.
 Istilah yg tepat  etiket pergaulan  etiket
jurnalistik, etiket kedokteran, dll.
 Scr etimologis (asal kata), etika berasal dari bhs
Yunani, ethos : watak kesusilaan atau adat.
Identik dengan moral yg berasal dari bhs Latin
mos (jamak mores) = adat atau cara hidup.
 Kata etika dan moral ada kesamaan arti, dalam pemakaian
sehari-hari digunakan secara berbeda.
 Moral / moralitas  digunakan utk perbuatan yg sedang dinilai.
 Etika  digunakan utk mengkaji sistem nilai yang ada.
 Dalam bahasa Arab, padanan kata etika = akhlak. Jamaknya
khuluk = perangai, tingkah laku atau tabiat.
b. Aliran Besar Etika

Ada 3 teori / aliran besar bagian etika :


1) Etika Deontologi (ED)

Memandang tindakan baik atau buruk berdasarkan


apakah tindakan itu sesuai / tidak sesuai kewajiban.
E
D Tak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut,
baik atau buruk.
Kebajikan  ketika seorang melaksanakan apa yang
sudah menjadi kewajibannya

Tokoh ED  Immanuel Kant (1734 –1804).


 Kewajiban moral  sebagai manifestasi hukum moral
adalah sesuatu yang sudah ditanam dalam setiap diri
pribadi manusia yang bersifat uuniversal.
 Manusia suadah dibekali pemahaman  tindakan itu
baik atau buruk seharusnya melakukan kebaikan dan
meninggalkan keburukan sebagai perintah tanpa syarat
(imperatif / kategoris).

Contoh :
 Kewajiban moral tidak korupsi  merupakan tindakan
tanpa syarat yg hrs dilakukan oleh setiap mns.
Bukan krn hasil atau adanya tujuan ttt yang akan diraih.
Sebenarnya, scr moral sudah tahu bahwa korupsi 
tindakan yg buruk.
Menekankan bahwa tindakan /
kebijakan hrs didasari oleh motivasi
& kemauan baik dlm diri.
ED
Tanpa pamrih apapun
 Ukuran kebaikan ED  kewajiban, kemauan baik,
kerja keras dan otonomi bebas.
 Setiap tindakan dikatakan baik  bila dilaksanakan
krn didasari kewajiban moral dan demi kewajiban
moral.
Didasari kemauan baik

Kerja keras

Tindakan bila Sungguh-sungguh utk


itu baik melakukan perbuatan itu

Berdasarkan atas otonomi


bebasnya

Tanpa ada paksaan dari luar


2) Etika Teleologi (ET)
 ET kebaikan dengan ED

Memandang baik atau buruk berdasarkan tujuan


atau akibat dari perbuatan itu.

Membantu kesulitan ED, ketika dihadapkan pada


atau lebih kewajiban yang bertentangan satu
ET dengan yang lain.

Jawaban ET bersifat situasional  memilih mana


yang membawa akibat baik walaupun harus
melanggar kewajiban nilai norma yang lain.
Contoh :
a) Ketika bencana sedang terjadi, situasi biasanya chaos.
Keadaan chaos, memenuhi kewajiban sering sulit
dilakukan.
b) Kewajiban pakai helm bagi pengendara motor, tak
dapat dipenuhi karena lebih fokus pada satu tujuan
mencari keselamatan.
c) Kewajiban bayar pajak dan hutang  sulit dipenuhi
karena akan kehilangan harta benda.

Dalam situasi diatas, ET perlu dipertimbangkan, yaitu dari


akibat baik, bbrp kewajiban mendapat toleransi tak
dipenuhi.
Kemudian muncul problem  akibat yang baik
itu, baik menurut siapa ?

Pelaku ?
Apakah baik
untuk
Orang lain ?

Dari pertentangan diatas, ET digolongkan menjadi 2


yaitu :
a) Egoisme etis
b) Utilitarianisme
a) Egoisme Etis (EE)

Memandang tindakan yg baik adalah tindakan yang


berakibat baik untuk pelakunya.

EE
Dibenarkan tiap orang mengejar kebahagiaan utk dirinya.
Dianggap salah / buruk bila membiarkan dirinya rugi /
sengsara

b) Etika Utilitarianisme (EU)

 EU  menilai baik / buruknya suatu perbuatan tergantung


bagaimana akibatnya terhadap banyak orang.
 Tindakan baik, bila manfaatnya besar bagi banyak orang.
EU didalam menentukan suatu tindakan dilematis :

1) Dilihat mana yg memniliki kerugian paling kecil.


2) Manfaat mana yg paling menguntungkan banyak orang.
Sering terjadi kemanfaatannya besar, ttp hanya dinikmati oleh sebagian
kecil orang.

Tak terpaku pada nilai atau norma yg ada

EU
Setiap tindakan dilihat, apakah akibat yg
ditimbulkan akan memberikan manfaat bagi
banyak orang / tidak.
 Bila tindakan, hanya menguntungkan sebagian kecil orang / merugikan,
maka harus dicari alternatif tindakan lain.

Lebih bersifat realistis

E Terbuka thd beragam alternatif tindakan


U Berorientasi pd kemanfaatan yg besar
Menguntungkan banyak orang
 EU, menjawab pertanyaan EE  bahwa kemanfaatan banyak orang yg
lebih diutamakan. Kemanfaatan diri diperbolehkan sewajarnya karena
kemanfaatan itu harus dibagi kepada orang lain.
Kelemahan EU

a) Karena alasan kemanfaatan utk orang banyak, membenarkan adanya


ketidakadilan thd minoritas.
b) Lebih melihat kemanfaatan materialistis, kurang memperhatikan non
material seperti kasih sayang, nama baik, hak, dll.
c) Karena manfaat lebih baik berorientasi materi, maka hal-hal
martabat bangsa, nasionalisme, dll diabaikan.
Contoh :
 Dalam rangka menarik investor asing, aset negara banyak dijual.
 Guna meningkatkan devisa negara banyak TKI dikirim ke LN.
 Lingkungan dirusak atas nama mensejahterakan masy,
d) Berorientasi jangka pendek, kurang melihat jangka panjang seperti
kerusakan lingkungan, dampak negatif pada masa depan dll.
e) Nilai dan norma tidak dianggap penting, berorientasi hasil,
sehingga tindakan yg melanggar nilai dan norma atas
kemanfaatan yg besar tidak masalah.
Contoh : perjudian / prostitusi dibenarkan.

f) EU sulit menentukan mana yg lebih diutamakan, kemanfaatan yg


besar, namun dirasakan oleh sedikit masy atau kemanfaatan kecil
namun yg lebih banyak dirasakan banyak orang meskipun
kemanfaatannya kecil.
Kelemahan EU, dibedakan 2 tingkatan, yaitu :

 Utilitarianisme aturan
 Utilitarianisme tindakan
Berdasarkan 2 (dua) utilitarianisme diatas, maka :
a) Setiap kebijakan atau tindakan hrs dicek, bertentangan /
tidak dg nilai dan norma. Bila bertentangan hrs ditolak,
walaupun memiliki kemanfaatan yg besar.
b) Kemanfaatan tidak hanya dilihat fisik saja, ttp juga yg non
fisik spt kerusakan mental, moralitas, kerusakan
lingkungan dan sebagainya.
c) Masy yg dirugikan perlu pendekatan personal dan
kompensasi yg memadai utk memperkecil kerugian
material dan non material.
3) Etika Keutamaan (EK)

Tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan

Tidak mendasarkan pada penilaian moral pada


kewajiban terhadap hukum moral, tetapi pada

E pengembangan karakter moral diri setiap orang

K Orang tak hanya melakukan tindakan yang baik,


melainkan menjadi orang yang baik.

Karakter moral dibangun dengan cara meneladani


perbuatan-2 baik yang dilakukan oleh para tokoh besar.
Internalisasi dibangun melalui cerita, sejarah yg
mengandung nilai-2 keutamaan agar dihayati dan ditiru
masyarakat.
Kelemahan EK

a) Ketika terjadid alam masyarakat majemuk  tokoh-


tokoh yg jadi panutan juga beragam, sehingga
konsep keutamaannya juga beragam. Kondisi ini
dikhawatirkan akan berdampak terjadi benturan
sosial.

b) Kelemahan EK diatasi dengan mengarahkan


keteladanan tidak pada figur tokoh tetapi pada
perbuatan baik, sehingga ditemukan prinsip-prinsip
umum tentang karakter yg bermoral.
3. ETIKA PANCASILA (EP)
Tak bertentangan dg aliran-aliran besar etika.
Merangkum aliran-2 besar etika.

Mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai PS 


yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan
dan Keadilan.
EP
Perbuatan dikatakan baik bukan hanya bertentangan
dengan nilai-2 tsb, tetapi juga sesuai dan mempertinggi
nilai-2 PS.
Nilai-nilai PS bersifat universal, dapat diterima oleh
siapapun dan kapanpun.

Berbicara ttg nilai-2 yang sangat mendasar dalam


kehidupan manusia
Nilai-nilai mendasar dalam kehidupan
manusia :
1) Ketuhanan
 Merupakan nilai tertinggi, karena menyangkut nilai yg
bersifat mutlak.
 Seluruh nilai diturunkan dari nilai ini.
 Suatu perbuatan dikatakan baik, bila tak bertentangan
dengan nilai ini, kaidah dan hukum Tuhan.
Secara empiris  setiap pelanggaran nilai, kaidah dan
hukum Tuhan akan berdampak buruk.
Contoh :
Pelanggaran kaidah Tuhan untuk pelestarian alam  terjadi
bencana alam banjir, kekeringan, tanah longsor, dsb.
2) Kemanusiaan
 Perbuatan dikatakan baik bila sesuai dengan nilai-2
kemanusiaan.
 Prinsip pokok dlm nilai kemanusiaan PS adalah keadilan
dan keadaban. Keadilan mensyaratkan kesinambungan
antara lahir dan batin, jasmani dan rohani, individu dan
sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang
terikat hukum-2 Tuhan.
 Keadaban  indikasi keunggulan manusia dibanding
makhluk lain seperti hewan, tumbuhan dan benda tak
hidup.
 Perbuatan dikatakan baik bila sesuai nilai-2 kemanusiaan
yg berdasarkan konsep keadilan dan keadaban.
3) Persatuan

 Perbuatan dikatakan baik bila dapat memperkuat


persatuan dan kesatuan.

 Sikap egois dan menang sendiri, sikap memecah


belah  perbuatan buruk.

 Perbuatan atas nama agama (Sila I), tetapi kalau


memecah belah persatuan dan kesatuan menurut
etika PS bukan perbuatan yang baik.
4) Kerakyatan

 Dalam kerakyatan terkandung nilai hikmat / kebijaksanaan dan


permusyawaratan. Kata hikmah / kebijaksanaan berorientasi
pada tindakan yg mengandung nilai kebaikan tertinggi.

 A.n.mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah


dibandingkan mayoritas. Contoh penghapusan 7 kata pada
Piagam Jakarta. Minoritas dimenangkan atas pandangan
mayoritas.

 Dengan demikian, perbuatan belum tentu baik bila disetujui /


bermanfaat utk orang banyak, ttp perbuatan itu baik bila atas
dasar musyawarah berdasarkan hikmah / kebijaksanaan.
5) Keadilan

 Nilai keadilan lebih diarahkan pada konteks sosial


bukan dalam konteks manusia selaku individu.

 Perbuatan dikatakan baik, bila sesuai dengan prinsip


keadilan masyarakat banyak.

 Menurut Kohlberg (1995 : 37) keadilan merupakan


kebajikan utama.
NILAI PANCASILA
 Dapat menjadi sistem etika yg kuat.
 Tak hanya bersifat mendasar, tetapi realistis dan aplikatif.
 Dalam kajian aksiologis, keberadaan nilai mendahului fakta
 nilai-2 PS meruapkan nilai ideal yg sudah ada dlm cita-2
B. Ind yg harus diwujudkan dalam kehidupan.
 Bersifat abstrak umum dan universal, yaitu nilai yg
melengkapi realitas kemanusiaan dimanapun, kapanpun
dan merupakan dasar bagi setiap tindakan dan munculnya
nilai-nilai lain.
 Nilai Ketuhanan  menghasilkan nilai spiritualitas,
ketaatan dan toleransi.
 Nilai Kemanusiaan  menghasilkan nilai kesusilaan, tolong
menolong, penghargaan, penghormatan, kerjasama, dll.
 Nilai Persatuan  menghasilkan nilai cinta tanah air,
pengorbanan, dll.
 Nilai Kerakyatan  menghasilkan nilai menghargai
perbedaan, kesetaraan, dll.
 Nilai Keadilan  menghasilkan nilai kepedulian,
kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dll.
4. PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PERSOALAN
BANGSA & NEGARA

(Studi Kasus Korupsi)

Memprihatinkan, banyak masalah dalam bentuk krisis


multidimensional (Poleksosbud, Hankam, Pendidikan, dll)

Hulunya krisis moral, yg tragisnya dilakukan oleh eksekutif, legeslatif


maupun yudikatif.
NKRI
Moralitas memegang kunci guna mengatasi krisis moral.

Indikator kemajuan B. Ind tak cukup diukur hanya dari kepandaian


WNI, kekayaan alam, dll tetapi yg mendasar adalah bangsa tsb
memegang teguh moralitas.
Moralitas memberi dasar, warna sekaligus penentu arah tindakan
suatu bangsa.
Individu

Moralitas Sosial

Mondial

a. Moralitas Individu (MI)


1) Lebih merupakan kesadaran ttg prinsip baik yg bersifat kedalam.
2) Tertanam dalam diri manusia, berpengaruh thd cara berpikir dan
bertindak.
3) Orang yg memiliki moralitas individu yg baik akan muncul dalam
sikap dan perilaku (sopan, rendah hari, toleran, suka menolong,
bekerja keras, rajin ibadah, rajin belajar, tidak suka menyakiti orang
lain dll).

Moralitas Individu  muncul dr dlm, bkn krn dipaksa dr luar.


 berakumulasi menjadi moralitas sosial, shg tampak perbedaan
masy bermoral tinggi dan rendah.
b. Moralitas Sosial (MS)
 Tercermin dari MI dalam melihat kenyataan sosial.
 Seorang MI-nya baik, dpt MS-nya kurang baik, terutama bagaimana
berinteraksi dg masy yg majemuk. Sikap toleran, suka membantu
hanya ditujukan kepada orang dikelompoknya, ttp tak toleran pd orang
lain diluar kelompoknya.

 MI dan MS  memiliki hub sangat erat dan saling mempengaruhi.


 MI dpt dipengaruhi MS atau sebaliknya seorang yang MI-nya
baik, ketika hidup dilingkungan masy yg bermoral buruk, dpt
menjadi amoral. Hal ini sering terjadi dilingkungan
pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang-2 yg
bermoral busuk  orang yg bermoral baik akan dikucilkan /
diperlakukan tidak adil.
Tak terpengaruh

Orang
MI-nya baik Dapat mempengaruhi
lingkungan moral jelek

Menyesuaikan diri

Orang
MI-nya lemah
Mengikuti
c. Moralitas Mondial (MM)

Bersifat universal
Moralitas Berlaku dimanapun dan kapanpun
mondial
Terkait dg keadilan, kemanusiaan,
kemerdekaan dsb
Moralitas analog = kusir kereta kuda yg harus
mampu mengarahkan kereta akan berjalan. Arah
perjalanan, tak lepas dari kemana tujuan hendak
dituju.
Orang bermoral  tahu arah mana yg dituju, shg
langkah dan pikiran hanya diarahkan ke tujuan
kesenangan dunia atau akhirat.
Pelajaran yang baik :
Pendahulu B.Ind utk merdeka, MI dan MS-nya sangat kuat
dengan diselimuti MM. Setelah Ind merdeka, banyak mereka tak
sempat merasakan buah perjuangannya sendiri. Dasar moral yg
melandasi perjuangan mereka terabadikan dalam pembukaan
UUD 1945 (dlm alinea-2nya).

Alinea pertama :
Kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh karena
itu .......

Alinea ini :
 Payung moral para pejuang kemerdekaan.
 Telah terjadi pelanggaran hak kemerdekaan B. Ind
 Pelanggaran hak kemerdekaan  berarti pelanggaran MM
(perikemanusiaan, perikeadilan).
 Bentuk penjajahan apapun, meruntuhkan nilai-2 hakiki manusia.
PEMBUKAAN UUD 1945  JELAS BAHWA MORALITAS SANGAT
MENDASARI PERJUANGAN MEREBUT KEMERDEKAAN DAN
BAGAIMANA MENGISINYA.

MENGAPA B.IND  HRS MEREBUT KEMERDEKAAN ?


 KARENA PENJAJAHAN BERTENTANGAN DENGAN NILAI
KEMANUSIAAN DAN KEADILAN (ALINEA I).

 SECARA EKSPLISIT FOUNDING FATHERS MENYATAKAN 


KEMERDEKAAN DAPAT DIRAIH KARENA RAHMAT ALLAH DAN
ADANYA KEINGINAN LUHUR BANGSA (ALINEA III).

 ADA PERPADUAN, NILAI ILAHIAH DAN NILAI HUMANITAS YG


SALING MELENGKAPI. DALAM MEMBANGUN NEGARA  PERLU
DASAR-2 NILAI YG BERSIFAT UNIVERSAL (NILAI KETUHANAN,
KEMANUSIAAN, PERSATUAN, KERAKYATAN DAN KEADILAN).
Barang sangat mahal (semakin
langka orang yang bermoral)
Moralitas saat ini
di Indonesia
Barang murah, banyak orang
menggadaikan moralitas dg
beberapa lembar uang

 ADA KETERPUTUSAN (MISSING LINK)


ANTARA ALINEA I, II, III DENGAN ALINEA IV.
 NILAI-2 YG MENJADI DASAR DAN TUJUAN
NEGARA  TELAH DIGADAIKAN DENGAN
SERAKAH DAN BERGELIMANG HARTA.
 EGOISME  MENGALAHKAN SOLIDARITAS
DAN KEPEDULIAN PADA SESAMA.
BAGAIMANA MEMBANGUN KESADARAN MORAL
ANTI KORUPSI BERDASARKAN PANCASILA

 Korupsi  berarti sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,


ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian.
 Kasus korupsi di Ind  semakin merajalela.
 Oleh krn itu penyelesaian korupsi  melalui beragam cara /
pendekatan (eksternal dan internal).
Adanya unsur dari luar diri manusia yg berkekuatan
memaksa orang tak korupsi, spt hukum yang kuat /
hukuman berat, penegak hukum yg bersih.
Eksternal
Terciptanya budaya dan watak masyarakat (orang
enggan / malu korupsi dan lain-lain).
Kekuatan yg muncul dari dalam diri manusia /
individu dan mendapat penguatan dari pendidikan
dan pembiasaan.
Internal
Pendidikan yang kuat  dari keluarga,
menanamkan jiwa anti korupsi, kemudian
diperkuat pendidikan formal dan non formal.

 Membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan PS  membangun


mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal dalam diri masy.
 Di PT  pendidikan PS.
 Nilai-2 PS  bila benar-benar dipahami, dihayati dan diamalkan, pasti
mampu menekan angka korupsi.
 Nilai-2 PS (sila I, II, III, IV, V)  merupakan kesatuan organis, akan
menjadi kekuatan moral besar bila dijadikan landasan moril dan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dalam pemberantasan korupsi.
Penanaman nilai-nilai PS paling efektif :
 Melalui pendidikan
 Melalui media (elektronik, cetak).

Pendidikan informal di keluarga  harus menjadi landasan utama dan


didukung oleh pendidikan formal disekolah dan non formal di
masyarakat.

Peran media  penting, memiliki pengaruh dan daya jangkau yg luas,


shg media harus memiliki visi, misi mendidik bangsa dan membangun
karakter PS di masyarakat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai