Anda di halaman 1dari 43

• Penyakit Telinga Akibat Kerja

Kementrian Kesehatan Republik Gangguan Pendengaran Akibat Bising


Indonesia 2011
Gangguan Pendengaran Akibat Perubahan

PENYAKIT Tekanan Udara


Gangguan Keseimbangan Akibat
Perubahan Tekanan Udara
THT • Gangguan Hidung Akibat Kerja
Rhinitis Alergi Akibat Kerja
AKIBAT Epistaksis Akibat Kerja
Kelainan Penghidu Akibat Kerja
KERJA • Gangguan Tenggorok Akibat Kerja
Disfonia Akibat Kerja
Definisi
Gangguan  pendengaran  akibat  bising  (Noise Induced Hearing Loss)
adalah  penurunan  pendengaran  atau  tuli  akibat pajanan 
bising yangmelebihi  nilai  ambang  batas  (NAB) di  lingkungan kerja. 
Faktor Resiko dan Jenis Pekerjaan
• Faktor risiko  yang  berpengaruh pada derajat parahnya ketulian 
ialah  intensitas  bising,  frekuensi,  lama  pajanan  perhari,  masa 
kerja,  kepekaan  individu,  umur  dan  faktor  lain  yang  dapat 
menimbulkan  ketulian.

• Beberapa faktor  yang berinteraksi dengan bising adalah: 
• Faktor Internal: usia, aterosklerosis, hipertensi , 
gangguan telinga tengah dan proses penuaan. 
• Faktor Eksternal : suhu abnormal, getaran, obat  atau zat ototoksik
Jenis Pekerjaan
• konstruksi (pekerja bangunan, dll)  
• pertambangan  (pekerja  pengeboran  minyak,   pekerja tambang, dll)
• transportasi  (pengemudi  angkutan  umum,   petugas di 
lapangan terbang ,dll)  
• industri  manufaktur  (pekerja  industri 
garmen , tekstil, sepatu, elektronik, otomotif, dan lain­lain)  
Diagnosis Gangguan Pendengaran Akibat
Bising di Tempat Kerja
1)  Diagnosis klinis tuli  sensorineurinal 
2)  Menentukan  adanya  pajanan  di  tempat  kerja  yaitu  bising  dan  pajanan  lain
yang  dapat  mempengaruhi. 
3)  Menentukan adanya hubungan pajanan dengan  diagnosis  klinis:  bising  dapat 
mengakibatkan  tuli  sensorineurinal 
4)   Menentukan besaran pajanan  bising> 85 dB, 8  jam sehari, (di atas NAB) 
5)   Peranan  faktor  individu:  riwayat  genetik  pada 
telinga, riwayat minum obat (ototoksik), penyakit  kronik lainnya,  dll. 
6) Faktor risiko diluar pekerjaan: hobi mendengarkan  musik keras,  menembak, dll.
7) Diagnosis PAK : penurunan pendengaran  akibat  bising di tempat kerja (Noise Induced
Hearing Loss)
Prognosis
Jenis  ketulian  akibat  pajanan  bising  adalah  tuli  sensorineural 
koklea  yang  sifatnya  menetap  dan  tidak  dapat  diobati  dengan 
obat  maupun  pembedahan  maka  prognosisnya buruk. 
Definisi
• Gangguan  pendengaran  karena  adanya  perubahan  tekanan ·udara 
yang  tidak  dapat diantisipasi  oleh  telinga  dalam  hal  ini  yang 
berperan  adalah  tuba  eustachius. 
Faktor Resiko
• Faktor risiko  yang  berpengaruh  pada  derajat parahnya  gangguan 
pendengaran  adalah  perubahan  tekanan  udara  yang  tiba­tiba  dan 
kepekaan  individu.  Jenis  pekerjaanyang  berhubungan  dengan 
perubahantekanan  udara  antara  lain  penyelam,  penerbang , 
pekerja  di  ketinggian , dll. 
Sign and Symtomps
• Kurang pendengaran
• Rasa nyeri dalam telinga
• Autofoni
• Perasaan ada air dalam telinga
• Tinitus
• Vertigo
Diagnosis
• 1)  Diagnosis  klinis  gangguan  pendengaran  akibat  perubahan tekanan yang tiba tiba. 
• 2)  Menentukan pajanan di tempat kerja: menyelam  dengan  tekanan lebih  dari  1 
atmosfer  atau  berada pada ketinggian dengan tekanan kurang  dari 1 atmosfer. 
• 3)  Menentukan adanya hubungan pajanan dengan  diagnosis klinis: 
perubahan tekanan udara yang tiba­tiba dan dapat mengakibatkan tuli konduktif. 
• 4)  Besaran  pajanan  perubahan  tekanan  udara  yang tiba­tiba diatas atau di  bawah 
1 atmosfer 
• 5)   Peranan  faktor  individu:  adanya  gangguan  fungsi  tuba  sebelumnya  (seperti 
rhinofaringitis,  rhinosinusitis) 
• 6)  Faktor risiko di luar pekerjaan : -
• 7)  Diagnosis PAK : Barotrauma akibat kerja 
Penatalaksanaan
• Diberikan  pengobatan  medikamentosa  seperti 
dekongestan, antiinflamasi, analgetik. 
• Dianjurkan  melakukan  teknik  equalizer/  menyeimbangkan 
tekanan antara  telinga  luar  dan  telinga  tengah  dengan  cara 
Valsava  dan  cara  Toynbee).
Prognosis
• Jenis  ketulian  akibat  perubahan  tekanan  udara  yang tiba­tiba 
adalah  tuli  konduktif akibat gangguan  di  telinga
tengah yang dapat disembuhkan
Pencegahan
• Pencegahan  dapat  dilakukan  dengan  penyuluhan  tentang  teknik 
equalizer (penyeimbangan  tekanan  telinga luar dan tengah). 
• Dalam  keadaan  sakit  seperti  common  cold, 
rhinofaringitis , rhinitis,  yang  menimbulkan  sumbatan 
pada tuba eustachius , sebelum bekerja harus minum 
dekongestan yang tidak memiliki  efek sedasi
Definisi
• Gangguan  Keseimbangan  karena  tidak  berfungsinya  dengan  baik 
sistem  visual,  proprioseptif  dan  sistem  vestibuler  yang 
disebabkan  oleh  perubahan  tekanan  udara yang tiba­tiba.
Faktor Resiko
• Faktor  risiko  yang  berpengaruh  pada  derajat  parahnya  gangguan 
keseimbangan  ialah  perubahan  tekanan  udara yang  tiba­
tiba, kepekaan  individu, umur dan faktor  lain  yang 
dapat menimbulkan gangguan  keseirnbangan. 
• Jenis  pekerjaan  yang  berhubungan  dengan  perubahan  tekanan 
udara  antara  lain  penyelam,  pelaut,  pilot,  pramugara,  pramugari, 
pekerja  tambang,  pekerja  di  tempat ketinggian, 
dan lain sebagainya. 
Sign and Symtomps
• Rasa tidak seimbang 
• Kepala terasa ringan 
• Vertigo 
• Rasa mual dan muntah 
• Nistagmus  
Diagnosis
1) Diagnosis klinis gangguan keseimbangan 
2) Menentukan  pajanan  di  tempat  kerja:  menyelam  lebih  dari  1  atmosfer  dan 
pada  ketinggian  kurang  dari  1 atmosfer. 
3) Menentukan  adanya  hubungan  pajanan  dengan  diagnosis  klinis :  perubahan 
tekanan  udara  yang  tiba­tiba  dan  dapat  mengakibatkan  gangguan 
keseimbangan. 
4) Besarnya perubahan tekanan udara yang tiba­tiba di  atas atau di  bawah 1 atmosfer. 
5) Peranan faktor individu: riwayat genetik pada telinga, 
riwayat minum obat (ototoksik) 
6) Faktor risiko di luar pekerjaan:  hobi menyelam, dll 
7) Diagnosis  PAK  :  gangguan  keseimbangan  akibat  kerja
Penatalaksanaan
• Dalam keadaan akut diberikan obat simptomatik 
• Diberikan  latihan  vestibuler  (VRT/VestibuJar Rehabilitation
Trainning)mulai dari yang mudah dan  ringan,  dilanjutkan  dengan 
latihan  yang  lebih  sulit  dan dinamik. 
Prognosis
• Jenis gangguan keseimbangan akibat perubahan tekanan  adalah 
gangguan  fungsi  vestibuler  perifer,  dapat terjadi  unilateral  atau 
bilateral,  dan  ada  kompensasi  sentral,  sehingga  prognosisnya 
baik  bila  disiplin  melakukan  latihan Vestibular. 
Occupational
Disease
Penyakit Akibat Kerja Penyakit Terkait Kerja
(PAK)kerja adalah
Penyakit akibat
penyakit yang disebabkan oleh Penyakit terkait kerja adalah penyakit yang
pekerjaan dan atau lingkungan mempunyai beberapa agen penyebab
dengan faktor pekerjaan dan atau
kerja termasuk penyakit terkait lingkungan kerja memegang peranan
kerja. bersama dengan faktor risiko lainnya.

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang


disebabkan oleh pekerjaan dan atau
lingkungan kerja. (Perpres no 7 tahun 2019)
Permenkes no 56 tahun 2016
Penyakit yang Timbul karena
Hubungan Kerja

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah


penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja.

Kepres no 22 tahun 1993


Penyebab PAK

Dibagi menjadi 5 golongan:


● Golongan Fisika  suhu ekstrem, bising, pencahayaan, vibrasi, radiasi pengion dan non pengion, dan
tekanan udara.
● Golongan Kimia  semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, larutan, kabut, partikel
nano dan lain-lain.
● Golongan Biologi  bakteri, virus, jamur, bioaerosol dan lain-lain.
● Golongan Ergonomi  angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja statis, gerak repetitive,
penerangan, Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain.
● Golongan Psikososial  beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton, hubungan
interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain.

Permenkes no 56 tahun 2016


Diagnosis PAK

Permenkes no 56 tahun 2016


Langkah 2

- Deskripsi semua pekerjaan secara


Langkah 1 kronologis dan pajanan yg dialami
(pekerjaan dulu-sekarang)
- Periode waktu melakukan masing-masing
Anamnesa, PE, bila diperlukan dilakukan
pekerjaan
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
- Produk yang dihasilkan
khusus.
- Bahan yang digunakan
- Cara bekerja
- Proses kerja
- Riwayat kecelekaan kerja (tumpahan bahan
kimia)
- APD yang digunakan

Permenkes no 56 tahun 2016


Langkah 4
Langkah 3 - Kualitatif
- Pengamatan cara, proses dan
lingkungan kerja dgn
Hubungan pajanan dengan diagnosis klinis memperhitungkan lama kerja & masa
dipengaruhi waktu timbulnya gejala setelah kerja.
terpajan oleh bahan tertentu. Penyakit lebih - Pemakaian alat pelindung secara
sering timbul apabila berada di tempat kerja & benar dan konsisten untuk
berkurang saat libur atau cuti. Hasil pemeriksaan mengurangi besar pajanan.
pra-kerja dan berkala dpt digunakan sbg salah satu - Kuantitatif
data utk menentukan hubungan. - Data pengukuran lingkungan kerja
yang dilakukan secara periodic.
- Data monitoring biologis.

Permenkes no 56 tahun 2016


Langkah 5 Langkah 6

- Jenis kelamin Penyakit yg timbul mungkin disebabkan oleh


- Usia pajanan yang sama di luar tempat kerja,
- Kebiasaan sejingga perlu info tentang kegiatan yg
- Riwayat penyakit keluarga (genetic) dilakukan di luar tempat kerja seperti hobi,
- Riwayat atopi pekerjaan rumah dan pekerjaan sampingan.
- Penyakit penyerta

Permenkes no 56 tahun 2016


Langkah 7

Dibuat kesimpulan penyakit yang diderita oleh


pekerja apakah PAK atau bukan PAK.

Permenkes no 56 tahun 2016


Tata Laksana Medis
- Tata laksana medis  rawat jalan dan/atau rawat inap yang dapat dilakukan
di fasilitas pelayanan Kesehatan dilakukan oleh dokter sesuai dengan
kompetensinya.
- Terapi  medikamentosa dan/atau non medikamentosa seperti edukasi,
exercise, fisioterapi, konseling, psikoterapi dan nutrisi.
- Rujukan klinis dilakukan apabila diagnosis klinis belum dpt ditegakkan
karena:
- Timbul keraguan dari dokter yg memeriksa
- Sumber daya manusia, sarana, dan prasarana tidak memadai

Permenkes no 56 tahun 2016


Tata Laksana Okupasi

1 2
Tata Laksana Okupasi Tata Laksana Okupasi
pada Individu Pekerja pada Komunitas Pekerja

Permenkes no 56 tahun 2016


Tata Laksana Okupasi pada Individu Pekerja

Penetapan Kelayakan Kerja

Tujuan: menentukan apakah pekerja dapat Kembali bekerja di pekerjaan


sebelumnya, bekerja dengan keterbatasan (limitasi) ataupun restriksi tertentu atau
berganti pekerjaan yg sesuai dengan kondisi kesehatan pekerja.
Penetapan kelayakan kerja meliputi:
- Penilaian risiko
- Kapasitas dan toleransi pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang ada di tempat
kerja

Permenkes no 56 tahun 2016


Tata Laksana Okupasi pada Individu Pekerja

Program Kembali Bekerja (return to work)

Adalah suatu upaya terencana agar pekerja yg mengalami cedera/sakit dapat segera
Kembali bekerja secara produktif, aman dan berkelanjutan.
Dalam upaya ini termasuk:
- Pemulihan medis
- Pemulihan kerja
- Pelatihan keterampilan
- Penyesuaian pekerjaan
- Penyediaan pekerjaan baru
- Penatalaksanaan biaya asuransi dan kompensasi
Permenkes no 56 tahun 2016
Tata Laksana Okupasi pada Individu Pekerja

Penentuan Kecacatan

PAK dapat menimbulkan disabilitas akibat kecacatan anatomi maupun fungsi yg


perlu dinilai persentasenya sehingga pekerja berhak mendapat kompensasi sesuai
dengan perUU.

Permenkes no 56 tahun 2016


Tata Laksana Okupasi pada Komunitas Pekerja

Upaya Pencegahan PAK


- Melakukan identifikasi potensi bahaya penyakit akibat kerja
- Promosi Kesehatan kerja sesuai dgn hasil identifikasi potensi bahaya yg ada di
tempat kerja
- Melakukan pengendalian potensi bahaya di tempat kerja
- Pemberian informasi mengenai APD yg sesuai dengan potensi bahaya yang ada
di tempat kerja & cara pemakaian APD yg benar
- Pemberian imunisasi bagi pekerja yang terpajan agen biologi tertentu

Konsensus Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja di Indonesia. Kemenkes, 2019.


Tata Laksana Okupasi pada Komunitas Pekerja

Penemuan Dini PAK


- Pemeriksaan Kesehatan pra kerja
- Pemeriksaan berkala
- Pemeriksaan khusus  dilakukan sesuai indikasi bila ditemukan ada
keluhan dan/atau potensi bahaya di tempat kerja.
- Surveilans Kesehatan pekerja dan lingkungan kerja

Konsensus Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja di Indonesia. Kemenkes, 2019.


Alur Diagnosis & Tata
Laksana

Permenkes no 56 tahun 2016 Permenkes no 56 tahun 2016


Noise Control
Noise Control
1. Kontrol kebisingan adalah garis pertahanan pertama terhadap
paparan kebisingan yang berlebihan. Penggunaan kontrol ini harus
bertujuan untuk mengurangi paparan berbahaya ke titik di mana
risiko pendengaran dihilangkan atau diminimalkan.
Noise Control
2. Kontrol teknik yang mengurangi tingkat paparan suara tersedia dan layak
secara teknologi untuk sebagian besar sumber kebisingan. Kontrol teknik
melibatkan modifikasi atau penggantian peralatan, atau membuat perubahan
fisik terkait pada sumber kebisingan atau di sepanjang jalur transmisi untuk
mengurangi tingkat kebisingan di telinga pekerja.
• Pilih alat dan mesin dengan kebisingan rendah.
• Memelihara dan melumasi mesin dan peralatan (misalnya, bantalan minyak).
• Tempatkan penghalang antara sumber kebisingan dan karyawan (misalnya,
dinding atau tirai kedap suara).
• Tutup atau isolasi sumber kebisingan.
Noise Control
Noise Control
3. Kontrol administratifadalah perubahan di tempat kerja yang mengurangi atau
menghilangkan paparan pekerja terhadap kebisingan.
• Mengoperasikan mesin yang bising selama shift ketika lebih sedikit orang yang
terpapar.
• Membatasi jumlah waktu yang dihabiskan seseorang di sumber kebisingan.
• Menyediakan area yang tenang di mana pekerja dapat memperoleh bantuan
dari sumber kebisingan yang berbahaya (misalnya, membangun ruang kedap
suara di mana pendengaran pekerja dapat pulih – tergantung pada tingkat
kebisingan masing-masing dan durasi paparan, dan waktu yang dihabiskan di
area yang tenang).
• Membatasi kehadiran pekerja pada jarak yang sesuai dari peralatan yang bising.
Noise Control
4 Alat Pelindung Pendengaran.
Ear Plugs
Ear Muffs
Program konservasi pendengaran yang
efektif
• Pengambilan sampel kebisingan di tempat kerja termasuk pemantauan kebisingan pribadi yang mengidentifikasi karyawan
mana yang berisiko dari tingkat kebisingan yang berbahaya.
• Memberi tahu pekerja yang berisiko dari tingkat paparan kebisingan yang berbahaya dari hasil pemantauan kebisingan
mereka.
• Memberikan kesempatan kepada pekerja yang terkena dampak atau perwakilan resmi mereka untuk mengamati pengukuran
kebisingan yang dilakukan.
• Mempertahankan program pengujian audiometri pekerja (tes pendengaran) yang merupakan evaluasi profesional dari efek
kesehatan dari kebisingan pada pendengaran individu pekerja.
• Menerapkan prosedur tindak lanjut perlindungan pendengaran yang komprehensif bagi pekerja yang menunjukkan gangguan
pendengaran (pergeseran ambang batas standar) setelah menyelesaikan pengujian audiometri baseline (pertama) dan
tahunan.
• Pemilihan pelindung pendengaran yang tepat berdasarkan kecocokan individu dan pengujian kualitas pabrikan yang
menunjukkan kemungkinan perlindungan yang akan mereka berikan kepada pemakai yang terlatih dengan baik.
• Evaluasi redaman dan efektivitas pelindung pendengaran untuk kebisingan tempat kerja tertentu.
• Pelatihan dan informasi yang memastikan pekerja sadar akan bahaya dari paparan kebisingan yang berlebihan dan cara
menggunakan peralatan pelindung yang telah disediakan dengan benar.
• Manajemen data dan akses pekerja ke catatan terkait pemantauan dan pengambilan sampel kebisingan.

Anda mungkin juga menyukai