Anda di halaman 1dari 66

PAJAK PENGHASILAN

21/26
Yusi Sukmayanda S.Pd M.Ak
Pengertian PPH Pasal 21/26
Pajak Penghasilan
Sehubungan Dengan

• Pekerjaan atau jabatan


• Jasa dan
• Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang
Pribadi

Atas Penghasilan Berupa:


Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain
dengan nama/bentuk apapun

Subjek Pajak DN Subjek Pajak LN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


Pemotong Pajak PPh Pasal
21/26

Pemberi kerja

• Orang pribadi
• Badan
• Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau
seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan,
atau unit tersebut.

Bendahara atau pemegang kas pemerintah,

• Termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk


institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah,
lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di
luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
Pemotong Pajak PPh Pasal
21/26

Dana Pensiun

• badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang
membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari
tua

Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan


bebas
• Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam
negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak
untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya
• Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar
negeri; dan/atau
• Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan
pelatihan, serta pegawai magang
Pemotong Pajak PPh Pasal
21/26

Penyelenggara kegiatan

• termasuk badan pemerintah, organisasi yang


bersifat nasional dan internasional,
perkumpulan, orang pribadi serta lembaga
lainnya yang menyelenggarakan kegiatan,
yang membayar honorarium, hadiah, atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada
Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan
suatu kegiatan.
TIDAK WAJIB MELAKUKAN PEMOTONG PPh PASAL 21

BUKAN PEMOTONG

KANTOR PERWAKILAN NEGARA ASING

ORGANISASI-ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN


MENTERI KEUANGAN RI SEBAGAI BUKAN SUBJEK PAJAK

PEMBERI KERJA ORANG PRIBADI YG TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA


ATAU PEKERJAAN BEBAS YG SEMATA-MATA MEMPERKERJAKAN
ORANG PRIBADI UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN RUMAH TANGGA
ATAU PEKERJAAN BUKAN DALAM RANGKA MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS
PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh Ps 21

PEGAWAI TETAP
PEGAWAI

PEGAWAI TIDAK TETAP/TENAGA KERJA LEPAS

Tenaga ahli
Seniman/pekerja seni, pembawa acara
Olahragawan
Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah,
penyuluh dan moderator
Pengarang, peneliti, penerjemah
Pemberi jasa dalam segala bidang
Agen iklan
BUKAN PEGAWAI Pengawas dan pengelola proyek
Pembawa pesanan/yg menemukan langganan/perantara
Petugas penjaja barang dagangan
Petugas dinas luar asuransi
Distributor MLM, Direct Selling

• Peserta perlombaan
• Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan,
kunjungan kerja
• Peserta/anggota kepanitiaan
PESERTA KEGIATAN • Peserta pendidikan, pelatihan dan magang
• Peserta kegiatan lainnya

PENERIMA PESANGON, PENSIUN ATAU UANG MANFAAT


PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA ATAU JAMINAN HARI TUA
7
TERMASUK AHLI WARISNYA
PEGAWAI
A
A
• orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja
• Berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis
• Untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu
• Dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian
pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja
• termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri

11 PEGAWAI TETAP

• pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur
• termasuk :
• anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas
• pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu
yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur.
22 PEGAWAI TIDAK TETAP/TENAGA KERJA LEPAS

• pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan


bekerja,
• Dapat berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan
atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja
BUKAN PEGAWAI
B
B
• orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja
Lepas
• yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
• sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari
pemberi penghasilan

PESERTA KEGIATAN
C
C
• orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu,
• termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan,
pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya
• dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya
dalam kegiatan tersebut

PENERIMA PENSIUN
D
D
• orang pribadi atau ahli warisnya
• yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di
masa lalu
• termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua
atau jaminan hari tua.
TIDAK TERMASUK PENERIMA PENGHASILAN
YANG DIPOTONG PPh PASAL 21/26

TIDAK TERMASUK
PENERIMA PENGHASILAN

PEJABAT PERWAKILAN WNI YG BEKERJA


PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI
DIPLOMATIK/KONSULAT ATAU SBG OFFICIAL
INTERNASIONAL YG DITETAPKAN
PEJABAT LAIN DARI NEGARA ASING BADAN
OLEH MENKEU YAITU KMK. NO.
TERMASUK ORANG-ORANG YANG INTERNASIONAL
574/KMK.04/2000 SBG.MANA TELAH
DIPERBANTUKAN & BERTEMPAT DARI
DIUBAH DGN PERATURAN MENTERI
TINGGAL BERSAMA MEREKA PERSERIKATAN
KEUANGAN NO. 215/PMK.03/2008
BANGSA-BANGSA
(PBB)

• BUKAN WNI
• BUKAN WNI
• TIDAK MENERIMA/ MEMPEROLEH TIDAK MENERIMA/
PENGHASILAN LAIN DI LUAR • TIDAK MENJALANKAN USAHA/ MEMPEROLEH
JABATANNYA DI INDONESIA KEGIATAN/PEKERJAAN LAIN UNTUK PENGHASILAN
• NEGARA YBS. MEMBERIKAN MEMPEROLEH PENGHASILAN DI LAIN DI LUAR
INDONESIA SBG OFFICIAL
PERLAKUAN TIMBAL BALIK
TIDAK TERMASUK PENGHASILAN
YANG DIPOTONG PPh PASAL 21

Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi


sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa

Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk


apapun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan
oleh Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final atau
yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus

Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iurang tunjangan hari tua atau iuran
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau bada
penyelengara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja
TIDAK TERMASUK PENGHASILAN
YANG DIPOTONG PPh PASAL 21

Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu.


Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun

5% (lima persen) dari


penghasilan bruto, atau
Biaya Jabatan setinggi-tingginya Rp 500.000
sebulan atau Rp 6.000.000
setahun

5% (lima persen) dari


penghasilan bruto, atau
Biaya Pensiun setinggi-tingginya Rp 200.000
sebulan atau Rp 2.400.000
setahun.
Perlakuan Jamsostek bagi pegawai dan pemberi kerja

NO Uraian Pemberi Kerja Pegawai


1 JKK,JKM,JPK yang - Biaya Penghasilan
dibayar pemberi kerja (deductible) (tidak tercantum dalam
Pasal 4 ayat 3 UU PPh
2 JKK,JKM,JPK yang Bukan sbg pengurang
dibayar pegawai penghasilan

3 Iuran JHT 3,7% yg - Biaya Bukan penambah


dibayar pemberi kerja (deductible penghasilan bruto

4 Iuran JHT 2% yg Pengurang Penghasilan


dibayar pegawai bruto

15
JKK JKM JPK JHT

DIBAYAR PEMBERI DIBAYAR OLEH


1 KERJA 2 KARYAWAN

JKK Merupakan biaya bagi pemberi Saat bayar tdk menjadi pengurang
kerja yg diperbolehkan secara dlm penghitungan PPh 21, saat
fiskal --> Objek PPh 21 menerima tdk dipotong PPh 21
Karyawan
Merupakan biaya bagi pemberi Saat bayar tdk menjadi pengurang
JKM kerja yg diperbolehkan secara dlm penghitungan PPh 21, saat
fiskal --> Objek PPh 21 menerima tdk dipotong PPh 21
0,30% Karyawan

Merupakan biaya bagi pemberi


kerja yg diperbolehkan secara Saat bayar tdk menjadi pengurang
JPK dlm penghitungan PPh 21, saat
fiskal --> Objek PPh 21
6%, 3% Karyawan menerima tdk dipotong PPh 21

Merupakan biaya bagi pemberi Saat bayar menjadi pengurang


JHT kerja yg diperbolehkan secara dlm penghitungan PPh 21, saat
fiskal --> Bkn Objek PPh 21 menerima dipotong PPh 21 oleh
3,7%, 2% Karyawan Dana Pensiun
BESARNYA
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
Tahun 2016
PMK – PMK 101/PMK.010/2016

Rp 54.000.000 UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAK KAWIN


Rp 4,500.000
TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA KELUARGA
SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS
Rp 4,500.000 SERTA ANAK ANGKAT YG MENJADI TANGGUNGAN
SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN


PADA AWAL TAHUN KALENDER
ATAU
AWAL BULAN DARI BAGIAN TAHUN KALENDER
(Pasal 7 ayat (2) UU PPh)
TARIF PASAL 17
UU PPh No 36/ 2008

LAPISAN PENGHASILAN
TARIF
KENA PAJAK

s/d Rp 50 JUTA 5%

> Rp 50 JUTA s/d Rp 250 JUTA 15%

> Rp 250 JUTA s/d Rp 500 JUTA 25%

> Rp 500 JUTA 30%

Penerima Penghasilan Yang DIPOTONG PPh Ps. 21 Tdk memiliki NPWP,


dikenakan tari 20% LEBIH tinggi
Perhitungan Pajak Penghasilan
Honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi beban
APBN/APBD

Penghasilan bruto Penghasilan bruto


Penghasilan bruto
PNS Gol. I dan Gol PNS Gol. IV, TNI
PNS Gol. III, TNI
II, TNI dan Anggora dan Anggora POLRI
dan Anggora POLRI
POLRI Gol. Pangkat Gol. Pangkat
Gol. Pangkat
Tamtama dan Perwira Menengah
Perwira Pertama,
Bintara, dan dan Perwira Tinggi,
dan Pensiunanya
Pensiunanya dan Pensiunanya

PPh Terutang = 0% PPh Terutang = 5% PPh Terutang = 15%


x Penghasilan bruto x Penghasilan bruto x Penghasilan bruto
SKEMA DASAR PENGENAAN PPh PASAL 21
Ph NETO - PTKP
TETAP
BULANAN Ph BRUTO - PTKP
PEGAWAI
TIDAK TETAP Ph BRUTO – 450 RIBU

HARIAN Ph BRUTO(>4,5jt s.d.10,2jt) – PTKP


Harian
Ph BRUTO(>10,2jt) – PTKP

SEKALIGUS Berlaku PP 68 Th 2009 –Tarif Progresif


PENSIUNAN
BERKALA Ph NETO - PTKP
50% X Ph Bruto (kumulatif) –
PTKP Bulanan*)
YG MENERIMA Ph 50% X Ph Bruto kumulatif)
BUKAN BERKESINAMBUNGAN*)
PEGAWAI KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI,
Ph Bruto (kumulatif)
PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI

LAINNYA YG Ph TDK BERKESINAMBUNGAN 50% x Ph Bruto


PESERTA
KEGIATAN Ph Bruto
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21
PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN

PENGHASILAN BRUTO

PEGAWAI TETAP
PENERIMA PENSIUN

GAJI, TUNJANGAN
UANG PENSIUN
TERKAIT DGN GAJI
BULANAN,TUNJANGAN

DIKURANGI:
- BIAYA JABATAN, 5% DARI DIKURANGI:
PENGH. BRUTO MAKS BIAYA PENSIUN, 5% DARI
Rp 6.000.000,-/ THN ATAU PENGH.BRUTO MAKSIMAL
Rp 500.000,-/BLN (HANYA
Rp 2.400.000,00/THN ATAU
UTK PEGAWAI TETAP)
- IURAN YG TERKAIT DGN GAJI
Rp 200.000,00
KPD DANA PENSIUN YANG
DISAHKAN MENKEU

PENGHASILAN
NETO DIKURANGI PTKP

TARIF PS.17 UU PPh PENGHASILAN KENA PAJAK


(dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh)

JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKA


TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21

PEGAWAI TETAP, PENERIMA PENSIUN BERKALA

PERHITUNGAN SETIAP MASA PERHITUNGAN MASA PAJAK AKHIR


(BULAN DESEMBER)
PERKIRAAN ATAS PENGHASILAN
YG DIPEROLEH SELAMA 1 TAHUN
(PENGHASILAN TERATUR + TDK TERATUR)
PPh Ps.21 atas
DIKURANGI: DIKURANGI: SELURUH PENGHASILAN KENA PAJAK
- BIAYA JABATAN * : 5% DARI BIAYA PENSIUN, 5% DARI SETAHUN ATAU BAGIAN TAHUN PAJAK
PENGH. BRUTO MAKS PENGH.BRUTO MAKSIMAL
D
Rp 6.000.000,-/ THN ATAU Rp 2.400.000,00/THN
I
Rp 500.000,-/BLN ATAU
K
- IURAN YG TERIKAT DGN Rp 200.000,00/BULAN
U
PENGHASILAN TETAP
R
A
PENGHASILAN NETO N
G
DIKURANGI : PTKP I
PPh Ps.21 YG TELAH DIPOTONG
PADA MASA-MASA SEBELUMNYA
PENGHASILAN KENA PAJAK DLM BAGIAN TAHUN PAJAK YBS

*BIAYA JABATAN
DIBAGI 12 TARIF PS.17 UU PPh HANYA UTK PEGAWAI TETAP
Perhitungan PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan
Calon Pegawai

Upah/Uang Saku Harian, Dibayarkan Bulanan Atau


Mingguan, Satuan, Borongan Jumlah Upah Kumulatif satu
bulan melebihi Rp10.200.000
Upah/Uang Saku Harian Dikali 12
≤ 450.000 > 450.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 450.000


Penghasilan Kena Pajak
Dipotong 5%
Dikenakan Tarif Ps 17
Upah kumulatif > Rp4,5 jt s.d. Rp10,2 jt
sebulan PPh Ps 21 Setahun

Upah sehari dikurangi PTKP sehari Dibagi 12

Tarif PPh 21 = 5% PPh Pasal 21 Sebulan


BUKAN PEGAWAI
BERSIFAT BERKESINAMBUNGAN

• MEMPUNYAI NPWP
• PENGH HANYA DARI HUB KERJA DENGAN PEMOTONG PPh PS 21 SERTA
TIDAK MEMPEROLEH PENGHASILAN LAIN

YA TIDAK

PENGHASILAN BRUTO

50% 50%
PTKP PER BULAN

PENGHASILAN KENA
PAJAK

TARIF PASAL 17
BUKAN PEGAWAI
TIDAK BERSIFAT BERKESINAMBUNGAN

PENGHASILAN BRUTO

50%

TARIF PASAL 17
PPh 21
JASA PRODUKSI,
TANTIEM, PENARIKAN DANA
HONORARIUM/IMBALAN GRATIFIKASI,BONUS, PADA DANA
IMBALAN LAIN PENSIUN

MASIH BERSTATUS
KOMISARIS/PENGAWAS YG MANTAN
PEGAWAI
TDK MERANGKAP PEGAWAI
SBG PEGAWAI

DITERAPKAN TARIF PSL 17 UU PPh PENGHASILAN BRUTO (KUMULATIF)


PESERTA KEGIATAN

PENGHASILAN BRUTO UNTUK SETIAP KALI


PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH
DAN TIDAK DIPECAH

TARIF PASAL 17
TARIF

PESANGON

0 s/d 50.000.000,- 0%
50 juta s/d 100 juta 5%
100 juta s/d 500 juta 15%
500 juta 25%

UANG MANFAAT PENSIUN, THT, DAN JHT

> 0 s/d 50.000.000,- 0%


> 50.000.000,- 5%

BERSIFAT FINAL
UANG PESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN, THT, DAN JHT
YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS
(PP No. 68 Tahun 2009 tgl 16 Nopember ‘09)

UANG PESANGON
> 0 s/d 50.000.000,- Tidak Kena Pajak
50 juta s/d 100 juta 5%
100 juta s/d 500 juta 15%
> 500 juta 25%

UANG MANFAAT PENSIUN, THT, DAN JHT


> 0 s/d 50.000.000,- Tidak Kena Pajak
> 50.000.000,- 5%

Bersifat FINAL
(dlm hal dibayar sekaligus)

dianggap dibayarkan sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh


pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) th kalender.
Contoh
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang
dipotong atas Uang Pesangon dengan jumlah
Rp 175.000.000,00.

Penghasilan bruto Rp 175.000.000,00


Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang :
0% x Rp50.000.000,00 = RP               0,00
5% x Rp50.000.000,00 = Rp   2.500.000,00
15% x Rp75.000.000,00 = Rp 11.250.000,00 (+)
Jumlah Rp13.750.000,00
 
Tarif PPh Pasal 21 Bagi Non
NPWP

Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh


Pasal 21 yang tidak memiliki NPWP, dikenakan
pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih
tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP.
TATA CARA PENYETORAN
PPh PASAL 21/26

TIDAK
DITANGGUNG PEMERINTAH
DITANGGUNG PEMERINTAH

DGN SSP KE : TDK ADA


- BANK PERSEPSI, ATAU PENYETORAN
- KANTOR POS GIRO

BILA JATUH PADA


PALING LAMA HARI LIBUR PENYETORAN
TGL 10 BULAN BERIKUTNYA* PADA HARI
KERJA BERIKUTNYA
*Ketentuan ini juga berlaku bagi
Wajib Pajak dengan Kriteria
Tertentu yg diijinkanmelaporkan
beberapa masa pajak dalam satu
SPT Masa
TATA CARA PELAPORAN
PPh PASAL 21/26

TIDAK DITANGGUNG
DITANGGUNG PEMERINTAH PEMERINTAH

DGN SPT MASA PPh MELAPORKAN PENGHITUNGAN


PASAL 21 PPh PSL 21
KE KPP/KP2KP DLM DAFTAR TERSENDIRI

PALING LAMA 20 HARI


SETELAH
MASA PAJAK BERAKHIR* KPP/KP2KP

JIKA JATUH PD PD HARI KERJA


HARI LIBUR BERIKUTNYA

*Bagi WP dengan Kriteria Tertentu yg iijinkan melaporkan


beberapa masa pajak dalam satu SPT Masa, batas waktu
pelaporan paling lama 20 hari setelah berakhirnya masa
pajak terakhir.
TATA CARA PELAPORAN
PPh PASAL 21/26 BAGI WP BADAN
YG MEMPUNYAI BEBERAPA CABANG

PELAPORAN
DENGAN SPT MASA
PPh PASAL 21/26

KE KPP DI TEMPAT KEDUDUKAN


ATAU USAHA DILAKUKAN (LOKASI)

PALING LAMA20 HARI


SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR*

JIKA JATUH PD
HARI LIBUR

PADA HARI KERJA


SEBELUMNYA
*Bagi WP dengan Kriteria Tertentu yg iijinkan melaporkan
beberapa masa pajak dalam satu SPT Masa, batas waktu
pelaporan paling lama 20 hari setelah berakhirnya masa
pajak terakhir. Dit.P2Humas
Contoh Penghitungan PPh Pasal
21

Radianto (status menikah, belum punya anak)


pada tahun 2016 bekerja pada PT Jaya Abadi
dengan gaji sebulan Rp 6.000.000. Iuran pensiun
yang dibayar sebesar Rp 100.000 sebulan.
Perhitungan PPh 21 Terutang
Gaji 6.000.000
Pengurangan
-Biaya jabatan : 5% x Rp. 6.000.000 Rp 300.000
-Iuran pensiun : Rp 100.000
(400.000)
Penghasilan Neto sebulan 5.600.000

Penghasilan neto setahun 12 x 5.600.000 Rp 67.200.000


PTKP (K/0)
-Untuk WP Sendiri 54.000.000
-Tambahan kawin 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan kena pajak setahun Rp 8.700.000
Pph Pasal 21 terutang : 5% x Rp 8.700.000 Rp 435.000
PPh pasal 21 sebulan Rp 435.000 : 12 Rp 36.250
Contoh 2

Bambang pegawai pada perusahaan PT Candra


Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji
sebulan Rp 6.000.000. PT Candra Kirana mengikuti
program BPJS Ketenagakerjaan, premi JKK dan
premi JKt dibayar oleh pemberi kerja dengan
jumlah masing-masing 0,5% dan 0,3% dari gaji. PT.
Candra Kirana menanggung iuran JHT setiap bulan
sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Bambang
membayar iuran JHT sebesar 2% dari gaji setiap
bulan. Disamping itu Bambang membayar iuran
pensiun sebesar Rp 100.000.
Perhitungan PPh 21 Terutang
Gaji 6.000.000
Premi jaminan kecelakaan kerja 30.000
Premi Jaminan kematian 18.000
Penghasilan Bruto 6.048.000
Pengurangan
-Biaya jabatan : 5% x Rp. 6.048.000 Rp 302.400
-Iuran pensiun : Rp 100.000
-Iuran Jaminan hari tua Rp 120.000 522.400
Penghasilan Neto sebulan 5.525.600
Penghasilan neto setahun 12 x 5.525.600 Rp 66.307.200
PTKP (K/0)
-Untuk WP Sendiri 54.000.000
-Tambahan kawin 4.500.000 Rp 58.500.000
Penghasilan kena pajak setahun Rp 7.807.200
Pph Pasal 21 terutang : 5% x Rp 7.807.200 Rp 390.360
PPh pasal 21 sebulan Rp 390.360 : 12 Rp 32.530
Contoh

Tanti adalah seorang karyawati dengan status


menikah tanpa anak, bekerja pada PT Dharma
Utama dengan gaji sebulan sebesar Rp
7.500.000. Tanti membayar iuran pensiun ke
dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 50.000
sebulan. Suaminya memiliki pekerjaan. Pada
bulan tersebut, selain menerima pembayaran
gaji juga menerima pembayaran atas lembur
sebesar Rp 2.000.000.
Perhitungan PPh 21 Terutang

Gaji 7.500.000
Lembur 2.000.000
Penghasilan Bruto 9.500.000
Pengurangan
-Biaya jabatan : 5% x Rp. 9.500.000 Rp 475.000
-Iuran pensiun : Rp 50.000 (525.000)
Penghasilan Neto sebulan 8.975.000
Penghasilan neto setahun 12x8.975.000 Rp 107.700.000
PTKP (TK/0)
-Untuk WP Sendiri54.000.000 (Rp 54.000.000)
Penghasilan kena pajak setahun Rp 53.700.000
Pph Pasal 21 terutang : 5% x Rp 50.000.000 Rp 2.685.000
Pph Pasal 21 terutang : 15% x Rp 3.700.000 Rp 555.000
Rp 3.240.000
PPh pasal 21 sebulan Rp 3.240.000 : 12 Rp 270.000
Contoh

Tanti adalah seorang karyawati dengan status menikah


tanpa anak, bekerja pada PT Dharma Utama dengan
gaji sebulan sebesar Rp 7.500.000. Tanti membayar
iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 50.000
sebulan. Berdasarkan surat keterangan dari Pemda
tempat Tanti berdomisili yang diserahkan kepada
Pemberi Kerja, diketahui bahwa suaminya tidak
mempunyai penghasilan apapun. Pada bulan tersebut,
selain menerima pembayaran gaji juga menerima
pembayaran atas lembur sebesar Rp 2.000.000.
Perhitungan PPh 21 Terutang
Gaji 7.500.000
Lembur 2.000.000
Penghasilan Bruto 9.500.000
Pengurangan
-Biaya jabatan : 5% x Rp. 9.500.000 Rp 475.000
-Iuran pensiun : Rp 50.000
(525.000)
Penghasilan Neto sebulan 8.975.000
Penghasilan neto setahun 12 x 8.975.000 Rp 107.700.000
PTKP (K/0)
-Untuk WP Sendiri 54.000.000
-Tambahan kawin 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan kena pajak setahun Rp 49.200.000
Pph Pasal 21 terutang : 5% x Rp 49.200.000 Rp 2.460.000
PPh pasal 21 sebulan Rp 2.460.000 : 12 Rp 205.000
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Budiyanta pada tahun 2016 bekerja di PT Aman Bahagia


dengan gaji sebulan Rp 8.000.000,00 dan membayar iuran
pensiun sebesar Rp. 200.000,00. Budiyanta menikah tetapi
belum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2016 menerima
kenaikan gaji, menjadi Rp 10.000.000,00 sebulan dan
berlaku surut sejak 1 Januari 2016. Dengan adanya
kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut, Budiyanta
menerima rapel sejumlah Rp 12.000.000,00 (kekurangan
gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2016). Pada bulan
Oktober 2016 menerima bonus tahunan sebesar Rp
20.000.000,00.
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan 44
Gaji sebulan Rp 8.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400.000
Iuran Pensiun Rp 200.000 Rp 600.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 7.400.000
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88.800.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 54.000.000
- tambahan WP kawin Rp 4.500.000 Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 30.300.000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 30.300.000,00 = Rp 1.515.000

Rp 1.515.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 1.515.000,00 : 12 = Rp 126.250
45
B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Rapel
Gaji sebulan Rp 10.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500.000
Iuran Pensiun = Rp 200.000 Rp 700.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 9.300.000
Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111.600.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 54.000.000
- tambahan WP kawin Rp 4.500.000 Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 53.100.000
PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000
15% x Rp 3.100.000,00 = Rp 465.000
Rp 2.965.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 2.965.000,00 : 12 Rp 247.083
PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2016 seharusnya adalah :
6 x Rp 247.083,00 Rp 1.482.500
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 2016
6 x Rp 126.250,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 757.500
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 725.000
C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Bonus
Gaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00) Rp
46
120.000.000
Bonus Rp 20.000.000
Penghasilan bruto setahun Rp 140.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00
*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Rp 6.000.000
Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) Rp 2.400.000 Rp 8.400.000
Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 131.600.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 54.000.000
- tambahan WP kawin Rp 4.500.000 Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 73.100.000
PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000
15% x Rp 23.100.000,00 = Rp 3.465.000
5.965.000
*PPh Pasal 21 setahun dibulatkan Rp 5.965.000
PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) Rp 2.965.000
PPh Pasal 21 atas Bonus Rp 3.000.000

Outlin
e
Perhitungan PPh 21
Pegawai Tidak Tetap
Penghasilan
Penghasilan Sehari Tarif dan DPP
Kumulatif Sebulan
< 450.000 < 4.500.000 Tidak ada pph 21
> 450.000 < 4.500.000 5% x (Upah – Rp 450.000)
5% x (Upah – (PTKP / 360)
< 450.000 / > 450.000 > 4.500.000

Tarif pada Undang-undang


< 450.000 / > 450.000
> 10.200.000 Pajak Penghasilan Pasal 17
ayat 1
Contoh

Nurcahyo dengan status belum menikah pada


bulan Januari 2016 bekerja sebagai buruh harian
PT Cita Indonesia. Ia bekerja selama 10 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp 450.000.
Berapa PPh 21 yang dikenakan?
Dik : Upah Sehari: Rp 450.000
Batas upah harian yg tidak dikenakan pajak: (Rp 450.000)
 Hari ke 1-10
Karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp 4.500.000, maka tidak ada PPh
Pasal 21 yang dipotong.
• Hari ke-11:
Karena jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 4.500.000, maka perhitungan PPh 21
Nurcahyo adalah:
• Upah s/d hari ke-11: 11 x Rp 450.000 = Rp 4.950.000
PTKP sebenarnya: 11 x (Rp 54.000.000 / 360) = (Rp 1.650.000)
PKP s/d hari ke-11 = Rp 3.300.000
PPh 21 terutang: 5% x RP 3.300.000 = Rp 165.000
PPh 21 yang dipotong hari ke-11 = Rp 165.000
Sehingga pada hari ke-11, Nurcahyo menerima upah bersih sebesar:
Rp 450.000 – Rp 165.000 = Rp 285.000
• Hari ke-12:
Jika Nurcahyo bekerja sampai hari ke-12, maka perhitungan PPh 21 nya adalah:
• Upah sehari: Rp 450.000
PTKP sebenarnya: Rp 54.000.000 / 360 = (Rp 150.000)
PKP = Rp 300.000
PPh 21 terutang: 5% x Rp 300.000 = Rp 15.000
Sehingga pada hari ke-12, Nurcahyo menerima upah bersih sebesar:
Rp 450.000 – Rp 15.000 = Rp 435.000
 
Contoh

• Nanang Hermawan (belum menikah) pada


bulan Maret 2016 bekerja pada perusahaan PT
Tani Jaya, menerima upah sebesar Rp 650.000
per hari. Berapa PPh 21 nya?
Dik : upah 650.000
• Upah sehari > Rp 450.000: Rp 650.000 – Rp 450.000 = Rp 200.000
PPh 21 harian: 5% x Rp 200.000 = Rp 10.000
• Pada hari ke-7, Nanang telah menerima penghasilan sebesar Rp 4.550.000 sehingga sudah lebih dari Rp
4.500.000, maka PPh 21 pada bulan Maret:
• Upah s/d hari ke 7: 7 x Rp 650.000 = Rp 4.550.000
PTKP sebenernya: 7 x (Rp 54.000.000 / 360) = (Rp 1.050.000)
PKP  = Rp 3.500.000
PPh 21 terutang: 5% x Rp 3.500.000 = Rp 175.000
PPh 21 yang dipotong s/d hari ke 6: 6 x Rp 10.000 = (Rp 60.000)
PPh 21 yang dipotong hari ke-7: Rp 115.000
Sehingga pada hari ke 7, Nanang menerima upah bersih sebesar:
Rp 650.000 – Rp 115.000 = Rp 535.000
• Maka jumlah PPh 21 per hari Nanang Hermawan yang dipotong sejak hari ke-8 dan seterusnya adalah
sebesar:
• Upah sehari: Rp 650.000
PTKP sebenarnya: Rp 54.000.000 / 360 = (Rp 150.000)
PKP = Rp 500.000 
• PPh 21 terutang: 5% x Rp 500.000 = Rp 25.000
 
Contoh

• Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang


karyawan yang bekerja sebagai perakit TV
pada suatu perusahaan elektronika. Perolehan
upah Rizal Fahmi dihitung berdasarkan jumlah
unit pekerjaan yang dapat diselesaikan yaitu
sebesar Rp  125.000 per TV dan dibayarkan
setiap minggu. Dalam 1 minggu (6 hari kerja),
Rizal Fahmi dapat menyelesaikan pekerjaan
sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp
3.000.000. Berapa PPh 21nya?
Perhitungan PPh Pasal 21

• Upah sehari: Rp 3.000.000 / 6 = Rp 500.000


karena upah 500.000 > 450.000, maka
• PKP =  Rp 500.000 – Rp 450.000 = Rp 50.000
• PPh 21 terutang: 6 x (5% x Rp 50.000) = Rp 15.000
Contoh

• Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah


dengan upah borongan sebesar Rp 950.000,
pekerjaan yang diselesaikan dalam 2 hari.
Berapa PPh 21nya?
Perhitungan PPh Pasal 21

• Upah borongan sehari: Rp 950.000 / 2 = Rp 475.000


• Rp 475.000 > Rp 450.000, maka
• PKP = Rp 475.000 – Rp 450.000 = Rp 25.000
• PPh 21 terutang: 2 x (5% x Rp 25.000) = Rp 2.500
Contoh

• Bagus Hermanto bekerja pada perusahaan


elektronik dengan dasar upah harian yang
dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2016
Bagus Hermanto hanya bekerja 20 hari dan
upah sehari sebesar Rp 250.000. Bagus sudah
menikah tapi belum memiliki anak. Berapa PPh
21 bulan Januari?
Perhitungan PPh Pasal 21

Upah Januari 2016 : 20 x Rp250.000 = Rp 5.000.000


Penghasilan neto setahun: Rp 5.000.000 x 12 = Rp 60.000.000
PTKP K/0 =  = (Rp 58.500.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.500.000
PPh 21 terutang setahun: 5% x Rp 1.500.000 = Rp 75.000
PPh 21 terutang sebulan: Rp 75.000 / 12 Rp 6.250
Perhitungan pph 21 dengan THR
dan Bonus

Bapak Rizal bekerja di PT ABCD dengan


penghasilan Rp7 juta per bulan dan
mendapatkan THR di bulan menjelang hari raya
lebaran sebesar Rp7 juta. Selain itu Bapak Rizal
memiliki istri yang tidak bekerja hanya sebagai
ibu rumah tangga saja serta memiliki 2 anak
yang masih bersekolah. Lalu, berapa pajak atas
penghasilan Bapak Rizal? Dan berapa pajak atas
THR-nya saja milik Bapak Rizal?
PPh 21 Sebelum THR

Penghasilan bruto = 12 x Rp7.000.000 Rp84.000.000


Biaya Jabatan = 5% x Rp84.000.000 (Rp 4.200.000)
Penghasilan Netto Rp79.800.000
PTKP K/2 (Rp67.500.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp12.300.000

PPh Terutang = 5% x Rp12.300.000 = Rp615.000


Jadi PPh terutang Bapak Rizal adalah sebesar Rp615.000 per
tahun.
PPH Pasal 21 untuk THR

Gaji Setahun = 12 x Rp7.000.000 Rp 84.000.000


THR Rp 7.000.000
Penghasilan Bruto Rp 91.000.000
Biaya Jabatan = 5% x Rp91.000.000 (Rp 4.550.000)
Penghasilan Netto Rp 86.450.000
PTKP = K/2 (Rp 67.500.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp 18.950.000
PPh Terutang = 5% x Rp18.950.000 Rp 947.500

Jumlah PPh Terutang Bapak Rizal adalah Rp947.500 setahun, dan pada perhitungan

sebelumnya diketahui bahwa PPh 21 Bapak Rizal atas penghasilannya saja sebesar

Rp615.000, maka penghasilan Bapak Rizal atas THR-nya saja itu sebesar :
Rp 947.500 – Rp 615.000 = Rp 332.500
Contoh

Pak Cahyo bekerja sebagai sales di perusahaan


PT. ABC, dia memiliki gaji per bulan
Rp7.000.000 serta mendapatkan bonus bulanan
untuk sales sebesar Rp 2.000.000 per bulan. Pak
Cahyo juga memiliki istri (tidak bekerja) dan 2
orang anak yang masih menjadi tanggungannya.
PPh 21 Sebelum Bonus

Penghasilan bruto = 12 x Rp7.000.000 Rp84.000.000


Biaya Jabatan = 5% x Rp84.000.000 (Rp 4.200.000)
Penghasilan Netto Rp79.800.000
PTKP K/2 (Rp67.500.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp12.300.000

PPh Terutang = 5% x Rp12.300.000 = Rp615.000


Jadi PPh terutang Bapak Rizal adalah sebesar Rp615.000 per
tahun.
PPh Pasal 21 untuk Bonus

Gaji = Rp7.000.000 X 12 = Rp 84.000.000


Bonus = Rp2.000.000 X 12 = Rp 24.000.000
Penghasilan brto Rp 108.000.000
Biaya Jabatan = 5% x Rp108.000.000 (Rp 5.400.000)
Penghasilan Netto Rp 102.600.000
PTKP = K/2 (Rp 67.500.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp 35.100.000
PPh Terutang = 5% x Rp35.100.000 = Rp1.755.000

Maka dapat disimpulkan bahwa PPh Terutang atas bonus adalah :


Rp1.755.000 – Rp 615.000 = Rp1.140.000 per tahun.
Perhitungan PPh Pasal 21 atas
Penerimaan dalam bentuk natura

Budiman adalah warga negara RI yang bekerja pada


suatu perwakilan dagang asing yang pengenaan
pajaknya menggunakan norma penghitungan khusus,
pada bulan Agustus 2016 memperoleh gaji sebesar
Rp 7.500.000 sebulan beserta beras 50 kg dan gula
10 kg. Budiman berstatus menikah dengan 1 orang
anak. Nilai uang dari beras dan gula dihitung
berdasarkan harga pasar yaitu :
Harga beras : Rp 10.000 per kg
Harga gula : Rp 8.000 per kg
Perhitungan PPh Pasal 21
Gaji Rp 7.500.000
Beras 50 x Rp 10.000 Rp 500.000
Gula 10 x Rp 8.000 Rp 80.000
Penghasilan Bruto Rp 8.080.000
Pengurangan
-Biaya jabatan : 5% x Rp. 8.080.000 (Rp 404.000)
Penghasilan Neto sebulan Rp 7.676.000
Penghasilan neto setahun 12 x Rp 7.676.000 Rp 92.112.000
PTKP (K/0)
-Untuk WP Sendiri 54.000.000
-Tambahan kawin 4.500.000
-Tambahan 1 anak 4.500.000 (Rp 63.000.000)
Penghasilan kena pajak setahun Rp 29.112.000
Pph Pasal 21 terutang : 5% x Rp 29.112.000 Rp 1.455.600
PPh pasal 21 sebulan Rp 1.455.600 : 12 Rp 121.300
Perhitungan PPh pasal 21 atas
penghasilan yang tidak
berkesinambungan
Ikhsan melakukan jasa perbaikan komputer
kepada PT. Kurnia jaya dengan fee sebesar Rp
5.000.000.

Memiliki NPWP :
5% x 50% x Rp 5.000.000 = Rp 125.000
Tidak memiliki NPWP
120% x 5% x 50% x Rp 5.000.000 = Rp 150.000
Perhitungan Pemotonga PPh pasal
21 atas penghasilan yang Diterima
Peserta Kegiatan
Joko adalah seorang atlet bulutangkis
profesional Indonesia yang bertempat tinggal di
Jakarta. Ia menjuarai turnamen Indonesia Grand
Prix dan memperoleh hadiah sebesar Rp
200.000.000.
PPh Pasal 21 yang terutang :
5% x 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x 150.000.000 = Rp 22.500.000
PPh 21 terutang = Rp 25.000.000

Anda mungkin juga menyukai