Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI KAS, PENEMPATAN

PADA BANK INDONESIA, KLIRING,


DAN PAJAK
Presented By :
M. Azkal Azkiya Fathurrahman
MKPS 2020
Akuntansi Kas

Kas adalah mata uang kertas dan logam baik dalam valuta rupiah
maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran
yang sah. Perubahan posisi saldo kas di bank dapat disebabkan
oleh beberapa hal berikut.
a. Penyetoran dan penarikan tunai oleh nasabah,
b. Penyetoran kepada Bank Indonesia atau penarikan dari
rekening bank yang bersangkutan di Bank Indonesia,
c. Penggunaan untuk transaksi internal bank seperti untuk dana
kas kecil, pembayaran biayabiaya operasional, biaya gaji, dan
sebagainya
Akuntansi kas senantiasa terkait dengan beberapa jenis transaksi di atas.
Berikut ini akan dibahas akuntansi kas untuk transaksi internal bank
syariah. Transaksi penyetoran dan penarikan tunai oleh nasabah dapat
dilihat secara detail di Bab 6 tentang akuntansi penghimpunan dana.
Adapun transaksi penyetoran kepada Bank Indonesia atau penarikan dari
rekening bank yang bersangkutan di Bank Indonesia akan dibahas pada
Sub-bab Giro Pada Bank Indonesia di bab ini

Transaksi internal bank syariah dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu
tanpa menggunakan kas kecil dan dengan menggunakan kas kecil. Untuk
transaksi tanpa menggunakan kas kecil, bank biasanya melakukan
pembayaran via rekening. Adapun transaksi dengan menggunakan kas kecil
biasanya dilakukan untuk transaksi yang nilai rupiahnya relatif kecil, antara
lain untuk pembayaran konsumsi, biaya transpor, biaya langganan koran
atau majalah, dan biaya listrik atau air. Akuntansi kas kecil pada bank dapat
menggunakan sistem dana tetap (imprest fund system) maupun sistem dana
berfluktuatif (fluctuating system).
Transaksi dana kas kecil dengan sistem dana tetap meliputi
pembentukan dana kas kecil, pemakaian dana kas kecil, dan
pengisian dana kas kecil. Dalam sistem ini, pada saat pembentukan
dana kas kecil, bank akan mendebit dana kas kecil dan selanjutnya
pemakaian kas kecil tidak dijurnal, tapi hanya diarsip sehingga
saldo dana kas kecil akan tetap. Yang berubah adalah komposisi
kasnya, karena komposisi kasnya terdiri atas uang tunai dan arsip
yang bernilai untuk ditukarkan pada saat pengisian kembali. Jumlah
uang berkurang, tetapi bukti pemakaiannya bertambah. Pada saat
pengisian kembali, bank akan mendebit biaya-biaya yang telah
dikeluarkan dan mengkredit rekening kasnya.
Adapun pada akuntansi kas kecil dengan sistem dana
berfluktuasi, pada saat pengisian kas kecil, bank akan
mendebit dana kas kecil dan mengkredit rekening kas.
Pada saat pemakaian kas kecil akan didebit biaya-biaya
atau utang yang terjadi dan mengkredit dana kas kecil.
Pada pada saat pengisian kembali mendebit rekening dana
kas kecil dan mengkredit rekening kas. Kasus berikut
adalah ilustrasi transaksi kas kecil Bank Peduli Syariah
Akuntansi Kas untuk Penyetoran dan
Penarikan oleh Nasabah Melalui Teller

Variasi transaksi penyetoran dan penarikan oleh nasabah melalui teller


didasarkan pada lokasi. Berikut akan ditunjukkan bentuk jurnal pada masing-
masing lokasi transaksi:

- Transaksi Setoran Kas di Cabang Sendiri


Transaksi setoran cabang sendiri adalah transaksi dimana seorang nasabah
memasukkan uang untuk rekening yang berasal dari kantor cabang tempat uang
itu dimasukkan.
Misalkan pada tanggal 2 Agustus 20X9 Ibu Yanti nasabah Bank Syariah
Mandiri cabang Pekanbaru, melakukan setoran tunai di kantor cabang
Pekanbaru ke rekeningnya sebesar Rp250.000. Jurnal di kantor cabang tempat
transaksi (cabang Pekanbaru)
2 Agt X9 Db. Kas 250.000// Kr. Rekening Nasabah—Yanti 250.00
- Transaksi Penarikan Kas di Cabang Sendiri
Transaksi penarikan di cabang sendiri adalah transaksi dimana
seorang nasabah menarik uang dari rekening yang berasal dari
kantor cabang tempat uang itu ditarik.
Misalkan pada tanggal 4 Agustus 20X9 Ibu Yanti nasabah Bank
Syariah Mandiri cabang Pekanbaru, melakukan penarikan tunai
uangnya di kantor cabang Pekanbaru sebesar Rp100.000.
Jurnal di kantor cabang tempat transaksi penarikan (cabang
Pekanbaru)
4 Agustus 20X9 Db. Rekening nasabah—Yanti 100.000 //Kr. Kas
100.000
- Transaksi Setoran Kas ke Cabang Lain
Transaksi setoran cabang lain adalah transaksi dimana seorang nasabah
memasukkan uang di suatu kantor cabang untuk rekening yang berasal dari
kantor cabang lain pada bank yang sama.
Misalkan pada tanggal 7 Agustus 20X9 Ibu Yanti melakukan setoran tunai
di kantor BSM cabang Pekanbaru ke rekening BSM atas nama Syaza di
Yogyakarta sebesar Rp150.000. Maka jurnalnya adalah sebagai berikut:
a. Jurnal di kantor cabang tempat transaksi penyetoran (cabang Pekanbaru)
07 Agustus 20X9 Db. Kas 150.000// Kr. RAK cabang Yogyakarta 150.000
b. Jurnal di kantor cabang pemilik rekening (cabang Yogyakarta)
07 Agustus 20X9 Db. RAK cabang Pekanbaru 150.000 //Kr. Rekening
nasabah - Syaza 150.000
- Transaksi Penarikan Kas di Cabang Lain
Transaksi penarikan di cabang lain adalah transaksi dimana seorang nasabah menarik
uangnya di suatu kantor cabang melalui kantor cabang lain pada bank yang sama.
Misalkan pada tanggal 10 Agustus 20X9 Ibu Yanti nasabah Bank Syariah Mandiri
cabang Pekanbaru, melakukan penarikan di Bank syariah Mandiri cabang Padang
sebesar Rp50.000. Maka jurnalnya adalah sebagai berikut.

a. Jurnal di kantor cabang tempat transaksi penarikan (Cabang Padang) 10 Agustus


20X9 Db. RAK cabang Pekanbaru 50.000 // Kr. Kas 50.000

b. Jurnal di kantor cabang pemilik rekening (Cabang Pekanbaru)


10 Agustus 20X9 Db. Rekening nasabah—Yanti 50.000 // Kr. RAK cabang Padang
50.000
Akuntansi Kas melalui Automatic
Teller Machine (ATM)
Transaksi kas melalui ATM meliputi (1) transaksi pengisian kas ATM
(2) Penarikan oleh nasabah cabang pemilik ATM dan (3) Penarikan
oleh nasabah cabang lain

- Pengisian Kas ATM


Transaksi pengisian kas ATM merupakan transaksi bank mengisi kas
yang terdapat dalam ATM.
Misalkan pada tanggal 12 Agustus 20X9 BSM cabang Jakarta
melakukan pengisian ATMnya sebesar Rp100.000.000. Maka
jurnalnya adalah sebagai berikut:
12 Agustus 20X9 Db. Kas – ATM 100.000..000 // Kr. Kas 100.000.000
Penarikan Kas oleh Nasabah
Cabang Pemilik ATM
- Transaksi penarikan oleh nasabah cabang pemilik kas ATM
merupakan transaksi saat nasabah menarik dananya di bank melalui
ATM.
Misalkan pada tanggal 15 Agustus 20X9, Bapak Edi nasabah Bank
Syariah Mandiri (BSM) cabang Jakarta menarik dananya melalui
ATM BSM cabang Jakarta sebesar Rp500.000. Maka jurnalnya
adalah sebagai berikut
15 Agustus 20X9 Db. Rekening nasabah—Edi 500.000 // Kr. Kas—
ATM 500.000
- Penarikan Kas Bukan oleh Nasabah Cabang Pemilik ATM
Transaksi penarikan bukan oleh nasabah cabang pemilik kas ATM
merupakan transaksi saat adanya nasabah dari cabang lain yang menarik
dananya di bank melalui ATM.
Misalkan pada tanggal 15 Agustus 20X9, Ibu Desmiati nasabah BSM
cabang Padang menarik dananya melalui ATM BSM cabang Jakarta sebesar
Rp300.000. Maka jurnalnya adalah sebagai berikut:
a. Jurnal di kantor cabang tempat transaksi penarikan ATM (cabang Jakarta)
15 Agustus 20X9 Db. RAK cabang Padang 300. 000 // Kr. Kas—ATM
300.000
b. Jurnal di kantor cabang asal rekening yang ditarik (cabang Padang) 15
Agustus 20X9 Db. Rekening nasabah - Desmiati 300. 000 // Kr. RAK
cabang Jakarta 300.000
Kas ATM merupakan pos tersendiri
untuk memudahkan identifikasi
transaksi. Pengisian ATM dilakukan
apabila stok kas pada mesin sudah
melewati titik minimal. jurnal pada ATM
dilakukan otomatis oleh sistem.
Akuntansi Penempatan pada Bank
Indonesia dan Kliring

Penempatan pada Bank Indonesia


Penempatan pada Bank Indonesia dilakukan dalam bentuk Giro dan
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Giro Bank Indonesia merupakan
rekening giro milik bank komersial dalam valuta asing maupun valuta
rupiah di Bank Indonesia. Dengan giro Bank Indonesia, bank dapat
membiayai transaksi antarcabang maupun antarbank melalui
penyelesaian kliring. Mutasi giro Bank Indonesia makin sering
dilakukan bila transaksi antarbank atau antarcabang makin banyak.
Transaksi tersebut dibatasi oleh Bank Indonesia tidak boleh sampai
mengakibatkan ketentuan jumlah giro wajib minimum tidak tercapai.
Transaksi Penempatan pada Bank Indonesia
Tanggal 1 Agustus 20XA, Bank Murni Syariah cabang Padang
menyetor tunai untuk giro di Bank Indonesia sebesar Rp1 miliar.
Tanggal 10 Agustus 20XA, Bank Murni Syariah cabang Padang
mengambil dana di Bank Indonesia sebesar Rp400 juta.

01 Agustus 20XA Db. Giro pada Bank Indonesia 1.000.000.000


Kr. Kas 1.000.000.000
10 Agustus 20XA Db. Kas 400.000.000
Kr. Giro pada Bank Indonesia 400.000.000
Transaksi Penempatan pada SBI Syariah/FASBIS
 •Tanggal 1 September 20X9 Bank Murni Syariah menempatkan dana sebesar
Rp3.000.000.000 di SBI Syariah dengan masa penempatan 3 bulan.
 Tanggal 5 September 20X9 Bank Murni Syariah menempatkan dana sebesar
Rp500.000.000 di FASBIS dengan masa penempatan 1 bulan.
 Tanggal 5 Oktober 20X9, bank mencarirkan FASBIS yang dimasukkan tanggal 5
September.
 Tanggal 1 Desember 20X9, bank mencairkan SBI syariah yang pernah
dimasukkan tanggal 1 September 20X9.

01 September 20X9 Db. SBI syariah 3.000.000.000


Kr. Giro pada Bank Indonesia 3.000.000.000
05 September 20X9 Db. FASBIS 500.000.000
Kr. Giro pada Bank Indonesia 500.000.000
05 oktober 20X9 Db. Giro pada Bank Indonesia 500.000.000
Kr. FASBIS 500.000.000
01 Desember 20X9 Db. Giro pada Bank Indonesia 3.000.000.000
Kr. FASBIS 3.000.000.000
Bentuk lain penempatan dana bank syariah pada Bank Indonesia
adalah dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Syariah yang
merupakan instrumen pengganti atas Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI). Baik SBI Syariah maupun SWBI merupakan
sarana penitipan dana jangka pendek oleh bank syariah yang
mengalami kelebihan likuiditas. SBI syariah menggunakan skema
jualah dengan kebijakan return saat ini mengacu pada SBI
konvensional. Sebagai alternatif terhadap acuan pada SBI
konvensional, beberapa pakar ekonomi Islam di Indonesia cenderung
mengusulkan kebijakan return yang mengacu pada rata-rata return
seluruh bank syariah yang ada di Indonesia. Dengan demikian,
perkembangan bank syariah akan tetap seiring dengan perkembangan
ekonomi riil masyarakat dan konsisten dengan prinsip the existence
of underlying transaction pada setiap keuntungan yang diperoleh.
Kliring
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan utang-piutang
dalam bentuk surat berharga atau surat dagang dari suatu bank
peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain
yang ditunjuk. Untuk mengikuti kliring, Bank komersial harus
terlebih dahulu terdaftar sebagai peserta kliring pada penyelenggara
kliring, yaitu Bank Indonesia. Dalam kegiatan kliring, digunakan
warkat, dokumen, dan formulir kliring. Warkat adalah alat
pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk
rekening nasabah atau bank melalui kliring.
Transaksi Kliring
 Tanggal 5 Juli 20XA, Bank Murni Syariah menerima tagihan dari
Bank Peduli Syariah sebesar Rp200.000.000 untuk beban Bapak
Rahmad.
 Tanggal 6 Juli 20XA, Bank Murni Syariah menyerahkan warkat
kliring ke Bank Indonesia dan pada tanggal itu juga kliring
dinyatakan berhasil sebesar Rp300.000.000 untuk keuntungan
rekening giro Bapak Syamsul

5 Juli 20XA Db. Giro Ahmad 200.000.000


Kr. Giro pada Bank Indonesia 200.000.000
6 Juli 20XA Db. Giro pada Bank Indonesia 300.000.000
Kr. Giro Syamsul 300.000.000
Beberapa bentuk warkat adalah cek, bilyet giro, wesel bank
untuk transfer, surat bukti penerimaan transfer, surat bukti
penerimaan transfer, nota debit, dan nota kredit. Dokumen kliring
adalah dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses
perhitungan kliring ditempat penyelenggara. Dokumen kliring yang
digunakan adalah daftar warkat kliring penyerahan/pengembalian
yang disediakan oleh masing-masing-masing peserta. Formulir
kliring adalah formulir yang digunakan untuk proses perhitungan
kliring meliputi neraca kliring penyerahan dan pengembalian yang
disediakan oleh penyelenggara kliring, neraca kliring penyerahan,
dan pengembalian yang disediakan peserta kliring dan bilyet saldo
kliring yang disediakan oleh peserta.
Akuntansi Pajak
Aktivitas bank syariah yang mengakibatkan bertambahnya
pendapatan seseorang merupakan objek pajak yang harus dibayarkan
kepada negara. Berikut adalah beberapa jenis objek pajak yang
terkait dengan aktivitas bank syariah beserta tarif pajak yang
dikenakan.
1. Penerimaan bonus giro wadiah oleh nasabah giro wadiah
dikenakan pajak PPh pasal 4 (2) giro sebesar 20% dari bonus yang
diterima nasabah.
2. Penerimaan bagi hasil oleh nasabah giro mudharabah, tabungan
mudharabah, dan deposito mudharabah dikenakan pajak PPh Pasal 4
(2). Ketiganya dikenakan pajak sebesar 20% dari bagi hasil atau
bonus yang diterima.
 Tanggal 30 Oktober 20XA, dibayar bonus girowadiah pada
rekeningThariqMuhammad Ridho, nasabah giro wadiah BMS sebesar
Rp100.000. BMS memotong pajak 20% PPh Pasal 4 (2) giro.
 Tanggal 30 Oktober 20XA, dibayar bagi hasil yang sudah diumumkan, tapi
belum dibayar dan langsung dipotong pajak ke (1) rekening Ursila Husnul
Ridho nasabah tabungan mudharabah sebesar Rp60.000, (2) rekening tabungan
mudharabah Dolly Viviane, nasabah deposito mudharabah sebesar Rp200.000.
 Tanggal 1 November 20XA, dibayar gajiThariqullah pegawaiBMS sebesar
Rp3.000.000, dipotong pajak sebesar 10 %. Gaji langsung masuk rekening
tabungan mudharabah thariqullah.
 Tanggal 1 November 20XA, dipotong PPH 21 badan masa sebesar
Rp15.000.000.
 Tanggal 1 November, dibayar dividen kepada Juoro Rochmadi, salah seorang
pemegang saham sebesar 20.000.000 dan dipotong PPh Pasal 4 (2) dividen.
Dividen dibayar via tabungan mudharabah Juoro.
 Tanggal 5 November, disetor semua pajak yang telah dipotong BMS ke
rekening pemerintah di Bank Indonesia sebesar Rp256.640.000
30/10 Db. Beban bonus wiro wadiah 100.000
Kr Giro wadiah (an Thariq M.R.) 80.000
Kr. Titipan kas negara- PPh pasal 4 (2) giro 20.000
30/10 Db. Hak pihak ketiga atas bagi hasil 60.000
Kr. Tabungan mudharabah (a.n. Ursila) 60.000
Db. Tabungan mudharabah (a.n. Ursila) 12.000
Kr. Titipan kas negara- PPh pasal 4 (2) tabungan 12.000
01/11 Db. Beban gaji 3.000.000
Kr. Tabungan mudharabah (a.n. Thariqullah) 2.700.000
Kr. Titipan kas negara-PPH 21 300.000
01/11 Db. Beban pajak 15.000.000
Kr. Titipan kas negara-PPh 21 Badan 15.000.000
01/11 Db. Dividen 20.000.000
Kr. Tabungan mudharabah (a.n. Juoro Rochmadi) 16.000.000
Kr. Titipan kas negara-PPH pasal 4 (2) dividen 4.000.000
05/11 Db. Rupa-rupa titipan kas negara 256.640.000
Kr. Bank Indonesia 256.640.000
Aktivitas bank syariah yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan
seseorang merupakan objek pajak yang harus dibayarkan kepada
negara. Berikut adalah beberapa jenis objek pajak yang terkait dengan
aktivitas bank syariah beserta tarif pajak yang dikenakan.

3. Penghasilan yang diterima pegawai bank syariah dikenakan PPH


21 perorangan dikenakan pajak 10%.
4. Penghasilan bank syariah yang kena pajak dikenakan PPH 21 badan.
5. Dividen yang dibayar bank syariah kepada pemegang saham
dikenakan PPH Pasal 4 (2) dividen
Pajak yang dipungut oleh bank disimpan terlebih dahulu dalam
rekening Titipan Kas Negara dengan sub-rekening sesuai dengan
jenis pajak yang dipungut. Secara berkala, pajak tersebut dibayar
pada rekening pemerintah di Bank Indonesia. Berikut adalah
ilustrasi transaksi pemotongan berbagai pajak oleh Bank Murni
Syariah.
Sekian
&
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai