Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI LINGKUNGAN SOSIAL

“ LINGKUNGAN HIDUP DALAM KERANGKA SCR DAN


SUSTAINABLE DEVELOPMENT”

KELOMPOK 9
WIDYA PUTRI RAMADANI (105731112219)
LILI ALFIANI ALIMIN (105731115419)
NURAISAH GABA (105731114619)
LINGKUNGAN HIDUP

Lingkungan (environment) dianggap lebih luas daripada istilah lingkungan


hidup (live environment). Hal-hal atau segala sesuatu yang berada di sekeliling
manusia sebagai pribadi atau didalam proses pergaulan hidup, biasanya disebut
lingkungan (soemartono, 1996:12). Pada dasarnya lingkungan dibagi menjadi 3
kelompok dasar yaitu:
 lingkungan fisik (physical environment) yaitu segala sesuatu disekitar manusia
yang berbentuk benda, seperti rumah, kendaraan, gunung,udara, air danlain-
lain.
 Lingkungan biologis (biological evironment) yaitu segala sesuatu yang berada
disekitar lingkungan manusia yang berupa organisme hidup dari manusianya
sendiri, seperti hewan-hewan dari yang besar sampai yang terkecil.
 Lingkungan sosial (social environment) yaitu manusia-manusia lain yang ada
disekitarnya, seperti tetangga-tetangga, teman-teman bahkan orang lain yang
belum dikenal
LINGKUNGAN HIDUP DAN ENTITAS BISNIS

sepuluh tahun terakhir, sering kita dengar adanya tuntutan-tuntutan dari masyarakat
yang ditunjukan pada perusahaan-perusahaan mengenai kasus perusakan atau
pencemaran lingkungan hidup akibat dari aktivitas bisnisnya. Sebagai contoh PT.
Newmont Minahasa Raya (MNR) yang telah beroperasi sejak tahun 1987. pada tahun
1997an mendapat tuntutan dari nelayan buyat akibat pembuangan limbah-limbah
beracun kelaut yang mengakibatkan teluk buyat tercemar. Hingga pada akhirnya ditutup
pada tanggal 31 agustus 2004, tetapi sampai sekarang meninggalkan pencemaran
dikawasan teluk buyat.
PT.Lapindo Brantas Inc (LBI), sedari 29 mei 2006, semburan Lapindo tak kunjung
selesai, terlebih sejak 2004-2006 kontribusi LBI pendapatan asli daerah (PAD)
kabupaten sidoarjo tidak signifikan. Dapat disebut Rp.1,1 milyar (2004), Rp. 45 juta
(2005), dan Rp. 0 (2006). Hal ini selain akibat dari ketidaktegasan negara juga
merupakan contoh fatal akibat ketidakpekaan perusahaan terhadap konsep CSR.
Sampai sekarang pun belum ada titik temu untuk mencari solusi menghentikan
semburan lumpur panas yang sering disebut di media massa semburan “LUSI” (Lumpur
Sidoarjo). Jika ditinjau dari sisi dampak lingkungan (AMDAL) PT. Lapindo berantas
ternyata belum memenuhi syarat.
KONSEP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Corporate social responsibility (CSR) merupakan suatu konsep bahwa suatu


organisasi (khususnya, tapi tidak terbatas pada perusahaan) memiliki kewajiban
untuk memperhatikan kepentingan pelanggan, karyawan, pemegang saham,
komunitas dan pertimbangan-pertimbangan pelanggan. Karyawan pemegang
saham, komunitas dan pertimbangan-pertimbangan ekologis dalam segala aspek
dari usahanya.
The international organization of employers (IOE) mendefiniskan csr sebagai “
initatives by companies voluntarily intergrating social and enviromental concerns in
their businnes and in their interaction with their stakeholder” dari definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa:
 CSR merupakan tindakan perusahaan yang bersifat sukarela dan melampaui
kewajiban hukum terhadap peraturan perundang-undangan negara
 Pengertian tersebut diatas memandang CSR sebagai aspek inti dari aktivitas bisnis
disuatu perusahaan dan melihatnya sebagai suatu alat untuk terlibat dengan para
pemangku kepentingan.
DIMENSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

1. Ekonomi,sosial,lingkungan. Perusahaan dalam menjalankan CSR harus


memperhatikan keseimbangan ketiganya tak boleh ada trade off dalam
jangka panjang dia antara ketiganya dan ketiganya harus mengalami
kemajuan.
2. Pemangku, kepentingan. Perusahaan dalam menjalankan CSR harus
memperhatikan seluruh pemangku kepentingan internal dam
eksternalnya dan mencari keseimbangan terbaik bagi pemuasan seluruh
kepentingan mereka
3. volumentari. Perusahaan dalam menjalan CSR harus mematuhi seluruh
regulasi yang berlaku kemudian berusaha melampuinya sejauh mungkin.
Pelaksanaan CSR sampai sekarang masih bersifat sukarda (voluntary) ,
beberapa perusahaan tidak menjalankan program-program CSR karena melihat
hal tersebut mungkin hanya sebagai bagian pengeluaran biaya (cost center).
Tetapi untuk sekarang sebenarnya pandangan tersebut sangat keliru, meskipun
CSR memberikan hasil secara keuangan dalam jangka pendek namun secara CSR
sebenarnya memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada
keuangan perusahaan dimasa mendatang. Daru sisi dunia usaha sebenarnya
berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan
memperhatikan faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya
memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line),
melainkan sudah meliputi spek profit, people, dan planet atau yang bisa disebut
triple bottom line.
PENGATURAN DAN PELAKSANAAN CSR DI INDONESIA

Pra UU No.40 Tahun 2007

1. UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup


2. UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
3. UU NO.13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan
UU NO. 40 TAHUN 2007
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang atau berkaitan sumber
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatuhan dan kewajaran
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (1)
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan peraturan pemerintah
KRITIK TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
1. Prospektif tanggung jawab sosial perusahaan sering dijadikan atribut bagi
perusahaan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan caranya
mengikuti peraturan yang yang ditetapkan oleh masyarakat, asosiasi dan
pemerintah. Seperti perusahaan tambang, perusahaan kayu perusahaan
pengelola hasil bumi dan sejenisnya. Dampak yang timbul dalam perusahaaan
tidak seimbang dengan usaha merehabilitasi alam.
2. Untuk bisnis tertentu tanggung jawab sosial perusahaan dapat dijadikan perisai
sebagai penetralisir dampak dari bisnis yang dijalankan sekalipun bertentangan
misalkan perusahaan rokok sebagai sponsir event olahraga, sekalipun masyarakat
mengetahui bahaya rokok dilain pihak masyarakat membutuhkan olahraga.
3. Adakalanya tanggung jawab sosial perusahaan dapat menjadi boomerang bagi
perusahaan itu sendiri walaupun sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat
4. Bagi perusahaan investor dari negara maju adanya regulasi mengenai tanggung
jawab sosialperusahaan yang ketat dapat menjadi alternative untuk berpindah
kenegara yang memiliki regulasi tanggung jawab sosialnya lebih longgar.
MOTIVASI PERUSAHAAN MENJALANKAN CSR
Program dilakukan setelah ada tuntutan masyarakat yang biasanya diwujudkan melalui demonstrasi.

Program tidak dilakukan setelah kontrak ditandatangani. Kecenderungannya program dilakukan ketika kebebasan masyarakat sipil semakin besar pasca sentralisasi

Motif
Motif keamanan
keamanan
Motivasi
Motivasi memenuhi
memenuhi kewajiban
kewajiban kontraktual
kontraktual

Pertanggung
Pertanggung jawaban
jawaban program
program CSR
CSR
bukan
bukan pada
pada pemerintah
pemerintah daerah
daerah dan
dan Propoganda
Propoganda kegiatan
kegiatan CSR
CSR melalui
melalui
masyarakat
masyarakat local
local tetapi
tetapi pada
pada media
media massa
massa
pemerintah
pemerintah pusat
pusat
MOTIF MORAL

Wacana CSr

Propoganda kegiatan
CSR melalui media
massa
BENTUK IDEAL TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

untuk mendapatkan format ideal tanggung jawab sosial, beberapa


hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan harus melakukan GAP analisis antara apa yang ideal harus
dilakukan dengan apa yang telah dilakukan (exiting) saat ini.
2. Konsistensi dalam menjalankan komitmen harus menjadi bagian dan
gaya hidup dari semua level manajemen perusahaan
3. Sudah saatnya tanggung jawab sosial perusahaan dikelola oleh suatu
divisi tersendiri secara profesional sehingga pertaanggungjawaban
terhadap manajemen dan stakeholder dapat transparan dan terukur
kinerjanya.
4. Idealnya pemerintah juga harus memiliki departemen yang berfokus untuk
menangani regulasi tanggung jawab sosial perusahaan sehingga dapat menjadi
mediatoe dan fasilator bagi semua pihak berkepentingan
5. Pada era teknologi saat ini peranan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah
menjadi keharusan bukan lagi sebagai pendukung perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan daoat memanfaatkan tik semaksimal mungkin untuk menciptakan
proses efesien, efektif, transparan,dan dapat dipertanggungjawabkan.
CSR DAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT

CSR merupakan elemen yang penting dalam kerangka sustainability, yang


mencakup aspek ekonomi lingkungan sosial dan budaya. Adapun alasan mengapa
harus melakukan csr yaitu untuk mendapatkan keuntungan sosial, mencegah
konflik dan persaingan yang terjadi, kesinambungan/bisnis, pengelolaan sumber
daya alam serta pemberdayaan masyarakat dan sebagai license to operate, jadi
implementasi csr tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi tetapi juga
secara sosial dan lingkungan alam bagi berkelanjutan perusahaan serta
mencegah terjadinya konflik.
Dalam prespektif perusahaan yang dimaksud berkelanjutan adalah
merupakan suatu program sebagai dampak dari usaha-usaha yang telah dirintis.
Ada lima faktor sehingga konsep berkelanjutan menjadi penting diantaranya
sebagai berikut:
 Ketersediaan dana

 Misi lingkungan

 Tanggung jawab sosial

 Implementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporasi, pemerintah)

 Mempunyai nilai keuntungan/manfaat


IMPLEMENTASI KONSEP

Masih banyak perusahaan yang tidak mau menjalankan program-program


CSR karena melihat hal tersebut hanya sebagai pengeluaran biaya(cost center).
CSR memang tidak memberikan hasil secara keuangan dalam jangka pendek.
Namun CSR akan memberikan hasil baik langssung maupun tidak langsung pada
keuangan perusahaan dimasa mendatang. Apabila perusahaan melakukan
program-program CSR diharapkan keberlanjutan perusahaan akan terjamin
dengan baik. Oleh karena itu, program-program CSR lebih tepat apabila
digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu
perusahaan.
dengan masuknya program CSR sebagai bagian dari strategi bisnis, maka
akan dengan mudah bagi unit-unit usaha yang berada dalam suatu perusahaan
untuk mengemplementasikan rencana kegiatan dari program CSR yang
dirancangnya. Dilihat dari sisi pertanggung jawaban keuangan atas setiap
investasi yang dikeluarkan dari program CSR menjadi lebih jelas dan tegas,
sehingga pada akhirnya keberlanjutan yang diharapkan akan dapat
terimplementasi berdasarkan harapan stakeholder.
CONTOH KASUS DAN PEMECAHAN MASALAH

Contoh kasus: “PT Caltex Pasific Indonesia (CPI)”


sebagai contoh kasus sebagaimana dikemukakan Mulyadi (2003), di provinsi
riau, mayarakat Duri yang hidup didaerah dekat wilayah operasi PT. Caltex Pasific
Indonesia (CPI) mengalami kerugian dalam aspek kesehatan dan ekonomis.
Expansi daerah operasi perusahaan ini membuat jarak daerah pengeboran minyak
dengan pemukiman penduduk hanya sekitar 200 meter. Dalam kndisi seperti ini
pengeboran minyak menyebabkan sumur-sumur penduduk menjadi kering.
Akibatnya komsumsi air bersih menjadi masalah serius. Air bersih menjadi barang
yang langka. Untuk memperolehnya masyarakat harus membelinya. Selain sumur
menjadi kering, hal yang sama juga terjadi pada kolam ikan yang dikelola
penduduk. Usaha rumah tangga ini menjadi tidak bisa dilanjutkan oleh masyrakat.
Pada wilayah lain, masyarakat Marang Kayu yang tinggal disekitaran lokasi
pengelohan PT. Unocal mengeluh karena terjadi pencemaran minyak di sawah dan
tambak mereka. Mereka mengklaim bahwa hasil pertanian dan tambak
mengalami penurunan karena pencemaran tersebut. Kondisi ini menimbulkan
konflik antara masyarakat dan perusahaan.
Pemecahan masalah:
Dalam proses penyelesaiannya, masyarakat duri mencoba mengajukan tuntutan untuk
mendapatkan kompensasi terhadap kerugian-kerugian yang dideritanya. Penyelesaian
dari tuntutan ini tidak sederhana. Setelah dewan perwakilan rakyat riau tidak mampu
menyelesaikan masalah ini, isu tersebut dibawa kedewan perwakilan rakyat pusat .
Sementara itu kasus marang kayu bisa diselesaikan di DPRD kutai timur.
Konflik tersebut tidak hanya terjadi karena masalah lingkungan hidup saja namun juga
karena masalah kepemilikan tanah. Konflik mengenai masalah ini merupakan masalah
umum yang terjadi pada perusahaan-perusahaan ektatif. Sejak tahun 1980an sudah
terjadi pertikaian secara sporadis yang disebabkan oleh masalah tanah. Persengketaan
tersebut terjadi antara masyarakat adat suku dayak benuaq dan tonyoi yang tinggal
didaerah kalimantan timur dengan PT.kelien equatorial mining (KEM) suku dayak siang,
murung, dan bekumpai di provinsi kalimantan tengah dengan PT. Indomuro kencana
(aurora gold) masyarakat tradisional amunge di papua barat dengan PT. freeport
indonesia.
Terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai