Anda di halaman 1dari 16

AKTUALISASI PANCASILA SEBAGAI

PARADIGMA KEHIDUPAN BANGSA


INDONESIA DI LINGKUNGAN KAMPUS
Oleh :
Della Aprilianingtyas
6411417110
Pendidikan Pancasila
A. Tri Darma Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi diselenggarakan dengan tujuan untuk :
1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/
atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
kebudayaan nasional.
Dalam rangka mencapai tujuan perguruan tinggi
menyelenggarakan kegiatan yang disebut Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yakni kegiatan yang terdiri dari :
1. Pendidikan, merupakan kegiatan dalam upaya
menghasilkan manusia terdidik.
2. Penelitian, upaya menghasilkan pengetahuan empirik,
teori, konsep untuk memperkaya IPTEK dan seni.
3. Pengabdian kepada masyarakat, merupakan kegiatan
yang memanfaatkan IPTEK dalam upaya memberikan
sumbangan demi kemajuan masyarakat.
B. Penumbuhan Moral Etika Pancasila

• Akhir – akhir ini diberbagai tempat sering timbul


kerusakan massa yang cenderung brutal karena
dipicu oleh kekecewaan yang sangat dalam
kesenjangan antara daerah dan pusat akibat tidak
diberikannya otonomi daerah maupun APBD.
• Persoalan demokrasi bukan hanya cita – cita yang
menyangkut peraturan kekuasaan negara,
melainkan juga cara hidup konkrit antara
kelompok masyarakat yang sangat pluralis.
• Kiranya melalui dialog dan komunikasi yang
terus – menerus dilandasi jiwa dan semangat
bhinneka Tunggal Ika, kita sosialikan budaya
“Etika Pluralisme” yakni etika yang
mengajarkan sopan santun dalam sikap dan
mau menerima beda pendapat dalam
musyawarah dan mufakat sebagai penjelmaan
pancasila.
• Dengan demikian persatuan dan kesatuan
bangsa dapat tumbuh subur dalam “taman
sarinya” bangsa negara Indonesia.
C. Tradisi Kebebasan Akademik, Kebebasan
Mimbar Akademik dan Otonomi
1. Tradisi Kebebasan Akademik
• Sejak universitas pertama kali berdiri di
Bologna(Italia), paham kebebasan yang
selama ini dipegang oleh gereja mulai
digulirkan kepada universitas.
• Keputusan tentang kebenaran itu melalui
penahapan dan kriteria tertentu berdasarkan
wewenang dan wibawa yang dapat diterima
akal masyarakat luas.
• Dari apa yang telah dicapai oleh para pemikir
pada abad pertengahan dapat diamati suatu
fenomena empirik tentang kebebasan untuk
mencapai kebenaran berikut ini
a. Bahwa masyarakat ilmiah perlu
dikembangkan dalam lingkungan perguruan
tinggi.
b. Sikap averroisme semakin jelas dikalangan
perguruan tinggi, mereka semakin otonom
dalam mencapai kebenaran.
c. Otonomi perguruan tinggi berhubungan
dengan pengembangan ilmu pengetahuan.
• Kebebasan akademik dalam hal ini lebih
berciri aktivitas wahana pengembangan ilmu
pengetahuan yang dapat diikuti oleh sivitas
akademika. Dosen dan mahsiswa dalam
menjalankan kebebasan akademik akan
menempuh jalur norma – norma akademik.
Jalur ini mencakupi serangkaian langkah
metodologis, yaitu penemuan masalah,
tujuan, manfaat, cara mencapai kebenaran,
analisis, dan simpulan.
2. Kebebasan Mimbar Akademik
• Kebebasan mimbar akademik mengandung
pengertian proses pengembangan ilmu lewat
kegiatan perkuliahan (mimbar akademik).
• Kebebasan mimbar akademik dalam proses
pendidikan lebih ditekankan pada
pengembangan kognitif (pemahaman),
apresiasi (afektif), dan keterampilan
(psikomotorik) yang dilakukan dalam
laboratorium dan perpustakaan.
• Fungsi mahasiwa dalam kebebasan akademik
dan kebebasan mimbar akademik memiliki
karakteristik :
a. Mahasiswa adalah pribadi yang baru terlibat
dalam proses untuk menjadi ilmuwan.
b. Mahasiswa adalah pribadi yang baru belajar
dalam proses untuk menjadi ilmuwan.
c. Mahasiswa adalah pribadi yang baru terlihat
dalam “proses untuk menjadi ilmuwan”.
3. Otonomi keilmuan

• Ilmu yang dapat berkembang pada prinsipnya


karena kaidah moral, pertimbangan etis, dan
norma kerja profesinya.
• Ilmu pengetahuan memang dapat
memperoleh otonomi dalam melakukan
kegiatannya untuk mempelajari alam semesta,
tetapi masalah moral akan timbul manakala
berkaitan dengan penggunaan pengetahuan
ilmiah itu.
• Ilmu pengetahuan memiliki sisi kajian internal
dan eksternal.
• Sisi kajian internal digunakan manakala ilmu
hanya menggunakan metode spesifik yang
dimiliki untuk dipraktekkan ilmuwan secara
otonomi.
• Sisi kajian eksternal, ilmu akan berkaitan dengan
bidang IPOLEKSOSBUDROHANKAM.
• Ilmu pengetahuan selalu dituntut bagaimana
dapat memiliki kegunaan di masyarakatnya.
Karena pada masa pembangunan ini keberadaan
ilmu pengetahuan di perguruan tinggi dituntut
mempunyai nilai kegunaan di masyarakat.
4. Peran Mahasiswa di Masyarakat
a. Mahasiswa sebagai pribadi yang sedang belajar
berproses “untuk menjadi” (ilmuwan) sehingga
masih membutuhkan bimbingan dan pembinaan
akademik yang intensif dari para dosen.
b. Mahasiswa berperan sebagai perantara
pembaharuan.
c. Mahasiswa perlu belajar untuk dapat
mengkomunikasikan hasil – hasil penelitian, laporan
hasil kajian ilmiah kepada masyarakat.
d. Tidak semua orang dalam masyarakat dapat
meraih peluang masuk kuliah di bangku perguruan
tinggi.
D. Memposisikan Kebebasan Akademik
dan Kebebasan Mimbar Akademik secara
Proporsional
• “Kebebasan ilmiah” (dalam arti otonomi ilmu atau otonomi
ilmiah) lebih luas ruang lingkupnya dibandingkan dengan
kebebasan akademik dan kebebasan mimbar adalah sebagian
yang lebih terbatas dalam lingkup kebebasan akademik.
• Kedua kebebasan ini mendapatkan perwujudannya di
universitas yang warganya para dosen, mahasiswa, dan tenaga
pengajarnya yang memiliki wewenang dan wibawa keilmuwan
meneruskan ilmunya kepada mahasiswa berupa kuliah. Kuliah
ini adalah cara penyajian bahan ilmiah yang melibatkan dosen
dan mahasiswa sebagai sesama mitra pembahasan.
E. Kampus sebagai Kekuatan Moral
Pengembangan Hukum dan HAM
• Kampus diharapkan menjadi kekuatan moral
dalam melaksanakan dan menegakkan hukum,
HAM, dan demokrasi.
• Berperan tidaknya kampus sebagai kekuatan
moral dalam pengembangan hokum dan HAM
sangat tergantungkepada terbina atau
tidaknya demokrasi.
• Kesadaran yang tinggi, intelektualitas yang
memadai, dan stabilitas Negara yang terjamin
perlu ada.

Anda mungkin juga menyukai