Anda di halaman 1dari 17

BAB V

PARADOKS ZENO DAN


KESERBASALAHAN
DALAM BERHITUNG

DOSEN
PENGAMPU:

Dr. Sugiharto, M.Pd.


Dra. Karlinah Salamanya
ANGGOTA KELOMPOK 5

01 02 03 04
Ardi Zulfan Naingolan Revi Eka Mentari Ni Made Ita Novita Putri Patisapitri
213020206028 213030206070
203031206070 213010206010
1. PENGELAN TENTANG ZENO

Zeno dikenal banyak orang karena


namanya tercantum pada halaman
pertama buku Parmenides karangan
Plato.Zeno lahir diperkirakan tahun 490
SM. Zeno dari Elea, lahir pada awal
mulainya perang Persia – konflik antara
Timur dan Barat. Paradoks yang
dilontarkan Zeno membingungkan semua
filsuf Yunani, namun tidak seorang pun
dapat menemukan kesalahan pada
logika Zeno.
2. PARADOKS ZENO DAN KESERBASALAHAN DALAM
BERHITUNG
1) Dikotomi

Paradoks ini dikenal sebagai “dikotomi” karena selalu terjadi


pengulangan pembagian menjadi dua. Gerak adalah tidak
dimungkinkan, sebab apapun yang terjadi gerak harus mencapai (titik)
tengah terlebih dahulu sebelum mencapai (titik) akhir; tapi sebelum
mencapai titik tengah terlebih dahulu mencapai seperempat dan
seterusnya, suatu ketakterhinggaan. Jadi, gerak tidak akan pernah ada
bahkan pada saat untuk memulainya.
2. PERLOMBAAN ARCHILES DAN KURA-KURA.

Achilles - kesatria pada perang Troya,


mitologi Yunani, berlomba lari dengan
kura-kura, tetapi Achilles tidak dapat
mengalahkan kura-kura yang berjalan
lebih dahulu. Untuk memudahkan
penjelasan, maka diberikan ilustrasi
dengan menggunakan angka pada
paradoks ini. Kura-kura berjalan begitu
Achilles mencapai tempatnya.
Pertanyaannya adalah kapan Achilles
dapat menyusul kura-kura?.
Dari enam paradoksnya, yang paling terkenal, adalah
paradoks lomba lari Achilles dan kura- kura.

Achilles yang terkenal dapat berlari cepat berlomba lari dengan kura-
kura yang tidak dapat berlari cepat. Mereka menuju ke arah yang
sama sedangkan kura-kura sedikit di depan Achilles. Betapa pun cepat
Achilles berlari, mula-mula ia harus mencapai dulu tempat kura-kura
itu beranjak. Namun pada saat itu kura-kura telah maju beberapa
jarak ke depan. Kemudian Achilles harus menempuh jarak lagi ke
tempat kura-kura itu. Namun, pada saat itu kura-kura sudah maju
lagi.
Demikianlah terus-menerus, Achilles hanya akan selalu mendekati
kura-kura itu. Kesimpulan: Achilles tidak mungkin menyusul kura-
kura itu. (Dikutip dari buku Berhitung sejarah dan pengembangannya,
Dali S. Naga)
3) ANAK PANAH

Zeno berpendapat bahwa suatu objek


yang sedang terbang, selalu menepati
ruang yang sama besarnya dengan objek
tersebut. Dengan kata lain, Zeno
berpendapat bahwa semua objek berada
dalam keadaan pegun dan tidak
bergerak sama sekali
4) STADION

Paradoks ini melibatkan kedudukan baris


selari seperti di stadion pergerakan tiga
baris selari. Terdapat tiga barisan benda
yaitu A, B, dan C di lapangan tengah
stadion. Barisan A terletak diam di tengah
lapangan . Sementara B dan C masing-
masing terletak di hujung kanan dan kiri A.
Kemudian B dan C akan bergerak
mendekati A dengan kelajuan yang sama
(hendak bersejajar dengan barisan)
Dari dikotomi Zeno, kita menemukan suatu
pengertian ketakhinggaan tetapi dalam
masalah ini pula menemukan pengertian apakah
ketakhinggaan seperti berujung atau tidak.
Pengertian ketakhinggaan yang bermacam-
macam ini menimbulkan juga bermacam-macam
tafsiran sehingga kemudian kita menemukan
istilah ketakhinggaan matematika dan
ketakhinggaan tulen dari filsafat, atau
ketakhinggaan potensial dan ketakhinggaan
sejati.
3. PEMECAHAN MODERN
Semua orang tahu bahwa dalam dunia nyata, Achilles
pasti dapat menyusul kura-kura, namun dari argumen
Zeno, Achilles tidak akan pernah dapat menyusul kura-
kura. Para filsuf Zaman itu pun tidak mampu
membuktikan paradoks tersebut, walaupun mereka tahu
bahwa kesimpulan akhirnya adalah salah. Semua
langkah tampaknya masuk akal, dan jika semua
prosedur sudah dijalani, bagaimana tidak mampu
menangani ketakterhinggaan. Mereka berpikir keras
tentang konsep kosong tetapi menolak 0 sebagai angka.
Hal ini pula yang membuat mereka pernah dapat
menemukan kalkulus. kesimpulan yang didapat ternyata
salah. Orang Yunani
4. DUA PARADOKS TAMBAHAN

1) Paradoks tentang tempat

Paradoks ini cukup singkat, sehingga Zeno


sulit menjelaskannya. Secara garis besar dapat
disederhanakan sbb.: keberadaan segala
sesuatu benda (misal: batu) adalah suatu
tempat tertentu (misal: meja), sedangkan tempat
tertentu itupun (meja) memerlukan suatu tempat
(misal: rumah) dan seterusnya sampai
ketakterhinggaan.
2) Paradoks tentang bulir gandum
Apabila anda menjatuhkan sebuah karung berisi
gandum yang belum dikupas kulitnya akan terdengar
suara keras; tetapi suara itu adalah akibat gesekan
bulir-bulir gandum dalam karung; akibatnya setiap
bagian dari bulir-bulir gandum menimbulkan suara
saat jatuh ke tanah. Kemudian pertimbangkanlah
menjatuhkan setiap bagian dari bulir gandum itu; kita
semua tahu bahwa tidak ada suara yang terdengar.
5. Berhitung Sebelum Paradoks Zeno

Jika kita meneliti atau menela’ah cara berhitung pada


zaman sebelum paradoks Zeno dan pada zaman
sesudahnya maka kita akan menemukan bagaimana
cara orang-orang berhitung pada zaman tersebut baik
sebelum maupun sesudahnya. Pada masa sebelum
paradoks Zeno ini persoalan yang diberikan biasanya
tidak rumit dan dapat diselesaikan oleh kalangan
masyarakat. Berapakah luas persegi apabila persegi
itu memiliki sisi sekian”.
Seperti inilah gambaran soal yang diberikan kepada
mereka pada zaman sebelum paradoks zeno ini.

_____ _____
6. Berhitung Sesudah Paradoks Zeno
 
Sesudah paradoks zeno soal-soal berhitung mulai bertambah dengan
bentuk yang menunjukkan corak yang berbeda dengan sebelumnya.
Paling sedikit ada dua buah cara yang menunjukkan perbedaan
dengan cara sebelumnya.
Pertama, dalam menyelesaikan soal perhitungan mereka mulai
dituntut untuk memberikan alasan mengapa mereka menjawab
seperti itu, sehingga mereka harus memahami konsep perhitungan
dengan benar untuk mendapatkan jawaban yang benar.
kedua, pada zaman paradoks zeno atau pada zaman sesudahnya
tidak saja berhitung itu menampilkan soal-soal praktis melainkan
menampilkan soal-soal yang berkenaan dengan unsur dasar
pengetahuan berhitung itu sendiri, yakni bilangan.
Pada peristiwa pelari yang
menempuh jarak lari tertentu tidak
saja dikemukakan soal berapa lama
pelari itu bisa menempuh jarak yang
ditentukan. Jika disini kita
menggunakan paradoks zeno
sebagai batas antara dua corak
berhitung sebelum dan sesudahnya
maka itu bukan berarti bahwa
paradoks zeno itulah yang
menimbulkan peralihan. Paradoks
zeno hanyalah sebagai cerminan
antara cara berpikir orang-orang
sebelumnya dan orang-orang
sesudahnya.Kemajuan ilmu
pengetahuan berhitung berkembang
karena banyak sekali disiplin ilmu
yang membutuhkan perhitungan
KESIMPULAN

Zeno merupakan seseorang yang dijadikan


menjadi batasan tentang pola fikir orang yang
hidup sebelumnya atau sesudahnya. Berhitung
sebelum munculnya paradoks zeno cenderung
lebih praktis sedangkan sesudah itu lebih
bercorak teoritis. Dan bersama itu kita mengenal
dua jenis bahan berhitung yang berkembang
pada zaman sebelum dan sesudah paradoks
zeno yang masing-masing dapat saja
diungkapkan secara praktis atau secara teoritis.
Dalam masalah berhitung tentang jumlah
sesuatu ini kemudian berkembang menjadi
aljabar.
TERIMA KASIH
APAKAH ADA PERTANYAAN ?

Anda mungkin juga menyukai