Anda di halaman 1dari 4

PARADOKS ZENO DAN KESERBASALAHAN DALAM

BERHITUNG
Di dunia filsafat Yunani Kuno, terdapat satu set teka-teki yang disebut Paradoks Zeno.
Paradoks ini pertama kali dilontarkan oleh filsuf Zeno dari Elea. Ia merupakan murid dari
Parmenides dan Melissos.
Zeno dari Elea mempunyai ara tersendiri untuk mengemukakan ketidaksetu!uannya
terhadap sesuatu pengertian yang diungkapkan oleh para pemikir se"amannya. Masalah Zeno
dapat diuraikan memalui pemikiran para endekia#an itu tetapi tidak dapat diterima oleh
kenyataan yang ter!angkau oleh panaindera kita. Dari segi kenyataan inilah maka masalah
Zeno itu kita namakan paradoks. $esungguhnya rumusan Zeno yang asli tidak lagi kita
ketahui seara langsung. $emua masalah yang dikemukakannya kita ketahui menurut apa
yang dieriterakan oleh orang lain. %aya eriteranya mungkin bermaam-maam namun
masalahnya tetap sama yakni kesemuanya merupakan paradoks.
Kita mengenal empat masalah Zeno dan kesemuanya menyangkut hipotesis para
endekia#an kuno itu serta berkaitan dengan masalah berhitung. Paradoks itu adalah sebagai
berikut&
'. Dikotomi
(pabila anda akan berlari pada gelanggang perlombaan maka anda harus menempuh dulu
!arak separuhnya sebelum anda dapat menempuh keseluruhannya. Dari sisa separuhnya,
anda !uga harus menempuh dulu separuhnya lagi sebelum anda dapat menempuh
keseluruhannya. Demikianlah anda harus terus-menerus menempuh separuh !arak dari
sisa-sisa selan!utnya sampai tak hingga kali. )adi pada !arak lari itu terdapat tak hingga
banyaknya titik-titik. (nda tidak mungkin menempuh tak hingga banyaknya titik, satu
demi satu, dalam #aktu tak terhingga.
Kesimpulan& anda tidak akan sampai pada u!ung !arak lari itu.
*. (hilles
(hilles yang terkenal dapat berlari epat berlomba lari dengan kura-kura yang tidak
dapat berlari epat. Mereka menu!u ke arah yang sama sedangkan kura-kura sedikit di
depan (hilles. +etapa epat pun (hilles berlari, mula-mula ia harus menapai dulu
tempat kura-kura itu mulai beran!ak. ,amun pada saat iu kura-kura telah ma!u beberapa
!arak ke depan. Kemudian (hilles harus menempuh lagi !arak ke tempat kura-kura itu
namun pada saat itu kura-kura sudah ma!u lagi. Demikianlah terus menerus. (hilles
hanya akan selalu mendekati kura-kura itu.
Kesimpulan& (hilles tidak mungkin menyusul kura-kura itu.
-. Panah
(nak panah dilepaskan dari busurnya. Pada suatu ketika, anak panah itu akan menempati
suatu ruang tepat sepan!ang ukuran anak panah itu. Dalam ketika itu anak panah tidak
bergerak. Katakanlah bah#a ketika itu adalah kini. )adi pada ketika kini, anak panah itu
tidak bergerak. Pada ketika kini berikutnya, dengan alsan yang sama, anak panah itu !uga
tidak bergerak. Demikian seterusnya. Karena !alannya #aktu adalah dari kini yang satu ke
kini yang berikutnya dan demikian terus-menerus maka selama itu anak panah tetap tidak
bergerak.
Kesimpulan& anak panah yang dilepaskan dari busurnya tidak dapat bergerak.
.. $tadium
Dalam suatu stadium perlombaan terdapat tiga deretan benda masing-masing deretan (,
+, dan /. Deretan benda ( diam diam di suatu tempat dari stadium itu sedangkan deretan
benda + dan / bergerak dengan arah berla#anan. $etelah mengelilingi stadium, deretan
benda + dan / kembali lagi ke tempat deretan benda (. $ampai pada saat itu deretan
benda + telah mele#ati dua kali lebih banyak benda pada deretan benda / daripada benda
pada deretan benda (. )adi #aktu yang dipergunakan deretan benda + untuk mele#ati
deretan benda / adalah dua kali lebih lama daripada #aktu yang digunakannya untuk
mele#ati deretan benda (. 0etapi #aktu yang dipergunakan oleh deretan benda + dan /
untuk menapai deretan benda ( adalah sama.
Kesimpulan& suatu selang #aktu sama dengan dua kalinya.
1rang-orang dulu maupun orang-orang sekarang tidak dapat menerima uraian
Zeno itu sebagai suatu kebenaran. Kita belum dapat menganggap sebagai kebenaran kalau
sekiranya selepas kantor kita tidak dapat pulang sampai di rumah, hanya karena kita harus
menempuh semua titik tengah dari !alan ke rumah kita itu. Kita !uga tidak dapat menerima
sebagai kebenaran kalau sekiranya seorang !uara lari tidak dapat menyusul kita dalam suatu
perlombaan, hanya karena ia harus menapai dulu titik mula tempat kita beran!ak. Dan
demikian seterusnya dengan uraian-uraian Zeno lainnya. Itulah sebabnya maka uraian Zeno
itu kita namakan paradoks.
+erabad-abad lamanya orang tidak menemukan bantahan menurut logika untuk
menyatakan bah#a paradoks Zeno itu tidak benar. +ahkan ada orang-orang, yang menoba
untuk meniru uraian Zeno guna mengemukakan paradoks baru.
'. $e2tus Empirius dari Yunani meniru panah Zeno untuk menyatakan bah#a seseorang
tak dapat mati. ,amun disayangkan tak dapat seseorangpun meneritakan bagaimana
mungkin ter!adi karena $e2tus Empirius itu sendiri !uga mati.
*. %iusseppe +raniani dari +ologna meniru dikotomi Zeno untuk menyatakan bah#a
dua garis tidak mungkin mempunyai ukuran yang sama.
-. 3ui $hin, bisa dikatakan tidak meniru parado2 Zeno dikarenakan 3ui $hin tidak
mengetahui Zeno bahkan tidak mengetahui adanya Yunani. Ia menyatakan bah#a
kuda piatu tidak pernah mempunyai induk.
4. Diogenes, ketika mendengar riteria panah Zeno ia tidak mengatakan apa-apa. Ia
bangkit dari duduknya, melangkah beberapa langkah dan kemudian duduk lagi ke
tempat semula. Ia hanya mau menun!ukkan bah#a ia dapat bergerak dan tidak
mengatakan suatu alasan kalau logika Zeno dianggap tidak benar.
Demikianlah, dari parado2 ini kita sampai kepada pertanyaan& mana yang benar
terhingga atau tak hingga4
Dengan pengertian-pengertian paradoks-paradoks Zeno kita sudah dapat menduga
kepada siapa parado2 Zeno itu ditu!ukan. 0entunya siapa itu harus terdiri atas para pemikir
pada "aman atau sebelum "aman Zeno itu sendiri. (na2agoras telah mengemukakan paham
5bibit6 yang tak hingga banyaknya, sehingga dikotomi dan (hilles agaknya ditu!ukan pada
(na2agoras, dan Zeno membela paham gurunya tentang ketunggalan. Di pihak lain
Empedoles dan Demoritus telah mengemukakan paham atom sehingga agaknya panah
ditu!ukan kepada mereka, dan Zeno membela paham gurunya tentang keserbaterusan alam
0unggal.
$ekalipun mungkin parado2 Zeno itu hanya ditu!ukan para pemikir "aman Yunani
Kuno tetapi ternyata parado2 itu telah ikut menimbulkan masalah dalam berhitung. (pakah
dari segi berhitung murni parado2 Zeno itu benar atau keliru4 Masalahnya bergantung kepada
pengertian berhitung tentang ketakhinggan. (pabila berhitung tidak dapat memberikan
pengertian yang tegas tentang ketakhinggan maka berhitung pun ikut terba#a ke dalam
kanah parado2. 1rang-orang di luar matematika, ada yang menanggapi positif
perkembangan matematika, ada !uga yang menanggapinya dengan nada yang kurang
membesarkan hati, dan ada pula tanggapan yang setengah-setengah yakni menyambut baik
bilangan dan kurang menyambut baik ahli matematika#an, sebagai berikut&
'. 7ranis +aon, ia beranggapan bah#a matematika hanya sekedar suatu bahan
pe#arna untuk filsafat alamiah yang murni
*. Eddington, tidak membenarkan ahli matematika murni karena katanya mereka
tadinya datang sebagai pembantu 8kepada ilmu pengetahuan alamiah9 tetapi
kemudian mereka mengganggap diri mereka sebagai ma!ikan. ,amun Eddington
masih tetap menghargai bilangan.
-. De /hardin, menyatakan bah#a manusia telah menemukan keyakinan yang
mutlak dan lengkap pada analisis matematika. 0idak sa!a "at telah dinyatakan
seara matematika melainkan !uga dapat ditaklukan oleh matematika.
.. $hopenhauer, menggambarkan berhitung 8aritmatika9 sebagai kegiatan !i#a yang
paling rendah seperti ditun!ukkan oleh kenyataan bah#a hal itu dapat
dilaksanakan oleh mesin,
:. $t. (gustinus atau kaisar ;oma#i, para kaisar ;oma#i tidak menyukai
matematika, namun seara diam-diam kaisar ;oma#i dan gere!a Kristen
memperker!akan ahli matematika didalam istana dan gere!a. 3al ini ter!adi karena
pengetahuan kesehatan dan !uga pengobatan pada "aman itu beranggapan bah#a
gerakan bintang dan planet menentukan ara ker!a anggota tubuh manusia. Dan
pengetahuan akan pergerakan benda-benda langit hanya dapat mereka kuasai
melalui matematika.
Dikutuk tetapi diperlukan menyebabkan para ahli matematika "aman dahulu
menghadapi keserbasalahan. +elum lagi mereka dihadapkan dengan masalah seperti parado2
Zeno itu.
Dari dikotomi Zeno, kita menemukan suatu pengertian ketakhinggaan tetapi dalam
masalh ini pula menemukan pengertian apakah ketakhinggaan seperti beru!ung atau tidak.
Pengertian ketakhinggaan yang bermaam-maam ini menimbulkan !uga bermaam-maam
tafsiran sehingga kemudian kita menemukan istilah ketakhinggaan matematika dan
ketakhinggaan tulen dari filsafat, atau ketakhinggaan potensial dan ketakhinggaan se!ati.

Anda mungkin juga menyukai