Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PARADOKS ZENO (ACHILLES DAN KURA-KURA)


Oleh:
Adinda Wildhatul Musliha 202213500028
Amurwani Estri Kaeksi 202213500073
Anisa Nur Rahma 202213500057
Helenora Familia Susanti 202213500062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadit Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Paradoks Zeno

(Achilles dan Kura-Kura)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata

kuliah Sejarah dan Filsafat Matematika.

Kami berharap makalah ini dapat memberi informasi dan pengetahuan

yang bermanfaat bagi pembaca mengenai sejalah dan filsafat matematika mesir.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna makalah ini.

Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik yang

membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bahan referensi yang berguna.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii

BAB I

PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang……………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………… 1
C. Tujuan…………………………………………………………………….. 2
BAB II

PEMBAHASAN………………………………………………………………… 3

BAB III

PENUTUP……………………………………………………………………… 12

A. Kesimpulan………………………………………………………………. 12
B. Saran……………………………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradoks Zeno adalah sebuah pernyataan dari Zeno yang berbeda dengan pendapat
orang lain pada umumnya, namun meskipun berbeda hebatnya dia bisa menjelaskan
dan mempertahankan argumennya sehingga di tetapkan paradoksnya di dalam Sejarah
matematika. Paradoksnya yang paling terkenal adalah tentang lomba lari anatar
Archilles dengan kura-kura. Apabila dalam kejadian yang serupa dan terus menerus
diulangi maka hasilnya akan tetap sama. Dan Adapun hasilnya adalah kemenangan
tetap dimiliki oleh kura-kura.
Secara umum pasti orang mengatakan bahwa kura-kura sangat lambat jika di adu
untuk berlari namun berbeda halnya dengan yang satu ini, kura-kura menang menurut
paradoks Zeno. Hal ini dikarenakan Archilles menyuruh kura-kura berlari terlebih
dahulu dan setelah kura-kura berada di titik 1 km baru Archilles mulai berlari. Setelah
hampir menuju finish yang berjarak 2 km dari titik start akhirnya kemenangan jatuh
kepada kura-kura. Hal ini merupakan salah satu yang mempengaruhi perkembangan
pola fikir manusia dalam berhitung pada masa itu.

1 Zaman semakin
berkembang, ilmu dari
matematika pun semakin
berkembang.
2 Salah satu materi
matematika yang selalu
berkembang adalah
kalkulus, kalkulus
3 berisi tentang limit,
diferensial, integral, dll.
Siswa SMA pasti telah
mengenal mata
4 pelajaran ini, namun nama
untuk pelajaran ini bukanlah
kalkulus, tetapi bagian-bagian
5 di dalam materi kalkulus
yang dikenali.
6 Pada zaman modern ini,
lahirlah para ahli yang
mengembangkan konsep
7 kalkulus, seperti Newton,
Liebniz, Barrow and
Wallis, Archimedes, dll.
Kalkulus
8 untuk pertama kalinya
ditemukan pada zaman
Yunani kuno, tetapi tidak
terlalu
9 dikembangkan pada saat itu.
Kemudian pada masa
kebangkitan di Eropa,
kalkulus
10 mulai dikembangkan,
sehingga dapat kita kenal
konsep-konsep yang selalu
dipakai
11 sampai saat ini
12 Zaman semakin
berkembang, ilmu dari
matematika pun semakin
berkembang.
13 Salah satu materi
matematika yang selalu
berkembang adalah
kalkulus, kalkulus
14 berisi tentang limit,
diferensial, integral, dll.
Siswa SMA pasti telah
mengenal mata
15 pelajaran ini, namun
nama untuk pelajaran ini
bukanlah kalkulus, tetapi
bagian-bagian
16 di dalam materi kalkulus
yang dikenali.
17 Pada zaman modern
ini, lahirlah para ahli
yang mengembangkan
konsep
18 kalkulus, seperti
Newton, Liebniz, Barrow
and Wallis, Archimedes,
dll. Kalkulus
19 untuk pertama kalinya
ditemukan pada zaman
Yunani kuno, tetapi tidak
terlalu
20 dikembangkan pada saat
itu. Kemudian pada masa
kebangkitan di Eropa,
kalkulus
21 mulai dikembangkan,
sehingga dapat kita kenal
konsep-konsep yang selalu
dipakai
22 sampai saat ini
23 Zaman semakin
berkembang, ilmu dari
matematika pun semakin
berkembang.
24 Salah satu materi
matematika yang selalu
berkembang adalah
kalkulus, kalkulus
25 berisi tentang limit,
diferensial, integral, dll.
Siswa SMA pasti telah
mengenal mata
26 pelajaran ini, namun
nama untuk pelajaran ini
bukanlah kalkulus, tetapi
bagian-bagian
27 di dalam materi kalkulus
yang dikenali.
28 Pada zaman modern
ini, lahirlah para ahli
yang mengembangkan
konsep
29 kalkulus, seperti
Newton, Liebniz, Barrow
and Wallis, Archimedes,
dll. Kalkulus
30 untuk pertama kalinya
ditemukan pada zaman
Yunani kuno, tetapi tidak
terlalu
31 dikembangkan pada saat
itu. Kemudian pada masa
kebangkitan di Eropa,
kalkulus
32 mulai dikembangkan,
sehingga dapat kita kenal
konsep-konsep yang selalu
dipakai
33 sampai saat ini
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Paradoks?


2. Kenapa Paradoks Zeno dijadikan sebagai pemisah antara cara berhitung pada masa

sebelum dan sesudahnya?

3. Apa manfaat dari Paradoks Zeno?

4. Bagaimana cara berhitung pada masa sebelum Paradoks Zeno?

5. Bagaimana cara berhitung pada masa sesudah Paradoks Zeno?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa arti dari Paradoks

2. Untuk mengetahui Paradoks Zeno dijadikan sebagai pemisah antara cara

berhitung pada masa sebelum dan sesudahnya

3. Untuk mengetahui manfaat dari Sejarah Paradoks Zeno

4. Untuk mengetahui cara berhitung yang baik sebelum Paradoks Zeno

5. Untuk mengetahui cara berhitung yang baik sesudah Paradoks Zeno


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengenalan Tentang Zeno


Zeno adalah seorang filsuf Yunani yang mencetuskan teori paradok. Ia lahir
pada tahun 490 SM dan sangat sedikit penulis yang mengulas perjalanan hidup sosok
pencetus teori paradok ini. Seorang filsuf tenama Plato menggambarkan Zeno sebagai
orang yang memiliki tubuh tinggi dan berkulit cerah. Ia sosok filsuf yang dekat
dengan Parmenides. Zeno sendiri menjadi terkenal karena beberapa tulisannya.
Tulisan paradoks yang lahir dari tangannya membuat banyak orang penasaran dan
bingung bahkan sampai hari ini. Sebagian besar informasi tentang kehidupan dan
gagasan Zeno berasal dari filsuf Plato atau Aristoteles. Plato menganggap Zeno hanya
sebagai seorang pembela Parmenides sedangkan Parmenides mengangap Zeno
sebagai penemu dialektika dalam karyanya. Proposisi Zeno memang paradoks dengan
pemikiran Yunani bahkan bertentangan dengan keyakinan atau pendapat banyak filsuf
lain. Ia menantang konsepsi dasar tentang pluralitas, ruang, dan gerak. Paradoks Zeno
terpengaruh oleh usaha-usaha Pythagoras untuk mengaplikasikan konsep matematika
dalam dunia alam. Pemikiranya yang mengandung paradoks mungkin akan hilang
namun sejumlah paradoks Zeno tak lain berasal dari tokoh besar seperi Aristoteles.

B. Paradoks Zeno
 Kura-Kura dan Achilles
Berbicara tentang Paradoks Zeno merupakan salah satu paradoks yang sangat
terkenal di sepanjang sejarah Yunani. Seperti Achilles dan kura-kura di
kalangan orang-orang Yunani menjadi paradoks Zeno yang sangat terkenal.
Terkenalnya paradoks Achilles dan kura-kura di kalangan orang Yunani karena
mereka banyak yang gagal menjelaskan paradoks ini. Meskipun hari ini
paradoks tersebut dinilai tidak terlalu sulit. Namun membutuhkan waktu
ribuan tahun sebelum matematikawan dapat menjelaskan terkait paradoks
Achilles dan kura-kura-yang dalam penjabarannya kurang lebih seperti analogi
dibawah ini:
Pelari tercepat (A) tidak akan dapat mendahului pelari yang lambat (B). Hal ini
terjadi karena A harus berada pada titik B mula-mula, sementara B sudah
meninggalkan (berada di depan) titik tersebut.
Bayangkan: Achilles berlari dengan kecepatan 1 meter per detik, sedangkan
1
kura-kura selalu berjalan dengan kecepatan setengahnya, jarak yang akan
2
ditempuh (misal: jarak tempuh perlombaan 2 km, maka titik awal/start kura-
kura berada pada posisi 1 km, sedang Archilles pada titik 0 km). Kura-kura
berjalan begitu Achilles mencapai tempatnya. Begitu Achilles mencapai posisi
1 km, kura-kura berada pada posisi 1,5 km, Achilles mencapai posisi 1,5 km,
kura-kura mencapai poisisi 1,75 km, Achilles mencapai posisi 1,75 km, kur-
kura mencapai posisi 1,875 km. Pertanyaannya adalah kapan Achilles dapat
menyusul kura-kura?

 Gerak Anak Panah


Anak panah bergerak (karna dilepaskan dari busur) pada waktu tertentu, diam
maupun tidak diam. Apabila waktu tidak dapat dibagi, panah tidak akan
bergerak. Apabila waktu kemudian dibagi. Tetapi waktu juga tersusun dari
setiap (satuan) saat. Jadi panah tidak dapat bergerak pada suatu saat tertentu,
tidak dapat bergerak pula pada waktu. Oleh karna itu anak panah selalu diam.
Misalnya kita membagi waktu sebagai “deretan masa-kini”. Kemudia kita
lepaskan anak panah. Di setiap “masa-kini” anak panah menduduki posisi
tertentu di udara. Oleh karena itu anak panah dapat dikatakan diam sepanjang
waktu.

 Argumen Dikotomi
Dalam pandangan Zeno tentang dikotomi. Ia mengatakan bahwa
sesungguhnya ruang kosong yang menimbulkan jarak tertentu, jarak tersebut
dinilai tidak terbatas, karena masih dapat dibagi lagi ke dalam jarak-jarak lain
yang tidak terbatas jumlahnya. Jika sebuah gerak dikatakan ada, maka pelaku
gerak akan menempuh suatu jarak tertentu. Terlebih dahulu harus menempuh
setengah jarak dari jarak tersebut sehingga menuju titik yang tidak terbatas.
Orang yang bergerak tidak akan sampai di garis akhir dari jarak yang akan
ditempuhnya. Begitupula dengan gerak tersebut merupakan hal yang mustahil.
Zeno mempertegas bahwa benda yang bergerak terlebih dahulu harus bergerak
setengah jarak dari jarak yang akan ditempuhnya, baru setelah itu jarak
sisanya.

Sebuah benda yang bergerak tidak akan pernah mencapai tujuan. Pertama-
tama benda harus menempuh segmen setengah perjalanan. Lalu sesudah itu
dia masih harus melewati banyak segmen: seperempat, seperdelapan,
seperenambelas, sepertigapuluhdua . . . Sedemikian hingga jumlah
perjalanannya menjadi tak-hingga.

Karena mustahil melakukan perjalanan sebanyak tak-hingga, maka benda


takkan pernah sampai tujuan.
 Paradoks Stadion
Paradoks tentang Gerakan urutan orang duduk di dalam stadion. Terdapat tiga
buah barisan benda A, B, dan C di lapangan tengah stadion. Barisan A terletak
diam di tengah lapangan. Sementara B dan C masing-masing terletak di ujung
kiri dan kanan A. Kemudian B dan C bergerak saling mendekati dengan
kecepatan yang sama (hendak bersejajar dengan barisan A).

Antara “Sebelum” dan “Sesudah”, titik C paling kiri melewati dua buah B,
tetapi cuma satu buah A.
Berarti waktu C untuk melewati B = setengah waktu untuk melewati A.
Padahal A dan B adalah unit yang identik!
Mungkinkah setengah waktu = satu waktu?

C. Pemecahan Modern

Semua orang tahu bahwa dalam dunia nyata, Achilles pasti dapat menyusul kura-kura,
namun dari argumen Zeno, Achilles tidak akan pernah dapat menyusul kura-kura.
Para filsuf jaman itu pun tidak mampu membuktikan paradoks tersebut, walaupun
mereka tahu bahwa kesimpulan akhirnya adalah salah. “Senjata” filsuf hanya logika,
dan deduksi tidaklah berguna dalam kasus ini. Semua langkah tampaknya masuk akal,
salah.
Mereka terperangah dengan problem tersebut, tetapi tidak memahami akar
permasalahan: ketakterhingga (infinite). Hal ini sama dapat terjadi apabila anda
membagi sebuah mata uang menjadi 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64 dan seterusnya
sampai tidak terhingga tetapi hasilnya akhirnya jelas, yaitu: tetap 1 mata uang.
Matematikawan modern menyebut fenomena ini dengan istilah limit; angka 1/2, 1/4,
1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/128 dan seterusnya mendekati angka 0 sebagai titik akhir
(limit).
Angka berurutan dengan pola tertentu sampai tidak mempunyai batas akhir; mereka
makin kecil dan bertambah kecil sampai tidak dapat dibedakan lagi. Orang Yunani
tidak mampu menangani ketakterhinggaan. Mereka berpikir keras tentang konsep
kosong (void) tetapi menolak (angka) 0 sebagai angka. Hal ini pula yang membuat
mereka pernah dapat menemukan kalkulus.
D. JENIS-JENIS PARADOKS

1. Argumentasi melawan ruang kosong


Paradoks tentang tempat paradoks ini cukup singkat, sehingga Zeno sulit
menjelaskannya. Secara garis besar dapat disederhanakan sebagai berikut: keberadaan segala
sesuatu benda (misal: batu) adalah suatu tempat tertentu (misal: meja), sedangkan tempat
tertentu itupun (meja) memerlukan suatu tempat (misal: rumah) dan seterusnya sampai
ketakterhinggaan.

2. Argumentasi melawan pluralitas

Jika suatu potongan garis terdiri dari titik-titik, maka potongan garis itu dapat dibagi-bagi.
Karena setiap bagian itu, sekurang-kurangnya memilki dua titik, yaitu titik pangkal dan titik
akhir. Dan titk-titik itu memilki panjang tertentu atau tidak. Jika titik yang panjangnya
tertentu, dapat disimpulkan bahwa potongan garis itu tak terhingga panjangya. Dan jika titik
tidak memilki panjang tertentu, dapat disimpulkan bahwa potongan garis itu, tak terhingga
pendeknya (sama dengan nol). Tapi, kedua kesimpulan itu, sama mustahilnya, karena,
ternyata suatu potongan garis mempnyai panjang yang berhingga. Dan dengan kata lain,
pluralitas itu tidak mungkin.

3. Argumen melawan gerak

a. Dikhotomi
Apabila anda akan berlari pada gelanggang perlombaan, maka anda harus
menempuh dulu jarak separuhnya sebelum anda dapat menempuh keseluruhannya. Dari sisa
separuhnya, anda juga harus menempuh dulu separuhnya lagi sebelum anda dapat menempuh
keseluruhannya. Demikian terus menerus menempuh separuh jarak dari sisanya sebanyak tak
hingga kali. Jadi pada jarak lari tersebut terdapat tak hingga titik. Tidak mungkin dapat
menempuh tak hingga titik dalam waktu yang terhingga.
Kesimpulan : Anda tidak akan sampai pada ujung jarak lari tersebut.

b. Perlombaan lari Achilles dan kura-kura


Achilles - kesatria pada perang Troya, mitologi Yunani, berlomba lari dengan
kura-kura, tetapi Achilles tidak dapat mengalahkan kura-kura yang berjalan lebih dahulu.
Untuk memudahkan penjelasan, maka diberikan ilustrasi dengan menggunakan angka pada
paradoks ini. Bayangkan: Achilles berlari dengan kecepatan 1 meter per detik, sedangkan
kura-kura selalu berjalan dengan kecepatan setengahnya, meter per detik, namun kura-kura
mengawali perlombaan dari jarak yang akan ditempuh (misal: jarak tempuh perlombaan 2
km, maka titik awal/start kura-kura berada pada posisi 1 km, sedang Archilles pada titik 0
km). Begitu Achilles mencapai posisi 1 km, kura-kura berada pada posisi 1,5 km; Achilles
mencapai posisi 1,5 km, kura-kura mencapai posisi 1,75; Achilles mencapai posisi 1,75 km,
kura-kura mencapai posisi 1,875 km.

c. Anak panah
Anak panah dilepaskan dari busurnya. Pada suatu ketika, anak panah itu akan
menempati suatu ruang tepat sepanjang ukuran anak panah tersebut. Dalam ketika itu anak
panah tidak bergerak. Katakanlah bahwa ketika itu adalah kini. Jadi pada ketika kini, anak
panah itu tidak bergerak.pada kini berikutnya, dengan alasan yang sama anak panah itu tidak
bergerak. Demikian seterusnya, karena jalannya waktu adalah kini yang satu ke kini
berikutnya.
Kesimpulan: anak panah yang dilepaskan dari busurnya tidak dapat bergerak.
d. Stadion
Dalam suatu stadion perlombaan terdapat tiga deretan benda masing-masing
deretan A, B, dan C. Deretan benda A diam di suatu tempat dari stadium itu sedangkan
deretan B dan C bergerak dengan arah yang berlawanan. Setelah mengelilingi stadium,
deretan benda B dan C kembali lagi ke tempat deretan benda A. Sampai pada saat itu deretan
benda B telah melewati dua kali lebih banyak benda pada deretan benda C daripada benda
pada deretan benda A. Tetapi waktu yang dipergunakan oleh deretan benda B dan C adalah
sama.
Kesimpulan : Suatu selang waktu sama dengan dua kalinya.

E. Berhitung sebelum Paradoks Zeno


Sebelum paradoks zeno berhitung lebih bercorak praktis.
Mereka cukup mengikuti cara pemecahan soal berhitung yang
sebelumnya sudah digariskan oleh para ahli berhitung untuk menemukan
jawaban dari soal-soal berhitung yang ada di dalam masyarakat atau dari
soal-soal yang sengaja diciptakan menurut pola soal yang memang dapat
ditemukan didalam masyarakat. Misalnya berapakah jumlah roti yang
perlu disediakan untuk dibagikan kepada 2 orang sehingga orang pertama
memperoleh sekian bagian lebih banyak dari yang diperoleh orang kedua
apabila sisi panjangnya adalah....dan demikian seterusnya. Yang penting
disini mereka menemukan jawabannya karena jawaban itulah yang
diminta oleh soal-soal berhitung.

F. Berhitung sesudah Paradoks Zeno


Sesudah paradoks zeno soal-soal berhitung bertambah dengan
bentuk berhitung yang menunjukkan corak yang berbeda dengan itu.
Paling sedikit ada 2 hal yang menonjol pada cara mereka menghadapi
masalah berhitung yang membedakan mereka dari orang-orang yang
sebelumnya. Pertama, terdapat soal-soal berhitung baru yang jawabannya
tidak cukup dengan menampilkan hasil akhirnya saja. Jawaban itu harus
disertai pembuktian yang demonstratif untuk menunjukkan mengapa
jawaban itu demikian. Di dalam pembuktian demonstratif itu semua
pemikiran diturunkan dari aksioma atau dari dalil-dalil yang sebelumnya
telah dibuktikan kebenarannya. Hal ini dikenal juga sebagai prosedur
penurunan (derivatif procedure). Demikianlah tidak cukup seseorang
mengatakan bahwa panjang garis tertentu pada segitiga anu adalah
setengah panjang alas segitiga itu; jawaban itu harus dibuktikan. Kedua,
pada zaman paradoks zeno atau sesudahnya, tidak saja berhitung itu
menampilkan soal-soal praktis melainkan manampilkan pula soal-soal
yang berkenaan dengan unsur dasar pengetahuan berhitung itu sendiri,
yakni bilangan. Isi paradoks zeno itu saja sudah menunjukkan betapa
unsur bilangan yang membentuk berhitung telah dipermasalahkan. Pada
peristiwa pelari yang menempuh jarak lari tertentu tidak saja
dikemukakan soal berupa berapa lama pelari itu baru sampai ketujuannya
atau berapa kecepatan lari yang diperlukan untuk mencapai tujuan
apabila data yang diperlukan oleh perhitungan itu telah diketahui, tetapi
dikemukakan juga soal yang menyangkut masalah bagaimana mungkin
pelari itu dapat mencapai tujuannya. Bahwa pelari itu akhirnya mencapai
tujuan sudah jelas bagi umum namun justru di dalam hal yang sudah jelas
itulah timbul soal baruyang menghendaki pembuktian demonstratif. Dan
bersama itu muncul soal-soal yang bukan saja terletak dalam segi
berhitung melainkan juga terletak dalam segi pengertian bilangan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam hal ini digunakan paradoks zeno sebagai batas antara dua corak berhitung
yakni pada masa sebelum paradoks dan masa sesudahnya maka itu bukan berarti bahwa
paradoks zeno itulah yang menimbulkan peralihan demikian. Paradoks zeno hanyalah suatu
cermin yang mencerminkan pola berpikir orang-orang kuno sekitar zaman zeno itu.
Demikianlah dapat disimpulkan bahwa berhitung pada zaman sebelum parodoks zeno
lebih bercorak praktis sedangkan pada zaman sesudah itu lebih bercorak toeritis. Dan
bersama itu dikenal dua jenis bahan berhitung yang berkembang pada zaman sebelum dan
pada zaman sesudah paradoks zeno yang masing-masing dapat diungkapkan secara praktis
atau secara teoritis. Pertama adalah berhitung tentang jumlah sesuatu dan kedua adalah
berhitung tentang ukuran bentuk sesuatu. Berhitung tentang jumlah sesuatu dengan cepat
dapat berkembang menjadi aljabar tentunya tidak dalam bentuk aljabar yang kita kenal
sekarang ini.
Berhitung tentang ukuran bentuk sesuatu kemudian dapat berkembang menjadi ilmu
ukur. Dari berhitung mengenai panjang suatu garis, luas suatu bidang, atau isi suatu ruang,
pengetahuan itu kemudian berkembang menjadi pembuktian tentang kesamaan dan
perbandingan dalam ilmu ukur dan juga cara-cara untuk membangun suatu bentuk atau
memecah bangun suatu bentuk yang diketahui.

B. SARAN
Teruslah cari sejarah tentang matematika agar kita dapat mengambil pelajaran lah cari
sejarah tentang matematika agar kita dapat mengambil pelajaran yang terkandung di
dalamnya. Karena jika kita tidak mau mencari sejarah sesuatu namun kita mempelajari
ujungnya saja maka kita tidak akan pernah tau kegunaan ilmu yang kita pelajari atau sedikit
sekali kita tau manfaat dari pelajaran yang kita pelajari
.
DAFTAR PUSTAKA

http://zuraida-syahla.blogspot.com/2013/11/paradoks-zeno.html?m=1#:~:text=Naga%2C

%20Dali%20S,matematikawan/zeno.html

http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/zeno-biografi-dan-pemikiran-2

Anda mungkin juga menyukai