Pengantar Satu populasi adalah sekelompok individu yang hidup pada satu lokasi yang sama dan kawin secara bebas satu sama lain. Jumlah semua gen yang dibawa oleh
semua individu dalam satu populasi
dikenal sebagai gene pool. Setiap individu baru yang dihasilkan
dalam populasi ini menerima sedikit
sampel gen-gen dari pool ini. file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016 1. Distribusi gen dalam populasi Populasi yang berkerabat sangat dekat
memiliki lebih banyak gen yang sama
dibanding populasi yang berkerabat lebih jauh. populasi dari satu spesies memiliki lebih
banyak gen yang sama dibanding spesies
yang berbeda, Demikian pula halnya, pada genus yang
sama memiliki lebih banyak gen-gen yang
sama dibanding genus yang berbeda, dan sebagainya.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Frekuensi gen Istilah frekuensi gen berarti
kepadatan atau kejarangan relatif
satu gen dibandingkan pada alelnya sendiri dalam satu populasi tertentu.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Sebagaiilustrasi digunakan sekelompok sapi betina Hereford bertanduk (pp) yang dikawinkan ke jantan Hereford yang juga bertanduk untuk waktu lama, maka semua anak yang dihasilkan dari perkawinan ini tidak akan pernah ada yang tidak bertanduk. Dalam kelompok perkawinan ini, frekuensi gen bertanduk (p) adalah satu, dan sebaliknya untuk alelnya gen tidak bertanduk (P) memiliki frekuensi nol. file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016 Prinsip dan hukum Hardy-Weinberg Pada tahun 1908, ahli matematik
bangsa Inggris G.H. Hardy dan ahli
fisika Jerman Wilhelm Weinberg, bekerja secara terpisah, memperlihatkan bahwa frekuensi sifat-sifat akan dipertahankan sama jika perkawinan terjadi secara acak dan gen-gennya berada dalam keseimbangan.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Prinsipini melahirkan satu hukum yang dikenal dengan hukum Hardy- Weinberg yang menyatakan bahwa dalam satu populasi besar dimana perkawinan terjadi secara acak untuk setidaknya satu generasi dan apabila (a) frekuensi salah satu alel setara dengan p, (b) frekuensi alel lainnya setara q, dan (c) jumlah frekuensi p + q = 1; ketiga genotipe turunannya akan berada dalam imbangan tertentu, dengan frekuensi p2 + 2pq + q2. file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016 Prasyarat terpenting dari hukum Hardy- Weinberg ini adalah perkawinan harus terjadi secara acak. Perkawinan acak dalam satu populasi berarti bahwa perkawinan terjadi tanpa memberikan perhatian pada genotipe untuk sifat tertentu. Agar hukum Hardy-Weinberg ini akurat,
harus pula diasumsikan bahwa dalam
populasi yang diobservasi tidak terjadi mutasi, tidak ada pencampuran dengan populasi lain, dan tidak ada praktek seleksi terhadap salah satu alelnya. file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016 Misalkan sekitar 16% dari populasi ini memiliki mata biru (tidak berpigmen), bersifat resesif. Mereka ini hidup di sebuah pulau dengan sangat sedikit imigrasi, dan tidak ada perkawinan terpilih menurut warna mata. Juga diasumsikan bahwa alel untuk mata biru berada dalam keseimbangan.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Diamati: mata biru (bb) = 0.16; b = = 0,40 atau 40 persen. Semua alel pada lokus ini yang tidak b adalah alel alternatif dominan B, frekuensi B menjadi penyeimbang (1 – 0,40 = 0,60) atau 60 persen. Jumlah orang dengan mata berpigmen (BB) dapat diperoleh dengan mengkuadratkan angka ini. B = 0.60, maka BB = (0.60)2 = 0.36, atau 36 persen. Jadi jumlah kedua homozigot (bb dan BB) adalah 0.16 + 0.36 = 0.52; sehingga jumlah yang heterozigot (Bb) menjadi: 1 – 0.52 = 0.48.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Perhitungan frekuensi gen Jika ada dua alel yang terlibat, maka ekspansi binomialnya menjadi (p + q)2 = p2 + 2pq + q2. Aplikasi dari rumus ini digambarkan pada contoh populasi tikus berikut. Dari sejumlah tikus yang ditangkap memperlihatkan sekitar 1/16 diantaranya memiliki ekor kinky, ekor berpilin. Sifat ini adalah resesif, dan diasumsikan bahwa gen ini berada dalam keseimbangan dalam populasi ini dan sampel yang diambil telah mewakili populasi. Untuk ini dapat digunakan q untuk mewakili frekuensi alel resesif k, dan p mewakili frekuensi alel dominan K. file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016 Frekuensi kk yang diamati adalah 1/16 (0.0625), sebagai q2. Frekuensi kk (q2) = 0.0625 (diamati) Frekuensi k (q) = k= = 0,25 Frekuensi K (p) = 1 – 0.25 = 0.75 Frekuensi KK (p2) = (0.75)2 = 0.565 Frekuensi Kk (2pq) = 2(0.25)(0.75) = 0.625
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
a. Gen kodominan Tipe darah MN adalah salah satu contoh
sepasang gen kodominan. Tidak satupun
dari penotipe M, MN, dan N yang memiliki nilai seleksi karena hampir semua orang tidak mengetahui tipe darah mereka apakah M, MN atau N. Misalkan, suatu penyelidikan tipe darah MN
terhadap 6129 orang kulit putih Amerika
diperoleh data tipe darah MN sebagai berikut:
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Tipe darah Jumllah LMLM 1787 LMLN 3039 LNLN 1303 6129 Total alel = 2x6129 = 12.258 Frekuensi masing-masing alel M dan N
adalah: M = = = 0,5394
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
N = 1 – 0,5394 = 0,4606
Contoh lain dari cara menghitung frekuensi
gen kodominan atau tidak ada dominan adalah warna bulu pada sapi Shorthorn yang diatur oleh sepasang alel R1 untuk merah, dan R2 untuk putih. Shorthorn berwarna bulu merah memiliki genotipe R1R1, bulu putih bergenotipe R2R2, dan heterozigot R1R2 memiliki warna bulu roan.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Misalkan dalam satu kelompok sapi Shorthorn diambil sampel secara acak sebanyak 100 ekor yang terdiri dari 50 ekor berwarna merah, 40 ekor berwarna roan, dan 10 ekor berwarna putih. Hitunglah frekuensi masing-masing gen R1 dan R2.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Untuk menghitung frekuensi masing- masing alel R1 dan R2 dapat dilakukan menggunakan tabel berikut. Jumlah gen Warna Genotip Jumlah R1 R2 Merah R1R1 50 100 0
ketidakmampuan seseorang untuk mencicipi rasa bahan kimia phenilthiocarbomide (PTC: C7H8N2S) disebut juga phenylthiourea.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Kemampuan mencicipi rasa pahit ini ditentukan oleh gen dominan penuh, disimbolkan dengan T dengan alel alternatifnya t. Jadi, genotipe untuk yang mampu mencicipi adalah TT atau Tt; sedangkan yang tidak mampu mencicipi adalah tt. Contoh. Misalkan, dari 250 sampel mahasiswa Fakultas Peternakan diamati kemampuan mencicipi PTCnya. 198 orang diantaranya mampu mencicipi dan 52 orang tidak mampu mencicipi. Mahasiswa yang tidak mampu mencicipi memiliki genotipe tt, dalam bentuk proporsi adalah 52/250 atau 0.208. Menurut teori keseimbangan Hardy-Weinberg (p + q) 2 = (p2 + 2pq + q2) proporsi 0.208 ini diwakili oleh q2
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
sehingga nilai q = = 0.456 yang merupakan nilai frekuensi alel t. Oleh karena menurut keseimbangan Hardy-Weinberg p + q = 1, dan q = 0.456 maka p = 1 – 0.456 atau = 0.544 yang setara dengan frekuensi alel T. Proporsi masing-masing genotipe homozigot dominan TT, homozigot resesif tt dan heterozigot Tt dapat ditentukan sbb: Proporsi homozigot TT = p2 = (0.544)2 = 0.2959 Proporsi homozigot tt = q2 = 0.2080 Proporsi heterozigot Tt = 2pq = 2(0.544)(0.456) = 0.4961 Jumlah = 1.0000
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Latihan. Dari 2500 orang mahasiswa Universitas Andalas yang diuji kemampuan mencicipi PTCnya, didapat 2139 orang mampu mencicipi. Pertanyaannya: a. Berapakah frekuensi masing-masing alel T dan t pada sampel ini? b. Berapakah diantara wanita yang mampu mencicipi diharapkan homozigot TT?
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
c. Alel ganda Golongan darah ABO secara luas telah
digunakan dalam mempelajari populasi
manusia. Dalam hal ini melibatkan alel ganda, jadi harus digunakan prinsip Hardy- Weinberg dengan memperhitungkan tiga alel (p + q + r)2 = 1. Orang yang memiliki tipe darah O adalah
homozigot ii, sehingga kita dapat
menentukan frekuensi alel ini dengan mengambil akar pangkat dua dari prosentase penotipe O. Alel alternatifnya adalah IA dan IB.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Contoh 13-3. Dari satu penelitian pada golongan darah ABO masyarakat di kota Padang, diperoleh data sebagai berikut: Penotipe (gol Jumlah (orang) Proporsi darah) A 9 943 0.418 B 2 379 0.100 AB 904 0.038 O 10 561 0.444 23 787 1.000 Dengan 3 alel I , I , dan i maka frekuensi alel dapat A B
dihitung menggunakan persamaan binomial Hardy-
Weinberg (p + q + r)2 = 1, atau = p2 + 2pr + q2 + 2qr + 2pq + r2 = 1. file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016 Frekuensi alel i dihitung dari frekuensi golongan O (r2) = 0.444, sehingga r = = 0.6663 Proporsi mahasiswa bergolongan darah A dan
O diwakili (p + r)2 = 0.418 + 0.444 = 0.862,
sehingga (p + r) = = 0.9284, dan oleh sebab itu maka p = 0.9284 – 0.6663 atau = 0.2621 adalah frekuensi alel IA. Oleh karena p + q + r = 1; dan p + r =
0.9284 maka q = 1 – (p + r) atau = 1 -
0.9284 = 0.0716 adalah frekuensi alel IB.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Latihan. Misalkan 173 mahasiswa Fakultas Peternakan diuji golongan darah ABOnya. Hasilnya diperoleh: golongan O sebanyak 78 orang, A = 71 orang, B = 17 orang, dan AB = 7 orang. Pertanyaan: Hitunglah frekuensi masing-masing alel IA, IB, dan i
dari populasi mahasiswa tsb di atas.
Dari 71 orang mahasiswa yang bergolongan darah
A, berapa orang yang diharapkan memiliki genotipe
homozigot IAIA? Dari 17 orang mahasiswa yang bergolongan darah
B, berapa orang yang diharapkan bergenotipe
homozigot IBIB?
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Frekuensi gen terangkai kelamin Alel-alel yang terdapat pada kromosom
kelamin memiliki frekuensi yang berbeda
dibandingkan frekuensi alel yang ada dalam autosom. Hal ini disebabkan karena perbedaan kromosom kelamin pada kedua jenis kelamin. Pada Drosophila dan manusia berkelamin
jantan yang hanya memiliki satu kromosom X,
maka frekuensi alel-alelnya tidak dapat mengikuti distribusi binomial sebagaimana betina sehingga ada lima kemungkinan genotipe mereka yaitu: AA, Aa, dan aa untuk yang betina dan A_, dan a_ untuk yang jantan.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Oleh karena itu jumlah frekuensi alel dalam satu perkawinan tidaklah satu atau setengah sebagaimana halnya untuk alel-alel pada autosom, melainkan 1, 2/3, 1/3 atau tidak ada (0). Distribusi keseimbangan genotipe untuk sifat terangkai kelamin, dimana p + q = 1 adalah: ♂p+q A, dan a ♀ p2 + 2pq + q2 AA, Aa, dan a
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Contoh. Misalkan satu populasi yang hanya terdiri dari
laki-laki buta warna yang memiliki alel c
(dalam kromosom X, tidak pada kromosom Y) dan perempuan normal homozigot CC. Frekuensi alel yang diharapkan pada turunannya adalah 1/3 c dan 2/3 C. Akan tetapi apabila perempuannya buta warna (cc), dan laki-lakinya normal (C_), maka frekuensi alelnya menjadi 1/3 C dan 2/3 c. Untuk memahami perhitungan frekuensi gen terpaut kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Perkawinan Frek alel Jlh alel C Jlh alel c a. P1:♀ CC x ♂ c_ 2 1 F1: Cc dan C_ 2 1 Alel C 2/3 Alel c 1/3 b. P2: ♀ cc x ♂ C_ 1 2 F2: Cc dan c_ 1 2 Alel C 1/3 Alel c 2/3
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Pada gen terpaut kelamin terjadi peningkatan jumlah kemungkinan genotipenya, dimana terdapat perbedaan jumlah kromosom kelamin antara homogamet dan heterogamet. Jika susunan kromosom kelamin betina adalah XX dan yang jantan adalah XY, maka ada lima genotipe yang akan terbentuk dari pasangan alel terangkai kelamin A dan a, yaitu: tiga pada yang betina (AA, Aa, dan aa) dan dua pada yang jantan (A dan a). Jika dinyatakan p dan q untuk frekuensi A dan a, maka nilai kesimbangan genotipe pada yang betina sama halnya dengan gen autosomal: p2 (AA), 2pq (Aa), dan q2 (aa).
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
Pada yang jantan heterozigot frekuensi gennya langsung dinyatakan, dan keseimbangan genotipenya menjadi p(A) dan q(a). Berapakah frekuensi keseimbangan kelima genotipe tersebut di atas dan berapa lama frekuensi ini dapat dipertahankan? Sebagaimana halnya hanya ada satu kromosom X pada yang jantan dan dua pada yang betina, sehingga frekuensi rata-rata dari gen terangkai kelamin dalam satu populasi dengan jumlah jantan sama dengan yang betina adalah:
file Dr. Sarbaini, 2016 3/30/2016
P = 1/3 Frekuensi pada jantan + 2/3 Frekuensi pada betina atau = Frekuensi pada jantan + 2 Frekuensi pada betina 3