Anda di halaman 1dari 47

LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK

KONTEKS SITUASI
Bahasa dan Konteks Sosial

IDEOLOGI

BUDAYA

SITUASI

BAHASA
PEMAKAIAN BAHASA

IDEOLOGI

BUDAYA

SITUASI

SEMANTICS LEXICOGRAMMAR PHONOLOGY/GRAPHOLOGY


Konteks Situasi menurut Halliday
Konsep konteks situasi Halliday
mencakup tiga aspek:
Medan/isi (field of discourse)

Pelibat(tenor of discourse)
Sarana/Cara (mode of discourse)
Realisasi Konteks Sosial dalam Teks

IDEOLOGY

Field
Ideational
Transitivity

CULTURE
(Genre) Tenor interpersonal
Mood/Residue

Sounds

Theme/Rheme
Mode Textual Cohesion
Konsep Konteks Situasi
(1) Medan (field of discourse)
Medan mengacu pada apa yang terjadi,
pada hakekat tindak sosial yang terjadi,
dalam masalah apa pelibat/partisipan
terlibat di mana bahasa merupakan
komponen yang esensial.
Konsep Konteks Situasi
(2) Tenor (personal tenor of discourse)
Tenor mengacu kepada siapa yang terlibat
yakni partisipan/pelibat, status dan
perannya (termasuk jenis hubungan peran
yang dimiliki satu sama lainnya) baik yang
bersifat permanen atau temporer.
Konsep Konteks Situasi

(3) Sarana (mode of discourse)


Sarana/cara mengacu pada peran yang
dimainkan oleh bahasa. Bagaimana
pembicaraan itu dilakukan.
1. Medan/Isi
Medan atau isi menunjukkan apa
yang terjadi. Dengan pengertian
tersebut, medan mencakup peristiwa
terjadinya teks dan sifat hakiki
terjadinya teks dengan tumpuan
pada kriteria apakah peristiwa itu
ditentukan atau terikat oleh (aturan)
sesuatu institusi.
1. Medan/Isi
Unsur yang membangun Medan
atau Isi terdiri atas tiga aspek:
a. arena/kegiatan
b. ciri pelibat/partisipan
c. ranah semantik
a. Arena/Kegiatan
Arena/kegiatan mengacu kepada lokasi
interaksi yang secara khusus melibatkan ciri
kegiatan atau ciri institusi yang
menetapkannya. Ukuran yang digunakan
adalah kontinum yang membagi dua titik
sebaran kegiatan. Sisi yang mencirikan
sesuatu kegiatan ditandai dengan :
(+) terinstitusi
(-) terinstitusi
a. Arena/Kegiatan
(+) terinstitusi
Positif terinstitusi berarti kegiatan itu
ditentukan oleh (aturan) satu institusi.
(-) terinstitusi
Negatif terinstitusi berarti kegiatan
berlangsung tanpa pengaruh atau
aturan sesuatu institusi
b. Ciri Pelibat

Ciri pelibat secara spesifik dalam


kaitan unsur Medan atau Isi
menunjukkan
- ciri fisik dan/atau mental
- pengetahuan para pelibat saat
berinteraksi dalam teks.
b. Ciri pelibat
Ciri pelibat mencakup:
- Ras
- Kelamin
- Kelas sosial
- Kekayaan
- Umur
- Penampilan
- Kecerdasan
- Tingkat Pendidikan
- Pekerjaan, dan
- Pengetahuan
c. Ranah Semantik
Ranah semantik menyatakan isi atau pokok
yang dibicarakan atau digarap. Pokok
masalah yang dibahas berada pada dua
kontinum
(+) spesialisasi
(-) spesialisasi
c. Ranah semantik
(+) spesialisasi
Positif spesialisasi adalah topik yang
hanya diikuti oleh para spesialis,
seperti para pakar botani, fisika, kimia,
sastra yang membicarakan tentang/
masalah tanaman, bahan, dan novel.
c. Ranah semantik
(-) spesialisasi
Negatif spesialisasi adalah bahasan
yang tidak memerlukan pengetahuan
khusus karena semua orang dapat ikut
serta membicarakannya, seperti topik
pembicaraan mengenai cuaca, hobby,
makanan, dan lain-lain.
2. Pelibat
Pelibat sebagai unsur konteks situasi secara
ringkas mengacu kepada siapa yang ikut
serta dalam satu interaksi. Pelibat
mencakup beberapa unsur yakni:
a. Formalitas
b. Status
c. Afeksi
d. Kontak
a. Formalitas
Formalitas merupakan tata cara
keterlibatan partisipan/pelibat dalam
interaksi yang sudah ditentukan
sebelumnya. Formalitas mencakupi
pengaruh suatu institusi terhadap aturan
interaksi.
Kegiatan dari suatu medan menjadi
penentu utama pada tingkat atau kadar
formalitas suatu interaksi.
a. Formalitas
Jika suasana atau medan tempat
terjadinya interaksi terinstitusi dengan
ketat, tingkat formalitasnya menjadi
tinggi. Sebaliknya, jika suasana atau
medan bersifat santai dan ramah
tamah, tingkat formalitas rendah.
a. Formalitas

Tingkat formalitas berada pada dua


kontinum
(+) formal/ Positif formal
(-) formal/ Negatif formal
a. Formalitas
Contoh (+) formal (Positif Formal):
Dalam satu upacara resmi, seperti
memberi sambutan dalam upacara
nasional berarti situasi adalah
(+) formal. Pemandu acara sudah
menentukan beberapa aspek yang akan
dibicarakan.
a. Formalitas
Contoh (-) formal (negatif formal):
Dua orang yang berbicara mengenai
pengalaman masing-masing atau hobi
masing-masing menunjukkan situasi
(-) formal.
Kedua pelibat dalam interaksi itu bebas
berbicara dan hampir tidak ada yang
mengatur apa yang harus dikatakan.
b. Status
Status mengacu kepada posisi
pelibat atau kedudukan pemakai
bahasa dalam interaksi.
Status memberikan peran bagi
seorang partisipan. Selanjutnya,
peran itu menentukan status
seseorang.
b. Status
Status ditentukan oleh beberapa unsur seperti :
- umur,
- Jenis kelamin,
- bentuk fisik,
- ras,
- pengetahuan,
- jabatan,
- kedudukan sosial.
b. Status
Status dua pelibat dalam satu interaksi dapat
sama atau tidak sama.
Dalam status sama, hubungan antarpelibat
berada pada posisi seimbang atau sama.
Contoh: hubungan status sama
1. Dua orang bersahabat dan sebaya
membicarakan pengalaman masing-masing
akan berinteraksi dengan status sama.
b. Status
Dalam hubungan status tidak sama, satu partisipan lebih
tinggi daripada partisipan lain. Misalnya:
- perbedaan umur (satu lebih tua dari yang lain)
- pengetahuan (lebih berpengetahuan dari yang lain),
- kedudukan sosial (satu lebih tinggi status sosialnya dari
yang lain)
Contoh Hubungan status tidak sama:
Pembicaraan atasan dengan bawahan merupakan interaksi
dengan status tidak sama.
Pembicaraan antara pakar dengan mahasiswa merupakan
interaksi dengan status yang berbeda.
c. Afeksi
Afeksi menunjukkan keterlibatan emosi.
Contoh afeksi positif :
 Hubungan antarpelibat dapat berada pada
afeksi positif dengan pengertian bahwa
antarpelibat saling menyukai atau mencintai.
 Dengan sifatnya yang demikian, afeksi
menentukan pemakaian bahasa sebagai
kontinum dengan (+) interpersonal
c. Afeksi
Contoh Afeksi Negatif :
- Hubungan antarpelibat yang saling
membenci, berseteru, atau
bermusuhan.
d. Kontak
Kontak mengacu kepada keseringan.
Hubungan antara dua pelibat dalam interaksi
berada pada kontinum dengan (+) sering di
satu sisi kontinum dan (-) sering di sisi lain.
Kontak dua orang partisipan dalam satu teks
yang baru pertama sekali dilakukan atau (-)
sering berbeda dengan kotak antara pelibat
yang sudah sering berjumpa.
3. Cara/Sarana/Mode
Cara/sarana atau mode menunjukkan
bagaimana peran bahasa dalam
interaksi. Secara rinci, cara
menunjukkan peran bahasa dalam satu
interaksi, harapan pelibat terhadap
peran bahasa dalam suatu situasi,
status bahasa, dan mendium atau
saluran (channel).
3. Cara/Sarana/Mode
Unsur yang membangun cara/sarana atau
mode terdiri atas:
a. keterancanaan (planning)
b. jarak
c. medium atau saluran
3. Cara/Sarana/Mode
a. Keterencanaan
Keterencanaan menunjukkan persiapan
yang dilakukan untuk mewujudkan teks.
Interaksi dapat terjadi dengan skenario yang
telah direncanakan lebih dahulu dan dapat
pula terjadi tanpa rencana, terjadi
sebagaimana adanya, atau berlangsung
secara spontan.
3. Cara/Sarana/Mode
a. Keterencanaan
Interaksi yang terjadi berdasarkan skenario
yang telah direncanakan lebih dahulu berada
pada kontinum (+) terencana.
Interaksi yang terjadi tanpa rencana, terjadi
sebagaimana adanya, atau berlangsung secara
spontan berada pada kontinum (-) terencana.
3. Cara/Sarana/Mode
Contoh keterencanaan pada Kontinum (+)
terencana:
Teks pidato yang sebelumnya sudah disiapkan
secara tertulis untuk dibacakan, wawancara
langsung televisi atau radio yang lebih dulu
disiapkan, atau teks drama yang akan dialkonkan
3. Cara/Sarana/Mode
Contoh keterencanaan pada
Kontinum (-) terencana:
Teks atau interaksi yang merupakan
spontanitas dua pelibat,s eperti dua
orang bersahabat yang secara
kebetulan bertemu dan terlibat dalam
percakapan di dalam satu pesta
3. Cara/Sarana/Mode
b.Jarak
Jarak mengacu kepada umpan balik (feedbeck) yang
saling diberikan antarpelibat atau antarpemakai
bahasa, dan keterkaitan atau keikutsertaan bahasa
dengan realitas yang diwakilinya.
Yang digunakan mengukur jarak antarpelibat dalam
satu interaksi adalah umpan balik, yakni apakah
umpan balik yang diberikan seorang pelibat dapat
langsung ditanggap oleh pelibat lainnya atau tidak.
3. Cara/Sarana/Mode
Contoh: Interaksi tidak memerlukan umpan balik
langsung, seperti:
1. Khatib yang menyampaikan khotbah Jumat di Masjid,
2. Pendeta yang memberikan khotbahnya di gereja.
Tanggapan dari jamaah dan jemaah di Masjid itu tidak
diharapkan.
Dengan keadaan ini jarak berada pada kontinum dengan
ciri (+) jarak waktu/tempat
3. Cara/Sarana/Mode
Contoh :
Interaksi melalui walkie talkie yang
membutuhkan waktu selang untuk
mendapatkan umpan balik adalah (+) jarak
waktu/tempat.
Interaksi bersemuka memberikan umpan
balik adalah (-) jarak waktu/tempat karena
faktor waktu/tempat tidak menghalangi
pelibat dalam memberikan umpan balik.
Aksi, Refleksi, dan Rekonstruksi
Keterlibatan bahasa dengan realitas menunjukkan
tingkat teks atau bahasa dengan kegiatan yang
dilakukan.
Peristiwa penggunaan teks pada saat kegiatan
berlangsung dikatakan Bahasa sebagai aksi.
Teks yang digunakan dapat langsung mewakili
aktivitas yang berlangsung, contoh: teks yang
digunakan komentator sepak bola atau wartawan
televisi yang secara langsung meliput satu upacara:
Jarak bahasa dengan teks sangat dekat.
Aksi, Refleksi, dan Rekonstruksi
Teks dan aktivitas dapat sangat jauh.
Pemakaian bahasa yang tidak menunjukkan
kegiatan yang berlangsung disebut bahasa
sebagai refleksi.
Antara Aksi dan refleksi bahasa adalah
bahasa sebagai rekonstruksi.
c. Medium
Medium atau saluran menunjukkan sarana yang
merealisasikan bahasa.
Medium terdiri atas dua unsur yang merupakan
kontinum, yaitu lisan dan tulisan
Pada Medium lisan, bahasa direalisasikan oleh bunyi
atau suara dengan intonasi yang merupakan kegiatan
bersemuka. Unit realisasinya adalah bunyi atau morfem.
Contoh kegiatan bersemuka: peristiwa bercakap-cakap,
berdiskusi, berbalas pantun, bersyair, bertengkar.
c. Medium
Bahasa Tulisan yang dikodekan oleh
goresan, garis, huruf, gambar, tanda pada
kertas, batu (batu bersurat), pelepah daun
tumbuhan, kulit kayu, kulit hewan, ata
bambu (aksara Batak pada buluh suraton,
aksara Lombok pada daun lontar).
Unit realisasinya: huruf atau gambar.
c. Medium
Terdapat variasi teks: antara Bahasa
tulisan dan lisan.
Contoh: wawancara yang mengkaitkan
bahasa lisan dan tulisan. Pewawancara
berbicara dan juga membuat catatan
atau tulisan mengenai isi pembicaraan.
Konteks Situasi
Contoh Konteks Situasi: Diskusi di negara
Barat.
Komponen Konteks Situasi:
Medan (field): Sebuah Tutorial dari
suatu mata kuliah
Pelibat (tenor): Seorang asisten dosen
dengan mahasiswanya yang berjumlah
Cara/Sarana (mode): musyawarah
Konteks Situasi
Contoh Konteks Situasi Musyawarah
di dalam masyarakat tradisional Jawa.
Komponen Konteks Situasi:
Medan (field): Rembuk Desa
Pelibat (tenor): Punggawa Desa dan
masyarakatnya di Balai Desa
Cara/Sarana (mode): musyawarah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai