KELOMPOK 5
1.Deindividuasi, yaitu se buah kondisi di mana individu kehilangan identitasnya dan tampil
bukan
sebagai individunya, dan ini seringkali bersifat negatif.
2. Ketidakjelasan diri individu (anonymity) sebagai hasil dari deindividuasi, cenderung
mendorong
individu bertingkahlaku onar, menyimpang, dan bahkan criminal.
3. Tidak adanya tanggungjawab pribadi (diffusion of responsibility), yang ini cenderung
bersifat
kontraproduktif (social loafing), meskipun pada hal- hal tertentu bisa juga positif.
4. Individu cenderung mengikuti tingkahlaku kelompok, meskipun tingkahlaku tersebut
bersifat
emosional dan anti social.
5. Individu dalam kelompok acapkali lebih berani membuat keputusan yang beresiko
dibanding ketika
ia sendiri.
6. Kelompok yang kompak dapat mengarah pada “grouptnink” yaitu suatu kondisi di mana
pikiran
kritis dihambat dan keputusan dibuat tidak berdasarkan informasi dan pertimbangan yang
mendalam.
B. Bagaimana Kelompok Terbentuk
Proses untuk menjadi sebuah kelompok/tim yang
kompak dan berpeluang untuk tampil optimal memang
tidak serta merta melainkan melalui tahapan. Ada empat
tahap yang biasanya terjadi, yaitu: (1) forming, (2)
storming, (3) norming, dan (4) performing.
Pada tahap forming, anggota tim masih
melakukan orientasi. Penampilan atlet masih diselimuti
keraguan dan kebingungan. Ti ngkahlaku atlet juga
tampak tidak terkoordinasi dan ego individual pun masih
menonjol
C. Jenis-Jenis Kelompok
Jenis atau tipe kelompok sangat beragam. Ada
beberapa karakteristik ya ng dapat digunakan sebagai
dasar penggolongan. Umumnya karakteristik tersebut
adalah jumlah anggota, kuantitas interaksi fisik antar
anggota, tingkat keintiman, tingkat solidaritas, aturan
yang diberlakukan dalam kelompok, dan
kecenderungan anggota mereaksi anggota yang lain.
Dengan karakteristik tersebut dimungkinkan melakukan klasifikasi kelompok yang biasanya model
klasifikasi yang dihasilkan bersifat di kotomis, misalnya:
1)Kelompok formal (formal group): adalah kelompok yang diadakan secara sah dengan suatu peraturan
atau keputusan manajerial, yang didalamnya terdapat pembagian wewenang dan adanya tugas. Sebagai
contoh: Komite Olahraga Nasional, Persatuan Bulutangkis Seluruh lndonesia, dan sebagainya.
2) Kelompok informal (informal group): adalah kelompok yang tidak terorganisasi secara formal,
dan terbentuk atas dasar usaha untuk memuaskan kebutuhan anggota yang tidak dapat dipenuhi oleh
kelompok formal. Sebagai contoh: kelompok arisan, kelompok bermain, dan sebagainya.
3) Kelornpok tugas (task gr oup): termasuk kelompok formal, yaitu suatu kelompok yang terjadi karena
keterikatan tugas terten tu, mempunyai struktur organisasi yang jelas, dan ada pembagian wewenang
serta tanggung jawab masing-masing. Sebagai contoh: Kelompok pelatih, kelompok wasit, dan
sebagainya.
4) Kelompok konvensional (conventional group): adalah suatu kelompok di mana anggota kelompok
cenderung untuk mentaati pera turan dan jauh dari sifat-sifat agresif. Sebagai contoh: kelompok
pengajian, jemaah haji, dan sebagainya.
5) Kelompok sementara (ad hoc group): adalah kelompok yang terjadi atau dibentuk untuk tujuan
sesaat atau sementara untuk masalah-masalah khusus dan kebutuhan mendesak. Contoh : panitia ad
hoc.
6) Kerumunan (crowd): adalah sejumlah besar orang yang berkumpul demikian padatnya yang seolah-
olah yang satu menghimpit yang lain. Kerumunan dapat bersifat aktif, seperti penonton sepakbola
yang
agresif; tetapi dapat pula bersifat pasif, seperti pendengar (audience).
D. Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas, yang secara sederhana diartikan
sebagai kekompakan, dapat di definisikan sebagai
proses dinamis yang tercermin dalam kecenderungan
untuk menjalin dan mengembangkan kebersamaan
yang padu untuk mencapai suatu tujuan.
Ada dua dimensi penting
dalam kekompakan, yaitu :
Social cohesion adalah dimensi kekompakan
yang terkait dengan kesukaan antar anggota kelompok
dan kesenangan antara anggota kelompok dengan
kelompok yang dimiliki. Dimensi ini lebih bersifat
ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction).
task cohesion adalah dimensi kekompakan
yang tercermin pada kerjasama anggota kelompok untuk
melaksanakan tugas tertentu yang spesifik. Dimensi ini
biasanya terkait dengan tuju an atau sasaran yang telah
ditentukan.
Kedua dimensi tersebut harus berjalan seimbang untuk dapat menghasilkan
kekompakan yang optimal. Penonjolan atau kepincangan di satu dimensi pada
gilirannya akan menyebabkan produktivitas tim terganggu. Sebuah tim yang
semata-mata memfokuskan pada tugas, akan mudah menimbulkan kejenuhan bagi
anggotanya. Demikian sebaliknya, jika sebuah tim lebih banyak menonjolkan
dimensi sosial, maka sulit dibayangkan tim tersebut menunjukkan kinerja yang
optimal.
E. Pentingnya Kekompakan Tim dalam Olahraga
Beregu