Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS BAHAN

ANORGANIK

ANALISIS BATUAN DAN MINERAL

1
Batuan dan Mineral
 Batuan adalah suatu benda tersusun dari
mineral-mineral yang sama atau tidak
sama jenisnya. Mineral batuan tidaklah
mesti besar atau kekar, akan tetapi lumpur,
liat dan pasir juga termasuk ke dalam
istilah batuan.
 Mineral adalah sebagian zat-zat hablur
/kristal yang ada di dalam kerak bumi serta
bersifat homogen, fisik, maupun kimiawi.
Mineral merupakan persenyawaan
anorganik asli, serat mempunyai susunan
kimia yang tetap. Persenyawaan kimia
yang asli maksudnya adalah bahwa
mineral itu terbentuk dari alam.
Siklus Batuan
1. Magma Mengalami Kristalisasi
Kemudian magma yang yang membeku akan
membentuk sebuh kristal atau mineral (hal ini
dinamakan kristalisasi). Magma yang membentuk
kristal ini sama seperti air yang didinginkan
menjadi es.  Magma yang mengkristal ini akan
banyak ditemukan pada gunung berapi yang
mengalami erupsi. Magma yang keluar dari dalam
gunung akan membeku setelah sampai ke
permukaan bumi.
4
Lanjutan….
2. Mengalami Pengangkatan dan Pelapukan
Kemudian batuan-batuan beku yang telah terbentuk
tadi lama-kelamaan akan mengalami proses
pelapukan. Batuan yang mengalami proses
pelapukan paling cepat terutama adalah batuan yang
membeku di permukaan bumi (batuan ekstrusif).
Batuan ini lebih cepat mengalami proses pelapukan
karena terpapar secara langsung oleh cuaca di bumi
dan juga atmosfer bumi, sehingga pelapukannya
lebih cepat daripada yang berada di bawah
permukaan bumi.
5
Lanjutan…..
3. Mengalami Erosi
Dalam proses erosi ini yang paling banyak
berperan adalah air. Air yang mengalir
misalnya dari sungai merupakan salah satu
hal yang paling sepat menyebabkan proses
erosi ini terjadi. Arus dari air ini pula yang
akan mengangkut material- baterial pelapukan
batu menuju ke tempat lain. Selain air, ada
pula yang mengangkut meterial- material
lainnya yakni angin ataupun gletser.
6
Lanjutan…..
4. Pengendapan dan Pembentukan Batuan
Sedimen
Material- material dari pelapukan batuan beku
yang telah terangkut oleh air, angin, ataupun
gletser, lama kelamaan akan mengendap di suatu
tempat dan kan berjumlah semakin banyak.
Karena semakin banyak batuan yang mengendap
ini, akibatnya semakin lama akan semakin
mengeras dan mengeras . Karena proses
pengerasan inilah membentuk terjadinya batuan
yang disebut dengan batuan sedimen.
7
Lanjutan…..
5. Batuan Sedimen Berubah Menjadi Batuan
Metamorf
Ketika batu yang berada di di bawah permukaan bumi
ini tidak tersingkap ke atas permukaan bumi ketika
proses pengangkatan, maka batuan tersebut akan
terkubur lebih dalam lagi. Semakin dalam terkubur,
maka akan semakin besar kemungkinan untuk
terpapar suhu dan juga tekanan tinggi yang dihasilkan
oleh kompresi tektonik dan energi panas yang berasal
dari dalam bumi, yang pada akhirnya dapat mengubah
batuan tersebut. Batuan yang telah berubah di bawah
permukaan bumi akibat paparan suhu, tekanan, dan
juga kontak magmaoleh Retantyo
ini Wdisebut dengan batuan8
metamorf atau malihan.
Lanjutan…..
6. Batuan Metamorf atau Malihan
Berubah Menjadi Magma
Setelah batuan menjadi batuan malihan atau
metamorf, lama kelamaan batuan metamorf
atau malihan ini akan berubah menjadi
magma kemballi. Dan dari magma inilah
proses terjadinya batu bisa terjadi kembali.

oleh Retantyo W 9
Jenis-Jenis Batuan
1. Batuan beku (igneous rock) yaitu batuan langsung
yang terjadi dari pembekuan magma.
2. Batuan sedimen (sedimentary rock) yaitu batuan
hasil pengendapan dari bahan rombakan, pelarutan
atau unsur organis.
3. Batuan metamorfik (metamorphic rock) yaitu
merupakan batuan hasil ubahan dari batuan
terdahulu karena pengaruh suhu da tekanan yang
tinggi.
Batuan Beku

Menurut tempat membekunya magma dapat dibagi ke


dalam batuan beku dalam (instrusive) dan batuan beku luar
(extrusive)
1. Batuan beku dalam
Menurut tempat pembekuan di dalam bumi, maka
batuan beku dapat dibagi atas : 1) batuan beku plutonik
yakni batuan yang dihasilkan oleh magma yang
membeku ditempat yang dalam sekali di kulit bumi, 2)
batuan beku hipobisal jika magma membeku pada
kedalaman dibawah permukaan kulit bumi dan dangkal,
srta 3) batuan beku effusive jika magma yang membeku
berada dipermukaan bumi (lava)
Lanjutan….. Batuan Baku
2. Batuan beku luar (Extrusive)
Magma yang menerobos kepermukaan bumi dan
membeku disana akan membentuk batuan beku luar.
Berdasarkan struktur, lava yang terbentuk dapat dibagi
kedalam :
1. lava blok (bongkah) yaitu lava yang mempunyai
permukaan kasar terdiri dari berbagai ukuran.
2. lava tali adalah lava yang permukaannya licin
berkerut-kerut, kadang-kadang mirip bentuk tali.
3. lava berstruktur bantal berbentukgumpalan-gumpalan
lonjong dengan retakan radier
oleh Retantyo W dengan permukaan licin
12

juga berlubang-lubang (vesikuler)


Batu Sedimen
 Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena
adanya penyatuan dan pembatuan dari hancuran batuan-
batuan sebelumnya (litifikasi). Kebanyakan batuan
sedimen hasil dari proses pelapukan dan erosi dari batuan
sebelumnya dan sebagian kecil merupakan timbunan dari
bahan-bahan organis, abu vulkanis, meteroit dan mineral-
mineral yang terbawa air.
 Budi Santoso (1985) menjabarkan proses pembentukan
batuan sedimen sebagai berikut: 1) pelapukan fisika dan
kimia dari bahan induk, 2) transportasi hasil-hasil
pelapukan oleh air, es, angin ataupun gravitasi, 3) deposisi
bahan tersebut pada basin sedimen, dan 4) pemadatan dan
sementasi menjadi batuan yang padat.
Batuan Metamorfik
 Merupakan batuan yang terbentukakibat alterasi fisik dan kimia
dari batua yang keras yang berubah dalam hal tekstur, struktur
dan komposisi mineral yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan. Allison dkk. (1967) dan Katili (1963) menyatakan
sebagai batuan yang berubah karena pengaruh tekanan dan
temperatur yang tinggi.
 Macam-macam Metamofisme (Soetoto, 1981)
1. Metamorfise termal/kontak, terjadi pada zone-zone kontak
dengan tubuh magma, intrusi maupun ekstrusi dengan tekanan
1000-3000 atmosfir dan suhu 300°- 800° C.
2. Metamorfisme dinamik : terjadi pada zone-zone yang
mengalami dislokasi intensif ditempat-tempat yang sempit,
misalnya sesar/patahan.
3. Metamorfise regional: terjadi pada zone yang sangat luas
akibat gerak-gerak orogenesa (pembentukan pegunungan)
Parameter pada Analisis Batuan dan Mineral

SiO2
Fe2O3
Al2O3
CaO
MgO

15
Penetapan Fe2O3
 Persiapan sampel:
1. Haluskan sampel (batuan atau tanah) sampai
membentuk tepung dengan menggunakan lumpang
dan alu.
2. Timbang sampel sebanyak 0,5 gram ke dalam cawan
porselen
3. Tambahkan 2,5 gr natrium karbonat ke dalam cawan
porselen, kemudian homogenkan (aduk)
4. Taburkan 0,5 gr natrium karbonat diatas campuran
tersebut sampai menutupi permukaan campuran
tersebut.
5. Panaskan dalam furnace suhu selama 30 menit. 16
Lanjutan….
6. Dinginkan
7. Pindahkan sampel ke dalam erlenmeyer dengan hati-hati
8. Bilas cawan porselen dan tutupnya tersebut dengan 30
mL HCl 1:1
9. Goyangkan sedikit sampai semua contoh larut semua.
Cawan porselen dan tutupnya dibilas dengan aquades

17
Prosedur analisis Fe2O3
1. Erlenmeyer yang berisi contoh dipanaskan diatas
kompor listrik sampai mendidih. Pada saat mendidih
tambahkan SnCl2 10 % tetes demi tetes sambil diaduk
sampai larutan menjadi bening.
2. Biarkan larutan dingin, setelah dingin tambahkan 15
mL HgCl2 7%, 10 mL H3PO4 1:1 dan 3-4 tetes
indicator barium difenilamin sulfonate.
3. Titrasi dengan larutan kalium bikromat (K2Cr2O7
0,0251 N) sampai titik akhir titrasi yaitu larutan
berwarna ungu. Catat pemakaian larutan kalium
bikromat. (Dapat diganti K2Cr2O7 dengan KMnO4
(autoindikator)) 18
Prinsip Penentuan Fe2O3
 Prinsip : Penentuan Fe2O3 dalam batuan adalah
berdasarkan reaksi oksidasi reduksi (redoks). Contoh yang
mengandung Fe dilarutkan dalam HCl. Fe3+ direduksi
dengan SnCl2 dan penambahan SnCl2 harus hati-hati.
Kelebihan SnCl2 dihilangkan dengan penambahan HgCl2.
Fe3+ tereduksi semua menjadi Fe2+ yang ditunjukan oleh
hilangnya warna kuning larutan. Kemudian dititrasi
dengan larutan kalium permanganat sampai titik akhir
titrasi yaitu larutan menjadi merah muda (pink).
 Metode: Titrasi redoks adalah suatu titrasi yang
berdasarkan kepada reaksi oksidasi reduksi dengan
menggunakan oksidator kuat sebagai larutan standar. 19
Reaksi
Sampel (batuan atau tanah) + HCl → FeCl2 dan FeCl3
2FeCl3 + SnCl2 berlebih → 2FeCl2 + SnCl4 + SnCl2 sisa
SnCl2 sisa + 2HgCl2 → SnCl4 + Hg2Cl2
(jika SnCl2 ada yang bersisa maka dihilangkan dg
2HgCl2)
+ MnO4- + 8H+ + 4e → Fe3+ + Mn2+ + 4H2O

oleh Retantyo W 20
Perhitungan
% Fe2O3 = x 100%
Dimana:
V = volume penitaran dengan KMnO4
N = Normarmalitas KMnO4 yang sudah
distandarisasi
Mg sampel = berat sampel dalam miligram

oleh Retantyo W 21
SiO2

 Prinsip : Sampel ditambahkan HClO4 (asam kuat)


akan melarutkan oksida-oksida yang ada pada
sampel dan membentuk garam-garam klorida yang
tertinggal diatas kertas saring. Abukan endapan lalu
ditimbang sampai didapatkan bobot konstan.
 Metode: Penentuan kadar abu secara langsung (cara
kering) adalah dengan mengoksidasi semua zat
organik pada suhu tinggi dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal sampai bobot
konstan. 22
Reaksi
 Sampel + HClO4 → FeCl2, FeCl3, AlCl3,
CaCl2, MgCl2+H2SiO2
dan H2SiO4 + H2O
10000C ± 500C (dipijarkan)

 H2SiO2 dan H2SiO4 SiO2 + H2O

23
Perhitungan
% SiO2 = X 100%

24
Penetapan kadar R2O3
 Prinsip : Filtrat dari penetapan SiO2 yang mengandung
FeCl2, FeCl3, dan AlCl3 direaksikan dengan NH4OH
sehingga akan terbentuk endapan dari R(OH)3 yang
berwarna coklat. R(OH)3 dipijarkan pada suhu 1000oC
sehingga membentuk oksida logam R2O3, lalu
ditimbang sampai didapatkan bobot konstan .
 Metode: Penentuan kadar abu secara langsung (cara
kering) adalah dengan mengoksidasi semua zat
organik pada suhu tinggi dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal sampai bobot
25
konstan
Reaksi
Filtrat SiO2 yang mengandung FeCl2, FeCl3, AlCl3 → disebut RCl3

RCl3 + 3NH4OH → R(OH)3 + 3NH4Cl


10000C
2R(OH)3 R2O3 + 3H2O

26
Perhitungan
% R2O3 = X 100%

oleh Retantyo W 27
Penetapan kadar CaO
 Prinsip : Filtrat dari penetapan R2O3 yang
mengandung CaO ditambahkan basa
sehingga pH ≥ 12 dan indikator logam
(murexit) lalu dititrasi dengan EDTA maka
akan terbentuk logam EDTA dan H ind +
(metode kompleksometri).
 Metode : Kompleksometri adalah suatu
titrasi yang berdasarkan kepada reaksi
pembentukan kompleks. 28
Reaksi dan Perhitungan
Ca2+ + H2Y2- → CaY2- + 2 H+

x 100%

29
Penetapan kadar MgO
 Prinsip : Filtrat dari penetapan R2O3 yang
mengandung MgO ditambahkan indicator
logam (EBT), lalu ditambahkan larutan
buffer pH 10 agar OH- tidak turun karena
H+ dibebaskan, lalu dititrasi dengan EDTA
(metode kompleksometri).
 Metode : Kompleksometri adalah suatu
titrasi yang berdasarkan kepada reaksi
pembentukan kompleks. 30
Reaksi dan Perhitungan
Mg2+ + H2Y2- → MgY2- + 2 H+

x 100%

31
Soal:
 Sebuah contoh air sebanyak 100 mL yang mengandung ion
Ca2+ dan Mg2+ dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M
sebanyak 15,30 mL dalam suatu buffer amoniak pada pH
10. Contoh yang yang sama dipipet sebanyak 100 mL
dititrasi dengan NaOH untuk mengendapkan Mg(OH)2 dan
kemudian dititrasi pada pH 13 dengan larutan EDTA yang
sama sebanyak 10,45 mL. Kadar CaCO3 dan MgCO3
didalam contoh adalah

32

Anda mungkin juga menyukai