Anda di halaman 1dari 47

LogoType

Gangguan Gaya Berjalan pada


Dewasa Tua – Sebuah Tinjauan
Terstruktur dan Penilaian Pen-
dekatan Klinis

Fina Alvia Rahma 22010119220068


Eriska Retno 22010120210013
Ivana Shafira P 22010119220069
Nabila Khairunisa 22010120210004
Penguji :
dr. Khairunnisa Ayu Kresnanda, Sp.PD
Koas Interna Periode 5 April – 30 Mei 2021
Abstrak
• Manusia mendorong diriya sendiri di lingkungan mereka terutama dengan berjalan kaki. Berjalan merupakan
Latar
sebuah indikator sensitif pada kesehatan dan kemanjuran diri secara keseluruhan. Gangguan dalam berjalan dapat
Belakang
menyebabkan hilangnya kemandirian fungsional dan dikaitkan dengan peningkatan risiko jatuh.
• Penelitian ini mengulas biologi dasar pada gaya berjalan dalam hal kinematic dan control. Pada penelitian ini
Tujuan menggambarkan gangguan gaya berjalan yang umum pada usia lanjut dan skema untuk evaluasi dan pengenalan pada
perawatan.
• Basis data elektronik, PubMed, Scopus dan Web of Science, dicari dalam proses 3-fase publikasi tentang
Metode gangguan gaya berjalan dikombinasikan dengan orang dewasa yang lebih tua, evaluasi klinis dan tidak ada atau minimal
instrumentasi selama 2000-2020. Dua puluh enam artikel diidentifikasi dan dipilih
• Lebar langkah bertambah seiring bertambahnya usia sementara panjang langkah menurun. Karena irama
hampir tidak berubah dari waktu ke waktu, gaya berjalan kecepatan menurun sekitar 1% setiap tahun di usia tua. Pusat
generator pola di segmen serviks dan lumbal sumsum tulang belakang membuat urutan gaya berjalan siklik dasar. Mereka
dimodulasi oleh jaringan supraspinal serta visual input periferal vestibular dan proprioseptif. Aktivitas kiprah dan proses
kognitif, terutama neurologis dari perhubungan ini adalah sistem kolinergik sentral. Stabilitas dinamis bergantung pada kiprah
Hasil pada strategi prediktif, proaktif dan reaktif. Prediktif kontrol memungkinkan antisipasi perpindahan dari pusat massa dan
penyesuaian padanya. Gangguan pada gaya berjalan diklasifikasikan secara fenomenologis dan manifestasi klinis.
Pendekatan pada pasien dewasa tua dengan gangguan gaya berjalan berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik serta
evaluasi gaya berjalan tertentu dilakukan. Pendekatan tersebut merupakan penilaian gaya berjalan spesifik yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Gangguan gaya berjalan yang terlihat juga merupakan sebuah penilaian terhadap tingkat keparahan
dan risiko jatuh.
• Gaya berjalan merupakan salah satu kunci dari kemandirian dan mobilitas. Kelemahan pada gaya
berjalan dapat menjadi salah satu ketidakberdayaan. Diagnosis yang tepat untuk penting untuk intervensi dan kebutuhan
Kesimpulan prognostik. Skema yang akurat dan tersusun dibutuhkan. Meskipun pengukuran sudah dilakukan sejak dua decade lalu,
masih belum ditemukan titik tengah untuk mereka yang bekerja di lingkungan klinis dan pengambilan riwayat yang baik serta
pemeriksaan fisik oleh dokter tetap menjadi kunci utama penilaian gaya berjalan
Latar Belakang
Latar Belakang

Gaya berjalan merupakan salah satu penggerak individu di lingkungannya. Gaya


berjalan melibatkan siklus berulang dari ekstermitas bawah yang menghasilkan gerakan.
Komponen yang ikut bekerja yaitu: system musculoskeletal, saraf dan kardiopulmoner, sehingga
tidak diragukan lagi merupakan sebuah indicator Kesehatan secara keseluruhan dan status
fungsional. Sekitar dua pertiga dari berat badan adalah sekitar dua pertiga tinggi badan di atas
dasar penyangga yang relatif sempit. Hal tersebut secara inheren merupakan konfigurasi yang
berpotensi tidak stabil.
Dengan demikian gaya berjalan bipedal manusia benar-benar merupakan tantangan kontrol
keseimbangan. Kebanyakan jatuh pada orang dewasa yang lebih tua terjadi selama gaya berjalan.
Setidaknya 3 dari sebuah komunitas dewasa tua mengalami kesulitan berjalan atau membutuhkan
alat bantu. Prevalensi terus meningkat dengan usia, 15% pada usia 60 tahun dan 82% pada usia 85
tahun. Diperkirakan pada tahun 2040, akan terdapat 15.4 juta dewasa tua di Amerika Serikat yang
tidak dapat berjalan 2-3 blok dan diperkirakan akan menghabiskan 42 Milliar dollar untuk
pelayanan Kesehatan
Latar belakang

Tujuan dari tinjauan terstruktur ini memberikan penjelasan biologi dasar dari gaya berjalan
dan klasifikasinya. Selain itu, pendekatan pasien dengan gangguan gaya berjalan yang cocok untuk
rawat jalan dan perawatan diusulkan.
Pencarian Literatur
Pencarian Literatur
Insert the title of your subtitle Here

PubMed
175 Artikel
A
SCOPUS Web of Science
424 artikel B 31 artikel
C
Total Akhir
D 76 Artikel
Pencarian Literatur
Pengukuran Gaya Berjalan
Pengukuran Gaya Berjalan

Saat tubuh bergerak maju, terbagi menjadi 2 fase:


• Ayunan, dimulai dari ujung kaki dan berakhir di tumit.
• Berhenti
Pengukuran gaya berjalan dalam nomenkaltur biomekanik berdasarkan:
• Panjang langkah
• Langkah panhang
• Lebar langkah
• Kecepatan
• Irama
Pengukuran Gaya Berjalan

Gaya berjalan merupakan keterampilan yang kompleks yang membutuhkan in-


tegrasi eksternal dan sensorik. Terdapat 5 komponen yang menjadi factor variasi
dari gaya berjalan:
• Kecepatan
• Ritme
• Variabilitas, standar deviasi kecepatan
• Asimetri, koordinasi antara anggota badan
• Kontrol postural, asimetri Panjang langkah
Mengontrol Gaya Berjalan
MENGONTROL GAYA BERJALAN

Lokomotor bipedal adalah metode mobilitas yang lemah karena postur tubuh
yang tegak selalu rawan.

Mekanisme rumit yang melibatkan banyak sistem untuk pemeliharaan stabilitas


dan fungsi gaya berjalan yang normal :
saraf, sensorik perifer, muskuloskeletal dan kardiopulmoner
Jaringan Saraf
• Pola siklus dasar gaya berjalan manusia diyakini dibuat oleh kelompok interneuron yang terkoordinasi di segmen
serviks dan lumbar dari medulla spinalis yang disebut "generator pola sentral“  mengatur aktivasi otot anti-
gravitasi dan aktivasi bergantian kelompok otot agonis dan antagonis di ekstremitas atas dan bawah. Aktivitas -
nya dimodulasi oleh sinyal dari jaringan supraspinal dan organ-organ di kepala (visual, vestibular) dan perifer
(proprioseptif).
• Daerah premotor dan motorik lobus frontal  permulaan perilaku gaya berjalan, serta adaptasi pola lokomotor.
• Ganglia basal  Program motorik spesifik
• Talamus  umpan balik sensorik memediasi kontrol postural
• Cerebellum interfastigial  pengaturan kecepatan
• Tegmentum midbrain  inisiasi gaya berjalan

• Teknik pencitraan saraf termasuk MRI (reguler dan fungsional), spektroskopi MR dan spektroskopi infra merah
dekat fungsional (fNIRS), telah digunakan dalam upaya untuk memetakan berbagai parameter gaya berjalan ke
area diskrit di otak.
• Semakin "sehat" otak dalam hal volume grey matter dan integritas white matter, semakin tinggi kualitas
kinerja gaya berjalannya
• Metrik yang paling sering dievaluasi = kecepatan gaya berjalan, biasanya menunjukkan korelasi langsung den -
gan volume grey matter di lobus frontal dan hipokampus.
Jaringan Saraf
• Seringkali aktivitas non-motorik yang menuntut perhatian dan gaya berjalan dilakukan secara bersamaan
Contoh : mengawasi lalu lintas saat melintasi jalan yang sibuk ~ membutuhkan pembagian sumber daya kognitif
yang efisien. Kerusakan dari sumber daya ini dalam keadaan gangguan kognitif akan tercermin dalam perubahan
kinerja tugas yang bersangkutan  paradigma eksperimental : gangguan dalam kinerja gaya berjalan
mencerminkan tingkat gangguan kognitif

• Substrat neurologis dimana gaya berjalan dan kognisi bertemu = ”Sistem Kolinergik Sentral”.
Kontrol gaya berjalan bergantung pada input kolinergik ke pemrosesan kortikal (dari nukleus basalis Meynert) dan
subkortikal (dari nukleus pedunculopontine).
Inisiasi dan Penghentian Gaya Berjalan
• Kapasitas untuk menginisiasi dan menghentikan gaya berjalan dibutuhkan untuk pengendalian lokomotor adap -
tif.

• Gaya berjalan diprakarsai oleh penghambatan plantar fleksor pergelangan kaki, yang menyebabkan pusat
tekanan bergerak ke posterior ke pusat massa.

• Pusat tekanan juga dipindahkan ke lateral menuju ekstremitas yang akan berayun.

• Ekskursi pusat tekanan ini mendorong pusat massa ke depan dan ke samping menuju tungkai kuda-kuda.

• Mencerminkan mekanisme inisiasi, gaya berjalan dihentikan ketika pusat tekanan digerakkan ke depan ke
pusat massa untuk menahan momentum maju.

• Namun, gaya berjalan tidak kemudian berhenti secara instan, tetapi membutuhkan setidaknya dua langkah:
- pertama, peningkatan aktivitas ekstensor di ekstremitas utama
- Kedua, perlambatan ekstremitas ayun

• Oleh karena itu, untuk berhenti sebelum bertabrakan dengan suatu benda sambil berjalan dengan kecepatan
yang nyaman, diperlukan kemampuan untuk mengantisipasi kejadian setidaknya dua langkah ke depan.
Strategi untuk Pemeliharaan Stabilitas Dinamis
• Kontrol Prediktif
 memungkinkan tubuh untuk mengantisipasi dan menyesuaikan dengan perpindahan pusat massanya saat
bergerak.
 Belenkii : perekrutan otot postural biasanya mendahului penggerak utama sehingga kelompok otot ini penting
sehubungan dengan pencegahan jatuh.

• Strategi Reaktif
 dijalankan setelah gangguan terjadi.
 melibatkan refleks yang dimodulasi untuk memberikan tanggapan yang bergantung pada fase dan tugas.
 Eng, dkk : tantangan tersandung di awal fase ayunan menimbulkan respons fleksor di lengan ayun dan respons
ekstensor di tungkai berdiri ("strategi pengangkatan"). Sebaliknya, gangguan selama fase ayunan akhir meng -
hasilkan pola yang berbeda dari aktivasi otot (penghambatan stance vastus lateralis dan rangsangan dari
biseps femoris) untuk mencegah fleksi yang berpotensi berbahaya dari lengan ayun ("strategi menurunkan")
saat bersentuhan dengan permukaan. Kedua strategi memastikan penyelesaian rintangan.
 Pijnappels, dkk. : subjek yang lebih tua menunjukkan penurunan besaran dan laju perkembangan aktivitas
plantarfleksor dibandingkan dengan yang lebih muda. Kerusakan relatif pada fungsi plantarfleksor ini menye -
babkan jatuh yang dialami subjek yang lebih tua selama penelitian.
Strategi untuk Pemeliharaan Stabilitas Dinamis
• Kontrol Proaktif
 isyarat visual diperoleh tentang tantangan potensial sebelum terjadi, memungkinkan keputusan sebelumnya
mengenai modifikasi yang sesuai dengan pola lokomotor.
 Modifikasi ini termasuk dalam 2 kategori yang tumpang tindih, yaitu penghindaran dan akomodasi.
 Penghindaran : melangkahi rintangan, mengubah arah perkembangan (kemudi), dan berhenti.
 Akomodasi : memperhitungkan sifat fisik dari permukaan pendukung.
 Beberapa strategi penghindaran juga dapat digunakan untuk akomodasi seperti memperpendek panjang
langkah saat berjalan di medan yang dingin atau licin
Sistem Aferen yang diperlukan
untuk Penyesuaian Gaya Berjalan
• Sistem penglihatan. (Akomodasi dan penghindaran)
Untuk pergerakan yang aman, pola pandangan dengan waktu tempuh <50% telah terbukti cukup, terlepas dari
kendala medan pada penempatan kaki.

• Sistem vestibular dan kinestetik (keberhasilan strategi proaktif)


Input vestibular  memengaruhi arah gaya berjalan; orang dengan penyakit vestibular unilateral diketahui
membelok ke sisi yang terpengaruh saat berjalan. Brandt dkk : hubungan terbalik antara kecepatan gaya berjalan
dan keterlibatan vestibular disebabkan oleh penekanan aliran sensorik vestibular pada kecepatan tinggi oleh
program spinal melalui saluran ke atas dan ke bawah.

Kerangka acuan sistem visual dan kinestetik mempengaruhi kesalahan sensorik. Sistem visual peka terhadap
gerakan relatif antara tubuh dan lingkungan sehingga dapat membingungkan gerakan lingkungan dengan ger -
akan diri. Demikian juga, sistem kinestetik, yang mengacu pada permukaan pendukung, cenderung menghasilkan
keluaran yang salah saat permukaan bergerak. Namun demikian, semua sistem bekerja sama untuk menyele-
saikan setiap konflik pensinyalan ketika salah satu terbukti keliru.
Peran Penundaan Umpan Balik
• Sistem kontrol motor beroperasi berdasarkan prinsip umpan balik dan kelemahan utamanya adalah kepekaan
terhadap penundaan waktu dalam loop sensorimotor.
• Penundaan ini terjadi selama transduksi sinyal dan konduksi impuls, pemrosesan pusat, dan output motor.
Jangkauannya antara 30 ms untuk refleks tulang belakang dan 300 ms untuk respons yang dipandu secara
visual dan menentukan stabilitas sistem melalui interaksinya dengan penguatan fungsi pengontrol.
• Sistem stabil berkumpul pada nilai tetap atau berosilasi dalam jarak yang sangat dekat dengan masukan refer -
ensi, sedangkan sistem yang tidak stabil sangat berbeda.
• Penundaan waktu adalah alasan penting mengapa sistem kontrol umpan balik negatif menunjukkan pertukaran
akurasi kecepatan. Oleh karena itu, orang lanjut usia dengan kondisi klinis yang memperpanjang umpan balik,
seperti neuropati perifer atau demensia, menunjukkan peningkatan variabilitas gaya berjalan, terutama pada
permukaan yang tidak teratur atau dalam kondisi tugas ganda.
Klasifikasi Gaya Berjalan
Gambaran klinik Sindrom Gaya Berjalan

Antalgik Coxalgic
01 - Waktu tungkai yang berdiri di-
lakukan sesingkat mungkin untuk
02 - Trunkus atas miring ke sisi yang
sakit ipsilateral selama berdiri
mengurangi beban yang ditang- (Duchenne sign), namun abductor
gungnya  pasien berjalan dengan pelvis intak.
pincang. - Khas : pinggul nyeri
- Ekstremitas bawah sakit : os-
teoarthritis, keseleo, dan fraktur
stres.

Klaudikasio neurogenik Steppage


03 - Nyeri, kelemahan pada otot ekstrem-
itas bawah + paresthesia setelah ber-
04 - Kelemahan dorsofleksi  gaya ber-
jalan paretic/hipotonik, kaki diangkat
jalan lebih tinggi ketika mengayun sehingga
- Membaik setelah istirahat, t.u posisi jari kaki tidak menyentuh permukaan,
fleksi spinal/trunkus (Naik ke atas diakhiri dengan menepukkan seluruh
atau menanjak, mendorong kereta telapak kaki dibandingkan tumit.
belanja, mengendarai sepeda) - Lesi n. peroneus profunda, lesi L5,
- Khas : stenosis lumbal penyakit cerebrovascular, neuropati
sistemik
Steppage
Steppage
adalah suatu gait paretik / hipotonik di mana
kaki perlu diangkat lebih tinggi karena Kelemahan
dorsoflexor pergelangan kaki. Ujung hallux mengalami
foot drop dan pasien tidak mampu berjalan dengan tumit.

Dorsoflexor pergelangan kaki


dipersyarafi oleh nervus peroneus profundus,
cabang dari nervus peroneus communis yang
sangat rentan terhadap cedera tekan.

L5
setiap lesi yang melibatkan serabut dari
segmen lumbal kelima dari medula spinalis
(L5) akan menyebabkan steppage gait
dengan gejala LMN.
Waddling
Waddling Gait
ditandai dengan penurunan hemipelvis pada sisi
normal saat mengayun (Trendelenburg sign),
biasanya disertai dengan Duchenne sign.

Hal ini dikarenakan kelemahan otot-otot pelvis


atau paha atas.

Penyebab Waddling Gait


Kondisi ortopedi yang menyebabkan perpendekan
aproksimasi perlekatan otot gluteus medius
(misalnya elevasi trokanter mayor pasca-trauma,
pseudoarthrosis femoral neck) juga terkait dengan
waddling gait.

Waddling gait sering terjadi pada


miopati, dan lebih sering mempengaruhi otot-otot
proksimal.
Ataxic Syndromes

Gait pada ataksia serebelar lebar dan goyah


Ataxia
01 adalah gerakan iregular. Sindrom ataksik
gait adalah hasil dari gangguan koordinasi
02 Mungkin didapatkan gambaran cerebellar
lainnya (dysmetria, dysdiadochokinesia).
aktivitas motorik. Pasien mungkin ter-
huyung-huyung dari sisi ke sisi (ataksia sen-
sorik
dan serebelar) atau membelok ke satu sisi
seperti pada ataksia vestibular.

Di antara penyebab penyakit serebelar pada


Gait pada ataksia sensorik lebih lambat dari

03 04
orang dewasa cenderung tua adalah vascular
pada ataksia serebelar dan lebih menghentak
toksik (alkohol), proses autoimun dan
neoplasia.
Gejala akan semakin tampak dalam kondisi
pencahayaan yang kurang optimal dan goyah
Penyebab umum neuropati perifer ataksik
dalam posisi berdiri sempit diperparah
pada orang dewasa cenderung tua adalah
dengan menutup mata (Romberg sign).
diabetes mellitus, defisiensi cobalamin, toksik
(paparan kemoterapi), paraproteinemia, dan
penyakit autoimun.
Ataxic Syndromes

Pada ataksia vestibular, defisit gait Vestibulopati tersering pada usia tua
05 diperburuk oleh kurangnya input
visual.
06 adalah neuronitis vestibular. Gangguan
yang lain adalah penyakit Meniere,
toksik (amiodarone), neoplasia
Uji Unterberger akan menunjukkan (vestibular schwannoma).
deviasi ipsilateral lebih dari 30
derajat. Pasien-pasien ini datang dengan
"pusing" dan gejala lain dan jarang
Gambaran lain dari insufisiensi mengeluhkan deficit gait.
vestibular (vertigo, nistagmus)
dapat ditemukan. HINT test dapat membedakan
penyebab sentral (misalnya stroke)
Gangguan proprioseptif dapat dan perifer (misalnya neuronitis
ditimbulkan oleh position sense vestibular) dari sindrom vestibular akut.
testing.
Spastic

A
Spastic adalah gait yang tampak
kaku karena tonus otot meningkat
dan otot adduktor paha mengalami
spasme. D

B A Stroke dan penyakit demielinasi


biasanya dikaitkan dengan
Pada spastik paraparesis, kedua
ekstremitas bawah saat mengayun
tampak seperti menggunting.
B D spastic gait.

C
Gait mielopatik dari spondilosis
servikal adalah spastik.

C
Osteofit dan ligamen yang hipertrofi
dapat menyebabkan kompresi medulla
spinalis dengan konsekuensi motorik
dan sensorik
Dystonic
A
Dystonia adalah sindrom hetero-
gen yang ditandai dengan postur
D
atau
gerakan abnormal yang tidak Kerusakan ganglia basalis,
disengaja akibat kontraksi otot hipoksia atau toksik, dapat
yang intermiten atau berkelanjutan.
A menyebabkan distonik gait.

B D
Obat penghambat reseptor
levodopa dan dopamin
B berhubungan dengan distonia.
Dystonic gait mungkin disebabkan
oleh gangguan fokal, segmental,
C
atau umum dan seringkali bizarre. C
Gejala muncul ketika melakukan
Distonia fokal yang paling umum pekerjaan tertentu dan mungkin muncul
melibatkan inversi pergelangan saat berjalan seperti biasa tetapi
kaki dan ekstensi hallux. biasanya tidak muncul saat berjalan
mundur.
Diskinesia
Dyskinetic
ditandai dengan gerakan abnor-
mal yang berlebihan yang
tumpeng
tindih dengan gait yang mungkin
abnormal atau normal.
Gait mioklonik
gerakan tambahan berupa hentakan
tak disengaja yang menyebabkan
gerakan pada sendi (mioklonus
positif) atau hilangnya tonus otot Chorea
secara tiba-tiba (mioklonus negatif). memiliki gejala gerakan tangan
yang ireguler seperti tarian.
Penyebab umum mioklonik gait Langkah kaki dan arah berjalan
adalah iskemia serebral atau sangat
hipoksia, juga merupakan bervariasi.
manifestasi langka dari penyakit
celiac refrakter Chorea yang terkait obat umumnya
terjadi pada pasien Parkinson.
Kerusakan akibat hipoksia pada
basal ganglia mungkin terjadi
selama bypass kardiopulmoner
(disebut "post pump" chorea) adalah
penyebab lain.
Cautious

Cautious gait dianggap sebagai idiopathic senile gait


yang parah.

Postur tubuh sedikit membungkuk, kecepatan lambat, lebar


dan ayunan lengan berkurang.

Dapat berkembang menjadi gangguan disabling phobic gait


akibat rasa takut terjatuh yang ekstrim dan dapat
sepenuhnya menghambat aktivitas berjalan.
Careless

Careless gait dilakukan tanpa kesadaran tentang keterbatasan


fisik dalam kaitannya dengan lingkungan.

Pada jalan yang tidak beraturan atau licin misalnya, berjalan


lambat lebih cocok untuk lingkungan tersebut.

Careless gait mungkin disebabkan oleh kurangnya insight


seperti pada delirium dan demensia serta disinhibisi pada
gangguan lobus frontal.
Psychogenic

Gangguan Psychogenic atau functional gait, pasien mungkin


datang dengan jenis gangguan gait lainnya tetapi seringkali
bizarre, dengan usaha yang berlebihan (terengah-engah) dan
postur tubuh yang tidak ekonomis.

Temuan klinis mungkin tidak dapat diulang jika pasien


perhatiannya terganggu atau tidak sadar.

Chair test digunakan untuk menunjukkan gait psikogenik.


Hypokinetic Rigid

Karakteristik dari kategori


gangguan hypokinetic-rigid gait
adalah berkurangnya gerakan dan A
peningkatan tonus pada
ekstremitas.

B
Gait lambat dan tampak terseok-
seok. Namun, pada penyakit

C
Contoh klasik adalah penyakit tertentu, kecenderungan untuk
Parkinson yang disebabkan oleh mempercepat gait dapat terjadi.
degenerasi saraf di substansia Lebar langkah sempit, ayunan
nigra. lengan kurang dan, asimetris.

D Gait yang tidak stabil dengan


langkah yang lebar, demensia,
dan inkontinensia urin adalah trias
klasik dari gambaran klinis normal-
pressure hydrocephalus (NPH).
Hypokinetic Rigid

Freezing of gait adalah episode singkat penghentian gerak secara tiba-tiba.

Dapat ditemukan inisiasi berjalan yang ragu-ragu.

Freezing of gait sering terjadi pada penyakit Parkinson sedang dan berat.

Gangguan Hypokinetic-rigid gait dengan etiologi vaskular biasanya


memiliki keterlibatan ekstremitas bawah yang lebih banyak dengan
keterlibatan ekstremitas atas yang minimal.

Ayunan lengan intak dan hampir tidak ada tremor.


Hypokinetic Rigid

Alignment trunkus sering kali berubah pada gangguan neurodegeneratif.

Bungkuk ke depan sering terjadi pada penyakit Parkinson sementara


lateral lean terlihat pada MSA.

Gait apraksia menunjukkan keterlibatan lobus frontal seperti pada


degenerasi kortikobasal.

Pada pasien ini, gait mungkin sangat terganggu tetapi pasien tetap dapat
melakukan aktivitas motorik lainnya dengan cukup baik, seperti
melakukan gerakan bersepeda.
Tingkat yang Lebih Tinggi
Option A
Kesan lupa cara berjalan  kesulitan
untuk mengambil posisi tegak yang
stabil saat memulai berjalan

Option B A Option D
Banyak variabilitas dalam pola
melangkah B D Biasanya tidak membaik dengan
penggunaan alat bantu mobilitas

C
Option C
Terdapat lesi di daerah frontal dan
parietal otak depan, komunikasi inter-
hemispheric, dan jaringan
penghubung ke lokomotor otak tengah
Diinduksi Obat
Pengobatan yang berhubungan
dengan gaya berjalan :

oversedasi (benzodiazepin, anal- Hipnotik


gesik opiat, antihistamin non-se-
lektif, antikolinergik)  ataksia Antikolinergik

Neuroleptik

Antiparkinson
Pengggantian dopamin pada
Parkinson  pusing (jangka Analgesik
pendek), diskinesia (jangka pan-
jang) Antidepresan

Antiepilepsi

Antidiabetik
Neuroleptik  diskinesia tardif
Antiaritmia

Kina
Pendekatan kepada Pasien
Riwayat Sifat kesulitan gaya berjalan; awal dan evolusi; gejala terkait
Riwayat jatuh; konteks lingkungan
Riwayat medis dan bedah di masa lalu
Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda vital (termasuk pemeriksaan tekanan darah ortostatik)
Regional/sistemik
Evaluasi kognitif (MocA; Excecutive Clock Drawing)
Penilaian Gaya Berjalan Biasa Awalan; progresivitas; akhiran
Kualitiatif
Menantang Dalam pencahayaan yang redup
Cognitive-Motor Dual Tasking
Dibantu Dengan walker; di kursi putar beroda
Penilaian Gaya Berjalan Kecepatan berjalan Berjalan sebagai tugas tunggal
Kuantitatif Cognitive-Motor Dual Tasking
Jangka waktu Up-and-Go

Penilaian mobilitas ber-


orientasi kinerja
Riwayat

Pasien cenderung datang dengan Tinjau riwayat jatuh pasien,


rasa sakit saat berjalan dan/atau pengobatan pasien, dan riwayat
jarak jalan↓ keluarga.
Gejala lain  kaku dan mati rasa
Gangguan gaya berjalan, panti
jompo > komunitas
Onset tiba-tiba  vaskular
Kecepatan berjalan, perkotaan >
Onset progresif dan konsis-
pedesaan
ten  degeneratif
Kemiskinan  kecepatan berjalan↓
Penggunaan alat bantu jalan 
mencegah gangguan tingkat tinggi

Mayoritas berhubungan dengan Gejala non-gaya berjalan yang


penyakit yang mendasari (neu- mungkin ↑kemungkinan probabilitas
rologis, muskuloskeletal, en- diagnosis gaya berjalan (vertigo, riw.
dokrinologis) Disfungsi penciuman, inkontinensia)
Pemeriksaan Fisik

01 02 03 04

Postur tubuh Tekanan darah dan Evaluasi regional dan sis- Pasien dengan sindrom
pasien, fasies, denyut nadi saat temik  penilaian kognisi un- vestibular akut (ketidakstabi-
dan gerakan ad- duduk dan berdiri tuk melihat fungsi kognitif lan gaya berjalan onset baru,
ventif, jika ada menilai toleransi orto- (Penilaian kognitif montreal, vertigo persisten atau pusing
statik (kecurigaan Executive Clock Drawing, lainnya, nistagmus, gang-
disotonomia) Penilaian Kognitif Mini-Ad- guan gerakan kepala, mual
denbrooke’s) atau muntah),  HINTS-plus
Mungkin jugaperlu tes (head impulse, nystagmus,
vestibular  tergantung klinis test of skew and new hearing
loss)  stroke
Pemeriksaan Fisik
05 06 07

Penilaian gaya berjalan sepanjang Penilaian gaya berjalan Penilaian gaya berjalan dengan
10-20 meter dengan pencahayaan menantang  dalam penca- tongkat, alat bantu jalan, atau kursi
yg disesuaikan. Penilaian kualitatif hayaan redup (teruatama bila putar beroda  diamati apakah ada
 biasa, menantang, dibantu ada kecurigaan gangguan perbaikan atau gangguan
Pasien diamati saat memindahkan vestibular). Pada kelainan yang lebih tinggi 
kursi berlengan standar dengan Pasien melakukan tugas kog- gaya berjalan tidak dipengaruhi oleh
lengan terlipat di dada dan memu- nitif lain (menghitung mundur penggunaan alat bantu, bahkan da-
lai gaya berjalan dalam suasana dari 50, menyebutkan nama pat memperburuk apabila pasien
yang cukup terang. Diamati irama bulan dalam 1 tahun dari be- tidak dapat menggunakannya
kuda-kuda dan ayunan, jarak be- lakang) sambil berjalan Evaluasi dengan kursi putar beroda
bas lantai, panjang langkah, lin-  pasien dengan gangguan gaya
tasan gaya berjalan, ayunan berjalan psikogenik harus dapat
lengan, kesejajaran tubuh bagian menggunakan ekstremitas bawah-
atas, gerakan adventif, dan karak- nya secara efektif
ter belokan (segmental/ serentak)
Pemeriksaan Fisik
08 09 10

Evaluasi gaya berjalan kuantitatif  2 uji Uji timed up-and-go  peni- Performance-oriented mobility asses-
berjangka waktu dan uji skalar. laian global mobilitas fung- ment (POMA)  2 sub skala
Indeks gaya berjalan dinamik dan tam- sional • Gaya berjalan memiliki 8 item  se-
bahan penilaian gaya berjalan fung- Pasien duduk dihitung wak- muanya kecuali dua di antaranya skor
sional  cocok untuk komponen me- tunya saat dia bangun dari skala biner. Gaya berjalan dan ayunan
manjat kursi berlengan standar, ber- tubuh diberi skor pada skala 3 poin.
Kecepatan berjalan  idealnya jarak 10 jalan 3 meter secepat (tapi • Keseimbangan  9 item  evaluasi
meter, tetapi setengahnya saja sudah seaman) mungkin, berbalik kinerja manuver yang terlibat dalam
cukup, dengan waktu setengahnya (dan dan kembali ke kursinya dan ADL
sudah ada akselerasi dan deselerasi) duduk. Cut off point faller Skor di kedua subskala diinterpretasikan
Kecepatan berjalan dewasa sehat usai dan non-faller: 13,5 detik ≤ 18  risiko jatuh tinggi
20-79 tahun : 1,27 m/s (wanita), 1,46 ≥ 25  risiko jatuh rendah
m/s (pria)
Kecepatan <0,6 m/s dan ketergantungan POMA hanya membutuhkan ±10 menit
ADL  dismobilitas konsisten
Pengujian Lebih Lanjut
Insert the title of your subtitle Here

Radiologi dasar
Untuk antalgik, koksalgik,
klaudikasio neurogenik,
myelopati,, gaya berjalan waddling A
MRI
Untuk kelainan yang lebih tinggi B Inertialokografi
Penggunaan sensor inersia yang

C
 gaya berjalan berhubungan
dengan kognisi dikenakan Itubuh untuk melihat
gaya berjalan

Laboratorium Gaya Berjalan

D Menggunakan sistem kamera op-


toelektronik dan platform untuk
melihat gaya kinematik, kinetik,
dan goniometrik  jarang
Kesimpulan
Kesimpulan

Berjalan adalah perilaku motorik Perlu pendekatan, penggalian ri-


kompleks yang mebutuhkan kontrol wayat, dan pemeriksaan untuk di-
aktif yang rumit. agnosis sindrom gaya berjalan

Kelainan gaya berjalan pada de- Pengukuran inersia tidak terstan-


wasa tua  ketergantungan dan dardisasi  penggalian riwayat dan
jatuh pemeriksaan fisik masih menjadi
kunci utama
Terima Kasih
Mohon bimbingannya, dokter

Anda mungkin juga menyukai