Anda di halaman 1dari 358

ANALISIS

PUSKESMAS MLONGGO
PJJ PERIODE 31 MEI-13 JUNI 2021
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KELOMPOK 1
Aysha Nurin Sharfina 22010119220174
Putri Nurwadiningtyas 22010119220192
Kusumaningtyas Ayu Amarihati 22010119220150
Hafidh Bagus Aji Prasetyo 22010119220137
Agung Satria Winahyu 22010119220193
Mareta Praharian Nugrahanti 22010119220054
Fina Alvia Rahma 22010119220068
Farah Alya Ramadhania 22010119220053
Muhammad Faiq Luthfan 22010119220148
Zaifandre Muqorrobin 22010119220151
Julsyawiyah Novthalia 22010119220059
Fini Andriani 22010119220060
Ayyasi Izaz Almas 22010119220104
Farih Amanil Wafa 22010119220152
Ivana Shafira Putri 22010119220069
STRUKTUR
ORGANISASI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
▪ Puskesmas Mlonggo terletak di Desa Sinanggul,
Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara. Puskemas
Mlonggo memiliki wilayah kerja seluas ± 41,40 km 2
▪ 8 desa binaan :
- Desa Mororejo
- Desa Suwawal
- Desa Sinanggul
- Desa Sekuro
- Desa Jambu
- Desa Srobyong
- Desa Karang Gondang
- Desa Jambu Timur.
Penduduk menurut Umur dan
Jenis Kelamin per Desa
Penduduk menurut kelompok
umur
Data Kelahiran Kasar dan
Kematian Kasar
Data Institusi Pendidikan
Data Tempat Ibadah
setiap Desa
Data Pondok Pesantren
setiap Desa
Tujuan
▪ Mampu menganalisis data, mengidentifikasi masalah, menganalisis penyebab
masalah, dan menyusun rencana intervensi mengenai struktur organisasi,
sumber daya manusia, sarana dan jejaring, anggaran, SP2TP, UKM KIA, UKM
Promkes, UKM P2P, UKM Kesehatan Lingkungan, dan UKM Gizi Puskesmas
Mlonggo.
METODOLOGI
Metode metode pengumpulan kajian data.

Kajian data merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan


cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau
informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Data data sekunder.

Data sekunder adalah data yang ditulis kembali oleh orang yang
tidak langsung mengalami peristiwa berdasarkan informasi yang
diperoleh dari orang yang langsung mengalami peristiwa.

Data dasar dan data SPM (Standar Pelayanan Minimal) Puskesmas Mlonggo →
dianalisis dengan mengacu pada sumber-sumber lain (Peraturan Menteri
Kesehatan, dan Undang-Undang yang terkait) untuk mencari permasalahan yang
ada & dapat menyajikan rencana intervensi dari masalah yang didapatkan.
Struktur Organisasi

Definisi

Kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-
bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas
wewenang dan tangggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.

Handoko, T. 2003. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE Yogyakarta.
Robbins, C. S.P, Judge, 2007, Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta
Unsur-Unsur
Spesialisasi Sentralisasi dan
Standarisasi
Tugas-tugas individual dan kelompok
Desentralisasi
kerja dalam organisasi (pembagian Prosedur yang digunakan
kerja) dan pengaturan-pengaturan organisasi untuk menjamin
tugas tersebut menjadi satuan-satuan kegiatan pekerjaan yang terlaksana Sentralisasi, keputusan diambil
kerja telah seragam dan sesuai pada azas pada tingkat tinggi oleh manajer
atau peraturan yang berlaku puncak, atau bahkan oleh seorang
saja yang memiliki kedudukan
tertinggi dalam struktur organisasi.
Koordinasi Desentralisasi, gaya pengambilan
Proses dalam mengintegrasikan keputusan dibagi diantara para
seluruh aktivitas dan fungsi-fungsi bawahan pada hirarki manajemen
sub organisasi dari berbagai menengah dan bawah.
departemen

Sastrohadiwiryo, Siswanto B. 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Struktur Organisasi Puskemas
Kepala Puskesmas

• Berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara


• Memiliki pendidikan bidang kesehatan paling rendah S-1 atau D-4
• Pernah paling rendah menduduki jabatan fungsional tenaga kesehatan jenjang
ahli pertama minimal 2 tahun
• Memiliki kemampuan manajeman dibidang Kesehatan masyarakat
• Masa kerja di Puskesmas paling sedikit 2 tahun
• Telah mengikuti pelatihan manajemen puskesmas

Permenkes No 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.


Struktur Organisasi Puskemas
Penanggungjawab UKM dan Keperawatan
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kesehatan Masyarakat
Bertugas dalam membawahi :
Tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan
paling rendah Diploma 3 yang memahami • Pelayanan promosi Kesehatan
• Pelayanan kesehatan lingkungan
administrasi dan sistem informasi kesehatan.
• Pelayanan Kesehatan Keluarga yang
Kepala Sub Bagian Tata Usaha memiliki tugas bersifat UKM
• Pelayanan gizi yang bersifat UKM
dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
• Pelayanan pencegahan dan pengendalian
administrasi perkantoran Puskesmas penyakit
• Pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat

Permenkes No 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.


Struktur Organisasi Puskemas
Penanggungjawab UKP, Kefarmasian
Penanggungjawab UKM
dan Laboratorium
Pengembangan

Bertugas sebagai upaya pengembangan Bertugas membawahi beberapa kegiatan yaitu :


yang dilakukan Puskesmas, sebagai
berikut : • Pelayanan pemeriksaan umum
• Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
• Pelayanan kesehatan gigi masyarakat • Pelayanan Kesehatan keluarga bersifat UKP
• Pelayanan kesehatan tradisional • Pelayanan gawat darurat
komplementer • Pelayanan gizi yang bersifat UKP
• Pelayanan kesehatan olahraga • Pelayanan persalinan
• Pelayanan kesehatan kerja • Pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang
• Pelayanan kesehatan lainnya menyediakan pelayanan rawat inap
• Pelayanan kefarmasian
• Pelayanan laboratorium
Permenkes No 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Struktur Organisasi Puskemas
Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan

Bertugas membawahi :

• Puskesmas Pembantu
• Puskesmas Keliling
• Bidan Desa
• Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

Permenkes No 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.


KATEGORI PUSKESMAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK
WILAYAH KERJA

Permenkes No 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.


ANALISIS SITUASI
Data Dasar
Puskesmas Mlonggo

• Wilayah kerja Puskesmas Mlonggo sebagian besar termasuk kedalam adalah


wilayah agraria
• Jarak desa terjauh menuju puskesmas yaitu 5 km
• Jarak dari puskesmas menuju pusat kabupaten sejauh 9 km
• Jarak Puskesmas dengan Rumah Sakit Kabupaten sejauh 13 km
• Telah terdapat akses jalan yang baik serta transportasi yang cukup memadai
Struktur Organisasi Puskesmas Mlonggo
PEMBAHASAN
Puskesmas Mlonggo
Struktur Organisasi Puskemas Mlonggo
Struktur Organisasi Puskesmas Mlonggo telah sesuai dengan acuan struktur organisasi puskesmas
wilayah pedesaan pada permenkes RI no 43 tahun 2019 meliputi :

Kepala Puskesmas
Kepala Tata Usaha

Penanggungjawab UKM Penanggung jawab UKP,


Pengembangan kefarmasian, dan laboratorium

Penanggung jawab jaringan


Penanggung jawab UKM
pelayanan Puskesmas dan
esensial dan keperawatan
jejaring Puskesmas
Masalah

Masalah yang terdapat pada pembuatan bagan struktur organisasi Puskesmas Mlonggo berupa
tidak lengkapnya komponen bagan struktur organisasi, antara lain

● Belum terdapat judul struktur organisasi yang terletak di tengah atas atau kiri atas struktur
organisasi,
● Belum terdapat periode masa jabatan,
● Belum terdapat tahun pembuatan struktur organisasi,
● Belum terdapat nama serta tandatangan penanggungjawab struktur organisasi di kanan
bawah,
● Belum terdapat dasar hukum dari pembentukan struktur organisasi yang menjelaskan
bahwa struktur organisasi tersebut dibuat berdasarkan pedoman yang jelas dan berlaku saat
ini.
Masalah yang terdapat pada
pembuatan bagan struktur organisasi
PROSES
LINGKUNGAN Puskesmas Mlonggo berupa tidak

Tidak ada lengkapnya komponen bagan struktur


P1 Masalah
P2   organisasi, antara lain belum terdapat
Tidak ada
Masalah judul struktur organisasi belum
Pembuatan bagan
  tidak sesuai terdapat periode masa jabatan, belum
P3 Peaturan Bupati
Jepara tahun 2016 terdapat tahun pembuatan struktur
Tidak ada mengenai UPTD
Masalah   organisasi, belum terdapat nama serta
 
tandatangan penanggungjawab
Kurang struktur organisasi di kanan bawah,
pengetahuan METHOD MACHINE
serta serta belum terdapat dasar
petugas Puskesmas Tidak ada Tidak ada
Mlonggo mengenai Masalah Masalah hukum dari pembentukan struktur
penyusunan    
MAN organisasi yang menjelaskan bahwa
komponen bagan MONEY MATERIALS
struktur organisasi Tidak ada Tidak ada struktur organisasi tersebut dibuat
Masalah Masalah
Puskesmas yang berdasarkan pedoman yang jelas dan
   
baik dan lengkap.
  INPUT berlaku saat ini.
RENCANA INTERVENSI
02
Key
Numbers
You can enter a subtitle here if
you need it
02
Key
Numbers
You can enter a subtitle here if
you need it
SDM
PUSKESMAS
Tinjauan Pustaka

Sumber Daya Manusia Kesehatan


Sumber daya manusia adalah orang-orang yang ada dalam organisasi yang memberikan sumbangan
pemikiran dan melakukan berbagai jenis pekerjaan dalam mencapai tujuan organisasi diri dari
kesukaran sehingga perkataan sumber daya tidak menunjukkan suatu benda, tetapi dapat berperan
dalam suatu proses atau operasi yakni suatu fungsi operasional untuk mencapai tujuan tertentu
seperti memenuhi kepuasan.

Kata “Sumber Daya” menurut Poerwadarminta, menjelaskan bahwa dari sudut pandang etimologis
kata “sumber” diberi arti “asal” sedangkan kata “daya” berarti “kekuatan” atau “kemampuan”.
Dengan demikian sumber daya artinya “kemampuan”, atau “asal kekuatan”.
Tinjauan Pustaka

WHO
“all peoppe engaged in actions whose primary intent is to enhance health”
Semua orang yang terlibat dalam upaya pokok peningkatan Kesehatan.

Sumber daya manusia dapat berupa dokter, perawat, farmasi, dan dokter gigi,
serta staf manajemen dan pendukung yang tidak memberikan pelayanan secara
langsung tetapi terlibat dan esensial pada pelaksanaan system kesehatan
Tinjauan Pustaka

Sumber Daya Manusia Kesehatan

Perpres No 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional

Sumber daya manusia Kesehatan adalah Tenaga kesehatan (termasuk tenaga kesehatan
strategis) dan tenaga pendukung atau penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta
mengabdikan dirinya dalam upaya kesehatan dan manajemen kesehatan.
Tinjauan Pustaka
Tenaga Kesehatan

UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Kesehatan


tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, dengan tingkat
pendidikan minimal Diploma Tiga (D3). Tenaga penunjang di bidang kesehatan yang memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang D3
disebut sebagai asisten tenaga kesehatan
Tinjauan Pustaka
Permenkes RI No.43 Tahun 2019
Berdasarkan Permenkes RI No.43 Tahun 2019 pasal 17 terdapat persyaratan ketenagaan, sebagai
berikut:
1. Persyaratan ketenagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) meliputi dokter
dan/atau dokter layanan primer.
2. Selain dokter dan/atau dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Puskesmas harus memiliki: a. dokter gigi; b. Tenaga Kesehatan lainnya;dan c. tenaga
nonkesehatan.
3. Jenis Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit
terdiri atas: a. perawat; b. bidan; c. tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku; d. tenaga
sanitasi lingkungan; e. nutrisionis; f. tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian;
dan g. ahli teknologi laboratorium medik
4. Dalam kondisi tertentu, Puskesmas dapat menambah jenis tenaga kesehatan lainnya
meliputi terapis gigi dan mulut, epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, perekam
medis dan informasi kesehatan, dan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan.
Perencanaan Kebutuhan SDMK

1.Metode berdasarkan institusi:


a.Analisis beban kerja kesehatan (ABK-Kes)
b.Standar ketenagaan minimal

2.Metode berdasarkan wilayah


Metode “Ratio Penduduk” yakni Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah
Penduduk di suatu wilayah.
Tinjauan Pustaka
▪ Standar lain yang bisa digunakan yaitu ditinjau berdasarkan rasio ketersediaan.
Kementerian Kesehatan RI dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2015 menyebutkan bahwa rasio puskesmas terhadap jumlah penduduk di
suatu wilayah idealnya sebesar 1:30.000.

▪ Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan (KEPMENKO Bidang Kesra No. 54 tahun


2013), menyatakan target rasio dokter umum tahun 2019 per 100.000 penduduk sebanyak
45, yang juga tersebar di berbagai fasilitas kesehatan.
Tinjauan Pustaka
Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
(PERMENKUMHAM) Nomor 34 tahun 2016 bagian hak atas kesehatan, sebagai berikut :

1) Rasio tenaga dokter persatuan penduduk adalah merupakan perbandingan ideal antara julah ketersediaan
tenaga dokter berbanding jumlah penduduk. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan, rasio
idealnya adalah 1:2.500
2) Rasio tenaga bidan per satuan penduduk adalah merupakan perbandingan ideal antara jumlah
ketersediaan tenaga Bidan berbanding jumlah penduduk. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal
Kesehatan, rasio idealnya adalah 1:1.000
3) Rasio Perawat terhadap penduduk adalah merupakan perbandingan ideal antara jumlah ketersediaan
tenaga Perawat berbanding jumlah penduduk. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan, rasio
idealnya adalah 1:855
Tinjauan Pustaka
Puskesmas Kawasan Puskesmas Kawasan Puskesmas Kawasan Terpencil
Perkotaan Pedesaan dan Sangat Terpencil
No Jenis Tenaga Non Rawat Non Rawat
Non Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap
Inap Inap
Tenaga Kesehatan
1 Dokter dan atau dokter layanan primer 1 1 2 1 2
2 Dokter gigi 1 1 1 1 1
3 Perawat 5 5 8 5 8
4 Bidan 4 4 7 4 7
5 Tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku 2 1 1 1 1
6 Tenaga sanitasi lingkungan 1 1 1 1 1
7 Nutrisionist 1 1 2 1 2
8 Tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian 1 1 1 1 1
9 Ahli teknologi laboratorium medik 1 1 1 1 1
Tenaga non Kesehatan
10 Tenaga system informasi kesehatan 1 1 1 1 1
11 Tenaga administrasi keuangan 1 1 1 1 1
12 Tenaga ketatausahaan 1
13 Pekarya 2 1 1 1 1
Jumlah 23 20 28 20 28
Tinjauan Pustaka

Standar ketenagaan sebagaimana tabel sebelumnya:


1. merupakan kondisi minimal yang diharapkan agar Puskesmas dapat
terselenggara dengan baik
2. belum termasuk tenaga di Puskesmas pembantu dan praktik Bidan desa
3. jumlah dan jenis kebutuhan tenaga ideal di Puskesmas ditetapkan berdasarkan
hasil perhitungan analisis beban kerja
ANALISIS SITUASI
Jumlah tenaga kerja Puskesmas Mlonggo
berjumlah 78 orang terdiri dari:
▪ Pegawai Negeri Sipil (PNS) : 56
▪ Pegawai Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) : 22
PEMBAHASAN
Analisis kebutuhan tenaga kesehatan metode ABK-Kes

Data yang dimiliki saat ini:


a. Fasyankes dan jenis SDMK
b.Waktu Kerja Tersedia (menurut Permen PA-RB no. 26 tahun 2011 dan Peraturan Badan Kepegawaian Negara no.
19 tahun 2011, Jam Kerja Efektif dibulatkan menjadi 1.200 jam per tahun atau 72.000 menit per tahun)
c. Komponen beban kerja (tugas pokok, tugas penunjang, dan uraian tugas), terdapat pada Buku Manual 1:
Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Berdasarkan Metode Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK-Kes).

Namun tidak terdapat data komponen beban kerja norma waktu. Sehingga analisis kebutuhan tenaga kesehatan
metode ABK-Kes tidak dapat dilakukan.
Analisis kebutuhan tenaga Kesehatan metode standar ketenagaan minimal

Sumber daya manusia Puskesmas Mlonggo terdiri dari tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan dengan data
sebagai berikut:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 43 Tahun 2019, pasal 17

1. Persyaratan ketenagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) meliputi dokter dan/atau dokter layanan
primer.
2. Selain dokter dan/atau dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Puskesmas harus memiliki: a.
dokter gigi; b. Tenaga Kesehatan lainnya;dan c. tenaga nonkesehatan.
3. Jenis Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri atas: a.
perawat; b. bidan; c. tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku; d. tenaga sanitasi lingkungan; e. nutrisionis; f.
tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian; dan g. ahli teknologi laboratorium medik
4. Dalam kondisi tertentu, Puskesmas dapat menambah jenis tenaga kesehatan lainnya meliputi terapis gigi dan
mulut, epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, perekam medis dan informasi kesehatan, dan tenaga
kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan.
PEMBAHASAN
Puskesmas Mlonggo terdiri dari tenaga kerja dengan rincian sebagai berikut:
1.Dokter

2.Bidan Puskesmas

3.Ahli Gizi

4.Perawat

5.Perawat Gigi

6.Kepala Sub Bag. Tata Usaha

7.Apoteker

8.Asisten Apoteker
PEMBAHASAN
Untuk jumlah per jenis tenaga kerja pada Puskesmas Mlonggo juga sudah
memenuhi target dengan rincian pada tabel berikut :

Jenis Tenaga Jumlah tenaga kerja Jumlah tenaga kerja di Keterangan


berdasarkan Syarat Puskesmas Mlonggo
Ketenagaan Permenkes No.
43 Tahun 2019
Dokter 2 5 Sesuai
Dokter Gigi 1 1 Sesuai
Perawat 8 20 Sesuai
Bidan 7 18 Sesuai
Tenaga promosi 1 1 Sesuai
kesehatan dan ilmu
perilaku
Tenaga sanitasi 1 2 Sesuai
lingkungan
Nutrisionis 2 2 Sesuai
Tenaga apoteker 1 4 Sesuai
dan/atau tenaga teknis
kefarmasian
Ahli teknologi 1 3 Sesuai
laboratorium medik
Tenaga sistem informasi 1 2 Sesuai
kesehatan
Tenaga administrasi 1 1 Sesuai
keuangan
Tenaga ketatausahaan 1 3 Sesuai
Pekarya 1 1 Sesuai
PEMBAHASAN
Analisis Metode Rasio Penduduk (Wilayah)

Data yang dimiliki saat ini :


A. Target rasio SDMK
B. Laju pertumbuhan penduduk
Namun tidak terdapat data angka pegawai yang masuk dan keluar, serta ketersediaan SDMK di awal tahun.
Sehingga analisis kebutuhan tenaga kesehatan metode Wilayah tidak dapat dilakukan. Beban kerja setiap
puskesmas adalah sebanyak 30.000 penduduk. Sehingga dibandingkan dengan jumlah penduduk pada kecamatan
Mlonggo, beban kerja terlalu banyak sehingga dalam pelaksanaannya, sumber daya manusia kesehatan pada
puskesmas Mlonggo dirasa kurang.
MASALAH

1. Tidak adanya data komponen beban kerja norma waktu, angka keluar masuk pegawai,
dan ketersediaan SDMK

2. SDMK di Puskesmas Mlonggo kurang.

Cakupan dari Puskesmas Mlonggo yang penduduk wilayahnya sebanyak 89.026


penduduk membuat Puskesmas Mlonggo melebihi batas cakupannya untuk 1 puskesmas
atau overlimit yang mana berdasarkan Permenkes No 43 Th 2019 1 puskesmas
seharusnya membawahi 30.000 penduduk sehingga terjadi kekurangan SDMK
ANALISIS PENYEBAB MASALAH
a. Man
‐ Tidak dibentuknya tim perencana kebutuhan SDMK
‐ Kurangnya wawasan mengenai metode merencanakan kebutuhan SDMK
b. Money
‐ Tidak ditemukan masalah
C. Method
‐ Tidak adanya pencatatan keluar masuk pegawai
‐ Tidak adanya data pertambahan SDMK
d. Material
- Tidak ditemukan masalah
e. Machine
-Tidak ditemukan masalah
DIAGRAM FISHBONE
Tidak dibentuknya tim
MAN Tidak ditemukan masalah
perencana kebutuhan
SDMK dan kurangnya  
MONEY
wawasan mengenai
metode merencanakan Tidak adanya
kebutuhan SDMK data
komponen
beban kerja
norma waktu
 
Tidak adanya
data angka
keluar masuk
pegawai, dan
MACHINE
Machine ketersediaan
MATERIAL
SDMK
 
METHOD
Method Tidak ditemukan
Tidak adanya pencatatan keluar masuk masalah
pegawai

Tidak adanya data pertambahan SDMK


RENCANA INTERVENSI

Program
Monitoring
Masalah Strategi Pemecahan Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksana
Evaluasi
Masalah

Kurangnya 1. Advokasi Program Membentuk tim Untuk Sasaran: Monitoring Ketua


SDMK untuk pembentukan rencana kebutuhan menentukan SDM pembentukan tim
Puskesmas mengajukan rencana SDMK dan jumlah pasti Kesehatan perencana dan Puskesmas
Mlonggo kebutuhan kebutuhan Menyusun rencana SDMK yang Puskesmas pengumpulan Mlonggo
SDMK SDMK kebutuhan SDMK dibutuhkan Mlonggo data. Evaluasi
2. Pemberday di Tempat: dengan
aan SDM Puskesmas Puskesmas terbentuknya
sebagai tim Mlonggo Mlonggo rencana
perencana berdasarkan   kebutuhan
kebutuhan beban kerja. SDMK
SDMK
SARANA,
JARINGAN
DAN
JEJARING
PUSKESMAS
Tinjauan Pustaka
Puskesmas merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang disebutkan pada Permenkes RI No.75 Tahun
2014 menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Pendirian puskesmas harus Sarana 🡺 bangunan yang sebagian atau seluruhnya berada di atas tanah/ perairan,
memenuhi persyaratan ataupun di bawah tanah/ perairan dan digunakan untuk penyelenggaraan atau
✔ Lokasi
penunjang pelayanan
✔ Bangunan
✔ Prasarana
Prasarana 🡺 alat, jaringan, dan sistem yang membuat suatu Sarana dapat
✔ Peralatan Kesehatan
✔ Ketenagaan berfungsi.
✔ Kefarmasian
Keberlangsungan pelayanan kesehatan yang berkualitas juga berhubungan
✔ Laboratorium.
dengan ketersediaan sarana, prasarana serta peralatan kesehatan yang aman
digunakan.
RI, Kementerian Kesehatan. Permenkes RI No.75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : 2014
RI, Kementerian Kesehatan. Permenkes RI No.43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : 2019
RI, Kementerian Kesehatan. Permenkes RI No.31 Tahun 2018 tentang Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan. Jakarta : 2018
Puskesmas pembantu 🡺 memberikan
Tinjauan Pustaka pelayanan kesehatan secara permanen di
suatu lokasi

Untuk mencapai suatu daerah yang sehat, puskesmas memiliki jaringan Puskesmas keliling memberikan
dan jejaring yang dapat membantu meningkatkan cakupan SPM. pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak
(mobile) di wilayah kerja Puskesmas yang
� Dalam Permenkes No. 43 Tahun 2019 menyebutkan jaringan
belum terjangkau oleh pelayanan dalam
pelayanan puskesmas terdiri atas: Puskesmas pembantu, Puskesmas
gedung Puskesmas
keliling, dan praktik bidan desa.
Praktik Bidan desa bertempat tinggal
� Jejaring puskesmas terdiri atas upaya kesehatan bersumberdaya
serta mendapatkan penugasan untuk
masyarakat, usaha kesehatan sekolah, klinik, rumah sakit, apotek,
melaksanakan praktik kebidanan dari
laboratorium, tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan dan Fasilitas
Pemerintah Daerah pada satu desa/
Pelayanan Kesehatan lainya.
kelurahan

RI, Kementerian Kesehatan. Permenkes RI No.43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : 2019
Puskesmas Rawat inap minimal harus memiliki ruang - Ruangan rawat inap
sebagai berikut: - Kamar mandi/WC pasien
- Laboratorium
Ruang Kantor - Ruangan cuci linen
- Ruangan administrasi kantor - Ruangan sterilisasi
- Ruangan kepala puskesmas - Ruangan penyenyelenggaraan makanan
- Ruangan rapat - KM/WC rawat inap -- KM/WC petugas
- Ruangan jaga petugas
- Gudang umum
Ruang Pelayanan
- Ruangan pendaftaran dan rekam medik
- Ruangan tunggu Ruang Pendukung
- Ruangan pemeriksaan umum - Rumah dinas tenaga Kesehatan
- Ruangan gawat darurat - Parkir kendaraan roda 2 dan 4 serta garasi untuk
- Ruangan kesehatan anak dan imunisasi ambulans dan puskesmas keliling
- Ruangan kesehatan ibu dan KB
- Ruangan kesehatan gigi dan mulut
- Ruangan ASI
- Ruangan promosi Kesehatan
- Ruang farmasi
- Ruangan persalinan
- Ruangan rawat pasca persalinan
- Ruangan Tindakan

RI, Kementerian Kesehatan. Permenkes RI No.43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : 2019
Untuk mendukung berjalanya sarana, puskesmas harus memiliki standart
Prasarana
prasarana minimal yang dapat berfungsi yakni:

1. Sistem penghawaan (ventilasi)


2. Sistem pencahayaan
3. Sistem sanitasi
4. Sistem kelistrikasn
5. Sistem komunikasi
6. Sistem gas medik
7. Sistem proteksi petir
8. Sistem proteksi kebakaran
9. Sistem pengendelian kebisingan
10. Sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai
11. Kendaraan puskesmas keliling
12. Kendaraan ambulans

RI, Kementerian Kesehatan. Permenkes RI No.43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : 2019
Analisis Situasi
Terdapat 2 gedung pada Puskesmas
Gedung baru terdiri dari : ✔ Klinik IMS/VCT
Mlonggo, yaitu gedung lama dan gedung
✔ PONED ✔ Klinik TB DOTS
baru. ✔ Poli umum ✔ Ruangan laktasi
✔ Poli untuk lanjut usia menyusui.
Gedung lama atau gedung rawat inap terdiri
✔ Poli kesehatan ibu ✔ Fasilitas pemeriksaan
dari dari : termasuk KB penunjang Puskesmas
✔ Poli MTBS untuk anak Mlonggo diantaranya :
− Ruangan untuk rawat inap (14 tempat
✔ Poli gigi ✔ Laboratorium ( tes
tidur) ✔ Laboratorium darah rutin, urin rutin,
✔ Farmasi kimia darah, feses rutin,
− IGD
✔ Fisioterapi tes kehamilan, protein
− Tata usaha ✔ Klinik konseling terpadu ibu hamil, sputum TB
(pengaduan pelanggan, dan tes darah malaria ),
− UKM gizi, catin, psikologi, ✔ EKG
sanitasi, berhenti ✔ Rontgen
merokok)

 
Analisis Situasi
Pembahasan

Permenkes RI No.43 Tahun Puskesmas Mlonggo sudah


2019 yang menyebutkan Data Puskesmas memiliki beberapa ruang
analisis kebutuhan ruang Mlonggo minimal yang tercantum untuk
berdasarkan pelayanan Puskesmas Rawat Inap

• Untuk ruang kantor hanya dituliskan terdapat ruangan untuk tata usaha dan UKM, tetapi tidak ada data untuk
ruang administrasi, ruang kantor untuk karyawan, ruang kepala puskesmas, serta ruang rapat/diskusi
• Untuk ruang pelayanan sudah sesuai yakni mencakup poli umum, poli lanjut usia, poli kesehatan ibu (termasuk
KB), poli MTBS untuk anak, ruang laktasi menyusui, laboratorium, dan farmasi
• Untuk ruang pendukung tidak dituliskan data mengenai adanya rumah dinas tenaga kesehatan, ruang tunggu,
ruang ASI, ruang cuci linen, ruang sterilisasi, ruang dapur, ruang jaga petugas, gudang umum, serta parkir
kendaraan.
Pembahasan
• Dari data yang didapatkan tidak dituliskan adanya data mengenari jaringan dan jejaring puskesmas

• Tetapi pada struktur organisasi terdapat jabatan yang membawahi 3 puskesmas pembantu dan 8 praktik bidan
desa, serta jejaring yang terdiri dari dokter praktek swasta, klinik, apotek, optik, laboratorium, dan PMB

• Pada Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial terdapat pelayanan promosi kesehatan untuk Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) yakni kegiatan penjaringan kesehatan di SD/MI, SLTP/MTS, pembinaan UKS/UKGS di
SD/MI dan SLTP/MTS, serta pelatihan dokter kecil

• Hal ini sesuai dengan prinsip Puskesmas 🡺 mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat, Puskesmas
didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring Puskesmas

• Tetapi tidak ada data lebih lanjut mengenai peran jaringan dan jejaring puskesmas sehingga analisis lebih lanjut
tidak bisa dilakukan.
Masalah

Sesuai tinjauan pustaka, analisis situasi, serta pembahasan didapatkan masalah pada sarana,
jaringan, dan jejaring Puskesmas Mlonggo yakni:
o Belum ada data mengenai sarana, prasarana dan peralatan di Puskesmas Mlonggo
o Belum ada data mengenai beberapa ruangan di Puskesmas Mlonggo
o Belum ada data mengenai jaringan dan jejaring di Puskesmas Mlonggo
Prioritas Masalah

No Masalah U S G Total Ranking

1 Belum ada data mengenai sarana, 0 3 3 6 I


prasarana dan peralatan di Puskesmas
Mlonggo
2 Belum ada data mengenai beberapa 2 1 0 3 II
ruangan di Puskesmas Mlonggo
3 Belum ada data mengenai jaringan dan 2 0 0 2 III
jejaring di Puskesmas Mlonggo
Analisis Penyebab Masalah

Belum ada pendataan sarana dan prasarana, dan peralatan di Puskesmas Mlonggo

1. Sumber Daya Manusia (Man) :

o Kurangnya pengetahuan mengenai kegiatan pendataan sarana dan prasarana, jaringan, dan jejaring di Puskesmas Mlonggo
o Tidak adanya penanggung jawab pada bidang sarana dan prasarana
o Tidak adanya target capaian dari jaringan dan jejaring Puskesmas

2. Keuangan (Money) : Tidak ada masalah

3. Mesin (Machine) : Tidak ada masalah

4. Metode (Method) : Tidak adanya panduan serta pendataan sarana dan prasarana, jaringan dan jejaring Puskesmas

5. Bahan (Materials) : Tidak ada masalah


Analisis Penyebab Masalah
Rencana Intervensi
ANGGARAN
PUSKESMAS
Pembiayaan Kesehatan Indonesia
Undang-undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan

UU No 36 Tahun 2009 pasal 171 menerangkan bahwa sumber


pembiayaan kesehatan yaitu :
• Pemerintah mengalokasikan minimal 5% dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) di luar gaji
• Pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota mengalokasikan
minimal 10% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
di luar gaji
• Prioritas besaran anggaran kesehatan tersebut diatur untuk
kepentingan pelayanan publik sekurang-kurangnya 2/3 dari
anggaran kesehatan.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


Pembiayaan Puskesmas
Peraturam Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat

Permenkes No. 43 tahun 2009 tersebut menerangkan bahwa sumber


anggaran puskesmas terdiri dari :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan/atau
c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat

Permenkes No 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pengertian : Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah APBD
adalah rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan
peraturan daerah

Struktur APBD : Berdasarkan Permendagri Nomor 64 Tahun 2020


tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah Tahun Anggaran 2021 APBD terdiri atas :
1. Pendapatan daerah
2. Belanja daerah
3. Pembiayaan daerah

Permenkes No 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.


Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Pengelolaan
Keuangan Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang dimaksud
dengan perangkat daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan
DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah.

Perangkat Daerah atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD) merupakan


organisasi atau lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung
jawab kepada kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan di daerah.

Unit Pelaksana Teknis Dinas atau UPTD merupakan garda terdepan


dalam melayani masyarakat yang dalam hal kesehatan adalah
Puskesmas.

 
Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Pengelolaan
Keuangan Daerah

 
Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Pengelolaan
Keuangan Daerah

Kewenangan pengelolaan keuangan daerah dilakukan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD), yaitu kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah (SKPKD) yang bertugas pengelola
APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah
 
Sedangkan OPD adalah pengguna uang dan barang daerah
Pola Tata Kelola Antara OPD, SKPKD, dan UPTD

 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pengertian : menurut Undang – Undang no. 9 tahun 2020 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2021
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Struktur APBN : Undang – Undang no. 9 tahun 2020 tentang Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2021
menerangkan bahwa APBN terdiri atas :
1. Pendapatan Negara
2. Belanja Negara
3. Pembiayaan Anggaran
Alokasi Anggaran Kesehatan dari APBN

Berdasarkan Undang – Undang No. 20 Tahun 2019 Dana Kesehatan


berasal dari APBN dikeluarkan melalui DAK non fisik dan DAK fisik
yang diatur dalam Permenkes No. 86 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan
dan Permenkes No. 85 Tahun 2019 tentang Petunjuk Operasional
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Kesehatan
Dana Alokasi Khusus Fisik dan Dana Alokasi
Khusus Nonfisik
DAK Nonfisik : dana yang dialokasikan ke daerah untuk membiayai
operasional kegiatan program prioritas nasional di bidang kesehatan
yang menjadi urusan daerah guna meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan di daerah.
DAK Nonfisik terdiri atas : Bantuan Operasional Kesehatan, Jaminan
Persalinan, Akreditasi Puskesmas, Pengawasan obat dan makanan

DAK fisik : dana yang dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan


belanja negara kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan urusan
kesehatan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional
DAK fisik terdiri atas : DAK fisik reguler bidang kesehatan, DAK fisik
penugasan bidang kesehatan, DAK fisik afirmasi bidang kesehatan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
BOK merupakan bagian dari DAK
Nonfisik yang merupakan bantuan
pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk
mendukung operasional Puskesmas
terutama dalam bidang UKM sesuai
dengan Permenkes No 86 tahun
2019.
Badan Layanan Umum Daerah

Berdasarkan Permendagri No. 79 Tahun 2018 Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
adalah sistem yang diterapkan oleh unit pelaksana teknis dinas/badan daerah
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas
dalam pola pengelola keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan daerah pada umumnya dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan, dan manfaat sejalan dengan praktik bisnis yang sehat, untuk
membantu pencapaian tujuan pemerintah daerah yang pengelolaannya
dilakukan berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh kepala daerah.
Jaminan Kesehatan Nasional
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016
Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa
Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah
Salah satu sumber dana bagi UPTD Puskesmas adalah dana kapitasi dan non kapitasi
berupa dana jaminan kesehatan nasional dari Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS).
Yang dimaksud dengan dana kapitasi adalah besaran pembayaran perbulan yang
dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
Sedangkan dana non kapitasi besarnya berdasarkan klaim dari Puskesmas
Dana kapitasi yang diterima oleh FKTP dari badan penyelenggara jaminan sosial
kesehatan dimanfaatkan seluruhnya untuk:
a. Pembayaran jasa pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya 60%
b. Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan sebesar 40%
Sumber Dana Puskesmas
Tata Kelola Keuangan Puskesmas

Bendahara penerimaan UPTD adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk


menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan serta mempertanggung
jawabkan seluruh uang pendapatan UPTD

Bendahara pengeluaran UPTD adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk


menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan serta mempertanggung
jawabkan uang keperluan belanja UPTD.
Hubungan Pengelola Keuangan Puskesmas dengan SKPKD
Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Puskesmas
Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) terdiri atas :
• RKA Pendapatan : seluruh penerimaan dari sumber dana Puskesmas
• RKA Belanja : seluruh belanja unit kerja

Penyusunan RKA diawali penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)


Penyusunan RKA Puskesmas
1. Puskesmas menerima surat edaran kepala dinas tentang pedoman penyusunan
RKA-OPD UPTD Puskesmas. Berdasarkan SE tersebut, Puskesmas mulai
menyusun RKA masing-masing.
2. Menyusun rincian anggaran pendapatan Puskesmas.
3. Menyusun rincian belanja langsung Puskesmas
4. Menyusun rekapitulasi belanja langsung berdasarkan program dan kegiatan
Puskesmas.
5. Menyusun rekapitulasi belanja langsung berdasarkan sumber dana Puskesmas.
6. Menyusun anggaran dan pendapatan belanja Puskesmas.
Penyusunan RKA Puskesmas
Menyusun rincian anggaran pendapatan Puskesmas.
Menyusun rincian belanja langsung
Puskesmas
Menyusun rekapitulasi belanja langsung
berdasarkan program dan kegiatan
Puskesmas.
Menyusun rekapitulasi belanja
langsung berdasarkan sumber
dana Puskesmas.
Menyusun anggaran dan
pendapatan belanja
Puskesmas.
Rencana Pelaksanaan
Kegiatan
ANALISIS SITUASI
Data Dasar
Puskesmas Mlonggo

Sumber anggaran Puskesmas Mlonggo berasal dari:


a. Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD)
• Dana Teknis (Untuk biaya seperti gaji, tambahan gaji, dan teknis kantor)

b. Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN)


• Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan Non Fisik BOK) Untuk biaya kegiatan
UKM seperti ibu hamil, balita.

c. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)


• Untuk biaya jasa pelayanan dan biaya operasional
Tabel Rincian Sumber Dana Puskesmas Mlonggo
Tahun 2020
Alokasi Dana BOK Puskesmas Mlonggo
PEMBAHASAN
Pembahasan
1. Sumber Anggaran Puskesmas Mlonggo berdasarkan Permenkes No. 43
Tahun 2019.
Berdasarkan Permenkes No 43 Tahun 2019, Sumber anggaran Puskesmas
Mlonggo sudah sesuai karena berasal dari APBN, APBD, dan BLUD. Hal tersebut
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 bahwa
sumber anggaran Puskesmas berasal dari APBN, APBD, serta sumber lain yang
sah dan tidak mengikat dalam hal ini di Puskesmas Mlonggo berasal dari BLUD.

2. Pengelolaan Dana dari APBD di Puskesmas Mlonggo berdasarkan


Permendagri Nomor 64 tahun 2020
Berdasarkan Permendagri Nomor 64 tahun 2020 tentang pedoman penyususnan
anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran 2021, menjelaskan
bahwa dana APBD yang dianggarkan unutk bidang kesehatan dialokasikan salah
satunya untuk belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan gaji ASN. Namun
belum ada rincian mengenai berapa jumlah alokasi APBD untuk tiap pengeluaran
Pembahasan
3. Dana yang berasal dari APBN dalam bentuk DAK Fisik dan DAK Nonfisik
(BOK-DAK) berdasarkan Permenkes No 85 dan No 86 tahun 2019
Bantuan Operasional Khusus (BOK-DAK Nonfisik) pada Puskesmas mlonggo sudah
sesuai aturan Permenkes Nomor 86 tahun 2019 namun belum ada rincian
penggunaan dana BOK tersebut dikeluarkan untuk apa saja dan berapa
besarannya.
Sedangkan DAK Fisik belum dicantumkan dalam data dasar anggaran puskesmas
mlonggo
4. Sumber dana yang berasal dari BLUD Puskesmas Mlonggo tahun 2020
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah.
Belum ada rincian penggunaan dana BLUD termasuk alokasi dana kapitasi dan
besarannya.
Pembahasan
5. Rencana Kegiatan dan Anggaran Puskesmas berdasarkan regulasi
Pengelolaan Keuangan Puskesmas
Rencana Kegiatan dan Anggaran sebagaimana yang sudah diatur dalam
Berdasarkan Permenkes RI no 44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas dalam perencanaan Anggaran seharusnya tercantumkan Rencana
Kegiatan dan Anggaran Puskesmas yang memuat rancangan anggaran
pendapatan, rencana belanja, hingga rencana kegiatan. Pada data dasar
anggaran puskesmas mlonggo belum tercantum perencanaan tersebut.
Masalah

Masalah yang terdapat pada Anggaran Puskesmas Mlonggo adalah :


● Tidak ada rincian lengkap mengenai pengeluaran biaya dari APBN (DAK Fisik dan BOK-
DAK Nonfisik), APBD, BLUD, dan Dana Kapitasi
● Tidak ada penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Puskesmas
Analisis Penyebab Masalah :
Fish Bone Analysis
Money Man

Tidak ada Sumber Daya Manusia yang belum


mengetahui regulasi pengalokasian
masalah dana anggaran untuk Puskesmas dan
belum terampil menyusun anggaran Tidak ada rincian lengkap mengenai
puskesmas pengeluaran biaya dari APBN (DAK
Fisik dan BOK-DAK Nonfisik), APBD,
BLUD, dan Dana Kapitasi

Alokasi dana anggaran Tidak ada penyusunan Rencana


Tidak ada untuk puskesmas belum Kegiatan dan Anggaran Puskesmas
masalah memenuhi standar  

rencana penyusunan
Tidak ada anggaran
masalah 

Machine Material Method


RENCANA INTERVENSI
Masalah Strategi Program Kegiatan Tujuan Lokasi Monitoring dan Pelaksana
Pemecahan Sasaran Evaluasi
Masalah
Tidak ada Pemberdayaa Pengadaan Memberikan Meningkatkan Lokasi: Tercantumnya Kepala
rincian n petugas workshop pengetahuan dan pemahaman dan data rincian Puskesma
Puskesma
lengkap puskesmas di dan program pemahaman keterampilan penggunaan s Mlonggo
s Mlonggo
mengenai bidang pelatihan mengenai SDM Puskesmas dana APBN,
pengeluaran keuangan untuk penyusunan rincian Mlonggo dalam   APBD, Dana
biaya dari petugas dana yang bidang Kapitasi, dan
Sasaran
APBN (DAK keuangan digunakan pengelolaan BLUD
primer:
Fisik dan Puskesmas dana anggaran Puskesmas
BOK-DAK Mlonggo Puskesmas. Petugas Mlonggo
Nonfisik), Keuangan
APBD, BLUD, Puskesma
dan Dana s Mlonggo
Kapitasi
Tidak ada Pemberday Pengadaan Memberikan Tercantumny Lokasi: Tercantumnya Kepala
penyusuna aan petugas workshop pengetahuan dan a rencana data Rencana Puskesm
Puskesma
n Rencana puskesmas dan pemahaman kegiatan Kegiatan dan as
s Mlonggo
Kegiatan di bidang program mengenai anggaran Anggaran Mlonggo
dan keuangan pelatihan penyusunan puskesmas   Puskesmas
 
Anggaran untuk rencana kegiatan Sasaran (RKAP)
Puskesmas petugas dan anggaran Petugas  
keuangan Keuangan
Puskesmas Puskesma
Mlonggo s Mlonggo
SP2TP
(Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu
Puskesmas)
TINJAUAN PUSTAKA

SP2TP
� kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara
menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas
� meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana, dan kegiatan pokok yang
dilakukan serta hasil yang dicapai oleh puskesmas
� Tujuan : memenuhi kebutuhan data dan informasi yang akurat, tepat
waktu, dan mutakhir secara periodik dan teratur baik bagi
puskesmas maupun untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi
untuk mendukung manajemen kesehatan

Yusran. 2008. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. Jakarta. Penerbit Andi.
Rajab, W. 2009. Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan Edisi pertama. Jakarta : EGC
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanfaatan Data

Dinkes Dati II Departemen


Puskesmas Dinkes Dati I
Puskesmas
perencanaan (P1); penyusunan strategi
penggerakan dan penyusunan
dan kebijakan penyusunan strategi
pelaksanaan (P2); strategi operasional
pengendalian atau dan kebijakan
pengawasan, dalam pencapaian
pengawasan mutu nasional
pengendalian, dan tujuan
dan cakupan
penilaian (P3)

Effendy, N. 1998. Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi kedua. Jakarta : EGC. Hal 185-187.
Departemen Kesehatan RI. 1997. Petunjuk Pengolahan dan Pemanfaatan Data SP2TP. Jakarta. Hal. 1-3
TINJAUAN PUSTAKA
tentang Sistem Informasi
Permenkes RI No. 31 tahun 2019 Kesehatan

Pencatatan
● Data dasar : identitas, wilayah kerja, sumber daya, dan sasaran
program puskesmas
● Data program : Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial, UKM
pengembangan, Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), dan
program lainnya

● Instrumen 🡪 Kartu (kartu status, kartu puskesmas), Formulir, Register

Peraturan Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta.
TINJAUAN PUSTAKA
tentang Sistem Informasi
Permenkes RI No. 31 tahun 2019 Kesehatan

Pelaporan
● Laporan data dasar : rutin setiap tahun
● Laporan data program
- Rutin :
Laporan mingguan 🡪 laporan penyakit potensi wabah
Laporan bulanan 🡪 data kesakitan (LB1), data pemakaian dan permintaan obat
(LB2), data gizi, KIA, imunisasi, pengamatan penyakit menular
(LB3), data kegiatan puskesmas (LB4)
Laporan tahunan 🡪 data dasar (LT-1), data kepegawaian (LT-2), dan peralatan (LT-3)
- Tidak rutin : laporan KLB, laporan khusus

Peraturan Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta.
ANALISIS SITUASI
Kegiatan Pencatatan
Data dalam Gedung Data luar Gedung
ANALISIS SITUASI
Kegiatan Pencatatan
Data dalam Gedung Data luar Gedung

✔ Puskesmas pembantu
✔ Puskesmas keliling
✔ Bidan di desa
✔ Posyandu
ANALISIS SITUASI

Kegiatan dalam puskesmas:


Penggunaan “SMART Card” di
poli rawat jalan
Koordinator Dinkes
SP2TP Kabupaten
Puskesmas Jepara
Kegiatan luar puskesmas:
Puskesmas pembantu (dibantu
penanggung jawab masing-
masing)
PEMBAHASAN

Pasal 62 ayat (4) bahwa sistem Informasi


Puskesmas paling sedikit mencakup:
Peraturan Menteri Kesehatan a) pencatatan dan pelaporan kegiatan
No. 43 tahun 2019 Puskesmas dan jaringannya;
“sistem informasi dapat b) pencatatan dan pelaporan keuangan
diselenggarakan secara Puskesmas dan jaringannya;
elektronik dan/atau non- c) survei lapangan;
elektronik” d) laporan lintas sektor terkait; dan
e) laporan jejaring Puskesmas di wilayah
kerjanya.
PEMBAHASAN
Input

SDM Sarana Prasarana


Kebijakan
Pedoman Permenkes RI Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah
Nomor 43 tahun 2019 Nomor 46 Tahun 2014 Nomor 46 tahun 2014
pasal 51 ✔ Komputer
✔ Memiliki kompetensi ✔ formulir laporan
x belum ada kebijakan
khusus oleh Dinkes bidang statistik dan ✔ jaringan internet
Kabupaten terkait SP2TP komputer
PEMBAHASAN
Proses
Perencanaan
Pencatatan dan
Pelaksanaan Sistem
Pelaporan
Pelaporan SP2TP
Pencatatan
Terdiri dari 5 tahap menggunakan sistem Pengawasan dan
“SMART” dan Pengendalian
dilaporkan kepada
✔ Pengawasan internal
Dinkes Kabupaten
Pengorganisasian Jepara secara online
sebelum tanggal 10 Pengawasan eksternal
Sesuai Keputusan setiap bulannya oleh Dinkes Kabupaten
Menteri Kesehatan Jepara berupa umpan
Nomor 44 tahun balik terhadap
2016 tentang pelaksanaan SP2TP
pembagian jabatan Puskesmas belum
dilakukan
PEMBAHASAN
Output

• Petugas khusus yang melakukan analisis dan penginputan data


• Koordinasi antar petugas pelaksana kegiatan di dalam maupun luar gedung puskesmas
dengan koordinator SP2TP serta penanggung jawab puskesmas
• Sarana dan prasarana yang memadai
• Pengiriman laporan secara online

✔ Ketepatan waktu penyampaian laporan


X Kelengkapan laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara
MASALAH

Kurang lengkapnya pelaksanaan pelaporan rutin berupa tidak adanya


laporan tahunan dari Puskesmas Mlonggo ke Dinkes Kabupaten Jepara
ANALISIS PENYEBAB MASALAH
Diagram Fishbone

Kurang
lengkapnya
pelaksanaan
pelaporan rutin
berupa tidak adanya
laporan tahunan dari
Puskesmas Mlonggo
ke Dinkes
Kabupaten
Jepara
RENCANA INTERVENSI

Program Lokasi Monitoring


Masalah Strategi Pemecahan Kegiatan Tujuan Pelaksana
Masalah Sasaran dan Evaluasi

Kurang Advokasi Mengadakan Melakukan Menghasilkan Lokasi : Melakukan Petugas SP2TP


lengkapnya pendidikan, sosialisasi serta laporan SP2TP Puskesmas evaluasi Puskesmas
pelaksanaan pelatihan , simulasi kepada yang berkualitas Mlonggo perbaikan Mlonggo dan
laporan dan evaluasi petugas puskesmas dan lengkap   laporan SP2TP Dinas
rutin rutin tentang sehingga dapat Sasaran : melalui Kesehatan
berupa mengenai pelaksanaan SP2TP menjadi bahan Pelaksana, umpan balik yang
tidak ada kegiatan evaluasi pada koordinator terhadap bertanggung
pelaksanaan pelaksanaan Membuat buku laporan periode SP2TP laporan SP2TP jawab atas
pelaporan SP2TP pedoman sebagai berikutnya oleh Dinas laporan SP2TP
rutin acuan referensi Kesehatan
berupa juknis dalam  
laporan pelaksanaan SP2TP
tahunan ke
Dinkes
Kabupaten
Jepara
UKM
KIA-KB
Tinjauan Pustaka

UKM esensial puskesmas :


1.Promosi Kesehatan
2.Kesehatan lingkungan
3.KIA-KB
4.Pelayanan Gizi
5.P2P

Ahmad M, Laenggeng A, Andri M. Evaluasi Kesehatan Dasar Basic Six Program Pokok Puskesmas Tombiano
Kecamatan Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-Una. Palu: Universitas Muhammadiyah Palu.
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

PERMENKES RI Nomor 97 Tahun 2014 pasal 2:

● Menjamin kesehatan ibu 🡪 generasi yang sehat dan berkualitas.


● Mengurangi angka kesakitan dan AKI dan AKB
● Tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi
● Pertahankan dan tingkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir 🡪mutu, aman, dan manfaat
🡪perkembangan IPTEK
Pelayanan Antenatal Deteksi dini Faktor risiko dan Kompilasi
Kebidanan
Pertolongan persalinan oleh tenaga Penanganan Komplikasi Kebidanan
kesehatan
Pelayanan Neonatus dengan
Pelayanan Kesehatan Nifas komplikasi
Pelayanan Kesehatan Neonatus Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Pelayanan KB Berkualitas
2. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014.

3. Ahmad M, Laenggeng A, Andri M. Evaluasi Kesehatan Dasar Basic Six Program Pokok Puskesmas Tombiano Kecamatan Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-Una. Palu: Universitas Muhammadiyah Palu.
Pelayanan ANC (K-4)
•ANC minimal 1x trimester pertama, 1x trimester kedua, 2x trimester ketiga, meliputi :
a. Penimbangan BB dan TB
b. Pengukuran TD
c. Penilaian status gizi (LiLA)
d. Pengukuran TFU
e. Penentuan presentasi janin dan DJJ
f. Skrining dan imunisasi tetanus
g. Pemberian tablet tambah darah
h. Pemeriksaan Laboratorium
i. Penganan kasus sesuai indikasi
j. Konseling

6. WHO. 2016. WHO Recommendations on Antenatal Care for a Positive Pregnancy Experience.UK.
7. Ritonga, Amelia Fitriana. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Medan: Repository Univeritas Sumatera Utara.
Kunjungan pertama (K1) 1. Identitas/biodata
Kunjungan kedua (K2) 2. Riwayat kehamilan,
Kunjungan ketiga (K3) 3. RiwayatKebidanan
4. Riwayat kesehatan,
5. Riwayat sosial ekonomi,
6. Pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan
7. Penyuluhan dankonsultasi

Kunjungan keempat (K4) 1. Anamnese (keluhan/masalah)


2. Pemeriksaan kehamilan
danpelayanan kesehatan,
3. Pemeriksaan psikologis
4. Pemeriksaanlaboratorium bila ada
indikasi/diperlukan
5. Diagnosa akhir (kehamilannormal,
terdapat penyulit, terjadi
komplikasi, atau tergolong
kehamilan risikotinggi
6. Sikap dan rencana tindakan
(persiapan persalinan dan rujukan)
5. Muchtar A., Rumiatun D., Mulyati E., Nurrichmi E,Saputro H., et al. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakata: Pusat Pendidikan dan Pelatihan tenaga Kesehatan, 2014.
8. WHO, 2016, Standards For Improving Quality Of Maternal And Newborn Care In Health Facilities, Switzerland.
Pertolongan Bersalin Oleh Tenaga Kesehatan
•Salah satu upaya untuk menurunkan angka AKI dan AKB

•Dokter Sp.OG, dokter umum, dan bidan

•Indikator keberhasilan :
• Pencegahan infeksi
• Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
• Manajemen aktif kala III
• Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
• Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
• Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

11. Bernis LD, Sherrat DR, AbouZahr C, and Lerberghe WV. Skilled Attendants for Pregnancy, Childbirth and Postnatal Care, British Medical Buletin. 2003;67:39-57.
12. Biro Pusat Statistik. BKKBN. Depkes. ORC Macro. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, BPS, Jakarta.2002.
Pelayanan Nifas
Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat Buku
KIA). Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu :

1. KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca


persalinan;
2. KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca
persalinan;
3. KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan)
hari pasca persalinan;
4. KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42 (empat
puluh dua) hari pasca persalinan.

5. Muchtar A., Rumiatun D., Mulyati E., Nurrichmi E,Saputro H., et al. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakata: Pusat Pendidikan dan Pelatihan tenaga Kesehatan, 2014.
8. WHO, 2016, Standards For Improving Quality Of Maternal And Newborn Care In Health Facilities, Switzerland.
Pelayanan Nifas
Pemeriksaan meliputi :

a.TTV

b.TFU

c.Lokhia dan PPV

d.Payudara dan ASI

e.KIE ibu nifas dan bayi baru lahir

f.KB

5. Muchtar A., Rumiatun D., Mulyati E., Nurrichmi E,Saputro H., et al. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakata: Pusat Pendidikan dan Pelatihan tenaga Kesehatan, 2014.
8. WHO, 2016, Standards For Improving Quality Of Maternal And Newborn Care In Health Facilities, Switzerland.
Komplikasi Kebidanan yang ditangani
Ibu hamil, ibu bersalin dan nifas dengan komplikasi mendapat
penanganan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan
(Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah bersalin, RSIA/RSB,
RSU, RSU PONEK).

Kehamilan : abortus, hyperemesis gravidarum,preeklampsia, KPD

Persalinan : kelainan letak, distosia,preeklampsia, premature, kehamilan


ganda

Nifas :infeksi, perdarahan, hipertensi dalam kehamilan


13. Kemenkes. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
TT 2 Ibu Hamil
Infeksi tetanus merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi, yang
mana seringnya diperoleh akibat dari proses persalinan yang tidak aman/steril atau
berasal dari lika yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan.
Sasaran : kelompok usia 15-39 tahun yang terdiri dari WUS hamil dan tidak hamil
Deteksi dini Bumil Risti Oleh Tenaga Kesehatan dan Masyarakat

•Penyebab tingginya AKI dan AKB

•Dapat memakai Kartu Skor Poedji Rachjati (KSPR)


= kartu skor untuk digunakan sebagai alat skrining
Rujukan Risti Maternal

• Manual rujukan
• Rujukan untuk ibu hamil melibatkan banyak pihak yang bertanggung
jawab; dinas kesehatan, puskesmas, rumah sakit, masyarakat dan
pemerintah daerah
P4K
•Peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapanmenghadapi komplikasi bagi ibu hamil
Tujuan khusus adanya program P4K yaitu13:
1. Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di setiap rumah ibu hamil (lokasi
tempat tinggal, identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan,
pendamping persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi yang
akan digunakan dan pembiayaan)
2. Adanya perencanaan persalinan
3. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi
selama, hamil, bersalin maupun nifas.
4. Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat dalam perencanaan dan pencegahan
komplikasi, KB pasca salin dengan perannya masing-masing.
P4K

•Peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapanmenghadapi komplikasi bagi ibu hamil
•Komponen :
a.Pencatatan ibu hamil
b.Dasolin/ tabulin
c.Transport/ ambulan desa
d.Suami/ keluarga menemani ibu pada saat bersalin
e.IMD
f.Kunjungan nifas
g.Kunjungan rumah
Kematian Maternal

Salah satu hal yang ditakuti dari kehamilan risiko tinggi adalah terjadinya
kematian ibu. Terdapat 3 faktor yang berpengaruh terhadap proses terjadinya
kematian maternal.

• Determinan Dekat

• Determinan Antara

• Determinan Jauh
Kematian Maternal

1) Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak


(PWS-KIA)
2) Making Pregnancy Safer (MPS)
Ibu Hamil dengan Anemia

• Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di

bawah 11gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester
2. diberikan intervensi gizi:
a) Konseling tentang pola makan dengan gizi seimbang, pemberian contoh
bahan makanan yang tinggi zat besi dan PHBS.
b) Pemberian 2 tablet tambah darah setiap hari sampai kadar Hb mencapai
normal. Jika ibu hamil terdeteksi anemia pada trimester I maka
pemeriksaan Hb dilakukan setiap bulan. Jika ibu hamil terdeteksi anemia
pada trimester ke II pemeriksaan Hb dilakukan setiap 2 minggu sekali.
c) Bila kadar Hb < 10 gr/dl harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lebih tinggi.
Ibu Hamil dengan KEK

• KEK ( kekurangan energi kronis) adalah suatu keadaan dimana


status gizi ibu hamil buruk yang disebabkan kurangnya konsumsi
pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro dengan
hasil pemeriksaan antropometri, LiLA < 23,5 cm dan harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan termasuk
tenaga gizi.
• Tatalaksana gizi.
Kunjungan Neonatal Lengkap (KN3)

Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)

KN 1 ; 6-48 jam PP

KN 2 ; 3-7 hari PP

KN 3 : 8-28 hari PP (selama masa pandemic)

Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif
dan tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
Pelayanan Anak Balita

Anak balita adalah anak berumur 12 - 59 bulan. Setiap anak


umur 12 - 59 bulan :

•Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan, minimal


8 x dalam setahun

•Kohort Anak Balita dan Pra Sekolah, BukuKIA/KMS


Kunjungan Bayi

•Kunjungan Bayi 1x pada umur 29 hari – 2 bulan, 1x pada umur 3 – 5 bulan, 1xumur 6 – 8
bulan, dan 1xumur 9 – 11 bulan, meliputi :

a. Imunisasi dasar

b. SDIDTK

c. Vitamin A

d. Konseling ASI dan MPASI

e. Tanda sakit dan perawatan bayi dirumah (buku KIA)


Neonatus dengan komplikasi

•Asfiksia

•Ikterus

•Hipoteria

•Tetanus neonatorum

•Infeksi/sepsis

•BBLR

Dilakukannya KN rutin, MTBS, Konseling, hingga penanganan dan rujukan


kasus bila diperlukan
Penanganan kasus KTPA yang ditemukan

“RADAR”

•Recognize

•Ask & Listen

•Discuss options

•Assess danger

•Refer to other groups that could provide assistance


Kematian Bayi
• •BBLR adalah Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.

• Faktor resiko dapat berupa faktor maternal, faktor janin, ataupun faktor
lingkungan

• WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu

1) BBLR (1500–2499 gram),

2) BBLSR (1000- 1499 gram),

3) BBLER (< 1000 gram).

• BBLR menyebabkan 60–80% dari Angka Kematian Bayi (AKB) yang terjadi
WHO. 2014. Low Bitrh Weight. [online]
http://www.worldlifeexpentancy.com/cause -of-death/low-birth-
weight/by-country/.
Pelayanan KB
Remaja/
muda

setelah
Usia 40-an
melahirkan

Sasaran

Dengan Setelah
HIV/AIDS keguguran
Pelayanan KB
Pemilihan Kontrasepsi secara Rasional
1. Fase menunda kehamilan/kesuburan.
2. Masa mengatur kehamilan/kesuburan
3. Masa mengahiri kesuburan ( tidak hamil lagi )

Macam-macam KB
4. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).
5. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
6. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi).
Analisis Data
1. Kunjungan ibu hamil K-4

a. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan dan
capaian kinerja sebesar 95,58%, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga belum mencapai
persentase target.
Analisis Data
2. Pertolongan Bersalin Oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan dan capaian
kinerja sebesar 95,11%, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga belum mencapai persentase
target.
Analisis Data
3. Pelayanan Nifas KF-1

a. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan dan
capaian kinerja sebesar 95,04%, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga belum mencapai
persentase target.
Analisis Data
3. Pelayanan Nifas KF-1

a. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan dan
capaian kinerja sebesar 95,04%, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga belum mencapai
persentase target.
Analisis Data
4. Komplikasi Kebidanan ditangani

a. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan dan
cakupan kinerja sebesar 107,97%, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga sudah mencapai
persentase target.
Analisis Data
5. Cakupan TT-2 Ibu Hamil

a. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan dan
capaian kinerja sebesar 98,6%, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga belum mencapai
persentase target.
Analisis Data
6. Cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh tenaga kesehatan

a. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan dan
capaian kinerja sebesar 113,25%, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga sudah mencapai
persentase target.
Analisis Data
7. Cakupan Deteksi Dini Risiko Tinggi Oleh Masyarakat

Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan dan
capaian kinerja sebesar 144%, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga sudah mencapai
persentase target.
Analisis Data
8. Cakupan Rujukan Kasus Resiko Tinggi Maternal

Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan dan capaian
kinerja sebesar 21,59%, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga belum mencapai persentase
target.
Analisis Data
9. Cakupan P4K

Dari data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan dan capaian kinerja
sebesar 99,63%, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga belum mencapai persentase target.
Analisis Data
10. Kematian Maternal

a. Hasil kegiatan berjalan didapatkan 2 kasus kematian maternal pada 2019, belum mencapai target yaitu 0 kematian maternal.
b. Sasaran 1 tahun Kematian Maternal per tahun 2019 sebanyak 0 kasus sehingga presentase cakupan dan pencapaian kinerja
tidak ada.
Analisis Data
11. Ibu Hamil dengan Anemia

Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan cakupan % bulan berjalan d sebesar 14,50 %, sudah mencapai target (%),
yaitu < 25%
Analisis Data
12. Ibu Hamil dengan KEK

Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan Cakupan % bulan berjalan sebesar 7,28 %, sudah
mencapai target (%), yaitu < 25%.
Analisis Data
13. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3)

Dari data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan sebesar 100%, sedangkan targetnya sebesar
100%, sehingga sudah mencapai persentase target. Persentase capaian kinerja dihitung dengan perbandingan antara cakupan
bulan berjalan dengan target. Pencapaian % SPM (Standar Pelayanan Minimal) bulan berjalan adalah 100 %, sedangkan targetnya
sebesar 100%, sehingga sudah mencapai persentase target.
Analisis Data
14. Cakupan Pelayanan Anak Balita

Dari data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan sebesar 100,37%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga sudah mencapai persentase target. Persentase capaian kinerja dihitung
dengan perbandingan antara cakupan bulan berjalan dengan target. Pencapaian % SPM (Standar Pelayanan
Minimal) bulan berjalan adalah 100,37 %, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga sudah mencapai
persentase target.
Analisis Data
15. Cakupan Kunjungan Bayi

Dari data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan sebesar 100%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga sudah mencapai persentase target. Persentase capaian kinerja dihitung
dengan perbandingan antara cakupan bulan berjalan dengan target. Pencapaian % SPM (Standar Pelayanan
Minimal) bulan berjalan adalah 100 %, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga sudah mencapai
persentase target.
Analisis Data
16. Cakupan Neonatus dan Komplikasi yang ditangani

Dari data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan sebesar 100,39%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga sudah mencapai persentase target. Persentase capaian kinerja dihitung
dengan perbandingan antara cakupan bulan berjalan dengan target. Pencapaian % SPM (Standar Pelayanan
Minimal) bulan berjalan adalah 100,39 %, sedangkan targetnya sebesar 100%, sehingga sudah mencapai
persentase target.
Analisis Data
17. Presentase Penaganan kasus KTPA yang ditemukan

a. Sasaran 1 tahun Presentase Penangaan Kasus KTPA per tahun 2019 sebanyak 0 kasus sehingga presentase cakupan dan
pencapaian kinerja tidak ada.
Analisis Data
18. Kematian Bayi

Sasaran 1 tahun Kematian Bayi per tahun 2019 sebanyak 0 kasus sehingga presentase cakupan dan pencapaian
kinerja tidak ada.
Analisis Data
19. BBLR

Sasaran 1 tahun Kasus BBLR per tahun 2019 sebanyak 0 kasus sehingga presentase cakupan dan pencapaian
kinerja tidak ada.
Analisis Data
20. Pelayanan Peserta KB Aktif

Dari data SPM Puskesmas Mlongo, didapatkan persentase cakupan bulan berjalan sebesar 94,25%, sedangkan
targetnya sebesar 85%, sehingga sudah mencapai persentase target. Persentase capaian kinerja dihitung
dengan perbandingan antara cakupan bulan berjalan dengan target. Pencapaian % SPM (Standar Pelayanan
Minimal) bulan berjalan adalah 85 %, sedangkan targetnya sebesar 110,88%, sehingga sudah mencapai
persentase target
Pembahasan
• 12 dari 20 indikator UKM KIA-KB Puskesmas Mlonggo sudah melebihi target yang
ditetapkan

• Kunjungan Ibu Hamil K-4 adalah 95.58 %

• Pertolongan Bersalin oleh Tenaga Kesehatan 95,11 %

• Pelayanan Nifas KF-1 95,04%

• Cakupan TT-2 Ibu Hamil 98,6%

• Cakupan Rujukan Risti Maternal 21,59%

• Cakupan P4K 99,63%

• Kematian maternal = 2 kasus

• BBLR sejumlah 48 bayi


Daftar Masalah
Prioritas Pemecahan Masalah

U S G
No Daftar Masalah Total Ranking
(Urgency) (Seriousness) (Growth)

1. Kunjungan Ibu Hamil K-4 5 4 4 13 3

Pertolongan Bersalin oleh Tenaga


2. 4 4 3 11 5
Kesehatan

3. Pelayanan Nifas KF-1 3 3 3 9 8

4. Cakupan TT-2 Ibu Hamil 3 3 2 8 9

5. Cakupan Rujukan Risti Maternal 4 4 4 12 4

6. Cakupan P4K 3 3 4 10 6

7. Kematian Maternal 5 5 5 15 1

8. BBLR 4 5 4 14 2
Intervensi
Masalah Kematian maternal sejumlah 2 ibu, belum mencapai
target yaitu 0 kematian maternal.

Program Pemecahan
Strategi : advokasi Masalah
Program 5NG (JateNG GayeNG
NginceNG woNG meteNG) yang
dimiliki oleh Dinkes Jawa Tengah

Tujuan Lokasi : Desa X Kecamatan Mlonggo

Menurunkan angka kematian Sasaran :


maternal di Jawa Tengah Primer=Kepala Desa, perangkat desa

Sekunder=Kepala Puskemas

Tersier=Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara


Kegiatan

Koordinasi dengan Kades untuk


menggalakkan program 5NG (JateNG
GayeNG NginceNG woNG meteNG)

Koordinasi mengenai pemerataan sebaran


jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Mlonggo
Intervensi
Kematian maternal sejumlah 2 ibu, belum mencapai
Masalah target yaitu 0 kematian maternal.

Strategi : Program Pemecahan


Pemberdayaan Masyarakat Masalah
Berdiskusi dengan masyarakat
Tujuan
- Menurunkan angka bumil risti
yang tidak tertangani
- Pendataan ibu dengan Risti Lokasi : Desa X Kecamatan Mlonggo
- Meningkatkan ketaatan ibu untuk Sasaran :
ANC lengkap
- Peningkatan jumlah ibu yang Primer=Ibu Hamil, Calon Ibu
mengikuti program kelas ibu hamil
Sekunder=Kader kesehatan, bidan desa, dokter,
masyarakat disekitar bumil
Terseier=Kepala Desa, Perangkat desa
Kegiatan
Kunjungan ke rumah-rumah bumil untuk melakukan survei dan
pendataan bumil oleh gasurkes (petugas surveilans kesehatan)

Bumil risiko tinggi akan dipantau/ dikawal lebih ketat kondisinya oleh PKK atau
Dasa Wisma dan Masyarakat setempat

Membagikan buku diary jadwal ANC

Mengadakan kunjungan rumah bagi ibu hamil yang tidak


rutin ANC

Mempromosikan acara kelas dan senam ibu hamil dengan membagikan informasi melalui
grup sosial media
Intervensi
Kematian maternal sejumlah 2 ibu, belum mencapai
Masalah target yaitu 0 kematian maternal.

Strategi : Program Pemecahan


Bina Suasana Masalah
Optimalisasi peran kader
Tujuan
- Agar ibu hamil terdata, tercatat
dan terlaporkan keadaannya
Lokasi : Desa X Kecamatan Mlonggo
- Masyarakat sekitar mengetahui Sasaran :
ada ibu hamil sehingga dapat Primer=Kader
memberikan pertolongan bila Sekunder=Bidan Desa
sewaktu-waktu dibutuhkan Tersier=kepala desa, perangkat desa
Membuat kelas rutin ibu hamil
Kegiatan

Mengajarkan kader cara menggunakan


tensi meter, alat antropometri

Penempelan stiker P4K di rumah


ibu hamil
UKM
PROMKES
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Sehat

Gambar Konsep Henrik L Blum

Blum HL. Planning for Health: Development and Application of Social Change Theory . Human Sciences Press; 1974.
Promosi Kesehatan

Menurut WHO promosi Kesehatan adalah proses yang mengupayakan individu


dan masyarakat untuk menigkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor
kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya

Fitriani S. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011.


Promosi Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor;


1114/MENKES/SK/VII/2005, tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Keseharan di Daerah

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat


melalui pembelajaran diri, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka
dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor; 1114/MENKES/SK/VII/2005, tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Keseharan di Daerah
Visi Promosi Kesehatan
Mau (willingess) memelihara dan

Menciptakan/membuat masyarakat
meningkatkan kesehatannya.
Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Mampu (ability) memelihara dan
Tahun 2009 meningkatkan kesehatannya
“Meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang Memelihara kesehatan, berarti mau dan
agar terwujud derajat kesehatan mampu mencegah penyakit
masyarakat yang setinggi–tingginya,
sebagai investasi sumber daya manusia Melindungi diri dari gangguan-gangguan
yang produktif secara sosial dan ekonomi”. kesehatan

Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan


mampu meningkatkan kesehatannya.

Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009


Sasaran Promosi Kesehatan

Sasaran Primer

Sasaran Primer

Sasaran Primer

Maulana, Heri D. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
STRATEGI DASAR PROMOSI KESEHATAN

Pemberdayaan
Bina Suasana
Masyarakat

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan nasional
Promosi Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 114/Menkes/SK/VII/2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah,

Advokasi Kemitraan

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan nasional Promosi Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah,
PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat.

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta, Indonesia; 2011
4 Bidang PHBS

Pencegahan dan
penanggulangan penyakit
Gizi dan Farmasi
serta Kesehatan
lingkungan

Kesehatan ibu dan anak


Pemeliharaan Kesehatan
serta keluarga berencana

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta, Indonesia; 2011
Tatanan Pelaksanaan PHBS
PHBS di Rumah Tangga
• KIA dan Gizi PHBS di Institusi Pendidikan
• Kesehatan Lingkungan
• Kesehatan Lingkungan
• Gaya Hidup PHBS di Tempat Kerja
• Gaya Hidup
• Upaya Kesehatan
• Upaya Kesehatan
Masyarakat
Masyarakat

PHBS di Fasilitas Pelayanan


PHBS di Tempat Umum Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta, Indonesia; 2011
PHBS

Untuk mewujudkan PHBS di setiap tatanan masyarakat, diperlukan pengelolaan


manajemen program PHBS berupa pengkajian, perencanaan, penggerakan
pelaksanaan dan pemantauan, dan penilaian.

Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan


masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi
pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan
pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga).

Blum HL. Planning for Health: Development and Application of Social Change Theory . Human Sciences Press; 1974.
Desa Siaga
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
564/MENKES/SK/VIII/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa Siaga

Desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang
sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2018. Pengertian, tujuan, indikator, dan kegiatan Pokok Desa
Siaga.
Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2018. Desa Siaga.
Desa Siaga
Berdasarkan Depkes tahun 2006, suatu desa dikatakan desa siaga apabila memenuhi kriteria
berikut:11
● Memiliki 1 orang tenaga kebidanan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-
kurangnya 2 orang kader desa
● Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan dan
perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan kegiatan minimal
a) Pengamatan epidemioloogis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian
luar biasa serta faktor-faktor risikonya
b) Penanggulangan penyakit menular dan ayng berpotensi menjadi KLB serta
kekurangan gizi
c) Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
d) Pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kompetensinya
e) Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan
lingkungan, dll.
Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2018. Desa Siaga.
Indikator dan Strata Desa Siaga

Surtimanah T, Dedeh H, Rini A. Buku pedoman Desa Siaga Aktif. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat; 2011.
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan kelurahan Siaga Aktif. 1st ed. Jakarta: Pusat promosi Kesehatan; 2010.
POSYANDU
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Tujuan umum posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak balita (AKABA) di Indonesia
melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/tambahan.

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta; 2011.


POSYANDU
Posyandu yang secara umum dibedakan
atas 4 tingkat yaitu Posyandu pratama,
Posyandu madya, Posyandu purnama,
dan Posyandu mandiri. Berikut adalah
indikator perkembangan Posyandu

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta; 2011.


Penyelenggaraan Posyandu

Diselenggarakan dan Kegiatan rutin


digerakkan oleh kader posyandu sebulan Dibimbing oleh puskesmas
posyandu sekali

1. Pendaftaran oleh Kader


Sesuai dengan 5 langkah 2. Penimbangan oleh Kader
Kader minimal 5 orang 3. Pengisian KMS oleh Kader
pelaksanaan
4. Penyuluhan oleh Kader
5. Pelayanan Kesehatan oleh
Kader atau kader bersama
petugas kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta; 2011.


Pokestren
Poskestren adalah wadah pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan, dalam alih
informasi, Pengetahuan dan Keterampilan dari petugas kepada warga Pondok Pesantren
dalam rangka meningkatkan PHBS dan wadh untuk pendekatan pelayanan Kesehatan Desa
kepada warga Pondok Pesantren dan Masyarakat sekitarnya.

Tujuan Poskestren:
● Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Pondok Pesantren
● Menerpkan PHBS Pondok Pesantren
● Menanggulangi masalah kesehatan di Pondok Pesantren secara dini
● Meningkatkan pengetahuan kesehatan di lingkungan Pondok Pesantren

RI KK. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan
Pesantren. Jakarta; 2013.
Saka Bakti Husada
Saka Bakti Husada bertujuan untuk mewujudkan kader pembangunan di bidang
kesehatan, yang dapat membantu melembagakan norma hidup sehat bagi semua
anggota Gerakan Pramuka dan masyarakat di lingkunganya.

Pembinaan SBH merupakan Suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok remaja memalui forum pertemuan kepramukaan. Anggota
Saka Baki Husada adalah Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega putra dan putri yang
menjadi anggota gugus depan di wilayah ranting atau cabang yang mengembangkan
bakat, minat, kemampuan dan pengalaman di bidang keterampilan, ilmu pengetahuan
dan teknologi tertentu melalui Saka Bakti Husada

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Orientasi Anggota SBH dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. 2018
Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari
petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.

Tingkat Perkembangan UKBM


● Pratama; yaitu strata bagi UKBM yang baru dibentuk.
● Madya; yaitu UKBM yang telah berjalan teratur tapi masih rendah tingkat
cakupannya.
● Purnama; yaitu UKBM sudah berjalan teratur serta dengan tingkat cakupan yang
tinggi. Dan
● UKBM Mandiri; yaitu telah berjalan teratur, cakupannya tinggi, dan lebih dari 50 %
masyarakatnya telah menjadi anggota Dana Sehat atau JPKM

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
Usaha Kesehatan Sekolah
Amanat Peraturan Bersama (PB) 4 Kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam
Negeri Nomor 6/X/PB/2014; Nomor 73 Tahun 2014; Nomor 41 Tahun 2014 dan Nomor
81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah (UKS/M), pasal 4 dan 5 mengamanatkan bahwa kegiatan pokok
UKS/M yaitu penanaman dan pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Berdasarkan Depkes tahun 2010, UKS adalah bagian dari program kesehatan anak usia
sekolah. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya terpadu antara lintas program dan lintas
sektor. UKS dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan pendidikan dan kesehatan secara
bersamaan, terencana dan bertanggung jawab dalam menciptakan, mengembangkan serta
melaksanakan kegiatan hidup bersih dan sehat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siswa,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah

Lina PH. Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) Siswa Di SDN 42 Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang. 2012
Program Pokok UKS

Pendidikan kesehatan

Pelayanan kesehatan

Pembinaan
lingkungan sekolah
sehat
M SN, Suharyanto A. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS/M. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dsar dan Menengah Kemeterian
pendidikan dan kebudayaan; 2019.
Strata UKS pada Setiap Jenjang Sekolah

L
L
L
L
L
L
Dana Desa
Dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer
melalui anggaran pendapatan dan belanja
daerah kabupaten/kota dan digunakan
untuk mendanai penyelenggaraan
pemerintah, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat.

Panduan Penggunaan Dana Desa untuk Bidang Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Permendesa PDTT No. 19 tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2018
PIS PK
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.

Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat Puskesmas


dilakukan melalui kegiatan:
a. Melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga
b. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas
c. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana
Puskesmas
d. Melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif
e. Melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung) melalui pendekatan
siklus hidup
f. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga
Buku Saku Progress Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019
Indikator PIS PK
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas Kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga
Buku Saku Progress Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019
ANALISIS SITUASI
1. Presentase Rumah Tangga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Keterangan :
• Pencapaian % SPM pada bulan berjalan didapatkan 107,7 %
• Cakupan % bulan berjalan sebesar 90,5% hal ini menunjukkan bahwa sudah mencapai
target (%), yaitu 84 %.
• Indikator tersebut dikatakan memenuhi SPM apabila persentase keadaan rumah tangga
yang memenuhi minimal 11 dari 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga. Saat ini telah
ditetapkan target kegiatan pada sasaran bulan berjalan sebanyak 2000 RT dan sasaran per
tahun sebanyak 2000 RT.
• Target % didapat dari target pencapaian yang dicanangkan oleh Puskesmas Mlonggo.
2. Presentase Institusi Pendidikan Dilakukan Penilaian PHBS

Keterangan :
• Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 100% hal ini menunjukkan telah mencapai target yaitu 100
%.
• Cakupan % bulan berjalan didapatkan sebesar 100% dimana hal itu menunjukkan telah tercapainya
target (%), yaitu 100 %.
Penjelasan data persentase institusi pendidikan yang dilakukan penilaian PHBS adalah sebagai berikut :
• Jumlah sasaran 1 tahun ditentukan berdasarkan jumlah keseluruhan institusi pendidikan yang ada di
Mlonggo dan hal tersebut yang juga ditetapkan oleh Puskesmas. Jumlah institusi pendidikan
keseluruhan di Mlonggo terdapat 71 institusi.
• Target % didapat dari target pencapaian yang dicanangkan oleh Puskesmas Mlonggo
3. Presentase Desa yang Dilakukan Penilaian PHBS

Keterangan :
• Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 100 % sudah mencapai 100 %.
• Cakupan % bulan berjalan sebesar 100 % sudah mencapai target (%), yaitu 100 %.
Penjelasan data persentase desa yang dilakukan survey PHBS tatanan rumah tangga adalah sebagai berikut:
• Jumlah sasaran 1 tahun ditentukan berdasarkan jumlah dari keseluruhan desa yang ada di Mlonggo dimana jumlah desa
keseluruhan di Mlonggo terdapat 8 desa dan jumlah sasaran 1 tahun ini juga ditetapkan oleh Puskesmas.
• Target % didapat dari target pencapaian yang dicanangkan oleh Puskesmas Mlonggo.
4. Presentase Tempat Kerja Dilakukan Penilaian PHBS

Keterangan :
• Pencapaian % SPM bulan berjalan didapatkan hasil sebesar 133 %.
• Cakupan % bulan berjalan didapatkan sebesar 100% hal ini menunjukkan bahwa cakupan sudah
mencapai target (%), yaitu sebesar 75 %.
Penjelasan data Persentase tempat kerja yang dilakukan penilaian PHBS adalah sebagai berikut :
• Jumlah sasaran 1 tahun ditentukan berdasarkan jumlah keseluruhan tempat kerja yang ada di
Mlonggo dan hal tersebut yang juga dicanangkan oleh Puskesmas dimana jumlah tempat kerja
keseluruhan di Mlonggo terdapat 86 institusi
• Target % didapat berdasarkan target pencapaian yang dicanangkan oleh Puskesmas Mlonggo.
5. Presentase Sarana Kesehatan Dilakukan Penilaian PHBS

Keterangan :
• Pencapaian % SPM bulan berjalan didapatkan sebesar 100 %.
• Cakupan % bulan berjalan didapatkan sebesar 100% hal ini menunjukkan bahwa sudah mencapai
target (%), yaitu 100 %.
Penjelasan data persentase sarana kesehatan yang dilakukan penilaian PHBS adalah sebagai berikut :
• Jumlah sasaran 1 tahun ditentukan berdasarkan jumlah keseluruhan dari institusi sarana kesehatan
yang ada di Mlonggo, dimana jumlah institusi sarana kesehatan keseluruhan di Mlonggo terdapat 44
institusi dan hal tersebut juga dicanangkan oleh Puskesmas.
• Target % didapat dari target pencapaian yang dicanangkan oleh Puskesmas Mlonggo
6. Presentase TTU Dilakukan Penilaian PHBS (Warung Makan)

Keterangan :
• Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah mencapai 100 %
• Cakupan % bulan berjalan didapatkan data sebesar 100 %
Penjelasan data persentase sarana kesehatan yang dilakukan penilaian PHBS adalah sebagai berikut :
• Pada pelaksanaannya, selama 1 tahun didapatkan 92 warung makan (100%) yang masuk cakupan
program, berhasil dikunjungi dan dilakukan survey PHBS. Maka didapatkan kesimpulan jika
pencapaiannya sebesar 100%
• Target % didapat dari target pencapaian yang dicanangkan oleh Puskesmas Mlonggo
7. Presentasi TTU Dilakukan Penilaian PHBS (Tempat Ibadah)

Keterangan :
• Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target sasaran sebesar 71 tempat
ibadah (100%) di wilayah kerja Puskesmas dan dilakukan kunjungan dan survey PHBS. Pada
pelaksanaannya, selama 1 tahun didapatkan 71 tempat ibadah (100%) yang masuk cakupan
program dan berhasil dilakukan penilaian PHBS. Maka didapatkan kesimpulan jika
pencapaiannya sebesar 100% dan target sasaran yang ditentukan sudah tercapai.
8. Presentase Desa Siaga Aktif Mandiri

Keterangan :
• Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target sasaran sebesar 14% dan
sasaran 1 tahun adalah 8 desa di wilayah kerja Puskesmas yang memenuhi kriteria desa
siaga aktif mandiri. Pada pelaksanaannya, selama 1 tahun didapatkan 3 desa (nilai cakupan
1 tahun 37,5%) yang masuk cakupan program dan mencapai indikator desa siaga aktif
mandiri. Maka didapatkan kesimpulan jika pencapaiannya sebesar 267,8% dan target
sasaran yang ditentukan sudah tercapai bahkan terlampaui.
9. Presentase Posyandu Mandiri

Keterangan :
• Berdasarkan data Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target
sasaran sebesar 26% dan sasaran 1 tahun adalah 60 posyandu dengan strata mandiri di
wilayah kerja Puskesmas. Pada pelaksanaannya, selama 1 tahun didapatkan hanya 12
posyandu pada strata mandiri (20%). Maka didapatkan kesimpulan jika pencapaiannya
76.9% dan belum mencapai target sasaran
10. Presentase Pembinaan Poskestren

Keterangan :
• Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target sasaran sebesar 100% dan
sasaran 1 tahun adalah 5 ponpes di wilayah kerja Puskesmas yang sudah dibentuk
poskestren dengan pembinaan rutin. Pada pelaksanaannya, selama 1 tahun didapatkan 5
poskestren (100%) yang masuk cakupan program. Maka didapatkan kesimpulan jika
pencapaiannya sebesar 100% dan target sasaran yang ditentukan sudah tercapai.
11. Presentase Pembinaan UKBM

Keterangan :
• Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target sasaran sebesar 100%
dan sasaran 1 tahun adalah 8 UKBM di wilayah kerja Puskesmas dengan pembinaan
selain Posyandu, Poskestren, UKS, SBH, Poskesdes. Pada pelaksanaannya, selama 1
tahun didapatkan 5 UKBM (100%) yang masuk cakupan program. Maka didapatkan
kesimpulan jika pencapaiannya sebesar 100% dan target sasaran yang ditentukan sudah
tercapai.
12. Presentase Pembinaan SBH

Keterangan :
• Berdasarkan data Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target
sasaran sebesar 100% dan sasaran 1 tahun adalah 8 ambalan di wilayah kerja Puskesmas
yang dilakukan pembinaan. Pada pelaksanaannya, selama 1 tahun didapatkan hanya
terdapat 3 ambalan (37,5%). Maka didapatkan kesimpulan jika pencapaiannya 37.5% dan
belum mencapai target sasaran.
13. Presentase SD/Sederajat yang Mempromosikan Kesehatan

Keterangan :
• Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target sasaran sebesar 100% dan
sasaran 1 tahun adalah 51 SD/sederajat di wilayah kerja Puskesmas dengan kegiatan
pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan fisik, gigi dan mulut, status gizi, indera (penglihatan dan
pendengaran), mental emosional dan kesegaran jasmani). Pada pelaksanaannya, selama 1 tahun
didapatkan 51 SD/sederajat (100%) yang masuk cakupan program. Maka didapatkan kesimpulan
jika pencapaiannya sebesar 100% dan target sasaran yang ditentukan sudah tercapai.
14. Presentase SMP/Sederajat yang Mempromosikan Kesehatan

Keterangan :
• Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target sasaran sebesar 100% dan
sasaran 1 tahun adalah 12 SMP/sederajat di wilayah kerja Puskesmas dengan kegiatan
pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan fisik, gigi dan mulut, status gizi, indera (penglihatan
dan pendengaran), mental emosional dan kesegaran jasmani). Pada pelaksanaannya,
selama 1 tahun didapatkan 12 SMP/sederajat (100%) yang masuk cakupan program. Maka
didapatkan kesimpulan jika pencapaiannya sebesar 100% dan target sasaran yang
ditentukan sudah tercapai.
15. Presentase SMA/Sederajat yang Mempromosikan Kesehatan

Keterangan :
• Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target sasaran sebesar 100% dan
sasaran 1 tahun adalah 8 SMA/sederajat di wilayah kerja Puskesmas dengan kegiatan
pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan fisik, gigi dan mulut, status gizi, indera (penglihatan dan
pendengaran), mental emosional dan kesegaran jasmani). Pada pelaksanaannya, selama 1
tahun didapatkan 8 SMA/sederajat (100%) yang masuk cakupan program. Maka didapatkan
kesimpulan jika pencapaiannya sebesar 100% dan target sasaran yang ditentukan sudah
tercapai.
16. Presentase Desa yang Mengalokasikan Dana untuk Kesehatan

Keterangan :
• Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target sasaran sebesar 40% dan
sasaran 1 tahun adalah 8 desa di wilayah kerja Puskesmas yang mengalokasikan dana
desanya untuk kesehatan. Pada pelaksanaannya, selama 1 tahun didapatkan 8 desa (100%)
yang masuk cakupan program. Maka didapatkan kesimpulan jika pencapaiannya sebesar
250% dan target sasaran yang ditentukan sudah tercapai bahkan melampau target.
17. Presentase Desa yang Sudah Melakukan Kegiatan PIS-PK

Keterangan :
• Berdasarkan data Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target
sasaran sebesar 100% dan sasaran 1 tahun adalah 8 desa di wilayah kerja Puskesmas sudah
dilaksanakan program PIS-PK secara total coverage. Pada pelaksanaannya, selama 1 tahun
didapatkan hanya terdapat 6 ambalan (75%). Maka didapatkan kesimpulan jika
pencapaiannya 75% dan belum mencapai target sasaran.
18. Jumlah Penyuluhan Kelompok

Keterangan :
• Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target sasaran sebesar 100% dan
sasaran 1 tahun adalah 816 kali penyuluhan kelompok oleh tenaga kesehatan dengan sasaran
homogen dan jumlah terbatas. Pada pelaksanaannya, selama 1 tahun didapatkan 1143 kali
penyuluhan kelompok (140%). Maka didapatkan kesimpulan jika pencapaiannya sebesar
140% dan target sasaran yang ditentukan sudah tercapai bahkan melampau target.
19. Jumlah Penyuluhan Massa

Keterangan :
• Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo tahun 2019, target sasaran sebesar 80%
dan sasaran 1 tahun adalah 43 kali penyuluhan massa oleh tenaga kesehatan dengan
sasaran heterogen (lebih dari 1 jenis sasaran) dan dengan jumlah tidak terbatas. Pada
pelaksanaannya, selama 1 tahun didapatkan 58 kali penyuluhan kelompok (134,8%).
Maka didapatkan kesimpulan jika pencapaiannya sebesar 168,5% dan target sasaran
yang ditentukan sudah tercapai bahkan melampau target.
DAFTAR
PERMASALAHAN
Dari data yang ada, ditemukan beberapa masalah, yakni:
● Presentase Posyandu Mandiri, cakupan % 1 tahun 76,9%,
belum mencapai 100%
● Presentase Pembinaan SBH, cakupan % 1 tahun 37,5%,
belum mencapai 100%
● Presentase Desa yang sudah dilakukan kegiatan PIS-PK,
cakupan % 1 tahun 75%, belum mencapai 100%
PRIORITAS
MASALAH
Penilaian Prioritas Masalah dengan Hanlon Kuantitatif = (A+B) x C x
D
No Indikator Kriteria NPD NPT Urutan
A B C D
1 Presentase Posyandu 4 9 4 1 52 52 1
Mandiri
2 Presentase Pembinaan SBH 4 6 3 1 40 40 2

3 Presentase Desa yang sudah 4 8 3 1 36 36 3


dilakukan kegiatan PIS-PK
ANALISIS PENYEBAB
MASALAH
INPUT

MAN

Kurangnya penyebaran informasi mengenai jadwal posyandu kepada orang tua

Rendahnya tingkat pengetahuan ibu terhadap pentingnya kunjungan ke


posyandu.

Jadwal pekerjaan orang tua dan posyandu bersamaan

Kurangnya kader yag memiliki pengetahuan yang memadai untuk bisa


mencapai tingkat posyandu mandiri
INPUT

MAN

Kader yang ada rata-rata sudah berusia lanjut sehingga kurang kreatif dan
kurang tanggap dalam mengembangkan posyandu

Pemegang program posyandu kurang gencar dalam melaksanakan upaya-upaya


dalam peningkatan strata posyandu

Belum optimalnya kontribusi lintas sektoral dalam pembangunan kesehatan


INPUT

MONEY

Alokasi dana sehat belum maksimal -> dibutuhkan ≥ 50 % untuk mencapai


strata posyandu mandiri.
Kurangnya dana -> pemegang program sulit melakukan pelatihan untuk pihak
yang terlibat dalam peningkatan strata posyandu

METHOD

Tidak ada masalah


INPUT

MATERIAL

Tidak ada masalah

MACHINE

Tidak ada masalah


PROCESS
P-1 (Perencanaan)

Tidak adanya koordinasi antar kader RT/RW untuk memaksimalkan proses


pendataan & tidak ada kesesuaian waktu antara jadwal pekerjaan orang tua dan
posyandu.

P-2 (Pelaksanaan-Penggerakan)

Tidak ada masalah

P-3

Tidak ada masalah


Lingkungan

Rendahnya tingkat pengetahuan ibu terhadap pentingnya kunjungan ke


posyandu
RENCANA
INTERVENSI
Masalah
Posyandu mandiri, cakupan % 1 tahun 76,9%, belum mencapai 100%

Strategi

- Pemberdayaan masyarakat
- Bina suasana
Pem

Program Pemecahan Masalah


- Pendataan beserta edukasi pentingnya kunjungan ke posyandu secara berkala
- Pendataan dan intervensi menggandeng kader dan petugas kesehatan
Pem
Kegiatan (1)

Berdasarkan analisis data yang didapatkan pada saat kunjungan orang tua yang tidak
hadir ke posyandu di bulan itu :

Melakukan identifikasi potensi keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang


dihadapi berdasarkan tingkat pendidikan, usia dan pekerjaan, dilakukan intervensi
spesifik ke warga yang mampu menerima informasi tersebut.

Media flyer dari Kemenkes sebagai media edukasi bagi masyarakat.


Kegiatan (2)

Mengadakan kunjungan rumah oleh Pembina Keluarga terlatih, pendataan sekaligus


alasan mengapa tidak hadir, diskusi dan mencari penyebab tidak terlaksananya
kunjungan rutin dalam rumah tersebut dengan dampingan pihak RT/RW atau kader
kesehatan agar kehadiran pendata lebih diterima oleh keluarga yang akan disurvei
Kegiatan (3)

Mengajak para kader bersama petugas kesehatan melakukan intervensi berupa


testimoni / penyuluhan oleh seseorang yang dipercayai. Sebelumnya mengadakan
pelatihan dan pembekalan kepada kader Kesehatan agar edukasi bisa berjalan secara
kontinyu

Kegiatan (4)

Menghubungi warga terkait perihal pencocokan waktu bila orang tua tidak dapat
mengunjungi posyandu sesuai yang dijadwalkan.
Tujuan (1)

Berdasarkan analisis data yang didapatkan pada saat kunjungan orang tua yang tidak
hadir ke posyandu di bulan itu :

Melakukan identifikasi potensi keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang


dihadapi berdasarkan tingkat pendidikan, usia dan pekerjaan, dilakukan intervensi
spesifik ke warga yang mampu menerima informasi tersebut.

Media flyer dari Kemenkes sebagai media edukasi bagi masyarakat.


Tujuan (2)

Pengambilan data sekaligus edukasi orang tua perihal pentingnya kunjungan ke


Posyandu secara berkala dan dapat mendeteksi dini bila ada ditemukannya
abnormalitas pada tumbuh dan kembang pada anak.
Tujuan (3)

Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai apa saja fasilitas yang didapatkan


di puskesmas secara umum sesuai ketentuan yang ada.
Lokasi Sasaran

Lokasi = Sasaran =
Desa Wilayah Primer: Sekunder:
Kerja Kader
Warga/Keluarga
Puskesmas kesehatan
wilayah kerja
Mlonggo
Puskesmas
Mlonggo

Tersier:
Pengurus
desa, RT dan
RW
UKM
P2P
A. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas, kegiatan UKM


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) di Puskesmas dibagi menjadi kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan menular

1. Penyakit tidak menular 2. Penyakit menular


Penyakit kronis dengan durasi yang Penyakit yang dapat menular ke
panjang dengan proses penyembuhan manusia disebabkan oleh agen
atau pengendalian kondisi klinisnya biologi, antara lain virus, bakteri,
yang umumnya lambat, dan merupakan jamur, dan parasit
63% penyebab kematian di dunia
1. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Terdapat empat pilar upaya penanggulangan PTM berdasarkan Permenkes No. 71 tahun
2015, yaitu:

1. Promosi kesehatan 3. Perlindungan khusus


●Komunikasi Pemberian kekebalan/ imunisasi
●Informasi
●Edukasi

4. Promosi kesehatan
2. Deteksi dini ●Kuratif
Upaya menemukan faktor risiko ●Rehabilitatif
atau gejala PTM sedini mungkin ●Paliatif
Dalam Permenkes No. 43 Tahun 2019, manajemen terpadu program P2PTM antara lain:

1. Posbindu PTM
2. Program Gerakan Lawan Obesitas (GENTAS)
3. Pandu PTM
4. Deteksi dini kanker payudara dan leher Rahim
5. Program layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)
6. Pencegahan dan pengendalian gangguan indera
7. Pelayanan kesehatan jiwa
2. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

a. Promosi kesehatan c Pengendalian faktor risiko


• Komunikasi • Perbaikan kualitas media lingkungan
• Informasi • Pengendalian vektor dan binatang
• Edukasi • Rekayasa lingkungan
• Peningkatan daya tahan tubuh

b. Surveilans kesehatan d. Pemberian kekebalan (imunisasi)


• Situasi • Imunisasi rutin
• Kecendurungan penyakit • Imunisasi tambahan
• Faktor risiko • Imunisasi khusus
• Faktor yang
mempengaruhi
Beberapa program yang dapat dilakukan Puskesmas berdasarkan Permenkes No. 43 Tahun
2019:

− Pencegahan dan pengendalian filariasis, yang disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan


kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
− Pencegahan dan pengendalian kecacingan
− Pencegahan dan pengendalian infeksi Dengue/DBD, yang disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
− Pencegahan dan pengendalian malaria, yang disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
Beberapa program yang dapat dilakukan Puskesmas berdasarkan Permenkes No. 43 Tahun
2019:

− Pencegahan dan pengendalian Zoonosis, yang disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan


kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
− Pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS yang disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
− Pencegahan dan pengendalian Infeksi Menular Seksual
− Pencegahan dan pengendalian Tuberkuloasis
− Pencegahan dan pengendalian Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
ANALISIS SITUASI
1. Jumlah Desa Open Defecation Free (ODF)
2. Persentase Desa ODF
3. Persentase KK dengan Akses Air Minum Berkualitas
4. Persentase KK Kepemilikan Jamban Sehat
5. Persentase Rumah Sakit
6. Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) dilakukan Inspeksi
Kesehatan Lingkungan
7. Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan
8. Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) dilakukan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan
9. Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan
10. Persentase Sekolah yang Melakukan Pemeriksaan Pangan
Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
11. Jumlah Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) Dilakukan
Pembinaan
PEMBAHASAN
Didapatkan pencapaian yang telah mencapai 100% pada 5 indikator kerja yaitu jumlah desa ODF,
persentse desa ODF, persentase KK dengan akses air minum berkualitas, persentase sekolah yang
melakukan pemeriksaan PJAS, dan jumlah pos UKK dilakukan pembinaan.

Sementara itu, didapatkan pencapaian yang melebihi target pada 6 indikator kerja yaitu persentase
KK kepemilikan jamban sehat, persentase rumah sakit, persentase TTU dilakukan Inspeksi
Keshatan Lingkungan, persentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan, persentase TPM
dilakukan Insepksi Kesehatan Lingkungan, dan persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan.
Standar Pelayanan Minimal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 2019
1.  
Pembahasan Analisis
∙ Prevalensi Penderita Hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun tahun 2007-2018
menurut Provinsi yang didata Riskesdas 2018 sebesar 38 %
∙ Capaian proporsi kasus hipertensi di fasyankes Jawa Tengah tahun 2018 menurut RENSTRA 2018-2023 sebesar
18,84% dengan target <20%
∙ Proporsi kasus hipertensi di Jawa tengah tahun 2018 sebanyak 57,1%
∙ Persentase penyandang hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan di PKM Mlonggo belum mencapai target
2019. Hal ini bisa terjadi mungkin karena kurangnya SDM dari PKM Mlonggo untuk memberikan pelayanan kesehatan
bagi penyandang hipertensi, kurangnya kesadaran penderita hipertensi untuk memeriksakan diri ke yankes sesuai
standar, atau kurangnya monitoring pengecekan hipertensi di lingkungan PKM Mlonggo.
∙ Data persentase penyandang hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan di PKM Mlonggo diperoleh dari
kunjungan pasien hipertensi yang melakukan pemeriksaan di puskesmas. Total penduduk yang berisiko terkena
hipertensi mencapai 66782 sedangkan prevalensi hipertensi mencapai 38%. Diperkirakan setiap bulannya terdapat
kunjungan 2090 pasien hipertensi (dalam sehari mencapai 88 pasien).
 
Pembahasan dan Analisis
Pencapaian SPM belum memenuhi target 2019. Hal dapat dikarenakan
pengunjung usia 15-59 tahun di PKM Mlonggo belum mendapatkan skrining
kesehatan secara merata, meliputi skrining minimal 1 kali dalam setahun untuk
penyakit menular dan tidak menular meliputi : pengukuran tinggi badan, berat
badan, dan lingkar perut, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan gula darah,
anamnesis perilaku berisiko, serta tindak lanjut hasil skrining kesehatan yaitu :
merujuk jika diperlukan dan memberikan penyuluhan kesehatan. Penyebab lain
kemungkinan kurangnya SDM dan alat skrining pada PKM Mlonggo yang
membuat proses pemeriksaan skrining menjadi lebih lama dan terbatas
sehingga mempengaruhi target yang akan dicapai.
 
Pembahasan dan Analisis

∙ Pelayanan kesehatan sesuai standar yang dimaksud adalah pengukuran gula


darah minimal satu kali sebulan di fasyankes, edukasi perubahan gaya hidup
dan/atau nutrisi, dan melakukan rujukan jika diperlukan, serta jika Gula
Darah Sewaktu (GDS) lebih dari 200 mg/dl ditambahkan pelayanan terapi
farmakologi.
∙ Pencapaian SPM sudah memenuhi target 2019.
 
Pembahasan dan Analisis

∙ Prevalensi merokok <18 tahun di Indonesia sebesar 5,4%

∙ Berdasarkan Kebijakan dan Strategi Penerapan dan Perluasan KTR di Indonesia tahun
2016 yang dilakukan oleh Kemenkes RI, didapatkan status implementasi KTR di 67
kab/kota rata-rata sebesar 66 %, di PKM Mlonggo ditetapkan target sebesar 50%.
∙ Pencapaian SPM belum memenuhi target 2019. Hal ini dapat disebabkan kurangnya
SDM dari PKM Mlonggo untuk membangun KTR tersebut, dapat juga dikarenakan
kurangnya kesadaran masyarakat mengenai bahaya merokok. Hal ini dapat
mempengaruhi target yang akan dicapai
 
Pembahasan dan Analisis

∙ Target yang ditetapkan di PKM Mlonggo sebesar 100 % dari jumlah pengunjung usia
30-59 tahun yang mendapatkan skrining Ca Serviks dan Sadanis sesuai standar
kesehatan lingkungan. Skrining Ca serviks yang dimaksud adalah cek IVA.
∙ Pencapaian SPM belum memenuhi target di PKM Mlonggo maupun Jawa Tengah
2018. Hal ini dapat dikarenakan dari kurangnya pengetahuan dari WUS tentang
penyakit kanker leher rahim dan kanker payudara serta faktor risikonya, dapat pula
dikarenakan belum terencananya kegiatan khusus untuk skrining Ca serviks dan
Sadanis di PKM Mlonggo sehingga mempengaruhi target.
 
Pembahasan dan Analisis

1. Pembahasan dan Analisis


Pencapaian SPM sudah memenuhi target SPM
 
Pembahasan dan Analisis

∙ Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu tahun 2018


di Jawa Tengah sebesar 57,3% . Target yang ditetapkan PKM Mlonggo adalah
64%
∙ Pencapaian SPM sudah memenuhi target PKM Mlonggo dan Jawa Tengah
 
Pembahasan dan Analisis
∙ Pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar meliputi pemeriksaan status mental, wawancara,
edukasi kepatuhan minum obat, dan melakukan rujukan jika diperlukan.
∙ Target ODGJ berat yang mendapatkan yankes sesuai standar menurut Riskesdas = 85%.
∙ Capaian SPM belum memenuhi target PKM Mlonggo dan Jawa Tengah, hal ini dapat
disebabkan tidak ditemukannya pasien jiwa berat, keluarga penderita pasien jiwa pasung tidak
membawa penderita ke puskesmas (malu, dianggap tidak sakit, tidak rutin berobat, tidak
tahan ESO, sering lupa, merasa dosis tidak sesuai, obat tidak tersedia, lainnya), pencarian
pasien jiwa berat oleh tenaga kesehatan belum maksimal.
Daftar masalah

1. Persentase penyandang hipertensi yang mendapatkan pelayanan


kesehatan
2. Persentase pengunjung usia 15-59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar
3. Persentase Kawasan Tanpa Rokok
4. Persentase pengunjung usia 30-59 tahun yang mendapatkan skrining
Ca serviks dan Sadanis sesuai standar kesehatan lingkungan
5. Persentase ODGJ berat yang mendapatkan yankes sesuai standar
RENCANA INTERVENSI
UKM
KESEHATAN
LINGKUNGAN
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI SEHAT

“Sehat didefinisikan sebagai keadaan sejahtera


fisik, mental,dan sosial yang utuh dan bukan
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.”

—CONSTITUTION OF THE WORLD HEALTH


ORGANIZATION

WHO. CONSTITUTION OF THE WORLD HEALTH ORGANIZATION [Internet]. [cited 2021 Jun 4].
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI LINGKUNGAN

“kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,


dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain”

—UU 32 tahun 2009 BAB I, pasal 1, ayat 1

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang


PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP. Jakarta Republik Indones. 2009;
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI KESEHATAN
LINGKUNGAN
Kesehatan lingkungan didefinisikan sebagai upaya
pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari
faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.
Jakarta Republik Indonesia. 2014;
Tujuan Ruang Kesehatan
Lingkungan
Kesehatan lingkungan memiliki tujuan yaitu
merupakan upaya yang bertujuan untuk Ruang kesehatan lingkungan terdiri
 mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, dari air, udara, tanah, pangan,
baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun Sarana dan bangunan, vektor dan
sosial, yang memungkinkan setiap orang binatang pembawa penyakit.
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan. Jakarta Republik Indones. 2014
Mekanisme Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Konseling Inspeksi Kesehatan
01 Konseling dilakukan kepada 02 Lingkungan
masyarakat dan pasien
Dapat dilakukan pengamatan,
pengukuran, uji laboratorium,
Intervensi kesehatan lingkungan dan analisis risiko kesehatan
03 Dapat dilakukan dengan penyampaian
edukasi, teknologi , pembangunan sarana,
dan rekayasa lingkungan

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di puskesmas. Jakarta Republik
Indones. 2015
Permasalahan pada kesehatan lingkungan

Masalah- masalah yang sering ditemukan dalam kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Urbanisasi penduduk
2. Tempat pembuangan sampah
3. Penyediaan air bersih
4. Pencemaran udara
5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga
6. Bencana alam / pengungsian
7. Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah
8. Penyakit berbasis lingkungan, antara lain : malaria, demam berdarah, diare, kecacingan,
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), tuberkulosis paru.
Analisis Situasi dan Pembahasan

▪ Cakupan % bulan berjalan sebesar 100 % telah mencapai target 2019 (%), yaitu 100%.
▪ Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 100 %, telah mencapai 100 %.
▪ Cakupan % 1 tahun sebesar 100 % telah mencapai target 2019 (%), yaitu 100%.
▪ Riskesdas 2018 🡪 target ODF Jawa Tengah adalah 90%.
▪ Target jumlah desa dan persentase desa ODF di Puskesmas Mlonggo 🡪 4 desa (100%) 🡪 telah
tercapai.
Analisis Situasi dan Pembahasan

▪ Cakupan % bulan berjalan sebesar 100 % telah mencapai target 2019 (%), yaitu 100%.
▪ Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 100 %, telah mencapai 100 %.
▪ Cakupan % 1 tahun sebesar 100 % telah mencapai target 2019 (%), yaitu 100%.
▪ Target RPJMN 2015-2019 🡪 akses 100% untuk mendapatkan sumber air minum yang aman dan
fasilitas sanitasi yang layak.
▪ Peraturan Gurbenur Jawa Tengah No. 47 tahun 2015, target akses terhadap air minum aman pada
tahun 2019 yakni sebesar 100%.
▪ Target persentase KK dengan akses air minum berkualitas di Puskesmas Mlonggo 🡪 100% 🡪 telah
tercapai.
Analisis Situasi dan Pembahasan

▪ Cakupan % bulan berjalan sebesar 95,5% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 70%.
▪ Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 136,42%, telah mencapai 100 %.
▪ Cakupan % 1 tahun sebesar 136,42% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 100%.
▪ Profil kesehatan Jawa Tengah, target capaian penduduk dengan akses jamban sehat (2014) 🡪 75%.
▪ Target nasional (SDKI 2017) 🡪 72% RT di Indonesia memiliki jamban sehat.
▪ Data Riskesdas 2018 🡪 angka nasional penggunaan jamban sehat sebesar 88,2%.
▪ Target persentase KK dengan kepemiikan jamban sehat di Puskesmas Mlonggo 🡪 70% 🡪 telah tercapai.
Analisis Situasi dan Pembahasan

▪ Cakupan % bulan berjalan sebesar 74,82% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 71%.
▪ Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 105,3 %, telah mencapai 100 %.
▪ Cakupan % 1 tahun sebesar 74,82% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 71%.
▪ Profil kesehatan Indonesia 2014 🡪 pencapaian rumah sehat di Indonesia 61,81%
▪ Target nasional (Depkes RI, 2014) 🡪 80%
▪ Dinkes 2018, rumah memnuhi rumah sehat di Jawa Tengah 🡪 44,84%
▪ Target persentase rumah memenuhi rumah sehat di Puskesmas Mlonggo 🡪 71% 🡪 telah tercapai.
Analisis Situasi dan Pembahasan

▪ Cakupan % bulan berjalan sebesar 100 % telah mencapai target 2019 (%), yaitu 87%.
▪ Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 114,9 %, telah mencapai 100 %.
▪ Cakupan % 1 tahun sebesar 100 % telah mencapai target 2019 (%), yaitu 87%.
▪ Inspeksi kesehatan lingkungan di TTU 🡪 serangkaian kegiatan pengawasan tempat umum yang
memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun
gangguan kesehatan lainnya.
▪ Capaian kegiatan pengawasan TTU 2018 di Jawa Tengah 🡪 82,47%
▪ Target jersentase TTU dilakukan inspeksi kesehatan lingkungan di Puskesmas Mlonggo 🡪 87% 🡪
telah tercapai
Analisis Situasi dan Pembahasan

▪ Cakupan % bulan berjalan sebesar 77,27% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 77%.
▪ Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 100,3%, telah mencapai 100 %.
▪ Cakupan % 1 tahun sebesar 77,27% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 77%.
▪ Direktoran Kesehatan Lingkungan tahun 2015 – 2019 (Gabungan RPJMN, Renstra, RAP, RAK, IKK)
🡪 target kegiatan pengawasan TTU yang telah memenuhi syarat kesehatan adalah 56 % (2018) dan
meningkat menjadi 58% atau 86.182 TTU (2019)
▪ Target persentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan di Puskesmas Mlonggo 🡪 77% 🡪 telah
tercapai
Analisis Situasi dan Pembahasan

▪ Cakupan % bulan berjalan sebesar 75% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 73%.
▪ Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 102,7%, telah mencapai 100 %.
▪ Cakupan % 1 tahun sebesar 75% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 73%.
▪ Sasaran pengawasan TPM🡪 rumah makan, restoran, jasa boga, depot air minum, dsb
▪ Capaian TPM yang telah memenuhi syarat di Jateng tahun 2018 🡪 62,09%
▪ Capaian TPM yang telah memenuhi syarat di Kabupaten Jepara tahun 2018 🡪 54,2 %
▪ Target persentase persentase TPM dilakukan inspeksi kesehatan lingkungan di Puskesmas
Mlonggo 🡪 73% 🡪 telah tercapai
Analisis Situasi dan Pembahasan

▪ Cakupan % bulan berjalan sebesar 75% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 60%.
▪ Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 125%, telah mencapai 100 %.
▪ Cakupan % 1 tahun sebesar 75% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 60%.
▪ Capaian tempat pengolahan makanan di Jateng pada 2018 🡪 62,09%
▪ Capaian tempat pengolahan makanan di Jepara pada 2018 🡪 54,2%
▪ Direktoran Kesehatan Lingkungan tahun 2015 – 2019 (Gabungan RPJMN, Renstra, RAP, RAK,
IKK), target persentase TPM tyg memenuhi syarat tahun 2019 🡪 32%
▪ Target persentase TPM dilakukan inspeksi kesehatan lingkungan di Puskesmas Mlonggo 🡪 60% 🡪
telah tercapai
Analisis Situasi dan Pembahasan

▪ Cakupan % bulan berjalan sebesar 100% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 100%.
▪ Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 100%, telah mencapai 100 %.
▪ Cakupan % 1 tahun sebesar 100% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 100%.
▪ Pangan jajanan 🡪 makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima
di jalanan dan tempat-tempat keramaian, langsung dimakan atau dikonsumsi kemudian tanpa
pengolahan atau persiapan lebih lanjut (WHO)
▪ Data BPOM 2014 🡪 PJAS yang memenuhi syarat pada tahun 2014 sebesar 76,18% (target PJAS
sebesar 90%)
▪ Target persentase sekolah yang melakukan PJAS di Puskesmas Mlonggo 🡪 100 % 🡪 telah tercapai
Analisis Situasi dan Pembahasan

▪ Cakupan % bulan berjalan sebesar 100% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 100%.
▪ Pencapaian % SPM bulan berjalan adalah 100%, telah mencapai 100 %.
▪ Cakupan % 1 tahun sebesar 100% telah mencapai target 2019 (%), yaitu 100%.
▪ Pos UKK 🡪 bentuk UKBM yang memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat pekerja
terutama pekerja informal serta merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan
pekerja yang terencana, teratur, dan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh dan untuk
masyarakat pekerja dengan pendekatan promotif dan preventif, disertai kuratif dan rehabilitatif
sederhana.
▪ Target jumlah pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja) di Puskesmas Mlonggo 🡪 100 % 🡪 telah tercapai
Daftar Masalah Kesehatan Lingkungan Puskesmas Mlonggo

No Indikator Capaian (%) Besar Masalah (%)

4 Persentase KK kepemilikan jamban sehat 95,5% 4,5%


5 Persentase rumah sehat 74,82% 25,18%
7 Persentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan 77,27% 22,73%
8 Persentase TPM dilakukan inspeksi kesehatan 75% 25%
lingkungan
9 Persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan 75% 25%
Menentukan Prioritas Masalah 🡪 Hanlon Kuantitatif

KRITERIA
NO INDIKATOR NPD NPT URUTAN
A B C D
Persentase KK kepemilikan jamban 1 11 2 1 24 24 3
4 sehat
5 Persentase rumah sehat 4 11 2 1 30 30 2
Persentase TTU yang memenuhi 4 11 2 1 30 30 2
7 syarat kesehatan
4 7 2 1 22 22 4
Persentase TPM dilakukan inspeksi
8 kesehatan lingkungan
Persentase TPM yang memenuhi 4 12 2 1 32 32 1
9 syarat kesehatan
Analisis Permasalahan Lingkungan Puskesmas Mlonggo

• Pada indikator ini dilakukan pemeriksaan untuk 48 TPM namun


hanya sebanyak 36 TPM yang memenuhi syarat kesehatan dengan
sasaran bulan berjalan yaitu 48 TPM.

• Dari Permenkes RI Nomor 1096 Tahun 2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga,
diketahui bahwa Suatu TPM dikatakan masuk kedalam kriteria sehat adalah dengan
cara pengolahanan makanan yang aman, cara pengangkutan yang higienis, tempat
penyimpanan yang sesuai, serta penyajian makanan bersih.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes RI Nomor 1096 Tahun 2011 Tentang
Higiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta Republik Indones. 2011;
Fishbone
INPUT
∙ ·Man : Tukang masak dan pengelola TPM belum memilki kesadaran dan informasi
yang cukup untuk dapat memenuhi standar TPM yang sehat.
∙ ·Money : tidak ada masalah

∙ ·Method : Cara memasak makanan yang belum sesuai dengan standar TPM yang

sehat
∙ ·Material : Bahan makanan yang kurang higienis yang membuat belum sesuai

dengan standar TPM yang sehat


∙ ·Machine : peralatan memasak yang belum sesuai dengan standar yang ada
Proses
∙ P1 (Perencanaan) :
tidak ada masalah
∙ P2 (Penggerakan dan pelaksanaan)
Dari kultur masyarakat sendiri yang kurang memahami bahwa upaya kesehatan
TPM bukan merupakan sesuatu yang penting dikarenakan masyarakat masih
merasa aman dengan metode saat ini. Sehingga diperlukan bimbingan serta
edukasi yang dapat dilakukan oleh puskesmas, kader, serta lintas sectoral dapat
dilakukan perlahan dan masuk kedalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
∙ P3 (Pengawasan, pengendalian, dan penilaian) : tidak ada masalah
LINGKUNGAN

Sebagian besar masyarakat di Wilayah Puskesmas Mlonggo memiliki


Pendidikan yang cukup rendah, sehingga edukasi serta kesadaran
masyarakat untuk memenuhi standar TPM masih rendah.
Rencana Intervensi
Rencana Pemecahan Masalah
UKM
GIZI
UKM GIZI

Tinjauan Pustaka
Surveilans Gizi ❑

% balita bb kurang;
% balita pendek;
❑ % balita gizi kurang;
❑ % remaja putri anemia;
❑ % ibu hamil anemia;
Pengamatan sistematis dan ❑ % ibu hamil risiko
terus menerus terhadap Indikator Kurang Energi Kronik;
masalah gizi masyarakat dan ❑ % Bayi dengan Berat
indikator pembinaan gizi
Masalah Badan Lahir Rendah.
Gizi
Nilai besaran masalah

Cakupan:
Indikator
ASI eksklusif, TTD, Kinerja
KEK, IMD, KIA, BB, Program Gizi Indikator
Vit. A, garam beryodium Faktor Risiko

Sumber: Permenkes No. 14 tahun 2019 tentang pelaksanaan teknis surveilans gizi
Indikator Surveilans Gizi

% Balita ditimbang D/S Prevalensi Balita


01   02 Stunting
Target Jateng 2023 : 20%

Gangguan Pertumbuhan?

Prevalensi Anemia Ibu % Ibu Hamil dapat TTD


03 Hamil 04 Akhir Trimester III minimal 90 tab.
Target Jateng 2019 : 92,83%
Target Jateng 2023 : 24%
Prevalensi di INA: 48,9%

Sumber: Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 61 tahun 2019 dan Riskesdas 2018
Indikator Surveilans Gizi

% Balita kurus dapat PMT % Bumil KEK


05 Target Jateng 2019 : 91,92% 06 dapat PMT
Rata-rata nasional tercapai
2023 : 100%

% RT konsumsi garam
Pemberian Vit. A Yodium
07 Target Jateng 2019-2023 : 100%
08 Target jepara 2018 tercapai 86,36%

Sumber: Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 61 tahun 2019


Indikator Surveilans Gizi

% Remaja Putri Dapat TTD


09 Target Jateng 2019: 92,83% 10 % BBL IMD

% ASI Eksklusif % Balita Gizi Buruk dapat


11 Target Jateng 2023 : 70%
12 perawatan

Sumber: Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 61 tahun 2019


Analisis Situasi
% Balita Ditimbang (D/S)
01

Cakupan% tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan target sebesar 83%, sehingga pencapaian
% telah melebihi target yaitu 105,54%. Persentase %SPM bulan berjalan telah
memenuhi persentase SPM.
Prevalensi Balita Pendek (Stunting)
02

Target: 23% atau kurang


Persentase % balita pendek selama 1 tahun pada 2019 belum memenuhi persentase target SPM
karena persentase cakupan balita pendek lebih tinggi dari pada target.
Prevalensi Anemia Ibu Hamil
03

Belum mencapai target SPM


Karena persentase cakupan prevalensi anemia pada ibu hamil lebih tinggi daripada target (21%
atau kurang) dengan pencapaian 69,04%.
Prevalensi Ibu Hamil dapat TTD
04

Persentase % ibu hamil yang mendapat TTD selama 1 tahun pada 2019 telah memenuhi
persentase target SPM
Prevalensi Balita Kurus Dapat PMT
05

Telah memenuhi persentase target SPM


% Bumil KEK dapat PMT
06

Telah memenuhi persentase target SPM


Pemberian Vitamin A
07

Telah memenuhi persentase target SPM


% Rumah Tangga konsumsi Garam Beryodium
08

Telah memenuhi persentase target SPM


% Remaja Putri Dapat TTD
09

Telah memenuhi persentase target SPM


% BBL dapat IMD
10

Telah memenuhi persentase target SPM


% Bayi < 6 bulan dapat ASI Eksklusif
11

Telah memenuhi persentase target SPM


% Balita Gizi Buruk dapat Perawatan
12

Telah memenuhi persentase target SPM


Daftar Masalah UKM Gizi

Prevalensi Balita Pendek (Stunting) Prevalensi Anemia Ibu Hamil


Target : 23% atau kurang Cakupan
bulan berjalan : 24%. Target : 21% atau kurang
Pencapaian 104,34% Pencapaian 69,04%
Lebih tinggi dari pada target Lebih tinggi dari pada target
Prioritas Masalah
Metode Hanlon Kualitatif

Kriteria\Masalah Urgency Seriousness Growth Total Urutan Prioritas

Prevalensi balita 0 0 1 1 II
stunting tinggi

Prevalensi Ibu hamil 1 1 1 3 I


dengan anemia
tinggi
Analisis Penyebab Masalah
Masalah I : Prevalensi Ibu Hamil dengan Anemia tinggi

Masalah II : Prevalensi Balita Pendek (Stunting) Tinggi


Masalah I : Metode Fish Bone
Prevalensi
Anemia Ibu
Method Hamil Tinggi
Pemeriksaan Hb tidak
dilakukan tiap trimester
Input:
Money, machine,
materials : tidak ada
masalah
Man: Rendahnya
Jumlah nakes minim: 1 tenaga PK pengetahuan
dan 1 tenaga lab. anemia ibu hamil
Kurangnya kemampuan mengenali
tanda dan gejala dan keterampilan Lingkungan
pemeriksaan sampel
Masalah II : Prevalensi Balita Stunting Tinggi
Metode H.L. Bloom
Penyebab Masalah
Masalah
Perilaku Lingkungan Pelayanan Kesehatan Genetik
Balita Pola asuh pemberian ASI/MPASI ∙ Faktor Ibu: Status gizi buruk ∙ Edukasi masalah ∙ Riwayat
stunting yang salah/ tidak mencukupi: selama masa pra kehamilan, kesehatan stunting stunting pada
inisiasi menyusui tertunda, kehamilan, dan menyusui minimal keluarga
kandungan zat gizi mikro rendah, ∙ Tingkat pengetahuan orang ∙ Lemahnya intervensi ∙ Perawakan ibu
frekuensi pemberian rendah. tua/pengasuh rendah penatalaksanaan pendek
mengenai kebutuhan gizi kasus stunting
seimbang ∙ Akses menuju pusat
∙ Penghasilan kerja rendah pelayanan
sehingga pemenuhan kesehatan terbatas
kebutuhan terbatas ∙ Sistem pelayanan
∙ Kebersihan diri dan kesehatan.
lingkungan buruk memicu
timbulnya infeksi enteric
Intervensi Masalah I: Anemia Ibu Hamil

No. Masalah Strategi Program Kegiatan Tujuan Sasaran dan Monitoring dan Pelaksana
Pemecahan Lokasi Evaluasi
Masalah
1. Pencapaian Pemberdayaan Pemberian Pemberian Meningkatkan Sasaran Peningkatan Bidan desa
bulan masyarakat edukasi leaflet kepada pengetahuan primer : ibu pemahaman dan kader
berjalan   dengan media ibu hamil yang dan wawasan hamil ibu hamil  
prevalensi leaflet “Ibu berisikan edukasi ibu hamil   mengenai
anemia hamil bebas tentang sekaligus Lokasi : pencegahan
pada ibu anemia” pencegahan mendeteksi dini Posyandu di anemia dan
hamil belum   anemia dan cara kejadian wilayah kerja deteksi dini
mencapai mendeteksi dini anemia pada Puskesmas anemia
target terjadinya ibu hamil Mlonggo  
anemia pada ibu  
hamil
Intervensi Masalah I: Anemia Ibu Hamil
No. Masalah Strategi Program Kegiatan Tujuan Sasaran dan Monitoring dan Pelaksana
Pemecahan Lokasi Evaluasi
Masalah
    Bina Optimalisasi peran Penyuluhan Meningkatkan Sasaran Peningkatan Bidan desa
suasana kader Posyandu kepada kader pemahaman sekunder: kader pemahaman kader dan dokter
atau dan tenaga posyandu dan kader dan Posyandu dan dan tenaga kesehatan Puskesmas
dukungan kesehatan dalam tenaga kesehatan tenaga tenaga tentang pencegahan
sosial mengenali tanda- mengenai kesehatan kesehatan anemia dan deteksi
tanda anemia pencegahan tentang   dini anemia pada ibu
anemia pada ibu pencegahan Lokasi : hamil sehingga
hamil dan deteksi anemia dan Puskesmas kejadian anemia dapat
dini terjadinya deteksi dini Mlonggo terdeteksi lebih cepat
anemia pada ibu anemia pada dan tepat
hamil ibu hamil
Intervensi Masalah I: Anemia Ibu Hamil

No Mas Strategi Program Kegiatan Tujuan Sasaran dan Monitoring dan Pelaksana
. alah Pemecahan Lokasi Evaluasi
Masalah
    Advokasi Penambahan Advokasi kepada Pemeriksaan Sasaran Peningkatan Kepala
tenaga patologi pemerintah anemia pada tersier: jumlah Puskesmas
klinis dan tenaga kabupaten untuk ibu hamil Bupati Kab tenaga kerja Mlonggo
laboratorium meningkatkan dapat Jepara, patologi  
kesehatan jumlah tenaga dilakukan Dinas klinis dan
kerja patologi klinis secara tepat Kesehatan laboratorium
dan tenaga dan akurat Kab. Jepara kesehatan
laboratorium  
Intervensi Masalah I: Anemia Ibu Hamil
No. Masalah Strategi Program Kegiatan Tujuan Sasaran dan Monitoring dan Pelaksana
Pemecahan Lokasi Evaluasi
Masalah

    Advokasi Pelatihan Advokasi kepada Meminimalisir Sasaran Peningkatan Kepala


tenaga Dinas Kesehatan bias pada tersier: Dinas pengetahuan Puskesmas
kesehatan Kabupaten pemeriksaan, Kesehatan tenaga Mlonggo
untuk Jepara untuk melaksanakan Kabupaten kesehatan,
melakukan melaksanakan pemeriksaan Jepara transfer ilmu
pemeriksaan pelatihan dan pencatatan   antar tenaga
anemia pada prosedur yang sesuai kesehatan
ibu hamil pelaksanaan dengan  
  pemeriksaan literature
anemia pada ibu  
hamil
Intervensi Masalah II: Prevalensi Balita Stunting Tinggi

Program Sasaran
Monitoring dan
No Masalah Strategi Pemecahan Kegiatan Tujuan dan Pelaksana
Evaluasi
Masalah Lokasi
1. Status Advokasi Peningkatan Advokasi kepada Meningkatk Sasaran Penambahan Kepala
ekonomi ekonomi pemerintah an tersier : lapangan Puskesmas
masyarakat masyarakat kabupaten untuk ekonomi Bupati/ pekerjaan dan Mlonggo
rendah Mlonggo meningkatkan masyaraka walikota peningkatan
jumlah lapangan t Mlonggo status ekonomi
pekerjaan dan masyarakat
pemberian subsidi
pangan
Intervensi Masalah II: Prevalensi Balita Stunting Tinggi
Program Sasaran
Monitoring dan
No Masalah Strategi Pemecahan Kegiatan Tujuan dan Pelaksana
Evaluasi
Masalah Lokasi
2. Pola asuh Bina Pelatihan Kader Pemberian Meningkatkan Sasaran Meningkatnya Bidan Desa
orang tua suasana materi pengetahuan sekunder : pengetahuan dan Dokter
salah dan pentingnya kader agar kader kader dan kader Puskesmas
pengetahuan mempersiapkan dapat membantu Puskesmas dapat
orangtua nutrisi baik melakukan Mlonggo mengedukasi ibu
rendah pada masa edukasi kepada Lokasi : yang memiliki
prakehamilan, orang tua balita Rumah balita
kehamilan, perangkat
menyusui, desa
pemberian
MPASI dan
kebutuhan
makanan anak-
anak
Intervensi Masalah II: Prevalensi Balita Stunting Tinggi
Program Sasaran
Monitoring dan
No Masalah Strategi Pemecahan Kegiatan Tujuan dan Pelaksana
Evaluasi
Masalah Lokasi
  Pola Pemberday Pemberian Setiap satu wilayah Pengetahuan Sasaran Perubahan pola Bidan desa
asuh aan edukasi dan posyandu memiliki dan wawasan primer : makan anak dan kader
orang Masyarakat dukungan grup WA bersama ibu meningkat Ibu balita dan peningkatan
tua salah kepada ibu bidan desa dan kader. serta pendek, gizi gizi anak.
dan balita Grup ini diharapkan mendorong kurang dan
pengeta- menjadi wadah semangat ibu gizi buruk.
huan sebagai edukasi dan dalam
orangtua sharing pengalaman memperbaiki
rendah dan konsultasi antara gizi anaknya
ibu balita mengenai
cara-cara perawatan
balita agar status
gizinya meningkat
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai