Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 2

REGULASI MARITIM

“Annex II : Regulations For The Control


Of Pollution Of Noxius Liquid Subtances
In Bulk”
Nama Kelompok :

Fatur Rahman D031181302


Irsan Anugrah D031181304
Dian Maulana D031181305
Andi Aruc Muhammad P. D031181312
Juan Anugrah Alex D031181314
Warman Alif D031181316
Andrew Natanael Rumengan D031181317
Gambaran Umum
Polusi laut merupakan permasalahan yang membutuhkan penanganan yang serius dan konsisten oleh negara-negara
yang memiliki kepentingan baik dalam menjaga aspek keamanan wilayah maritimnya. Peningkatan kebutuhan angkutan
laut dalam lingkup nasionl dan internasional berakibat pada pemanfaatan laut sebagai jalur lalu lintas pelayaran. Utamanya
dalam angkutan muatan barang-barang yang berpotensi menurunkan degradasi di lingkungan laut. Hal ini dikarenakan
minyak, bahan cair berbahaya dan beracun baik dalam bentuk curah ataupun kemasan dalam skala yang besar, juga adanya
potensi pencemaran dari pengoperasian kapal yang tidak bisa dihindari misalnya minyak kotor dan gas buangan dari mesin
kapal serta limbah kotoran atau sampah maupun yang bersumber dari tumpahan mnyak dari kecelakaan kapal.
Annex II berisi tentang peratutan pengendalian pencemaran oleh bahan cair beracun dimana lampiran ini mulai
diberlakukan pada tanggal 2 Oktober 1983 yang merupakan regulasi tentang berbagai kriteria-kriteria pelepasan dan
pengendalian pencemeran oleh zat cair berbahaya yang dimuat kapal dalam jumlah besar.
Aturan ini memuat sekitar 250 jenis barang yang tidak boleh dibuang ke laut namun hanya bisa disimpan dan
selanjutnya diproses lebih lanjut ketika tiba di pelabuhan. Pelepasan residu kapal hanya diperbolehkan pada konsentrasi
dan kondisi tertentu yang bervariasi sesuai dengan kategori zat masing-masing. Tidak diizinkan untuk melakukan
pembuangan residu yang mengandung zat berbahaya dalam jarak 12 mil laut dari tepi pantai terdekat.
ANNEX II
Annex II ini berlaku untuk semua kapal yang mengangkut muatan curah cair yang beracun, kecuali yang
ditentukan lain oleh konvensi MARPOL 73/78 (Reg. 2), terdiri dari 16 peraturan dan 3 ayat tambahan.
Adapun beberapa definisi-definisi yang tercakup dalam regulasi ini, diantaranya sebagai berikut:

01 02
Chemical Tanker Clean Ballast
Suatu kapal yang dibangun atau dibuat sedemikian rupa dengan tujuan Air balast yang ada di dalam tangki yang sejak terakhir kali kapal tersebut
untuk mengangkut muatan berupa muatan curah cair yang berbahaya mengangkut muatan salah satu dari bahan kategori A, B, C atau D, telah benar
dan termasuk juga kapal tanker minyak sebagaimana hal tersebut di benar dibersihkan dan sisa-sisanya telah dibuang/dibongkar dan tangki yang
Annex I, bilamana kapal tersebut mengangkut sebagian atau dimaksud telah dikosongkan dengan memenuhi persyaratan dari Annex II ini.
seluruhnya berupa curah cair yang beracun

03 04
Liquid Substances Zat cair beracun (Noxious
Adalah zat-zat yang memiliki vapor pressure Liquid Substances)
(tekanan uap) tidak lebih dari 2.8 kp/cm2 Semua zat tersebut dalam appendix II Annex yang menyebutkan daftar zat
pada suhu 37.80 ºC. cair beracun sebagaimana terdaftar dalam chapter 17 dan 18 pada
International Bulk Chemical Code.
Pemberlakuan Regulasi 2
bagi kapal-kapal yang mengangkut zat cair beracun di
dalam tangkinya. Adapun kategorisasi dan daftar dari zat
cair beracun, yaitu:

Kategori A Kategori B
Semua Zat cair berbahaya yang apabila dibuang ke laut dari
Semua Zat cair berbahaya yang apabila
tangki sisa pembersihan atau pembuangan tangki ballast
dapat menyebabkan resiko yang sangat besar terhadap dibuang ke laut dari tangki sisa
sumber – sumber alam di laut maupun terhadap kesehatan pembersihan atau pembuangan tangki
manusia atau dapat menyebabkan gangguan serius ballast dapat menyebabkan resiko yang
terhadap kenyamanan seluruh fungsiguna laut dan dengan sangat besar terhadap sumber – sumber
demikian membenarkan terhadap penggunaan aturan / alam di laut maupun terhadap kesehatan
ukuran anti pencemaran yang keras (justify the manusia atau dapat menyebabkan
application of stringent anti-pollution measure) gangguan serius terhadap kenyamanan
seluruh fungsiguna laut dan dengan
demikian membenarkan terhadap
penggunaan aturan / ukuran anti
pencemaran yang keras (justify the
application of stringent anti-pollution
measure)
Kategori C Kategori D
Semua zat cair berbahaya yang apabila dibuang ke laut dari
Semua Zat cair berbahaya yang apabila
tangki sisa pembersihan atau pembuangan tangki ballast
dapat menyebabkan resiko yang kecil (minor hazard) dibuang ke laut dari tangki sisa
terhadap sumber – sumber alam di laut maupun terhadap pembersihan atau pembuangan tangki
kesehatan manusia atau dapat menyebabkan ganguan ballast dapat menyebabkan resiko yang
terhadap kenyamanan seluruh fungsional yang khusus dapat di kenali terhadap sumber –
(special operational conditions). sumber alam di laut maupun terhadap
kesehatan manusia atau dapat
menyebabkan ganguan minimal
terhadap kenyamanan seluruh
fungsiguna laut dan dengan demikian
memerlukan perhatian – perhatian pada
kondisi – kondisi operasional (some
attention in operational conditions).
Ship Marine Pollution Emergency Plan for
NLS
Semua kapal dengan GRT lebih dari 150 ton yang berhak mengangkut NLS harus memiliki dan
membawa sebuah rencana darurat penanggulangan pencemaran laut oleh zatcair curah beracun,
yang disapprove oleh pemerintah (administrasi) Peraturan ini berlaku tgl 1 Januari 2003.
Rencana darurat tersebut di tulis dalam bahasa kerja awak kapal, dan meliputi ;

1.) Prosedur yang harus diikuti oleh nahkoda atau orang lain yang bertanggung jawab untuk
melaporkan insiden polusi oleh NLS.
2.) Daftar orang – orang yang harus dihubungi dalam keadaan darurat pencemaran oleh NLS.
Implementasi MARPOL 73/78 Annex II
Tentang Pencegahan Polusi Zat Cair
Berbahaya di Indonesia
● KM 4 Tahun 2005 Tentang Pencegahan Pencemaran
dari Kapal.
● Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 Tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim Bab II Pasal 5
Tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Pencemaran dari Pengoperasian Kapal.
● PP Nomor 19 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.
● Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penyimpanan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Dampak Bagi Industri Maritim dan Pelestarian
Lingkungan Maritim Terkait Pengimplementasian
Annex II di Indoenesia
Dampak yang terjadi akibat adanya regulasi Annex II biasanya mencakup kelangsungan
bisnis kapal pengangkut minyak, khususnya dalam perspektif pemilik kapal tanker.
Permasalahan utama adalah tumpahan minyak mentah oleh kapal Tanker atau biasa di sebut
Oil Spill.
Polutan dari jenis minyak mentah (Crude Oil) yang di perairan sering menjadi issue-isue
lingkungan sehingga dapat menjadi ancaman daerah terkait iklim investasi. Adapun dampak
dari limbah dalam bentuk tumpahan minyak ini secara spesifik menunjukkan pengaruh
negative yang penting terhadap lingkungan pesisir dan perairan laut terutama melalui kontak
langsung dengan organisma perairan. Dampak langsung terhadap pelestarian lingkungan
maritime, contohnya pada kegiatan perikanan termasuk pada pariwisata laut dan dampak tidak
langsung melalui gangguan terhadap lingkungan. Sehingga berlakunya Annex di Indonesia
dapat menanggulangi masalah-masalah seperti diatas. Regulasi Marpol Annex II khususnya
dapat mencegah issue issue lingkungan mengenai pencemaran karena dalam Annex telah di
bahas, seperti cairan atau barang yang tidak boleh di buang kelaut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai