Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

POPULASI RENTAN : PENYAKIT MENTAL


Di susun oleh kelompok 3
Isnaeni 1219006051
Dhimas Firmansyah 1219006171
Fathimah Azzahro 1219006211
Sindhi Noviasari 1219006231
Widodo Utomo 1219006391
Pengertian populasi rentan
Populasi Rentan Menurut Departeman Hukum dan Hak Asasi
Manusia, kelompok rentan adalah semua orang yang menghadapi
hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar kehidupan yang
layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang
berperadaban. Jadi kelompok rentan dapat didefinisikan sebagai
kelompok yang harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah
karena kondisi sosial yang sedang mereka hadapi. Menurut Undang-
undang No.4 tahun 1997 yang dimaksud dengan penyandang cacat
adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental,
yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan
baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. Dari sisi
pengelompokkannya, maka penyandang cacat dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) hal : Penyandang cacat fisik, Penyandang cacat mental,
Penyandang cacat fisik dan mental.
Pengertian penyakit mental
Gangguan Mental Definisi Gangguan Mental (Mental Disorder) Istilah
gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan
istilah resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan
Diagnostik Gangguan Jiwa). Definisi gangguan mental (mental disorder)
dalam PPDGJ II yang merujuk pada DSM-III adalah: “Gangguan mental
(mental disorder) atau gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku,
atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara
khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya
(impairment/disability) di adalm satu atau lebih fungsi yang penting dari
manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah
disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu
tidak semata-mata terletak di dalam hubungan orang dengan
masyarakat”. (Maslim, tth:7).
Macam-Macam Gangguan Mental

• Gangguan mental organik dan simtomatik.


• Gangguan skizofrenia dan gangguan waham.
• Gangguan suasana perasaan (mood/afektif).
• Gangguan neurotik, somatoform dan gangguan stres.
• Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik.
• Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Gangguan Mental

• Faktor Organis (somatic).


• Faktor-faktor psikis dan struktur kepribadiannya.
• Faktor-faktor lingkungan (milieu) atau faktor-faktor sosial.
Pencegahan gangguan mental

a. Pengertian pencegahan gangguan mental


Dalam dunia kesehatan mental pencegahan didefinisikan sebagai
upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana dari
lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian.
pencegahan mempunyai pengertian sebagai metode yang digunakan
manusia untuk menghadapi diri sendiri dan orang lain guna
meniadakan atau mengurangi terjadinya gangguan kejiwaan. Dengan
demikian pencegahan gangguan mental didasarkan pada upaya
individu terhadap diri dan orang lain untuk menekan serendah mungkin
agar tidak terjadi gangguan mental sesuai dengan kemampuannya
b. Upaya pencegahan
• Gambaran dan sikap baik terhadap diri-sendiri Orang yang memiliki kemampuan
mnyesuaikan diri Hal ini dapat diperoleh dengan cara penerimaan diri, keyakinan diri
dan kepercayaan kepada diri-sendiri.
• Keterpaduan atau integrasi diri Berarti adanya keseimbangan antara kekuatan-
kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah dalam hidup) dan
kesanggupan mengatasi ketegangan emosi (stres)
• Pewujudan diri (aktualisasi diri) Merupakan sebuah proses pematangan diri dapat
berarti sebagai kemampuan mempengaruhi potensi jiwa dan memiliki gambaran dan
sikap yang baik terhadap diri-sendiri serta meningkatkan motivasi dan semangat
hidup.
• Agama dan falsafah hidup. Dalam hal ini agama berfungsi sebagai therapy bagi jiwa
yang gelisah dan terganggu.
• Pengawasan diri Agar dapat terhindar dari gangguan mental, maka sedapat mukin
melindungi diri dari dorongan dan keinginan atau berbuat maksiat dengan
mengawasi diri kita.
Pengkajian kasus

Kasus
seorang perempuan Ny. M, usia 40 tahun, beragama islam yang tinggal
dengan dua orang anak perempuan berusia 19 tahun dan 15 tahun baru
saja pulang dari rumah sakit setelah 20 hari dirawat di rumah sakit,
perempuan tersebut dirawat karena marah-marah, tertawa, berbicara
sendiri, merusak alat rumah tangga dan curiga dengan suaminya.
Diagnosa medis skizofrenia. Suami perempuan tersebut berusia 45
tahun dan bekerja sebagai buruh di kota dan pulang seminggu sekali.
Perempuan tersebut sudah 2 kali dirawat di rumah sakit. Dirumah ia
hanya tinggal dengan kedua anaknya, 1 minggu setelah pulang kader
melaporkan keperawat puskesmas bahwa perempuan tersebut mulai
marah-marah, bicara dan tertawa sediri lagi dan tidak mau minum obat.
Pengkajian
Nama : Ny. M
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Alamat : -
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Halusinasi
Data demografi

No Nama Anggota Umur Jenis kelamin Hubungan Agama Keadaan fisik


Keluarga Dalam
Keluarga
1 Pasien Ny. M 40 thn Perempuan Istri/ibu Islam Baik (Riwayat
gangguan
mental)
2 Suami 45 thn Laki-laki Suami/ayah Islam Baik

3 Anak 1 19 thn Perempuan Anak Islam Baik

4 Anak 2 15 thn Perempuan Anak Islam Baik


• Diagnosa keperawatan individu
Dx : Halusinasi
Resiko perilaku kekerasan Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
Individu
a. Halusinasi berkurang atau hilang
b. Perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan dapat di
cegah
c. Patuh dalam penatalaksanaan regimen terapeutik
Keluarga
d. Mengenal masalah halusinasi, resiko perilaku kekerasan dan
penatalaksanaan regimen terapeutik
e. Memutuskan cara merawat perempuan tersebut
f. Memodivikasi lingkungan
g. Melakukan follow-up dan rujukan
• Tindakan
Individu
a. Melatih mengontrol halusinasi dengan 4 cara : menghardik, bercakap-
cakap, kegiatan terjadual dan patuh minum obat.
b. Melatih mengontrol prilaku kekerasan dengan cara: fisik, sosial,
spiritual, deescalasi dan patuh obat.
c. Mendiskusikan tentang manfaat obat
Keluarga
d. Melatih mengenal masalah.
e. Melatih keluarga mengambil keputusan.
f. Melatih keluarga cara memodivikasi lingkungan.
g. Melatih keluarga cara merawat ODGJ dengan halusinasi, resiko
perilaku kekerasan dan ketidak efektifan penatalaksanaan regimen
terapeutik
• Evaluasi
Individu
a. Halusinasi terkontrol atau hilang.
b. Tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungan.
c. Patuh minum obat.
Keluarga
d. Pengetahuan keluarga meningkat.
e. Mampu merawat perempuan tersebut.
• Pencegahan
a. Primer : pendidikan kesehatan dan melatih cara manajemen setres
untuk suami dan anak-anak pasien tersebut
b. Sekunder : monitor kepatuhan minum obat dan memberikan
perawatan Tersier : meningkatkan kemampuan koping dan
mengembangkan sistem pendukun
TERIMAKASIH ,,

Anda mungkin juga menyukai