Anda di halaman 1dari 34

ANTIBIOTIK & UJI

ANTIBIOTIK ANTIMIKROBA
Annisa Mulia Anasis, M. Biomed
Sejarah penemuan antibiotik
 Pada tahun 1928, Antibiotik pertama (penisilin) ditemukan oleh
Alexander Fleming, seorang ahli mikrobiologi dari Inggris

 Tahun 1930-an, penisilin mulai diresepkan untuk mengobati penyakit-


penyakit infeksi

 Sebelum antibiotik ditemukan, banyak infeksi yang tidak bisa


disembuhkan dan menyebabkan kematian. Namun sejak penisilin
ditemukan, jutaan penderita infeksi di seluruh dunia, bisa diselamatkan
nyawanya
Sejarah penemuan antibiotik

 Begitu hebatnya antibiotik, sehingga sejak tahun 1944 –


1972, rata-rata harapan hidup manusia meningkat delapan
tahun
Tahun Peristiwa Negara
1929 Penisilin ditemukan Inggris
1932 Sulfonamid ditemukan Jerman
1939 Gramisidin ditemukan Amerika Serikat
1942 Penisilin diperkenalkan Inggris dan Amerika Serikat

1943 Streptomisin ditemukan Amerika Serikat


1943 Basitrasin ditemukan Amerika Serikat
1945 Sefalosporin ditemukan Italia
1947 Kloramfenikol ditemukan Amerika Serikat
1947 Klortetrasiklin ditemukan Amerika Serikat
1949 Neomisin ditemukan Amerika Serikat
1950 Oksitetrasiklin ditemukan Amerika Serikat
1952 Eritromisin ditemukan Amerika Serikat
1956 Vankomisin ditemukan Amerika Serikat
1957 Kanamisin ditemukan Jepang
1960 Metisilin diperkenalkan Inggris dan Amerika Serikat

1961 Ampisilin diperkenalkan Inggris


1961 Spektinomisin ditemukan Amerika Serikat
1963 Gentamisin ditemukan Amerika Serikat
1964 Sefalosporin diperkenalkan Inggris
1966 Doksisiklin diperkenalkan Amerika Serikat
1967 Klindamisin dilaporkan Amerika Serikat
1971 Tobramisin ditemukan Amerika Serikat
1972 Sefamisin ditemukan Amerika Serikat
1972 Minosiklin diperkenalkan Amerika Serikat
Definisi
 Antibiotik pada awalnya dikenal dengan istilah antibiosis

 Antibiosis : Substansi yang dapat menghambat pertumbuhan


organisme hidup yang lain dan berasal dari mikroorganisme

 Antibiotik : tidak hanya terbatas pada substansi yang berasal


dari mikroorganisme

 Dibedakan atas antibiotik terhadap sel prokariotik (bakteri),


antibiotik terhadap sel eukaryotik (fungi, protozoa, cacing)
Peranan Antibiotik
 Agen sitotoksik  antibiotik antitumor ex : mitramisin, Motomisin C,
Neokarzinostatin

 Bahan pengawet  untuk menghindari kontaminasi MO yang dapat


merusak produk makanan. Ex : Piramisin, tilosin, nisin, klortetrasiklin.

 Peternakan  antibiotik yang digunakan pada ternak. Ex : mikamisin,


tilosin, quebemisin, tiopeptin

 Patologi tanaman  mengatasi serangan MO patogen. Ex : polioksin,


kasugamisin, tetranaktin.
Penemuan sumber-sumber antibiotik
 Dilakukan dengan cara penapisan atau skrining untuk
menemukan MO penghasil antibiotik

 Proses penapisan terdiri atas dua tahap :


1. Tahap skrining primer
 mencari sumber penghasil
 Menumbuhkan MO yang didapat
 Mengisolasi dan mengoleksi MO
 Uji kemampuan isolat
Penemuan sumber-sumber antibiotik

2. Tahap Skrining Sekunder :


 Mendapatkan koloni MO terpilih
 Mencari kondisi optimal untuk pertumbuhan (temperatur,
pH, lama inkubasi, media)
 Identifikasi MO (secara morfologi, kimiawi, ataupun
genetik 16S rRNA)
 Identifikasi substansi
Penggolongan berdasarkan spektrum kerja atau
luas aktivitasnya

1. Antibiotika Narrow-Spektrum (aktivitas sempit)

Obat ini terutama aktif terhadap beberapa jenis


kuman saja
Misal :
 Penisilin G dan Penisilin V, eritromisin, klindamisin,
kanamisin hanya bekerja terhadap kuman Gram –positif.
 Streptomisin, gentamisin, polimiksin-B, asam nalidiksat
khusus aktif terhadap kuman Gram-negatif.
Penggolongan berdasarkan spektrum kerja
atau luas aktivitasnya

2. Antibiotika Broad Spektrum (aktivitas luas)

Bekerja terhadap lebih banyak kuman baik jenis kuman


Gram-positif maupun jenis kuman Gram-negatif.
Contoh : Sulfonamida, ampisilin, sefalosporin,
kloramfenikol, tetrasiklin dan rifampisin
Penggolongan berdasarkan mekanisme kerja

1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel

Antibiotik ini bekerja dengan cara merusak lapisan


peptidoglikan yang menyusun dinding sel bakteri.
Ex: Kelompok penisilin, sefalosporin, karbapenem,
basitrasin, vankomisin
Penggolongan berdasarkan mekanisme kerja

2. Antibiotik yang merusak membran plasma

Molekul lipoprotein dari membran plasma (di dalam dinding sel)


dikacaukan sintesanya hingga menjadi lebih permeabel. Hasilnya, zat-zat
penting dari isi sel dapat merembes keluar.

Ex: Polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin) dan imidazol


(mikonazol dan ketokonazol).
Penggolongan berdasarkan mekanisme kerja

3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein

Mengganggu sintesis protein dengan berikatan pada subunit 30S ribosom


bakteri dan menghambat translokasi peptidil-tRNA dari situs A ke situs P
sehingga menyebabkan kesalahan pada pembacaan mRNA
misalnya: kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida.
Penggolongan berdasarkan mekanisme kerja

4. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat


(DNA,RNA)

Penghambatan terhadap trasnkripsi dan replikasi mikroorganisme.


RNA : Rifamisin
DNA : asam nalidiksat dan kinolon, acyclovir
Penggolongan berdasarkan mekanisme kerja

5. Antibiotik yang menghambat metabolit essensial


Dengan adanya kompetitor berupa antimetabolit, yaitu substansi
yang secara kompetitif menghambat metabolit mikroorganisme,
karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal bagi
enzim metabolisme

Ex : Sulfonamida, trimetoprim, INH


Antifungi

 Antara lain golongan polyene


1. Amfoterisin B  Streptomyces
2. Golongan azol  imidazol (klotrimazol, mikonazol,
ketokonazol) dan triazol (flukonazol, itrakonazol)
3. Griseofulvin  Penicillium
Antivirus
 Memiliki target berupa reproduksi virus

 Pada obat antivirus yang memiliki aksi berupa analog nukleosida


dan nukleotida, mekanisme aksinya adalah dengan menciptakan
kesalahan pada sintesis nukleotida virus.

 Contoh : asiklovir, famsiklovir, gansiklovir, trifluridin, ribavirin,


zidofudin (AZT) untuk HIV yang memiliki mekanisme kerja
menghambat sintesis DNA dan RNA dengan cara mengganggu kerja
enzim transcriptase
Klasifikasi Antibiotik

 Penisilin : benzil penisilin, fenoksimetilpenisilin, ampisilin,


amoksisilin.
 Sefalosporin dan antibiotik beta laktam lainnya ; sefadroksil,
sefaklor, sefotaksim
 Tetrasiklin
 Aminoglikosida; streptomisisn, gentamisin, neomisin
 Makrolida; erotromisin, linkomisin
 Kuinolon; siprofloksasin, ofloksasin
 Sulfonamida dan trimetoprim; kotrimiksazol, suldok
 Antibiotik lainnya.
Resistensi Obat 

o Definisi “resisten” : 
Bila pertumbuhan bakteri tidak dapat dihambat oleh
antibiotik pada kadar maksimal yang dapat ditolerir host

o Penyebab resistensi :
 Perubahan genetik,
 Mutasi spontan DNA,
 Transfer DNA antar organisme (konjugasi, transduksi,
transformasi),
 Induksi antibiotik.
Penggolongan Resistensi

1. Resistensi Primer

Resistensi yang menjadi sifat alami mikroorganisme. Karena


adanya enzim pengurai antibiotik pada MO sehingga secara alami
MO dapat menguraikan antibiotik
contoh : Staphylococcus  enzim penisilinase
Penggolongan Resistensi

2. Resistensi Sekunder (dapatan)

Diperoleh akibat kontak dalam waktu yang cukup lama dan dengan
frekuensi yang tinggi dengan agen antimikroba, sehingga
memungkinkan terjadinya mutasi pada MO.

Terbentuknya mutan bisa dalam waktu cepat (resistensi tingkat satu)


 Streptomisin dan rimpamisin. Dan juga dalam waktu yang lama
(resistensi tingkat dua)  penisilin, eritromisin, dan tetrasiklin.
Penggolongan Resistensi

3. Resistensi Episomal

Resistensi yang disebabkan oleh faktor genetik di luar kromosom


Uji Antibiotik Antimikroba

 Tujuan Assay :
1. menentukan potensi dan control kualitas selama proses produksi
senyawa antimikroba di pabrik
2. Untuk menentukan farmakokinetik obat pada hewan atau manusia
3. Untuk memonitor dan mengontrol kemoterapi obat

 Kegunaan uji antimikroba  diperolehnya suatu sistem pengobatan


yang efektif dan efisien
Metode Difusi
1. Metode disk Diffusion (kertas cakram)
 Menentukan aktifitas agen antimikroba
 Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar
yang telah ditanami MO yang akan berdifusi pada media agar
tersebut.
 Area jernih  hambatan pertumbuhan MO
Metode Difusi
2. E test

 Untuk mengestimasi KHM (Konsenterasi Hambat Minimum)


 konsenterasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat
menghambat pertumbuhan MO.

 Digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba


dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada
permukaan media agar yang telah ditanami MO.
Metode Difusi

3. Ditch Plate Technique

 Sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit


yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri
pada bagian tengah secara membujur

 Mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen antimikroba


Metode Difusi
4. Cup-plate technique

 metode ini serupa dengan disc diffusion, dimana dibuat sumur


pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme

 pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji.


Metode Difusi
5. Gradient plate technique

 Media agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan.


 Campuran kemudian dituangkan kedalam cawan petri dan diletakkan
dalam posisi miring.
 Nutrisi kedua kemudian dituangkan diatasnya plate, inkubasi selama
24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan
permukaan media mengering.
 Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan
mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan dengan
panjang pertumbuhan hasil goresan.
Metode Dilusi
1. Metode dilusi cair

 Untuk mengukur KBM (Kadar Bunuh Minimum dan KHM (Kadar


Hambat Minimum).
 Cara yang dilakukan adalah dengan memberi seri pengenceran
agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan
mikroba uji.
 Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat
jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai
KHM.
Metode Dilusi

 Larutan yang ditetapkan sebagi KHM tersebut selanjutnya dikultur


ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun
agen antimikroba dan diikubasi selama 18-24 jam.
 Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan
sebagai KBM.
Metode Dilusi

2. Metode dilusi padat

 Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun


menggunakan media padat (soil).
 Keuntungan metode ini adalah suatu konsentrasi agen
antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji
beberapa mikroba uji.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai