Anda di halaman 1dari 31

 PENGURUS PADA ORGANISASI PROFESI PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (PERSAGI)

 KETUA INDONESIAN SPORT NUTRITIONIST ASSOCIATION (ISNA) (www.isna-persagi.id) 0817-0175-235


 WAKIL KETUA UMUM MARISZA CARDOBA FOUNDATION (MCF) (WOMEN, CHILDREN, AND THE
DISABLE, ESPECIALLY THOSE WHO LIVE WITH AUTOIMMUNITY), SEKRETARIS YAYASAN TEMPE
INTERNASIONAL
 WELLNESS COACH-EMPLOYEE ASSISTANCE PROGRAM IRADAT KONSULTAN RADEN SALEH
JAKARTA
 KONSULTAN GIZI PADA ROYAL CAFÉ HEALTHY CATERING DIET, RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS
SUNTER, ROYAL SPORT MEDICINE CENTER SUNTER, ROYAL SPORT PERFORMANCE CENTER
SENAYAN CITY
 PENULIS 36 BUKU GIZI DAN KESEHATAN BER ISBN, PENERBIT GRAMEDIA AND PENEBAR PLUS
 PENGHARGAAN ; PENEBAR PLUS AWARD 2010, DOSEN POLTEKKES BERPRESTASI 2012, PERGIZI
PANGAN AWARD 2013, INDONESIA WOMEN AWARD 2018, INDOLANESIA AWARD 2019, KARTINI
OVERVIEW ASUHAN
GIZI
GAGAL GINJAL
Dr. Rita KRONIS
Ramayulis,
DCN, M.Kes
MEMAHAMI ;
 REVIEW FUNGSI GINJAL TERKAIT GIZI
 PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI GAGAL GINJAL KRONIS (GGK)
 ASSESMEN GIZI BERDASARKAN ANTROPOMETRI PADA PASIEN
GGK
 ASSESMEN GIZI BERDASARKAN BIOKIMIA, KLINIS PADA PASIEN
GGK
 ASSESMEN GIZI BERDASARKAN KEBIASAAN MAKAN DAN
RIWAYAT PERSONAL PADA PASIEN GGK
 INTERVENSI PEMBERIAN PROTEIN UNTUK GGK (TANPA DAN
DENGAN HEMODIALISA)
REVIEW FUNGSI GINJAL TERKAIT ZAT GIZI

 Mengatur keseimbangan air  Mengatur keseimbangan asam


 Kelebihan air akan dan basa cairan tubuh.
diekskresikan oleh ginjal  Ginjal mengatur
sebagai urine yang encer keseimbangan asam basa
dalam jumlah besar. dengan sekresi dan reabsorpsi
 Kekurangan air menyebabkan ion hidrogen dan ion
urine yang diekskresi bikarbonat
berkurang dan konsentrasinya  Ion hydrogen berasal dari
lebih pekat. metabolisme protein, ph < 6
 Air adalah zat gizi yang perlu  Ion bikarbonat berasal dari
dipantau metabolisme kalium,
magnesium dan kalsium
 Protein, K, Mg, Ca adalah zat
LANJUTAN REVIEW FUNGSI GINJAL TERKAIT
ZAT GIZI
 Mengatur konsentrasi garam
 Ekskresi sisa-sisa metabolisme
dalam darah.
(ureum, asam urat, kreatinin),
 Apabila terjadi pemasukan
zat-zat toksik, obat-obatan, hasil
dan pengeluaran yang
metabolisme hemoglobin dan
abnormal, ion-ion akibat
kelebihan garam
pemasukan garam yang
 Ureum dan Kreatinin terkait
berlebihan pada ginjal akan
protein, Asam urat terkait purin.
meningkatkan ekskresi ion-ion
 Hemoglobin terkait dengan Zat
yang penting, yaitu Na, K, Cl,
besi, protein, asam folat, vitamin
Ca, dan Fosfat.
B12
 Na, K, Cl, Ca, Fosfat adalah
 Garam terkait dengan Na dan
zat gizi yang perlu dipantau
Klorida
 Protein, Asam urat, Zat Besi,
PENGERTIAN GAGAL GINJAL KRONIS

 Merupakan sindroma klinis karena penurunan fungsi ginjal secara menetap akibat
kerusakan nefron (Destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus menerus)
 Proses penurunan fungsi ginjal ini berjalan secara progresif dan irevesibel dalam
berbagai periode waktu dari beberapa bulan hingga beberapa dekade sehingga pada
akhirnya akan terjadi gagal ginjal terminal (GGT)
KLASIFIKASI PROGRESISIVITAS GAGAL GINJAL KRONIS
DENGAN MENGGUNAKAN GFR
 Stadium 3 ; 30-59 Kerusakan ginjal
dengan penurunan GFR sedang
 Stadium 4 ; 15-29 Kerusakan ginjal
dengan penurunan GFR berat

 Stadium 5 ; < 15
gagal ginjal  Stadium 1 ; ≥ 90
dengan penurunan Kerusakan ginjal
GFR sangat berat dengan GFR normal
(transplatasi ginjal  Stadium 2 ; 60-89
atau dialysis rutin) Sumber NKF & Kerusakan ginjal
Kilstoff, 2010 dengan penurunan
GFR ringan
PERHITUNGAN LAJU GFR

Glomerular Filtration Rate (GFR)  disebut juga sebagai laju filtrasi


glomerular,  yaitu rata rata kecepatan volume cairan yang filtrasi  di
glomerulus ginjal.
GFR laki laki = (140 -  umur) x kgBB / (72 x serum kreatinin)
GFR perempuan = (140 -  umur)  x kgBB x 0,85 / (72 x serum
kreatinin)
Contoh Perhitungan : Perempuan, usia 50 th, BB 56 kg, mempunyai
nilai serum kreatinin 0,5 mg/ dl
 (140-50) x 56 x 0,85 / (72 x 1,1) = 55,44
NCP ; NUTRITION CARE PROCESS
NCP Step I
Assesment
Assesment tdd
Antropometri, Biokimia,
Clinis, Dietary History,
Ahli Gizi NCP Step II Riwayat Personal
NCP Step IV &
Monev Gizi
Diagnosis
Gizi
Ada Proses, Berpikir
Klien
Kritis, Membuat
keputusan, Memecahkan
NCP Step III Intervensi
masalah, Kolaborasi
Gizi Tediri dari State of
Science dan State of Art
ASSESMEN ANTROPOMETRI TERKAIT PENENTUAN BERAT BADAN TANPA
EDEMA DAN ASCITES

 Melakukan koreksi terhadap keadaan edema dan


ascites
 Edema ringan (bengkak pada tangan atau kaki) ;
koreksi 1 kg sd 10% BBA
 Edema sedang (bengkak pada wajah dan tangan
atau kaki) ; koreksi 5 sd 20% BBA
 Edema berat (bengkak pada seluruh tubuh) ;
koreksi 10 kg sd 30% BBA
 Ascites ringan koreksi 2,2 kg
 Ascites sedang koreksi 6 kg
 Ascites berat koreksi 10 sd 14 kg
ASSESMEN ANTROPOMETRI TERKAIT PREDIKTOR KEADAAN YANG LEBIH BAIK

 Kenaikan berat badan / IMT tanpa


edema dan ascites merupakan
predictor yang baik
 BMI dalam kisaran kelebihan berat
badan dikaitkan dengan penurunan
risiko perkembangan penyakit ginjal
dan semua penyebab kematian pada
stadium 3-4 CKD.
Model 1: Adjusted for age  Sumber Davis, E, et all. (2016)
Model 2: Adjusted for age, gender, race (Caucasian vs. Non-
Caucasian)
Model 3: Model 2 + estimated glomerular filtration rate,
proteinuria, cause of chronic kidney disease, diabetes status
*P ≤ 0.05, **P ≤ 0.01
INTERVENSI BERDASARKAN ASSESMENT ANTROPOMETRI

 PENCEGAHAN PENURUNAN BERAT BADAN, KESEIMBANGAN


NITROGEN NEGATIF, KEHILANGAN MASSA OTOT, DAN MASSA
TULANG
 TERKAIT PENURUNAN BERAT BADAN DAN KESEIMBANGAN
NITROGEN MAKA PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI ADALAH 35
KKAL / KG BB NORMAL. SELANJUTNYA HASIL PERHITUNGAN INI
HARUS DISESUAIKAN DENGAN ASSESMENT DIETARY HISTORY
 TERKAIT KEHILANGAN MASSA OTOT MAKA PEMBERIAN PROTEIN
LEBIH TINGGI DAN JENIS ASAM AMINO ESENSIAL, SELANJUTNYA
DISESUAIKAN DENGAN ASSESMENT BIOKIMIA (HASIL LFG).
 TERKAIT KEHILANGAN MASSA TULANG MAKA PEMBERIAN
KALSIUM DAN VITAMIN C DIPASTIKAN CUKUP, SELANJUTNYA
DISESUAIKAN DENGAN ASSESMENT BIOKIMIA.
 KETIKA PASIEN MEMPUNYAI BERAT BADAN BERLEBIH DAN
ASSESMEN BIOKIMIA TERKAIT STATUS GIZI

 Albumin ;
 Kecenderungan hipoalbuminemia
 Berhubungan dengan :
 Proses hemodialysis (10-12 g asam amino per kali
hemodialysis) = kehilangan protein
 Kejadian inflamasi yang akan menyebabkan :
 Anoreksia, dan pada akhirnya malnutrisi = asupan
protein rendah
 Penurunan protein otot skeletal = katabolisme
meningkat

Sumber : Yuwono, et al. (2010)


LANJUTAN (1) ASSESMEN BIOKIMIA TERKAIT STATUS
GIZI

 Hemoglobin ;
 Mengalami penurunan, berhubungan dengan :
 Proses inflamasi sehingga daya tahan eritosit menurun
 Menurunnnya produksi eritropoetin (EPO) oleh ginjal
 Kehilangan zat besi melalui proses hemodyalisis, sekitar
1,5 – 2 gr/ tahun.
 Kehilangan darah saat terapi dialisis
 Asupan zat gizi yang perlu diperhatikan zat besi, asam folat,
vitamin B12.

Sumber : Garini, A. (2018)


LANJUTAN (2) ASSESMEN BIOKIMIA TERKAIT STATUS GIZI

 Kalium ;
 Hiperkalemia (konsentrasi kalium plasma lebih dari 5,3
mEq/L) terkait dengan berkurangan eksresi kalium melalui
ginjal, juga karena katabolisme dan gangguan insulin
menyebabkan kalium keluar dari dalam sel.
 Hipokalemia (konsentrasi kalium plasma kurang dari 3,5
mEq/1) terkait dengan penggunaan obat diuretic, asupan
kalium yang rendah, mual dan muntah.
 Hemodialisis bermakna menurunkan kadar kalium
LANJUTAN (3) ASSESMEN BIOKIMIA TERKAIT STATUS GIZI

 Natrium ;
 Hiponatremia (kadar natrium kurang dari 135 mEq/liter)
terkait dengan terkait dengan penggunaan obat diuretic, mual
dan muntah serta edema dan ascites.
 Hipernatremia - Hipervolemia ; absolut natrium tinggi ; dialisis
 Hemodialisis bermakna meningkatkan kadar natrium
ASSESMEN BIOKIMIA TERKAIT PERUBAHAN METABOLIK

 Kreatinin Tinggi ;
 Kreatinin adalah zat limbah dalam darah yang
diproduksi oleh jaringan otot saat seseorang
bergerak atau beraktivitas
 Kreatinin tinggi karena ketidakmampuan ginjal
mengeluarkannya
 Berhubungan juga dengan jenis protein yang
bersumber dari daging dan makanan sumber protein
yang mempunyai nilai bioavability rendah seperti
kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu.
 Berhubungan juga dengan konsumsi protein non
Sumber : Ko Jee, G, e al (2017)
susu
LANJUTAN ASSESMEN BIOKIMIA TERKAIT PERUBAHAN METABOLIK

 Ureum Tinggi ;
 merupakan zat sisa dari pemecahan protein dan
asam amino di dalam hati.
 Ureum tinggi karena ketidakmampuan ginjal
mengeluarkannya
 Berhubungan juga dengan jumlah asupan protein
 Penelitian lain menjelaskan hubungan dengan
peningkatan jumlah bakteri aerob usus yang
menghasilkan toksin uremic dan penurunan bakteri
anaerob seperti bifidobakteria dan lactobacillus

Sumber : Alatriste, e al (2014)


ASSESMEN KLINIS TERKAIT GIZI

 Pengolahan makanan yang kering seperti


panggang oven.
MUAL DAN  Porsi kecil namun frekuensi makan
MUNTAH ; berulang lebih sering
BERHUBUNGAN KUAT  Terasa haus namun ingin muntah :
DENGAN KADAR kulum es (individu)
UREUM.  Konsumsi cairan tidak bersamaan
NAMUN PENGATURAN dengan makan
MAKANAN  Pertimbangan konsumsi air jahe
DIPERLUKAN UNTUK  Hindari makanan berlemak, bumbu
MEMBANTU tajam, makanan ber gas,
MERINGANKAN
KEADAAN AGAR
MAKANAN BISA
MASUK DENGAN BAIK
ASSESMEN KEBIASAAN MAKAN

 Mengkaji makanan yang akan meningkatkan akumulasi sisa nitrogen  tujuan asuhan
gizi Untuk menurunkan akumulasi sisa nitrogen dan mengatasi gangguan klinis karena
uremia
 Mengkaji asupan energi total, protein, zat besi, asam folat, vitamin B12  tujuan
mencegah malnutrisi
 Mengkaji asupan protein, natrium, kalium, cairan, fosfor  Memperlambat progresi
dari penyakit ginjal kronik
INTERVENSI PEMBERIAN PROTEIN UNTUK GGK
 Diet rendah protein sudah bisa dimulai pada saat LFG 60 ml/mnt/1.73 m (Penyakit
Ginjal Kronik stadium 3).
 Pengurangan dilakukan secara progresif berdasarkan stadium PGK dan banyaknya
intake protein dari setiap pasien.
 Modifikasi diet protein pada pasien penyakit ginjal kronik yaitu:
Protein sangat rendah, kurang dari 0,3 g/kg BB
Diet protein rendah, 0,6-0,8 g/kg BB
Diet protein normal, 1-1,2 g/kg BB

 Untuk protein rendah dan sangat rendah disarankan untuk menambahkan dengan α-
ketoacid dan atau asam amino esensial untuk menghindari malnutrisi.
 Hal ini memiliki manfaat yaitu mengurangi asidosis metabolic, menyediakan asam
amino esensial tanpa meningkatkan fosfor, memperbaiki metabolisme protein,
menurunkan ekskresi protein
Sumber IKCC, 2016
INTERVENSI PEMBERIAN PROTEIN UNTUK GGK
DENGAN DIALYSIS

Diet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi


ginjal, dan ukuran badan pasien (pendampingan terus menerus untuk
mendapatkan pola yang tepat)

Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis Diet Dialisis (1,2-1,4 g/kg


BB)
a) Diet Dialisis I : 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan ± 50 kg. b) Diet Dialisis II : 65 g protein. Diberikan kepada
pasien dengan berat badan ± 60 kg.
c) Diet Dialisis III : 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan ± 65 kg.
INTERVENSI PEMBERIAN MINERAL DAN
VITAMIN UNTUK GGK

 Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu 1 gram +
penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gram untuk tiap ½ liter urin
 Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu 2 gram +
penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gram untuk tiap 1 liter urin.
 Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu, diberikan suplemen kalsium
 Fosfor dibatasi, yaitu < 17 mg/kgBB ideal/hari
 Suplemen vitamin bila diperlukan, terutama vitamin larut air seperti B6, asam
folat, dan vitamin C
ASSESMENT RIWAYAT PERSONAL

 Riwayat penyakit personal, meliputi :


 Diabetes Mellitus ; Kadar gula dalam darah yang terlalu tinggi dapat merusak penyaring dalam ginjal.
 Hipertensi atau tekanan darah tinggi. Kondisi ini seiring waktu menambah tekanan pada pembuluh
darah kecil di ginjal, yang kemudian menghambat fungsi ginjal bekerja secara normal.
 Glomerulonefritis atau peradangan pada glomerulus ginjal.
 Nefritis intersititial atau peradangan pada tubulus ginjal dan jaringan sekitarnya.
 Infeksi ginjal yang berulang atau pielonefritis.
 Penyakit ginjal polikistik, yang ditandai dengan pertumbuhan kista pada ginjal.
 Gangguan saluran urine yang berkepanjangan, contohnya karena batu ginjal, pembesaran prostat,
tumor, kelainan ginjal atau kandung kemih bawaan.
 Cedera akut ginjal yang tidak sembuh.
 Lupus nefritis.
 Penyakit asam urat.
 Penyakit pembuluh darah ginjal, seperti penyempitan pembuluh arteri ginjal (stenosis arteri ginjal)
atau gumpalan darah di pembuluh vena ginjal (trombosis vena ginjal).
R
I
N
G
K
A
S
A
N
STUDI KASUS MENYUSUN ASUHAN GIZI
UNTUK PASIEN DENGAN DIAGNOSIS
CKD

 Laki-laki, usia 54 tahun, Tinggi Badan 162 cm, Berat Badan 1 bulan yang lalu 74
Kg, dan saat ini 70 kg.
 Didiagnosisi CKD, sebelumnya mengeluh lemah, pusing, tidak nafsu makan,
mual, muntah, tungkai berat, BAK sedikit.
 Mempunyai riwayat penyakit dahulu , batu saluran kemih dan pernah mengalami
operasi batu ginjal sejak 25 tahun yang lalu.
 Tekanan darah 150/90 mmHg.
 Tampak edema pada tungkai kaki
STUDI KASUS MENYUSUN ASUHAN GIZI
UNTUK PASIEN DENGAN DIAGNOSIS
MEDIS CKD

 Hasil Pemeriksaan laboratorium


Ureum darah tinggi (152 mg/dl) Hemoglobin rendah (7,7 g/dl)
Kreatinin darah tinggi (3,38 mg/dl) Leukosit tinggi (11.560/mm3)
Kalsium normal (8,3 mg/dl) LED 1 jam tinggi (83mm)
Natrium normal (143 mmol/L) Eritrosit tinggi (2.710.000/mm3)
Kalium rendah (3,3 mmol/L) MCV, MCH,MCHC normal
Klorida normal (102 mmol/L) Hematokrit rendah (21%)
Total protein rendah (6,0 g/dl) Trombosit normal
Albumin rendah (3,3 g/dl)
Globulin normal (2,7 g/dl)
LANJUTAN … STUDI KASUS MENYUSUN
ASUHAN GIZI UNTUK PASIEN DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS DIABETES
MELLITUS
 Kebiasaan makan sebelumnya :
 Makan besar tiga kali sehari, terdiri dari nasi putih, lauk 1 sd 3 macam
setiap kali makan (tidak tentu), sayur secukupnya, buah jarang.
 Setiap makan siang dan sore di luar rumah selalu dengan es the atau minum
minuman manis lainnya
 Selingan minum kopi, 2-3 gelas sehari
 Tidak terlalu menyukai air putih
Kebiasaan makan 1 bulan terakhir, tidak lagi nafsu makan. Frekuensi makan
sama namun jumlahnya tidak banyak lagi.
Perhitungan perkiraan asupan sehari 1 bulan terakhir : ±1000 kkal, 27 g (11%)
protein, 30 g lemak (27%) dan 155 g karbohidrat (62%). Gula > 50 g / hari
dicampurkan ke kopi dan the manis.
Apakah ada data lain yang dibutuhkan
yang belum tercantum pada kasus ?
Bagaimana hasil pengkajian antropometri
nya ?
Bagaimana hasil pengkajian biokimia nya
?
Bagaimana hasil pengkajian klinis nya ?
Bagaimana hasil pengkajian kebiasaan
makan nya ?
Bagaimaan hasil pengkajian riwayat
makan nya ?
Apa diagnosis gizi nya ?
Apa intervensi gizi yang diberikan untuk
menyelesaikan permasalahan gizi klien
Created by: Dr. Rita Ramayulis
EMAIL : ritaramayulis2&gmail.com
FB. Rita Ramayulis
Instagram : ritaramayulis
Created by: Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai